RPJMD - Kab Bogor
RPJMD - Kab Bogor
(RPJMD)
RPJMD)
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 - 2018
(RPJMD)
RPJMD)
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 - 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
I-1
1.2.
I-4
1.3.
I-7
1.4.
I-8
1.5.
I-10
II-1
2.2.
II-3
2.2.1.
II-3
2.2.2.
II-9
2.2.3.
II-10
2.3.
II-11
2.4.
II-23
2.4.1.
II-23
2.4.2.
II-24
2.4.3.
II-33
2.4.4.
II-38
2.5.
II-40
2.5.1.
II-41
2.5.2.
II-58
III-1
3.1.1.
III-1
3.1.2.
III-30
3.2.
III-33
3.2.1.
III-39
3.2.2.
III-40
3.3.
III-43
3.3.1.
.....................................................................
III-43
3.3.2.
III-44
3.3.3.
III-46
4.1.1.
4.1.2.
4.2.
IV-1
IV-7
IV-16
IV-22
Visi .........................................................................................
V-1
5.2.
Misi ........................................................................................
V-2
5.3.
V-4
5.4.
V-10
6.2.
6.3.
VI-6
6.4.
VI-1
VI-12
VI-16
ii
6.5.
VI-20
VII-1
7.2.
VII-2
7.2.1.
VII-2
7.2.2.
VII-9
7.2.3.
VII-20
7.2.4.
VII-27
7.2.5.
VII-33
7.3.
VII-46
7.3.1.
VII-46
7.3.2.
VII-47
7.3.3.
VII-47
7.3.4
VII-47
7.3.5.
VII-48
7.3.6.
VII-48
7.3.7.
VII-48
7.3.8.
VII-49
7.3.9.
VII-49
VII-49
VII-49
VII-49
VII-50
VII-50
VII-50
VII-50
VII-51
VII-51
iii
VII-51
VII-52
VII-53
VII-53
VII-53
VII-53
VII-53
VII-54
VII-54
VII-54
VII-54
VII-54
VII-55
VII-55
VII-55
VII-55
VIII-1
8.2.
VIII-2
IX-1
IX-1
IX-1
IX-6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus pemerintahannya sendiri. Pemberian kewenangan dimaksudkan agar daerah
dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance). Upaya peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dimaksud dilaksanakan dengan melalui
prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
Sementara itu, Undang-Undang 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada daerah untuk menyusun perencanaan
pembangunan daerah baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Walaupun pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
pemerintahannya sendiri, namun dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah
tetap harus memperhatikan kesinambungan antara perencanaan pembangunan
pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan antar pemerintah daerah. Dengan
demikian, pencapaian tujuan pembangunan daerah mendukung pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
Masa bakti Bupati/Wakil Bupati
penghujung
tahun
2013.
Bupati/Wakil Bupati
Selanjutnya
sesuai
dengan
amanat
undang-undang,
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013- 2018.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun
2013-2018 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang
menjabarkan visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati terpilih. Untuk mencapai tujuan
pembangunan daerah, maka visi, misi dan program tersebut dijabarkan melalui strategi
pembangunan daerah berupa kebijakan dan program pembangunan, beserta kerangka
pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya.
Walaupun undang-undang secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri,
namun
dalam
penyusunan
perencanaan
pembangunan
daerah
tetap
harus
dan
antar
pemerintah
daerah,
sehingga
pencapaian
tujuan
I-1
I-2
2013-2018
disusun
melalui
tahapan
perencanaan
Kabupaten Bogor
partisipatif
dengan
I-3
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
terakhir
dengan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
I-4
Nomor
0199/M.PPN/04/2010
PMK.95/PMK.07/2010 tentang
dan
Menteri
Keuangan
Nomor
I-5
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 7);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 19);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 20052025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 27);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2009
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 37).
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan RPJMD Kabupaten
Bogor 2013-2018 merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya dalam menjalankan agenda
pembangunan yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) 2005-2025 maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bogor 2005-2025, serta dari keberadaannya akan dijadikan sebagai pedoman bagi OPD
untuk penyusunan Renstra OPD. Selanjutnya, untuk setiap tahun selama periode
perencanaan akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai acuan bagi OPD untuk menyusun rencana
kerja (Renja) OPD. Dalam kaitan dengan sistem keuangan sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, maka penjabaran RPJMD
ke dalam RKPD Kabupaten Bogor untuk setiap tahunnya, akan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten
Bogor pada setiap tahun anggaran.
Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018
dengan dokumen perencanaan lainnya, baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan
pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 1.1.
I-6
Gambar 1.1.
Hubungan Antara Penyelarasan RPJMD
dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
berikutnya dapat dipahami dengan baik, meliputi latar belakang, dasar hukum
penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, serta maksud dan
tujuan.
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Menjelaskan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang
meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah.
BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA
PENDANAAN
Menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan
keuangan daerah.
I-7
I-8
pedoman
penyusunan
Rencana
Strategis
(Renstra)
Organisasi
I-9
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar
29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62%
berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 5001.000
meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.0002.000 meter dpl dan 0,22% berada
pada ketinggian 2.0002.500 meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor
sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan
penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan
basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air
dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan
ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang
tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak
peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan
Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.
Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah
di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan
tahunan 2.5005.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil
wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah
Kabupaten Bogor adalah 20- 30C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25C.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 1
Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan ratarata 1,2
m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata rata sebesar 146,2 mm/bulan.
Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 8 buah
Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS
Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS Cipamingkis; dan (7)
DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 900 jaringan irigasi
pedesaan, 95 situ dan 96 mata air.
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di
dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), yang tercakup
dalam 3.882 RW dan 15.561 RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru,
yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa Jayaraharja
Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin.
Luas
wilayah
Kabupaten
Bogor
berdasarkan
pola
penggunaan
tanah
II - 2
Tabel 2.1.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA
NO.
2012*)
(2)
(1)
(3)
SEKTOR PRIMER
II
III
SEKTOR SEKUNDER
2013**)
Distribusi
(%)
Pertumbuh
an (%)
(4)
(5)
(6)
4.946.529,80
6.174.193,48
5,63
24,82
3.584.125,89
4.492.110,97
4,10
25,33
1.362.403,91
1.682.082,52
1,53
23,46
64.040.698,89
71.287.409,57
65,00
11,32
57.150.219,71
63.192.527,95
57,62
10,57
11,36
Industri Pengolahan
2.804.934,10
3.123.458,52
2,85
Konstruksi
4.085.545,08
4.971.423,11
4,53
21,68
SEKTOR TERSIER
26.918.368,69
32.209.132,39
29,37
19,65
18.547.813,88
22.665.072,11
20,67
22,20
4.001.149,29
4.672.465,38
4,26
16,78
1.412.588,49
1.608.025,54
1,47
13,84
2.956.817,04
3.263.569,36
2,98
10,37
95.905.597,38
109.670.735,45
100,00
14,35
Keuangan,
Perusahaan
Jasa-jasa
Persewaan
&Jasa
Dari Tabel 2.1. sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar
adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,17 trilyun atau memiliki andil
sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki
peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar
Rp.1,58 trilyun (1,44 persen).
Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu
sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder
masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai
Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada
tahun 2013 mencapai Rp.71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,74
persen yaitu dari Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp.32,23 trilyun pada tahun
2013. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp. 4,95
trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun pada tahun 2013.
II - 3
Tabel 2.2.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
NO.
LAPANGAN USAHA
2012*)
2013**)
(1)
(2)
(3)
(4)
SEKTOR PRIMER
1
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan,
dan Perikanan
2
II
III
SEKTOR SEKUNDER
Distribusi Pertumbuh
(%)
an (%)
(5)
(6)
1.998.117,38
2.179.957,45
5,63
9,10
1.608.438,92
1.759.438,29
4,54
9,39
389.678,46
420.519,15
1,09
7,91
24.877.113,84
26.066.046,25
67,30
4,78
Industri Pengolahan
22.273.315,43
23.264.924,59
60,07
4,45
1.326.483,67
1.379.464,92
3,56
3,99
Konstruksi
1.277.314,74
1.421.656,73
3,67
11,30
9.655.512,28
10.485.830,17
27,07
8,60
6.392.800,62
7.024.861,02
18,14
9,89
1.142.183,19
1.240.391,71
3,20
8,60
662.344,81
700.746,03
1,81
5,80
1.458.183,66
1.519.831,41
3,92
4,23
36.530.743,49
38.731.833,87
100,00
6,03
SEKTOR TERSIER
6
8
9
Keuangan,
Persewaan
Perusahaan
Jasa-jasa
&Jasa
Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi
mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp. 36,53 triliun pada tahun
2012 naik menjadi Rp. 38,73 triliun pada tahun 2013. Kinerja kelompok sektor primer
tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari tahun sebelumnya,
kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan kelompok sektor tersier
mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen. Tabel 2.2 menunjukkan nilai PDRB atas
dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada
tahun 2012 dan 2013.
Tabel 2.2. menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor
konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen. Terlaksananya
berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga
kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang
cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan
yang mencapai 9,99 persen karena adanya peningkatan output berbagai barang dan
jasa di Kabupaten Bogor. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga
menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun
2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi
pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang
menggembirakan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 4
Berdasarkan time series dari tahun 2001-2013, terlihat bahwa secara umum
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berada pada kisaran 4-6 persen. Terjadi
perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh krisis keuangan
global pada tahun 2008 yang dampaknya dirasakan oleh perekonomian Kabupaten
Bogor. Pertumbuhan yang sempat melambat ini kemudian meningkat kembali pada
tahun-tahun berikutnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor pada tahun
2013 diprediksi akan tumbuh sebesar 6,03 persen, meningkat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,99 persen. Peningkatan ini hampir
menyamai laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang mencapai 6,04.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama
periode 2001-2013 ditunjukkan pada Gambar 2.1.
6,50
6,03
6,04
5,85 5,95
6,00
5,58
5,50
5,96 5,99
5,58
5,09
5,00
4,84
4,50
4,50
4,00
4,14
3,94
3,50
Gambar 2.1.
LPE Kabupaten Bogor Tahun 2001-2013 (%)
Indikator
yang
sering
digunakan
untuk
menggambarkan
tingkat
kemakmuran
masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun.
Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat
kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per
kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Gambar 2.2.
memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan
konstan.
II - 5
25,00
21,45
20,00
19,22
17,09
15,00
2011
2012
10,00
7,10
7,32
7,58
2013
5,00
berlaku
konstan
Gambar 2.2.
PDRB Perkapita per Tahun Kabupaten Bogor
Tahun 2011-2013 (juta rupiah)
Gambar 2.2. memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga
berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita
atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp. 21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp. 19,22
juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63
persen pada tahun 2013.
Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil
kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan
pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih
terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan
PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Bila dilihat atas dasar harga
konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp. 7,58 juta dari
tahun sebelumnya Rp. 7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan
perkapita sebesar 3,49 persen pada tahun 2013. Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas
harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku
mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini
disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa.
Selain realisasi dari kondisi ekonomi sebagaimana telah dikemukakan di atas,
indikator lain untuk melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang biasa digunakan
adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk Miskin.
II - 6
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat prediksi pencapaian dari indikator Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah sebagai
berikut:
1.
hidup)
maupun
komponen
ekonomi
(kemampuan
daya
beli
masyarakat). Angka IPM sebesar 73,45 poin di atas, sesuai dengan klasifikasi
UNDP termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun
belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas;
2.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diprediksi sebesar 8,04 tahun, lebih tinggi
dari realisasi tahun 2012 sebesar 8,00 tahun;
II - 7
Tabel 2.3.
Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
No.
Indikator
(1)
(2)
1.
Realisasi Kinerja
2011*
2012*
2013**
(3)
(4)
(5)
72,58
73,08
73,45
2.
a.
69,28
69,70
70,00
b.
95,09
95,27
95,35
c.
7,99
8,00
8,04
d.
631,63
634,52
636,62
470.500
447.290
446.890
Pendidikan
Pendidikan merupakan prioritas Nasional dan menjadi target dalam rangka untuk
meningkatkan
ksejahteraan
masyarakat.
Capaian
kinerja
pembangunan
bidang
pendidikan sampai dengan 2012 relatif berfluaktif dengan tingkat kecenderungan tidak
sesuai target. Namun Capaian kinerja Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Partisipasi
Murni (SD SMA) sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu 7,76 tahun.
Kesehatan
Analisis kinerja kesehatan di lihat dari angka kelangsungan hidup bayi, angka usia
harapan hidup, dan prosentase balita gizi buruk. Hasil evaluasi menunjukkan capaian
realisasi kinerja angka usia harapan hidup (tahun) masih di bahwa target RPJMD. Jika
dilihat berdasarkan nasional, bahwa kesehatan merupakan prioritas nasional, maka
seharusnya Kabupaten Bogor juga harus ikut melaksanakan program tersebut untuk
mencapai prioritas nasional, setidaknya kabupaten Bogor harus menargetkan Angka
Kelangsungan Hidup Bayi mencapai 80.00% tentu hal ini tidak mudah karena harus di
dukung oleh infrastruktur sarana dan prasarana kesehatan lebih baik.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 8
Pertanahan
Persentase jumlah penduduk yang memiliki Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012
sudah melebihi target, artinya bahwa semakin banyak penduduk yang memiliki lahan,
ini menunjukkan perkembangan yang baik di bidang pertanahan.
Ketenagakerjaan
Secara garis besar penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut
telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur
15 tahun-64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan. Namun hasil evaluasi menunjukan bahwa nilai Rasio
Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja tidak sesuai target, sehingga
kemungkinan jumlah pengangguran masih besar.
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Seni budaya
Jumlah group kesenian di Kabupaten Bogor sampai pada tahun 2012 sebanyak 114
group, dengan rasio per 10.000 penduduk sebesar 0.0098. Sedangkan gedung kesenian
yang dimiliki Kabupaten Bogor hanyalah satu unit, tentu ini menjadi tantangan dalam
rangka untuk meningkatkan seni budaya di Kabupaten Bogor.
Olahraga
Jumlah organisasi di Kabupaten Bogor memiliki pertumbuhan yang cukup pesat. Pada
tahun 2012 tercatat bahwa jumlah organisasi olahraga adalah sebanyak 74, dengan
rasio per 10.000 penduduk mencapai 0.0197. Hal perlu diapresiasi mengingat bahwa
jumlah gedung olah raga hanya 4 unit tahun 2012.
2.3. Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi
tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam upaya pemenuhan
kebutuhan
masyarakat
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-undangan.
Untuk
menganalisis capaian kinerja daerah pada aspek pelayanan umum terlebih dahulu
disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang dianalisis menurut kabupaten dan
kecamatan di Kabupaten Bogor.
II - 9
Pendidikan
Semua angka indikator yang dipakai menunjukkan peningkatan dari awal tahun 2008
sampai dengan 2012, namun demikian jika dibandingkan target kinerja yang ditetapkan
masih ada yang tidak sesuai target. Seperti pada indikator fasilitas dan jumlah guru
yang memenuhi kualifikasi masih dibawah target yang ditetapkan.
Kesehatan
Di Kabupaten Bogor, urusan kesehatan merupakan tugas dan fungsi dari Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Cibinong, RSUD Ciawi, RSUD Leuwiliang dan RSUD Cileungsi.
Jika dilihat dari aspek Peningkatan layanan Spesialis, di empat rumah sakit tersebut
masih di dominasi oleh RSUD Cibinong dengan jumlah 16 dokter dan kemudian diikuti
oleh RSUD Ciawi. Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit relatif
tidak sama, yang paling tinggi adalah RSUD Ciawi, dari 42.53% pada tahun 2008 hingga
mencapai 83.80% pada tahun 2012, diikuti oleh RSUD Leuwiliang dimana Peningkatan
ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit pada tahun 2012 mencapai 72.90%.
Cakupan Desa Siaga Aktif di kabupaten Bogor cukup berkembang dari tahun ke tahun,
hingga pada tahun 2012 mencapai 214. Dari semua fasilitas ini agar membuat urusan
kesehatan cukup berkembang baik yang juga digambarkan dari Cakupan Balita Gizi
Buruk mendapat perawatan hingga mencapai 100% dari tahun ke tahun.
Pekerjaan Umum
Jaringan jalan di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional, Jalan Provinsi dan Jalan
Kabupaten serta jalan lingkungan permukiman. Hingga tahun 2013 jumlah panjang
jalan nasional adalah sepanjang 124,85 km dengan jumlah ruas 11, panjang jalan
provinsi adalah sepanjang 121,820 km dengan jumlah ruas 10 serta jalan kabupaten
adalah sepanjang 1.748,915 km dengan jumlah ruas sebanyak 458 ruas. Untuk jalan
lingkungan permukiman yang meliputi jalan perumahan dan jalan desa dari data
pemetaan sepanjang km dengan jumlah panjang jalan yang terdata sepanjang
1.038,17 km dengan jumlah ruas 505 ruas.
Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bogor tahun 2013 ditunjukkan dari indikator
panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik yang mencapai 76,27% dengan rata-rata
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 10
panjang jalan kabupaten per jumlah penduduk hanya mencapai sekitar 0,32 m/jiwa hal
ini menunjukkan bahwa kapasitas penanganan jalan yang ditangani masih sangat
rendah terhadap jumlah penduduk yang sangat tinggi di wilayah Kabupaten Bogor.
Dari jumlah panjang jalan kabupaten yang ditangani tersebut, sekitar 2,23% sempadan
jalan digunakan oleh pedagang kaki lima dan bangunan liar dan baru sekitar 31,38%
jalan yang memiliki trotoar dan drainase. Dari jumlah jalan yang memiliki drainase
tersebut hanya sekitar 39,09% yang memiliki drainase yang baik.
Untuk jaringan irigasi hingga tahun 2013 tercatat luas daerah irigasi (D.I) yang ada di
Kabupaten Bogor adalah 1.479 Ha yang berada di 2 D.I Kewenangan Nasional, 4.482 Ha
yang berada di 19 D.I kewenangan Pemerintah Provinsi, dan 47.121 Ha yang berada di
990 D.I kewenangan Pemerintah Kabupaten. Dari jumlah daerah irigasi yang menjadi
kewenangan pemerintah kabupaten memiliki panjang saluran sepanjang 2.313,198 km.
Kondisi rasio jaringan irigasi di wilayah Kabupaten Bogor hingga tahun 2013 mencapai
4,909 m/ha dengan total luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik mencapai 63,50%.
Terkait sektor pemakaman dan persampahan, hingga tahun 2013, rasio tempat
pemakaman umum persatuan penduduk mencapai 24,95 sedangkan rasio tempat
pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 1,99 dengan mengandalkan TPA
Galuga sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah yang masih beroperasi
untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Perumahan
Berdasarkan indikator rasio rumah layak huni di Kabupaten Bogor pada tahun 2013
mencapai 0,18 yang menunjukkan bahwa sekitar 1 rumah layak huni di wilayah
Kabupaten Bogor ditempati oleh sekitar 6 jiwa penduduk. Dengan asumsi bahwa setiap
rumah tangga terdiri dari 4 orang jiwa maka dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa
masih terdapat rumah tangga di wilayah Kabupaten Bogor yang belum menikmati
rumah layak huni. Nilai tersebut diperkuat dengan data rumah layak huni yang baru
mencapai 98,33% sehingga masih ada sekitar 1,67% atau sekitar 83.982 unit bangunan
rumah tidak layak huni yang masih belum tertangani di Wilayah Kabupaten Bogor. Dari
jumlah tersebut lingkungan permukiman kumuh yang masih terdapat di Kabupaten
Bogor sebesar 0,94% dari luas wilayah Kabupaten Bogor yang masih perlu ditangani.
Terkait penyediaan prasarana perumahan dan permukiman seperti air bersih dan listrik,
bahwa pada tahun 2013 jumlah rumah tangga pengguna air bersih baru mencapai
44,08% yang terdiri dari sambungan perpipaan PDAM serta sambungan pipa dan non
pipa dari penyediaan sarana air bersih pedesaan. Untuk akses penduduk terhadap air
minum di Kabupaten Bogor sebagian besar menggunakan pasokan air bersih yang
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 11
dikelola oleh PDAM Tirta Kahuripan yang bersumber pada 32 unit sumber pelayanan air
bersih dengan kapasitas total 2.270,5 liter/detik baik yang diambil dari sumber mata air,
sumur air tanah dalam dan instlasi pengolahan air lengkap (air permukaan). Dari jumlah
air bersih yang diproduksi tersebut, hingga tahun 2011, jumlah penduduk yang terlayani
oleh jaringan PDAM adalah sebanyak 678.374 jiwa atau sekitar 13,27%. Dari jumlah
tersebut maka sambungan penyediaan air bersih yang bersumber dari sarana air bersih
pedesaan mencapai sekitar 30,81%. Sedangkan untuk penyediaan prasarana listrik,
jumlah rumah tangga pengguna listrik telah mencapai 82,88%.
Penataan Ruang
Acuan penataan ruang Kabupaten Bogor yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor
19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun 2005-2025,
hingga saat ini sedang memasuki tahun keenam sejak ditetapkan dan memasuki tahun
kedelapan dari tahun perencanaan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah
ditetapkan dapat dilakukan peninjauan kembali. Berdasarkan hal tersebut, maka pada
tahun 2013 telah dilakukan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Bogor dan disepakati
untuk di revisi.
Perencanaan detil rencana tata ruang di Wilayah Kabupaten Bogor berupa Rencana
Detail Tata Ruang telah selesai disusun untuk 40 kecamatan. Untuk saat ini dokumen
perencanaan detil tersebut sedang dalam proses pengesahan termasuk dengan
peraturan zonasi sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan.
Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya mengacu pada RTRW Kabupaten
Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 17 tahun 2000,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun 2005-2025. Sebagai upaya
pengendalian terhadap perijinan pemanfaatan ruang, telah dibuat Pedoman Operasional
Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan
jenis kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan dimanfaatkan.
Pola ruang di Kabupaten Bogor mencakup kawasan lindung dan budidaya. Sebagian
besar wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi
kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah
hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di
Kabupaten Bogor.
II - 12
Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah
yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan
perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran
sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan
serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah
Kabupaten Bogor serta beberapa kawasan yang menjadi kawasan strategis Kabupaten
Bogor.
Keseluruhan penataan ruang sebagaimana diuraikan diatas telah mengacu pada : (1)
Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kawasan Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) sebagai
Kawasan Strategis Nasional (KSN); (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008
tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur
(Jabodetabekpunjur)
yang
mengarahkan
pengembangan
permukiman
Perhubungan
Cakupan pelayanan transportasi darat meliputi jaringan jalan dan jaringan jalan rel.
Hingga tahun 2013 jumlah terminal yang ada di Kabupaten Bogor mencapai 6 unit
terminal dari 9 terminal yang direncanakan akan dibangun yang berada di Cileungsi,
Laladon, Leuwiliang, Jasinga, Bojonggede dan Cibinong. Penyediaan terminal ini terus
dikembangkan untuk memberikan pelayanan transportasi kepada sekitar 5.089.679
penumpang/tahun dan sekitar 18.192 unit kendaraan yang telah dikeluarkan ijin trayek.
Dilihat dari data tersebut maka diperkirakan setiap harinya setiap unit kendaraan
memiliki tingkat kinerja kendaraan angkutan umum sebesar 130,45%.
II - 13
Dari data diatas terlihat bahwa jumlah armada angkutan umum cukup besar
dibandingkan dengan tingkat jumlah penumpang yang diangkut karena jenis angkutan
umum yang digunakan adalah jenis angkutan umum perkotaan dengan kapasitas
angkut yang kecil. Dengan demikian perlu dilakukan restrukturisasi angkutan umum
menjadi jenis angkutan umum masal dengan kapasitas angkut menengah hingga besar
(Bis, LRT, Monorel dsb) sehingga rasio kinerja angkutan umum dapat lebih optimal.
Perencanaan pembangunan
Perencanaan pembangunan ini secara umum merupakan tugas dan fungsi dari Bappeda
dan
secara
berkala
terus
menghasilkan
produk-produk
seperti
(1)
dokumen
perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 27 tahun 2008, (2)
Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 7 tahun
2009, (3) Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA, dan
(4) Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD, seluruh dokumen ini umumnya ada dan
tersedia dan dihasilkan oleh Bappeda sesuai dengan periode penerbitannya. Saat ini
bagian perencanaan mengembangkan sebuah system yang dikenal dengan e-Planning.
Sistem ini bertujuan untuk mempercepat proses perencanaan pembangunan yang
sesuai dengan visi misi kepala daerah terpilih.
Lingkungan Hidup
II - 14
sungai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti topografi dan komposisi
geologis lahan yang dilalui oleh sungai serta kerusakan lahan di hulu sungai.
Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar sejalan dengan
banyaknya industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan limbah
cair. Rata-rata volume limbah cair per tahun selama kurun waktu tahun 2003 sampai
dengan 2007, yang dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya
sebanyak 314.178,92 m3/bln.
Pertanahan
Realisasi Indikator kinerja urusan pertanahan yang dicapai pada tahun 2013 antara lain
prosentase luas lahan bersertifikat mencapai 26,50 Ha/1000 jiwa penduduk. Ini
menunjukkan bahwa rata-rata setiap penduduk di Kabupaten Bogor memiliki lahan
bersertifikat sebesar 265 m2. Nilai tersebut terus meningkat sejak tahun 2008 sehingga
menunjukkan adanya kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi pertanahan di
Kabupaten Bogor. Peningkatan nilai persentase luas lahan bersertifikat juga mendorong.
Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk hingga pada 2012 sebesar 0.068,
demikian pula Rasio bayi berakte kelahiran mencapai 0.839 pada tahun 2012, dan hal
ini sejalan juga dengan Rasio pasangan berakte nikah.
Kepemilikan KTP di Kabupaten Bogor baru mencapai 69.28% pada tahun 2012. Ini tentu
menjadi perhatian bagi dinas terkait, karena akan cukup bermasalah dari administrasi
kependudukan. Jumlah penduduk (jiwa) Kabupaten Bogor meningkat pesat menjadi
5.26 juta jiwa pada tahun 2012. OPD perlu melakukan strategi yang tepat terkait dalam
mengurangi
laju
pertumbuhan
penduduk,
sehingga
ketersediaan
database
II - 15
Indikator Rata-rata jumlah anak per keluarga menunjukkan perbaikan yang signifikan,
karena tingginya rasio penggunaan Rasio akseptor KB, Cakupan peserta KB aktif (%)
dan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga yang sehat.
Sosial
Indikator dari urusan sosial antara lain adalah Sarana sosial seperti panti asuhan, panti
jompo dan panti rehabilitasi (buah), PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sarana sosial seperti panti
asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi relatif meningkat dari tahun ke tahun, hingga
mencapai 157 unit pada tahun 2012. PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial relatif menurun dengan tingkat
prosentase yang sama. Kedua indikator tersebut diketahui pada tahun 2012 mencapai
0.03 persen. Ini mennjukkan bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial di
Kabupaten Bogor relative menurun setiap tahunnya.
Ketenagakerjaan
Angka partisipasi angkatan kerja mencapai 61.74 persen pada tahun 2012. Sementara
angka sengketa pengusaha-pekerja sejak tahun 2009 relative mengalami peningkatan
namun pada tahun 2012 menurun dari 186 kasus pada tahun 2011 menjadi 179 kasus.
Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat, sehingga pengangguran akan
semakin besar, dimana tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor pada tahun
2012 mencapai 9,07%.
Pada tahun 2012 prosentase koperasi yang aktif di Kabupaten Bogor mengalami
penigkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 66,33% sebanyak 1103 koperasi. Di
Kabupaten Bogor, Usahan Kecil Menengah (UKM) juga merupakan tulang punggung
ekonomi Kabupaten Bogor. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil hingga pada tahun 2012
mencapai sekitar 11.216 UKM naik dari tahun 2011 sebanyak 10.000 UKM.
Usaha kecil menengah di Kabupaten Bogor sangat penting bagi perekonomian karena
turut menyumbang PDRB sektor industri dangan pengolahan yang mecanpai 59,59%
dan menyumbang penyerapan tenaga kerja sektor industri dan pengolahan mencapai
28,86%.
Penanaman modal
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) tahun 2012 mencapai 678 unit dengan
nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) adalah sebesar Rp.24,60 Triliun. Adanya
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 16
investasi ini akan sejalan dengan kebutuhan akan permintaan tenaga kerja, dimana
daya serap tenaga kerja pada tahun 2012 mencapai 295 pekerja. Tingginya investasi ini
juga akan sejalan dengan kenaikan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah). Dilihat dari
indikator Penyelesaian izin lokasi mencapai 76.46% pada tahun 2012. Dalam rangka
untuk terus mendorong tingkat investasi urusan Penanaman modal juga melaksanakan
pameran dengan realisasi pameran sebanyak 3 kali pada tahun 2012.
Kebudayaan
urusan
kebudayaan masih terlihat cukup baik dan hal ini masih sesuai dengan target RPJMD
Kabupaten Bogor.
Realisasi dari capaian kinerja Urusan Kepemudaan dan Olahraga, dari seluruh indikator
sampai tahun 2012 terlihat memiliki perkembangan positif, masih sesuai dengan target
RPJMD Kabupaten Bogor.
Dari beberapa indikator keberhasilan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
terutama terhadap Penegakan PERDA meningkat, hingga mencapai 14.69% pada tahun
2012, dengan Angka kriminalitas yang tertangani adalah sebesar 4.32% pada tahun
2012. Kinerja ini masih di bawah target RPJMD Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 9.35%
pada tahun 2012.
Otonomi Daerah
Ketahanan Pangan
Realisasi ketahanan pangan dengan indikator Ketersediaan pangan Utama tercapai pada
tingkat 64,36% pada tahun 2012. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan masyarakat
dalam rangka revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan nasional dalam penyediaan, distribusi dan konsumsi pangan
bagi seluruh penduduk secara berkelanjutan, dengan jumlah cukup, mutu layak, aman,
dan halal, didasarkan pada optimasi pemanfaatan sumber daya dan berbasis pada
keragaman sumberdaya domestik. Kebijakan tersebut diarahkan pada terwujudnya
kemandirian pangan masyarakat, yang antara lain ditandai oleh indikator secara mikro,
yaitu pangan terjangkau secara langsung oleh masyarakat dan rumah tangga, serta
II - 17
secara makro yaitu pangan tersedia, terdistribusi dan terkonsumsi dengan kualitas gizi
yang berimbang, pada tingkat individu dan wilayah.
Terdapat delapan indikator ukuran kinerja dari Urusan pemberdayaan masyarakat desa
di
Kabupaten
Bogor,
yaitu
(1)
Rata-rata
jumlah
kelompok
binaan
lembaga
pemberdayaan masyarakat (LPM), (2) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK, (3)
Jumlah LSM (lembaga), (4) LPM Berprestasi (lembaga), (5) PKK aktif (6) Posyandu aktif
(7) Swadaya Masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dan (8)
Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat.
Statistik
Urusan statistik dalam hal ini memiliki indikator kinerja yaitu penyusunan buku
kabupaten dalam angka dan penyusunan Buku Indikator Ekonomi Daerah. Secara
berkala urusan ini melakukan update data secara berkala dengan waktu tahunan.
Kearsipan
Secara umum Pengelolaan arsip secara baku yang merupakan indicator kinerja dari
Urusan kearsipan, dimana tingkat keberhasilah mencapai 88.76% pada tahun 2012.
Secara umum tidak semua indikator yang ada secara langsung di tangani oleh dinas,
seperti radio wartel/warnet terhadap penduduk, jumlah penyiaran radio/TV local dan
jumlah surat kabar nasional/lokal, yang secara langsung dapat diintervensi oleh dinas
adalah membuat website dan SIM pemda, dimana indikator ini telah dibentuk sejah
tahun 2008 sampai dengan 2012 dengan masing-masing sebanyak 1 unit. Cakupan
layanan komunikasi dan informatika untuk surat kabar telah menjangkau hingga ke
pelosok wilayah. Telekomunikasi di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang
pesat sebagai imbas dari perkembangan teknologi dan informasi. Pemanfaatan ruang
udara untuk telekomunikasi yang menunjang kegiatan ekonomi serta peningkatan akses
masyarakat masih memerlukan perhatian dari pemerintah daerah.
Perpustakaan
II - 18
masyarakat dalam membaca buku yang merupakan sumber dari ilmu pengetahuan.
Dengan membaca maka masyarakat akan jauh dari keterpencilan dan keterbelakangan.
Ketertiban
masyarakat
diperlukan
untuk
menciptakan
stabilitas
daerah
dalam
mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Kabupaten Bogor dengan
kondisi geografis dan wilayah yang begitu luas, serta statusnya sebagai penyangga
ibukota negara, maka memungkinkan sering terjadinya gangguan ketentraman dan
ketertiban umum, antara lain : (1) Masih banyaknya PKL yang berjualan di tempat
tempat yang bukan peruntukannya seperti di trotoar, bahu jalan bahkan sampai ke
badan jalan. Kondisi ini telah menyebabkan kemacetan arus lalu lintas sehingga
kenyamanan para pengguna jalan terganggu, seperti di Kecamatan Cibinong, Ciawi,
Cileungsi, Citeureup, Parung, Cisarua dan Leuwiliang; (2) Masih adanya masyarakat
yang mendirikan bangunan liar yang berdiri di atas tanah milik negara/pemerintah
daerah. Apabila hal ini terus dibiarkan maka dapat menyebabkan berkurangnya aset
negara/pemerintah daerah; (3) Masih maraknya praktek prostitusi dan banyaknya
warung remang-remang yang dikhawatirkan dapat merusak moral dan menimbulkan
penyakit masyarakat; (4) Masih banyaknya jumlah bangunan yang tidak memiliki IMB;
(5) Masih adanya
banyaknya badan usaha, masyarakat dan perorangan, yang belum memiliki perijinan
atau belum lengkap perijinannya atau sudah memiliki perijinan tapi sudah tidak berlaku.
Hal ini berpotensi menyebabkan kerugian negara/pemerintah daerah dari sektor
retribusi perijinan; (7) Masih banyaknya penambang liar galian C; (8) Maraknya
demonstrasi massa terjadi di Kabupaten Bogor yang berasal dari berbagai elemen
masyarakat dengan berbagai kepentingannya.
Kegiatan-kegiatan penanggulangan gangguan ketenteraman dan ketertiban umum yang
telah dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja antara lain adalah : (1) Penertiban
Pedagang Kaki Lima (PKL) di beberapa kecamatan yang paling banyak jumlah PKL-nya
dan paling mengganggu ketertiban umum dibandingkan dengan kecamatan lainnya; (2)
Penertiban Warung Remang-remang/PSK di beberapa kecamatan, yaitu : Parung,
Kemang, Tajurhalang, Cileungsi, Megamendung dan Cisarua; (3) Penertiban Bangunan
Liar di beberapa kecamatan, yaitu : Cibinong, Cileungsi, Kemang, Parung, Sukaraja,
Babakan Madang, Bojonggede dan Tamansari; (4) Penertiban Bangunan tanpa IMB; (5)
Penertiban Galian Liar Golongan C; (6) Penertiban Reklame/Spanduk di 5 kecamatan,
yaitu : Cibinong, Sukaraja, Ciawi, Cisarua, dan Megamendung; (7) Penertiban dan
pengawasan tempat hiburan yang menyalahi perijinan dan peruntukannya; (8)
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 19
Penertiban tempat peternakan yang tidak memiliki ijin serta mengganggu kenyamanan
masyarakat; dan (9) Penyuluhan dan pencegahan penyakit masyarakat (PEKAT).
Selama pelaksanaan tugas, ditemukan berbagai kendala sebagai berikut: (1) Masih
kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik secara kualitas maupun kuantitas
dibandingkan dengan cakupan wilayah Kabupaten Bogor. Bila ditinjau dari luas wilayah
dan banyaknya penduduk, maka jumlah anggota Polisi Pamong Praja yang ideal adalah
500 orang, dengan perbandingan 1 orang personil berbanding 8.000 penduduk; (2)
Masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dibandingkan dengan banyaknya
kegiatan serta luasnya Kabupaten Bogor; (3) Masih lemahnya koordinasi antar intansi
terkait.
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Tingkat daya saing (competitiveness) daerah merupakan salah satu parameter dalam
konsep pembangunan daerah yang berkelanjutan. Secara umum tingkat daya saing
suatu daerah, searah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Sitepu, 2012). Untuk
menentukan daya saing daerah diperlukan beberapa indikator yang jelas dan terukur.
Indikator daya saing yang digunakan tertuang dalam Permendagri 54 tahun 2010, yaitu
(1) Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah, (2) Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, (3)
Fokus Iklim Berinvestasi, dan (4) Fokus Sumber Daya Manusia.
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Fokus kemampuan ekonomi daerah dalam hal ini dilihat dari dua urusan terkait
yaitu urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm Keuangan Daerah,Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian dan urusan Pertanian.
Otonomi Daerah
Tingkat pendapatan perkapita penduduk (di wakili oleh Pengeluaran Konsumsi per
kapita) Kabupaten Bogor relative mengalami flkutuasi dari tahun ke tahun. produktivitas
total daerah relative stabil, hingga pada tahun 2012 mencapai 2.20.
Pertanian
petani dari usaha taninya dengan indeks yang dibayarkan petani dan dinyatakan dalam
persen. NTP dihitung oleh BPS Kabupaten sejak tahun 2013 terhadap lima subsektor
yaitu sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perkebunan Rakyat dan
Perikanan yang selanjutnya
lebih besar dari 100 persen memberi indikasi bahwa Petani secara keseluruhan di lima
subsektor di Provinsi/Kabupaten itu sudah sejahtera karena ada potensi untuk
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 20
menabung atau membeli kebutuhan lainnya, sedangkan bila kurang dari 100 persen
memberi indikasi bahwa petani di Kabupaten tersebut belum sejahtera atau dengan
kata lain belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mengacu pada kriteria
tersebut maka dapat disebutkan secara umum petani di Kabupaten Bogor telah
sejahtera walaupun tingkat kesejahteraannya masih berada dibawah provinsi Jawa
Barat.
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Fokus fasilitas wilayah/infrastrukutr daerah dalam hal ini dilihat dari urusan
terkait
yaitu
urusan
perhubungan,
penataan
ruang,
urusan
otonomi
daerah,
Transportasi
Aspek infrastruktur transportasi terdiri dari transportasi darat, udara dan laut. Pada
aspek transportasi darat, salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan
infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan,
meskipun dengan rasio panjang jalan terhadap kendaraan relatif kecil.
Kondisi infrastruktur transportasi darat yang lain, seperti : (1) kurangnya ketersediaan
perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas (rambu, marka, pengaman jalan, terminal dan
jembatan timbang); (2) belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal
sebagai tempat pertukaran modal; menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban,
keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas. Di pihak lain, jumlah orang dan
barang yang terlayani angkutan umum di Kabupaten Bogor relatif tinggi. Demikian pula
halnya dengan pelayanan angkutan massal seperti bis, masih belum optimal mengingat
infrastruktur transportasi darat yang tersedia
Potensi sumberdaya air suatu daerah merupakan kemampuan sumberdaya air wilayah
tersebut baik sumberdaya air hujan, air permukaan maupun air tanah, guna memenuhi
kebutuhan terhadap air baku yang dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, industri
maupun pertanian.
Sumberdaya air permukaan di Kabupaten Bogor terdiri dari air sungai, mata air dan air
genangan/situ/danau, baik alam maupun buatan. Sungai-sungai yang ada, pada
umumnya mempunyai hulu di bagian selatan, yaitu pada bagian tubuh pegunungan di
sekitar Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Halimun, dengan
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 21
karakteristik alirannya mengalir sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan mempunyai
debit yang besar dan mengakibatkan banjir setempat, sedangkan pada waktu musim
kemarau, di beberapa alur sungai menunjukkan kecenderungan kondisi surut minimum.
Pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, kondisi infrastruktur yang
mendukung upaya konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya
rusak air, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem
informasi sumber daya air dirasakan masih belum memadai. Potensi sumber daya air di
Kabupaten Bogor yang besar belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik.
Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya permukiman
yang sehat. Oleh karena itu akses masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang
mutlak dipenuhi. Pada cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan.
Cakupan sanitasi air bersih di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan, yang memiliki
kapasitas produksi sebesar 2.098,5 l/dt. Sementara itu, cakupan pelayanan air bersih
baru mencapai 56,86%, terdiri dari PDAM 15% dan sisanya pedesaan dari jumlah
penduduk Kabupaten Bogor (peningkatan cakupan sarana air bersih yang dilakukan oleh
unsur pemerintah hanya 1% - 2% pertahun). Rendahnya cakupan pelayanan air bersih,
diantaranya karena menurunnya ketersediaan sumber daya air baku dan daya dukung
lingkungan, akibat tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi yang relatif tinggi.
Sedangkan untuk jaringan listrik, tingkat rasio elektrivikasinya tahun 2013 baru
mencapai 82,65%, berarti masih sekitar 42,00% kepala keluarga di Kabupaten Bogor
yang belum menikmati listrik, terutama pada kantong-kantong permukiman/ kampung
yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik yang telah ada di setiap desa. Hal ini
disebabkan tingginya kebutuhan energi/listrik akibat pertambahan penduduk, tetapi
pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan listrik sebagaimana yang
diharapkan. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat akan
dikembangkan konsep Desa Mandiri Energi, yaitu pemenuhan energi listrik dengan
memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya, seperti pembangkit listrik tenaga mikro
hidro, piko hidro, surya dan bioenergi.
Penerangan jalan dan sarana jaringan utilitas di Kabupaten Bogor telah dibangun cukup
memadai. Namun masih belum mencapai standar yang diinginkan dan belum dibentuk
ke dalam suatu jaringan utilitas terpadu. Pengelolaan prasarana Penerangan Jalan
Umum (PJU) tetap diprioritaskan pembangunannya pada daerah-daerah tertentu,
dengan pertimbangan lokasi daerah-daerah rawan sosial yang sampai dengan saat ini
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 22
mencapai 44,17 % atau 12.472 titik lampu dari rencana jumlah titik lampu 28.848 titik
(berdasarkan setiap 50 m dari panjang jalan provinsi). Kegiatan ini akan secara terarah
dilaksanakan pembangunannya termasuk pemeliharaannya.
berkurang.
Sedangkan
pemakaian
internet
dan
telekomunikasi
yang
Persampahan
Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan sampah sangat besar sejalan dengan
banyaknya jumlah penduduk dan diiringi aktivitas yang tinggi menyebabkan volume
sampah rata-rata setiap hari mencapai 3.065 m3. Kondisi ini menuntut penyediaan
sarana
dan
prasarana
pengelolaan
sampah
yang
memadai,
karena
baru
Kawasan Lindung
Kabupaten Bogor mempunyai daerah kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung
atau produksi. Daerah hutan lindung umumnya terdapat di daerah dataran tinggi dan
berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan
menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal. Luas kawasan hutan
Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 Ha atau sebesar 28,12% dari luas seluruh wilayah
Kabupaten Bogor. Berdasarkan fungsinya, dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut
sebesar 8,67% atau seluas 25.912,29 Ha merupakan Hutan Produksi dan sisanya
sebesar 19,45% atau seluas 58.134,73 Ha merupakan Hutan Lindung. Berdasarkan
luasan kawasan lindung, maka target lokasi 45% sebagai kawasan lindung di Provinsi
Jabar ternyata tidak cukup. Upaya meningkatkan kawasan yang bersifat lindung akan
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 23
berasal dari kawasan non hutan, yang berarti perlu ada usaha untuk mengembangkan
kawasan hutan kerakyatan.
Daerah kawasan hutan tersebut saat ini cenderung berkurang tutupan hutannya.
Berdasarkan citra Landsat tahun 1999, diketahui kawasan yang bervegetasi hutan
adalah seluas 110,720,03 ha atau 37,05%, sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau
188.118,27 Ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang
merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.
Jika
dilihat kondisi citra landsat tahun 2002 (Marisan, 2006), maka daerah kawasan lindung
yang berhutan tinggal 60%, sedangkan daerah berhutan di kawasan hutan produksi
tinggal 20%.
Upaya mewujudkan fungsi Kawasan Lindung Kabupaten Bogor sebesar 45% dalam
kurun waktu lima tahun terakhir dilaksanakan melalui kegiatan koordinasi antar instansi
dan rehabiliasi lahan dan hutan serta penandaan batas kawasan lindung. Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Pengayaan Tanaman, Pembangunan Bangunan
Pengendali Erosi dan Gerakan "One Billion Indosian Tree" (OBIT). Perwujudan kawasan
lindung tersebut melibatkan insitusi di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota serta
partisipasi dunia usaha dan masyarakat. Dalam pelaksanaanya, pencapaian kawasan
lindung dihadapkan pada permasalahan semakin meningkatnya tekanan sosial ekonomi
terhadap sumber hutan serta sinergitas lintas instansi.
Lingkungan Hidup
Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian selatan umumnya memiliki
beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di sekitar berkisar antara 3,0 - 5,0 m,
sehingga aliran sungai berpotensi untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun
arus balik akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian utara-barat (Cimanceuri dan
Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan lahan bantaran di sekitarnya
umumnya > 5 m, sehingga umumnya menyulitkan untuk pengambilan langsung
maupun pembendungan.
Berdasarkan hasil studi Preliminary Study on Ciliwung Cisadane Flood Control Project,
2001 di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang berpotensi untuk pembuatan waduk,
yaitu Waduk Sodong dan Waduk Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali
banjir maupun irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan
Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3,069 km dan volume
24,027 juta m. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di bagian Hulu Sungai
Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan potensi genangan 2,75 km dan volume
40,069 juta m.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 24
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2007 diketahui bahwa :
-
Sungai Ciliwung, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II
tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV;
Sungai Cileungsi, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I IV;
Sungai Cisadane, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I
dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV;
Sungai Kalibaru, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan
III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
Sungai Cikeas, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan
III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
Sungai Cikaniki, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II
tetapi memenuhi untuk kelas mutu III;
Sungai Cibeet, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan
III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;
Dinas
Bina
Marga
dan
Pengairan
tahun 2006 di
Kabupaten Bogor terdapat sejumlah mata air terdapat danau atau situ sebanyak 95
buah dengan luas 496,28 Ha, Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoar atau
tempat peresapan air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata
atau tempat rekreasi dan budidaya perikanan.
Berdasarkan topografi wilayah masih ada beberapa lokasi yang memungkinkan
untuk dikembangkan situ-situ buatan yang dapat dimanfaatkan sebagai tampungan air
baku, resapan air, maupun pengendali banjir (Retarding Basin). Air tanah merupakan
sumber alam yang potensinya (kuantitas dan kualitasnya) tergantung pada kondisi
lingkungan
tempat
proses
pengimbuhan
(groundwater
recharge),
pengaliran
(groundwater flow) dan pelepasan air bawah tanah (groundwater discharge) yang
berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah, terdiri dari air
tanah dangkal dan air tanah dalam.
Volume air tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan usaha di Kabupaten
Bogor sebanyak 338.727,2 m3/hari (data SoER Kabupaten Bogor, 2007). Secara umum
kualitas air permukaan di Kabupaten Bogor masih cukup baik, artinya belum ada
pencemaran oleh industri yang mengkhawatirkan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 25
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Dalam urusan lingkungan hidup, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka
mengendalikan tingkat pencemaran air sungai di Kabupaten Bogor. Upaya tersebut
antara lain melalui pemantauan kualitas air sungai secara periodik, penguatan kapasitas
kelembagaan melalui program Environmental Pollution Control Management (EPCM),
produksi
bersih,
serta
penegakkan
hukum
lingkungan.
Penguatan
kapasitas
II - 26
Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan relative periode 2008-2012 relatif tidak
berkembang, sementara Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per
tahun meningkat hingga mencapai 15.587 pada tahun 2012. Hal yang sama juga terjadi
untuk indikator Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/terminal mencapai
7.281 jiwa pada tahun 2012.
Penataan Ruang
II - 27
perkotaan. Dari sisi luas, hanya luas wilayah produktif yang mengalami perkembangan
sementara yang lainnya relatif konstan. Namun penataan ruang dapat diberikan
apresiasi karena tingkat ketaatan terhadap RTRW mencapai 96.86%, artinya bahwa
hanya sekitar 3.74% yang tidak taat dalam penataan ruang. Ini menjadi tugas sendiri
bagi OPD terkait untuk menjamin bahwa penggunaan ruang dan wilayah harus sesuai
dengan RTRW Kabupaten Bogor.
Otonomi Daerah
Terlepas dari makna otonomi itu sendiri, urusan pilihan otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan memiliki indikator antara lain adalah Jenis dan jumlah
bank dan cabang serta Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang. Dari kedua
indikator tersebut, perkembangannya relatif konstan dari tahun ke tahun.
(multiplier effects) dan manfaat bagi banyak pihak termasuk perusahaan, masyarakat
dan pemerintah.
Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah yang mampu
memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat penyerapan tenaga kerja
yang banyak dan terjadinya transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi
kehidupan masyarakat. Kinerja sektor industri menengah dan besar pada tahun 2012,
dengan nilai investasi Rp.3.542.983.620.890,- menyerap tenaga kerja 89.778 orang.
Sektor industri menengah besar didominasi oleh industri agro dan loga dengan
nilai investasi sebesar Rp.893.036.061.134,- dan Rp.553.612.343.219,-, sementara itu
industri menengah besar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri
tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebesar 24.403 orang
Sementara potensi industri kecil menengah pada tahun 2012 nilai investasinya
mencapai Rp.90.639.055.552,- menyerap tenaga kerja sebesar 21.172 orang. IKM agro
merupakan industri kecil menengah yang paling mendominasi dengan nilai investasi
mencapai Rp.26.940.666,- IKM yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah IKM
tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebesar 8.596 orang.
Pengembangan
perdagangan
di
Kabupaten
Bogor
difokuskan
pada
pengembangan sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk
memperlancar arus barang, memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi
harga dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau oleh
masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar dalam negeri maupun luar negeri
dilakukan melalui promosi/pameran produk dan misi perdagangan. Jumlah usaha
perdagangan yang terdata pada tahun 2012 sebanyak 8982 perusahaan yang
diharapkan pertumbuhannya meningkat 1,05% setiap tahunnya.
Jumlah investor berkala nasional (PMDN/PMA) kurun waktu 2008-2013 mencapai
678 investor dengan nilai investasi sebesar Rp.3.683.380.657.182,- hal tersebut
menjadikan kabupaten peringkat ke-6 dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk
realisasi PMA dan PMDN.
Perkembangan koperasi selama kurun waktu 20112012 mengalami peningkatan
jumlah koperasi sebanyak 4,72%, yaitu dari sebanyak 1.588 koperasi pada tahun 2011
menjadi 1.663 koperasi pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, yang termasuk ke
dalam koperasi aktif adalah sebanyak 1.026 unit pada tahun 2011 meningkat menjadi
1103 pada tahun 2012.
II - 29
II - 30
mancanegara dan 4.555.823 orang wisatawan nusantara. Pada tahun 2013 kunjungan
wisatawan mencapai 4.125.130 orang.
2.4.4 Fokus Sumberdaya Manusia
Sumber daya manusia di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang baik dari
tahun ke tahun, hingga pada tahun 2012 mencapai 176.71 dengan tingkat
ketergantungan sebesar 53.35 di tahun yang sama. SDM potensi yang terkandung
dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif
dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang
seimbang dan berkelanjutan.
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 menurut hasil Sensus
Penduduk sebanyak 4.989.939 jiwa dan pada tahun 2013 telah mencapai 5.111.769
jiwa naik sebesar 2,44%. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor memberikan kontribusi
sebesar Rp. 11,08% dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat yang berjumlah
43.053.732 jiwa dan merupakan jumlah terbesar diantara kabupaten/kota di Jawa
Barat.
Dari komposisi umur penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2013, yaitu usia 014 tahun sebanyak 1.623.093 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 3.331.176 jiwa dan usia
65 tahun ke atas sebanyak 157.500 jiwa, maka angka beban ketergantungan
(dependency ratio) mencapai 53,45 yang berarti diantara 100 orang penduduk usia
produktif harus menanggung sebanyak 53 orang penduduk usia non produktif.
Jumlah pengangguran terbuka mengalami penurunan dibandingkan dengan
tahun 2011, dari 222.638 orang, menjadi 198.949 orang, pada tahun 2012 turun
sebanyak 23.689 orang (atau sekitar 10,64%). Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 31
pemerintah
Kabupaten
Bogor
dalam
menurunkan
jumlah
pengangguran
telah
menunjukan hasil yang memadai, baik yang dilakukan dengan cara mengundang
investor, membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan para pekerja
maupun upaya lainnya melalui kemudahan untuk membuka usaha baru dan wirausaha
mandiri di sektor formal maupun informal.
Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 2012
sebesar 65,11% bila dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu sebesar 2,57%. Kondisi ini
disebabkan implikasi dari bertambahnya angkatan kerja dari luar kabupaten Bogor yang
mendapatkan kesempatan kerja atau peluang kerja sehingga berpengaruh terhadap
proporsi dari tingkat partisipasi angkatan kerja lokal.
Berkenaan dengan pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Bogor,
perkembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Kabupaten Bogor menunjukkan
kondisi yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu
Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli.
Pada saat ini, peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
bidang pendidikan sangat terbuka. Hal ini ditopang oleh dukungan pemerintah baik
pusat maupun daerah melalui APBN-APBD yang akan berupaya menyediakan anggaran
untuk pendidikan sebesar 20 persen. Dalam kaitan ini, pemerintah menyadari bahwa
pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia, serta mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi
suatu bangsa. SDM yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi
kemajuan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi
kualitas SDM di wilayah tersebut. Peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan atau
menciptakan peluang usaha lebih besar bagi mereka yang berpendidikan tinggi
dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah.
2.5.
Penelaahan RTRW
Dalam rangka mewujudkan pembangunan wilayah yang aman, nyaman produktif
dan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 tahun 2007, maka
diperlukan sebuah instrumen kebijakan yang komprehensif dan multi-sektor yang
mampu mengarahkan perkembangan wilayah dengan tetap memperhatikan daya
dukung dan daya tampung sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah menyusun dokumen RTRW melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, dimana Kabupaten Bogor merupakan salah
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 32
satu kabupaten/kota yang lebih awal menetapkan Peraturan Daerah tentang RTRW
pasca diberlakukannya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007.
Peraturan Daerah nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor pada tahun 2013 dilakukukan revisi dan sedang dalam proses
penetapan. Revisi rencana tata ruang ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan
terkait terbitnya peraturan perundang-undangan dan kebijakan pusat dan provinsi yang
mempengaruhi sistematika, substansi dan arah kebijakan penataan ruang di wilayah
Kabupaten Bogor.
Terkait materi perubahan substansi RTRW Kabupaten Bogor tersebut maka
berikut ini dilakukan penelaahan rencana tata ruang sebagai matra pemanfaatan spasial
terhadap kebijakan pembangunan di Kabupaten Bogor sebagai salah satu bahan
kebijakan yang akan diacu. Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah yang direvisi
meliputi tujuan, kebijakan dan strategi; perwujudan struktur ruang; perwujudan pola
ruang serta perwujudan kawasan strategis.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bogor adalah MEWUJUDKAN TATA RUANG
WILAYAH YANG BERKUALITAS, BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN PARIWISATA, PERMUKIMAN, INDUSTRI DAN
PERTANIAN DALAM RANGKA MENDORONG PERKEMBANGAN WILAYAH YANG
MERATA DAN BERDAYA SAING MENUJU KABUPATEN BOGOR TERMAJU DAN
SEJAHTERA. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut maka disusun
II - 33
mancanegara
dengan
tetap
memperhatikan
kelestarian
II - 34
d. optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat
e. pengembangan tematik industri berdasarkan ketersediaan potensi sumber daya
yang tersedia;
f.
menyediakan sistem transportasi regional yang handal, cepat dan mudah diakses;
II - 35
j.
mengembangkan
pusat-pusat
distribusi produk-produk
pengarah,
pembentuk,
pengikat,
pengendali
dan
pendorong
pengembangan wilayah;
d. memantapkan keterkaitan fungsional antar pusat kegiatan perkotaan dan
perdesaan secara sinergis;
e. mengembangkan sistem jaringan jalan tol, jalan arteri primer, dan kolektor
primer serta mengintegrasikan pusat kegiatan nasional, dan pusat-pusat
pertumbuhan;
f.
II - 36
j.
k. meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi yang optimal;
l.
penetapan kawasan strategis kabupaten yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
II - 37
pengembangan
adalah
kesatuan
kelompok
wilayah
administratif
kecamatan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik dan fungsi yang diarahkan
pengembangannya secara terintegrasi. Pembagian wilayah pengembangan ini dibagi
kedalam 3 Wilayah Pengembangan dan 12 Sub Wilayah Pengembangan yang tertera
pada tabel berikut:
Tabel 2.4
Pembagian Wilayah
Wilayah
Pengembangan
Mendorong
perkembangan
Wilayah
Pengembangan
(WP) Barat
Arahan Fungsi
Pengembangan
kegiatan pertanian,
pertambangan,
kehutanan,
perkebunan,
pariwisata dan
budaya, industri,
jasa dan
permukiman
Mengendalikan
perkembangan
Wilayah
Pengembangan
(WP) Tengah
Pengembangan
kegiatan pusat
pemerintahan,
perdagangan dan
jasa, pusat
pelayanan sosial,
pusat komunikasi,
pusat permukiman
perkotaan,
Pariwisata dan
budaya, Industri
ramah lingkungan
Mengembangkan
perkembangan
Wilayah
Pengembangan
(WP) Timur
Pengembangan
kegiatan
perdagangan dan
jasa, pertanian,
pertambangan,
pariwisata, industri
manufaktur, pusat
permukiman
perkotaan.
II - 38
Gambar 2.1
Peta RTRW
II - 39
2.1.1.1
A. Sistem Perkotaan
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kawasan Perkotaan Bodebek;
2. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu Perkotaan Cibinong yang
merupakan pusat dari SWP Cibinong;
3. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu perkotaan Cileungsi, Ciguddeg,
Parungpanjang, dan Jonggol;
4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu perkotaan Parung, Leuwiliang, Jasinga,
Cigombong, Ciawi, Ciomas dan Ciampea;
5. Pusat Pelayanan Lingkungan Kota (PPLk), terdiri dari dua puluh sembilan (29)
desa di dua puluh dua (22) kecamatan, yaitu :
a. PPLk Karadenan, Nanggewer dan Cirimekar di Kecamatan Cibinong;
b. PPLk Susukan di Kecamatan Bojonggede;
c.
j.
s.
t.
II - 40
B. Sistem Perdesaan
Sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk Pusat Pelayanan Lingkungan
Desa (PPLd) yang dihubungkan dengan sistem jaringan jalan dan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk pengembangan perdesaan. PPLd di Kabupaten Bogor direncanakan
sebanyak 39 PPLd di 23 kecamatan, yaitu :
1. PPLd Desa Batok, dan Desa Tapos di Kecamatan Tenjo;
2. PPLd Desa Sukamulih Kecamatan Sukajaya;
3. PPLd Desa Banyuasih, Desa Cintamanik, dan Desa Bangunjaya di Kecamatan
Cigudeg;
4. PPLd Desa Cikuda di Kecamatan Parungpanjang;
5. PPLd Desa Cijujung di Kecamatan Cibungbulang;
6. PPLd Desa Pabangbon dan Desa Karacak di Kecamatan Leuwiliang;
7. PPLd Desa Ciasmara dan Desa Gunung Picung di Kecamatan Pamijahan;
8. PPLd Desa Ciampea Udik di Kecamatan Ciampea;
9. PPLd Desa Sirnagalih di Kecamatan Tamansari;
10. PPLd Desa Cidokom dan Kampungsawah di Kecamatan Rumpin;
11. PPLd Desa Cibitung Tengah dan Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya;
12. PPLd Desa Parakanmuncang dan Desa Cisarua di Kecamatan Nanggung;
13. PPLd Desa Parigimekar di Kecamatan Ciseeng;
14. PPLd Desa Pasir Gaok di Kecamatan Rancabungur;
15. PPLd Desa Setu, Desa Koleang, dan Desa Pangradin Kecamatan Jasinga;
16. PPLd Desa Cipelang di Kecamatan Cijeruk;
17. PPLd Desa Ciderum dan Desa Lemah Duhur di Kecamatan Caringin;
18. PPLd Desa Cibedug di Kecamatan Ciawi;
19. PPLd Desa Sukamaju di Kecamatan Megamendung;
20. PPLd Desa Sukadamai di Kecamatan Sukamakmur;
21. PPLd Desa Sirnagalih, Desa Singasari, di Kecamatan Jonggol;
22. PPLd Desa Cikutamahi di Kecamatan Cariu;
23. PPLd Desa Buana Jaya, Desa Selawangi, Desa Tanjungrasa, Desa Sirnarasa,
dan Desa Pasir Tanjung di Kecamatan Tanjungsari.
II - 41
2.1.1.2
Rencana
sistem
jaringan
prasarana
wilayah
meliputi
sistem
jaringan
prasarana utama yang terdiri dari sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
perkeretaapian, dan sistem jaringan transportasi udara; serta sistem jaringan
prasarana lainnya yang terdiri dari sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan
pengelolaan lingkungan.
A. Rencana Jaringan Transportasi
Rencana sistem transportasi sebagai prasarana utama meliputi sistem jaringan
transportasi darat, sistem jaringan perkeretaapian, dan sistem jaringan transportasi
udara.
Sistem jaringan transportasi darat meliputi rencana jaringan jalan, rencana
jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, serta rencana jaringan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan. Rencana jaringan jalan yang dimaksud meliputi jalan nasional
(tol dan non tol), jalan provinsi; dan jalan kabupaten.
Rencana jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :
1. Optimalisasi dan pengendalian pelayanan Angkutan Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP);
2. Optimalisasi dan pengendalian pelayanan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi
(AKDP);
3. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Perkotaan Massal (SAUM), seperti Bus
Rapid Transit, Monorel/Light Rail Transit, APTB, dan sebagainya.
Rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :
1. Rencana pengembangan terminal angkutan;
2. Rencana pengembangan terminal barang/peti kemas;
3. Rencana
pengembangan
kawasan
dengan
konsep
Transit
Oriented
Development (TOD);
4. Rencana pengembangan kawasan Park and Ride;
5. Rencana pengembangan jalur khusus angkutan umum masal dan jalur
kendaraan tidak bermotor (non motorized vehicle).
Untuk rencana sistem jaringan perkeretaapian, akan meliputi sistem jalur kereta
api dan stasiun kereta api. Rencana sistem jalur kereta api, terdiri dari rehabilitasi,
pengembangan, dan pembangunan jalur kereta api. Sedangkan untuk stasiun kereta
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 42
api dilakukan melalui pemeliharaan dan optimalisasi stasiun penumpang yang sudah
ada, seperti yang sudah ada di Bojonggede, Kecamatan Bojonggede dan di Cilebut,
Kecamatan
Sukaraja,
serta
pengembangan
dan
pembangunan
stasiun-stasiun
penumpang
Sistem jaringan transportasi udara meliputi Lapangan Udara dan Ruang Udara
untuk penerbangan. Lapangan udara meliputi :
1. Lapangan udara untuk pertahanan keamanan Atang Senjaya di Kecamatan
Kemang;
2. Lapangan udara untuk penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) di Kecamatan Rumpin; dan
3. Lapangan udara untuk pendidikan/pelatihan Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido di
Kecamatan Cigombong.
sedangkan ruang udara untuk penerbangan terdiri atas :
1. Ruang udara di sekitar bandara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan
yang berada di wilayah udara kabupaten;
2. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
3. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) terdiri atas :
a. KKOP Atang Sanjaya, dengan radius 6 Km meliputi sebagian Kecamatan
Ciampea,
Kecamatan
Dramaga,
Kecamatan
Bojonggede,
Kacamatan
sistem jaringan
energy
dilakukan
untuk
menjamin
dan
II - 43
II - 44
1. Kecamatan Cigombong;
2. Kecamatan Caringin;
3. Kecamatan Ciawi;
4. Kecamatan Sukaraja;
5. Kecamatan Babakanmadang;
6. Kecamatan Citeureup;
7. Kecamatan Gunungputri;
8. Kecamatan Klapanunggal;
9. Kecamatan Cileungsi;
10. Kecamatan Jasinga;
11. Kecamatan Cigudeg;
12. Kecamatan Leuwisadeng;
13. Kecamatan Leuwiliang;
14. Kecamatan Cibungbulang;
15. Kecamatan Ciampea;
16. Kecamatan Dramaga;
17. Kecamatan Tajurhalang;
18. Kecamatan Bojonggede;
19. Kecamatan Ciseeng;
20. Kecamatan Parung;
21. Kecamatan Gunungsindur;
22. Kecamatan Jasinga;
23. Kecamatan Cigudeg;
24. Kecamatan Rumpin;
25. Kecamatan Jonggol;
26. Kecamatan Bojonggede;
27. Kecamatan Cijeruk; dan
28. Kecamatan Caringin.
Jaringan
Transmisi Suralaya-Cilegon-Cibinong-Purwakarta-Bandung-Kuningan-
Transmisi
Cibinong-Tasikmalaya-Banyumas-
Transmisi
Cibinong-
Saguling-Bandung Selatan.
D. Rencana Jaringan Telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi yang dikembangkan, meliputi sistem jaringan
kabel dan sistem nirkabel.
II - 45
peningkatan
kapasitas
sambungan
telepon
kabel
pada
kawasan
dampak
negatif
terhadap
kesehatan
dan
keselamatan
sistem
jaringan
telekomunikasi
dapat
dilakukan
melalui
kerjasama antar daerah serta peran masyarakat dan dunia usaha. Ketentuan lebih
lanjut mengenai pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
E. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan sumberdaya air di Kabupaten Bogor merupakan salah satu hal
yang paling penting dilakukan mengingat masih banyak terdapat lahan sawah yang
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 46
maih belum optimal terjangkau oleh sistem pengairan yang ada, selain itu juga pola
penanganan jaringan sumberdaya air ini sangat berpengaruh terhadap wilayah lainnya.
Sistem jaringan sumberdaya air terdiri atas :
1. Wilayah Sungai (WS) terdiri atas:
a. WS strategis nasional yaitu WS Citarum mencakup DAS Citarum;
b. WS lintas provinsi, meliputi:
-
c.
II - 47
II - 48
d. Pemanfaatan air permukaan Situ Gede, Waduk Lido, Waduk Cikaret, Waduk
Ciawi, Waduk Narogong, Waduk Genteng, Waduk Sodong, Waduk Tanjung,
dan Waduk Parung Badak.
e. Embung di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cariu, Kecamatan Jonggol, dan
Kecamatan Megamendung;
f.
II - 49
dikategorikan sebagai wilayah limitasi bagi pembangunan fisik dan diperuntukkan bagi
pelestarian lingkungan. Dengan semakin minimnya penyangga air limpasan pada
wilayah hulu menyebabkan erosi pada wilayah hilirnya. Hal ini diakibatkan karena
semakin berkurangnya luas kawasan resapan air. Sehingga untuk mencegah terjadinya
kondisi tersebut, maka diperlukan penguasaan lahan oleh pemerintah pada kawasan
peruntukan resapan air.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang
adalah kawasan resapan air, meliputi:
1. Kecamatan Nanggung;
2. Kecamatan Jasinga;
3. Kecamatan Cigudeg;
4. Kecamatan Leuwiliang;
5. Kecamatan Leuwisadeng;
6. Kecamatan Pamijahan;
7. Kecamatan Tenjolaya;
8. Kecamatan Tamansari;
9. Kecamatan Klapa Nunggal;
10. Kecamatan Cisarua;
11. Kecamatan Ciawi;
12. Kecamatan Megamendung;
13. Kecamatan Caringin;
14. Kecamatan Cijeruk;
15. Kecamatan Cigombong;
16. Kecamatan Babakan Madang
17. Kecamatan Cariu;
18. Kecamatan Jonggol;
19. Kecamatan Sukamakmur; dan
20. Kecamatan Tanjungsari.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat meliputi :
1. Kawasan sempadan sungai;
2. Kawasan sekitar waduk/situ;
3. Kawasan sekitar mata air.
II - 50
A. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran
irigasi
primer
yang
mempunyai
manfaat
penting
untuk
paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
mempunyai
manfaat
penting
untuk
mempertahankan
kelestarian
fungsi
II - 51
harus
menghadap ke waduk/situ.
6. DI Kawasan Sempadan waduk/situ
II - 52
II - 53
satwa
serta
pemanfaatan
secara
lestari
sumberdaya
hayati
dan
ekosistemya.
2. Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan dan
zona lain sesuai dengan keperluan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 54
II - 55
Kawasan
rawan
tanah
longsor
terdapat
diKecamatan
Babakanmadang,
Kecamatan
Sukajaya,
Kecamatan
Tenjo,
Kecamatan
Pamijahan
dan
Kecamatan Tamansari.
Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunungputri,
Kecamatan
Tanjungsari,
Klapanunggal,
Kecamatan
Kecamatan
Jasinga,
Jonggol,
Kecamatan
Kecamatan
Nanggung,
Cariu,
Kecamatan
Kecamatan
Sukajaya,
penduduk
perlu
diawasi
dan
dikendalikan
dan
atau
organisasi
masyarakat,
yang
siap
dan
siaga
terhadap
II - 56
Kawasan cagar alam geologi adalah kawasan keunikan bentang alam berupa kawasan
karst, meliputi:
1. Gunung Kapur (Air Panas) di Kecamatan Ciseeng;
2. Gunung Cibodas di Kecamatan Ciampea; dan
3. Gunung Rengganis (Gua Gudawang) di Kecamatan Cigudeg.
Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas:
1. Kawasan rawan letusan gunung berapi, meliputi:
a. Gunung Salak di Kecamatan Cigombong, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan
Tamansari, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan;
b. Gunung Gede-Pangrango di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung,
dan Kecamatan Caringin; dan
c.
Kecamatan Cigudeg;
d. Kecamatan Sukajaya;
e. Kecamatan Pamijahan;
f.
Kecamatan Leuwiliang;
g. Kecamatan Sukaraja;
h. Kecamatan Citeureup;
i.
Kecamatan Babakanmadang;
j.
Kecamatan Klapanunggal;
k. Kecamatan Jonggol;
l.
m. Kecamatan Tanjungsari.
F. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya adalah kawasan perlindungan plasma nutfah, meliputi :
1. Taman Safari Indonesia di Kecamatan Cisarua;
2. Taman Buah Mekarsari di Cileungsi; dan
3. Gunung Salak Endah di Kecamatan Ciampea, Kecamatan Ciomas, dan
Kecamatan Cibungbulang.
II - 57
Kecamatan Babakanmadang;
d. Kecamatan Klapanunggal;
e. Kecamatan Jonggol;
f.
Kecamatan Leuwisadeng;
II - 58
2. Kawasan hutan produksi tetap dengan luasan kurang lebih 26,757.43 Hektar,
meliputi:
a. Kecamatan Tenjo;
b. Kecamatan Parungpanjang;
c.
Kecamatan Rumpin;
d. Kecamatan Cigudeg;
e. Kecamatan Jasinga;
f.
Kecamatan Leuwisadeng;
g. Kecamatan Leuwiliang;
h. Kecamatan Cibungbulang;
i.
Kecamatan Ciampea;
j.
Kecamatan Klapanunggal;
k. Kecamatan Citeureup;
l.
Kecamatan Babakanmadang;
m. Kecamatan Megamendung;
n. Kecamatan Cisarua;
o. Kecamatan Cariu;
p. Kecamatan Jonggol;
q. Kecamatan Tanjungsari; dan
r.
Kecamatan Sukamakmur.
pertumbuhan
perekonomian
wilayah
yang
berbasiskan
perekonomian lokal.
3. Pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian agar dapat
mencapai optimal.
Kawasan peruntukan pertanian, terdiri dari:
1. kawasan peruntukan tanaman pangan;
2. kawasan peruntukan hortikultura;
3. kawasan peruntukan perkebunan; dan
4. kawasan peruntukan peternakan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 59
II - 60
karena pada wilayah ini jenis tanah, kemiringan lahan dan sumber air mencukupi.
Konsep agribisnis/agroindustri diterapkan pada lahan-lahan atau ladang dan kemudian
hasilnya dikumpulkan di pusat kecamatan sebagai pusat agro industrinya.
Pengelolaan kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bogor adalah
sebagai berikut :
1. Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti jaringan jalan, irigasi, dan
agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi pertanian lahan
basah.
2. Pengembangan perusahaan pengumpul dan distribusi (dapat berbentuk
koperasi, pasar khusus, dan lain-lain) bagi pertanian lahan basah dengan
memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
3. Pemberian penguatan modal bagi petani lahan basah dalam rangka menunjang
kesinambungan usaha pertaniannya.
4. Menciptakan prasarana irigasi sehingga pengembangan pertanian lahan basah
agar tidak tergantung pada musim dengan memperhatikan kemampuan alam
dalam pembangunan irigasi.
5. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
pertanian
wilayah
pinggiran
(lahan
basah)
dan
pengembangan
pusat
kawasan
perekonomian
wilayah
peruntukan
lokal
Kabupaten
di
pertanian
kawasan
Bogor.
hortikultura bertujuan
sekitarnya
Pengembangan
dan
untuk
pengembangan
kawasan
pertanian
II - 61
6. Kecamatan Cigudeg;
7. Kecamatan Citeureup;
8. Kecamatan Cariu;
9. Kecamatan Ciseeng;
10. Kecamatan Gunungsindur;
11. Kecamatan Jonggol;
12. Kecamatan Jasinga;
13. Kecamatan Klapanunggal;
14. Kecamatan Leuwiliang;
15. Kecamatan Leuwisadeng;
16. Kecamatan Megamendung;
17. Kecamatan Parungpanjang;
18. Kecamatan Pamijahan;
19. Kecamatan Rumpin;
20. Kecamatan Rancabungur;
21. Kecamatan Sukaraja;
22. Kecamatan Sukajaya;
23. Kecamatan Sukamakmur;
24. Kecamatan Tenjo; dan
25. Kecamatan Tanjungsari.
Pengelolaan kawasan peruntukan pertanian hortikultura di Kabupaten Bogor
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Pemberian penguatan modal bagi petani lahan kering dalam rangka menunjang
kesinambungan usaha pertaniannya.
2. Membudidayakan komoditi tanaman hortikultura yang prospektif dan ekonomis,
intensifikasi pemanfaatan lahan, penanganan panen dan pasca panen dan
menggalakkan program penggunaan bibit unggul.
3. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
pertanian wilayah pinggiran dan pengembangan pusat pengumpul dan distribusi
bagi pertanian lahan basah dengan memperhatikan jarak minimum (mudah
dijangkau).
4. Memperluas wilayah pemasaran produksi pertanian lahan kering, baik lokal
maupun pasar ekspor.
5. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit.
6. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 62
stabilitas
harga
pupuk,
obat-obatan,
dan
bibit
tanaman
tahunan/perkebunan.
II - 63
Kecamatan Cigudeg;
d. Kecamatan Ciampea;
e. Kecamatan Cariu;
f.
Kecamatan Cijeruk;
g. Kecamatan Ciawi;
h. Kecamatan Cibungbulang;
i.
Kecamatan Cigombong;
j.
Kecamatan Ciomas;
k. Kecamatan Cisarua;
l.
Kecamatan Ciseeng;
m. Kecamatan Citeuruep;
n. Kecamatan Cileungsi;
o. Kecamatan Dramaga;
p. Kecamatan Gunung Putri;
q. Kecamatan Gunung Sindur;
r.
Kecamatan Kemang;
s.
Kecamatan Klapanunggal;
t.
Kecamatan Leuwiliang;
u. Kecamatan Leuwisadeng;
v. Kecamatan Megamendung;
w. Kecamatan Nanggung;
x. Kecamatan Jasinga;
y. Kecamatan Pamijahan;
z.
Kecamatan Parung;
II - 64
Kecamatan Tenjo.
Kecamatan Ciawi;
d. Kecamatan Cisarua;
e. Kecamatan Cibungbulang;
f.
Kecamatan Ciampea;
g. Kecamatan Cijeruk;
h. Kecamatan Caringin;
i.
Kecamatan Cigudeg;
j.
Kecamatan Ciseeng;
k. Kecamatan Citeureup;
l.
Kecamatan Cileungsi;
m. Kecamatan Cigombong;
n. Kecamatan Gunung Sindur;
o. Kecamatan Jasinga;
p. Kecamatan Jonggol;
q. Kecamatan Kemang;
r.
Kecamatan Leuwiliang;
s.
Kecamatan Megamendung;
t.
Kecamatan Nanggung;
u. Kecamatan Pamijahan;
v. Kecamatan Parung;
w. Kecamatan Parung Panjang;
x. Kecamatan Rancabungur;
y. Kecamatan Rumpin;
z.
Kecamatan Sukajaya;
II - 65
c.
Kecamatan Ciawi;
d. Kecamatan Cibungbulang;
e. Kecamatan Cijeruk;
f.
Kecamatan Cileungsi;
g. Kecamatan Cigudeg;
h. Kecamatan Ciomas;
i.
Kecamatan Cisarua;
j.
Kecamatan Citeureup;
k. Kecamatan Ciseeng;
l.
Kecamatan Gunungsindur;
m. Kecamatan Jasinga;
n. Kecamatan Jonggol;
o. Kecamatan Leuwiliang;
p. Kecamatan Leuwisadeng;
q. Kecamatan Megamendung;
r.
Kecamatan Nanggung;
s.
Kecamatan Parung;
t.
Kecamatan Pamijahan;
Kecamatan Tanjungsari;
berupa
penyediaan
lahan
yang
memenuhi
persyaratan
teknis
II - 66
terintegrasi
dengan
budidaya
tanaman
pangan,
hortikultura,
Kecamatan Cigudeg;
d. Kecamatan Ciampea;
e. Kecamatan Cariu;
f.
Kecamatan Cijeruk;
g. Kecamatan Ciawi;
h. Kecamatan Cibungbulang;
i.
Kecamatan Cigombong;
j.
Kecamatan Ciomas;
k. Kecamatan Cisarua;
l.
Kecamatan Ciseeng;
m. Kecamatan Cileungsi;
n. Kecamatan Cibinong;
o. Kecamatan Citeureup;
p. Kecamatan Dramaga;
q. Kecamatan Gunung Putri;
r.
s.
Kecamatan Jasinga;
t.
Kecamatan Kemang;
u. Kecamatan Klapanunggal;
v. Kecamatan Leuwiliang;
w. Kecamatan Leuwisadeng;
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 67
x. Kecamatan Megamendung;
y. Kecamatan Nanggung;
z.
Kecamatan Pamijahan;
Kecamatan Tamansari.
II - 68
peruntukan
pertambangan
terdiri
atas
kawasan
peruntukan
Kecamatan Ciseeng.
berikut:
1. Industri yang dikembangkan adalah industri yang memiliki dampak ikutan tinggi
dan berpolusi rendah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
2. Prioritas pengembangan industri pengolahan (dan atau agroindustri) pada
komoditas bukan konsumsi langsung (perlu pengolahan terlebih dahulu untuk
dikonsumsi) sehingga dapat membangkitkan tenaga kerja dalam jumlah yang
relatif besar.
3. Pemanfaatan teknologi industri tepat guna, yaitu pemanfataan teknologi yang
memperhatikan kemampuan produksi, tenaga kerja dan modal.
4. Diseluruh distrik dikembangkan peruntukan industri rumah tangga yang
mendukung terhadap kesinambungan kegiatan pertanian seperti perkebunan,
pertanian lahan basah dan kering, peternakan dan perikanan, dan perhutanan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 69
II - 70
6. Kecamatan Caringin;
7. Kecamatan Gunungputri;
8. Kecamatan Gunungsindur;
9. Kecamatan Jasinga;
10. Kecamatan Leuwiliang;
11. Kecamatan Parungpanjang; dan
12. Kecamatan Sukaraja.
C. Kawasan peruntukan industri kecil/mikro, dapat dikembangkan pada :
1. Peruntukan industri;
2. Peruntukan perkotaan;
3. Peruntukan perdesaan; dan
4. Peruntukan lain yang mempunyai daya dukung lingkungan terhadap kegiatan
industri dimaksud.
D. Pengembangan kawasan peruntukan industri, meliputi
1. Mengoptimalkan kawasan industri yang telah ada, terletak di sebagian:
a. Kecamatan Klapanunggal;
b. Kecamatan Cileungsi;
c.
Kecamatan Cibinong;
Kecamatan Klapanunggal;
d. Kecamatan Cileungsi;
e. Kecamatan Gunung Putri;
f.
Kecamatan Citeureup;
g. Kecamatan Gunungsindur;
h. Kecamatan Leuwiliang;
i.
j.
Kecamatan Parungpanjang.
II - 71
d. Kawah Ratu, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, Air Panas
Gunung Salak Endah, Air Panas Ciasmara, Air Panas Gunungsari, Bumi
Perkemahan Gunung Bunder, Bumi Perkemahan Pancasila, Telaga Ciputri,
dan Panorama Alam Ciasihan di Kecamatan Pamijahan;
e. Air Panas Jugalajaya, Air Panas Kembang Kuning, Situ Cikadondong, Situ
Jantungeun, Situ Wedana, dan Curug Bandung di Kecamatan Jasinga; di
inventaris situ namanya Situ Kadongdong, Situ Cijantungeun Girang,
Cijantungeun Hilir. Di data inventaris situ, Situ Wedana ada di kecamatan
parungpanjang
f.
j.
Air Panas Bojong Koneng, Wahana Wisata Gunung Pancar dan Kawah Hitam
di Kecamatan Babakanmadang;
II - 72
c.
peruntukan
permukiman
meliputi
permukiman
perdesaan
dan
permukiman perkotaan.
A. Permukiman di Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk didalamnya pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana,
terdiri dari :
1. Permukiman perdesaan di luar kawasan lindung, meliputi:
a. Kecamatan Sukaraja;
b. Kecamatan Citeureup;
c.
Kecamatan Babakanmadang;
d. Kecamatan Cileungsi;
e. Kecamatan Klapanunggal;
f.
Kecamatan Jonggol;
g. Kecamatan Sukamakmur;
h. Kecamatan Cariu;
i.
Kecamatan Tanjungsari;
j.
Kecamatan Jasinga;
k. Kecamatan Cigudeg;
l.
Kecamatan Rumpin;
II - 73
m. Kecamatan Nanggung;
n. Kecamatan Pamijahan;
o. Kecamatan Tenjo;
p. Kecamatan Parungpanjang;
q. Kecamatan Leuwisadeng;
r.
Kecamatan Leuwiliang;
s.
Kecamatan Ciampea;
t.
Kecamatan Dramaga;
u. Kecamatan Cibungbulang;
v. Kecamatan Parung;
w. Kecamatan Kemang;
x. Kecamatan Ciseeng;
y. Kecamatan Gunungsindur;
z.
Kecamatan Rancabungur;
Kecamatan Tenjolaya.
Kecamatan Babakanmadang;
d. Kecamatan Klapanunggal;
e. Kecamatan Jonggol;
f.
Kecamatan Sukamakmur;
g. Kecamatan Cariu;
h. Kecamatan Tanjungsari;
i.
Kecamatan Jasinga;
j.
Kecamatan Cigudeg;
II - 74
k. Kecamatan Rumpin;
l.
Kecamatan Nanggung;
m. Kecamatan Pamijahan;
n. Kecamatan Leuwiliang;
o. Kecamatan Leuwisadeng
p. Kecamatan Cisarua;
q. Kecamatan Megamendung;
r.
Kecamatan Ciawi;
s.
Kecamatan Caringin;
t.
Kecamatan Cijeruk;
u. Kecamatan Cigombong;
v. Kecamatan Tamansari; dan
w. Kecamatan Sukajaya.
B. Permukiman di Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemernitahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan, terdiri dari:
1. Permukiman perkotaan kepadatan tinggi, meliputi sebagian :
a. Kecamatan Cibinong;
b. Kecamatan Bojonggede;
c.
Kecamatan Tajurhalang;
d. Kecamatan Parung;
e. Kecamatan Kemang;
f.
Kecamatan Ciseeng;
Kecamatan Jasinga;
j.
Kecamatan Leuwiliang;
k. Kecamatan Sukaraja;
l.
Kecamatan Citeureup;
m. Kecamatan Gunungputri;
n. Kecamatan Cileungsi; dan
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 75
o. Kecamatan Klapanunggal.
2. Permukiman perkotaan kepadatan sedang, meliputi sebagian :
a. Kecamatan Sukaraja;
b. Kecamatan Babakanmadang;
c.
Kecamatan Citeureup;
d. Kecamatan Klapanunggal;
e. Kecamatan Cileungsi;
f.
Kecamatan Sukamakmur;
g. Kecamatan Jonggol;
h. Kecamatan Tanjungsari;
i.
Kecamatan Jasinga;
j.
Kecamatan Cigudeg;
k. Kecamatan Rumpin;
l.
Kecamatan Nanggung;
m. Kecamatan Tenjo;
n. Kecamatan Parungpanjang;
o. Kecamatan Leuwisadeng;
p. Kecamatan Leuwiliang;
q. Kecamatan Ciampea;
r.
Kecamatan Dramaga;
s.
Kecamatan Cibungbulang;
t.
Kecamatan Cisarua;
u. Kecamatan Megamendung;
v. Kecamatan Ciawi;
w. Kecamatan Caringin;
x. Kecamatan Cijeruk;
y. Kecamatan Cigombong;
z.
Kecamatan Tamansari;
Kecamatan Babakanmadang;
d. Kecamatan Jonggol;
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
II - 76
e. Kecamatan Sukamakmur;
f.
Kecamatan Cariu;
g. Kecamatan Tanjungsari;
h. Kecamatan Cigudeg;
i.
Kecamatan Rumpin;
j.
Kecamatan Nanggung;
k. Kecamatan Leuwisadeng;
l.
Kecamatan Leuwiliang;
m. Kecamatan Cisarua;
n. Kecamatan Megamendung;
o. Kecamatan Ciawi;
p. Kecamatan Caringin; dan
q. Kecamatan Cijeruk.
Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya, meliputi:
1. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
2. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
3. kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan Tempat Pemakaman Bukan
Umum (TPBU);
4. kawasan pendidikan dan balai latihan kerja;
5. kawasan sarana olahraga;
6. kawasan sarana kesehatan; dan
7. kawasan sarana kebudayaan dan peribadatan.
A. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, diarahkan untuk:
1. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan PKW dan
PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai dengan fungsinya; dan
2. Membatasi perluasan kegiatan perdagangan dan jasa di perkotaan pada
kawasan yang telah berkembang pesat dan kawasan yang berfungsi lindung.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa diarahkan untuk:
1. peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional,
nasional dan internasional;
2. peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang
efektif dan efisien;
II - 77
3. peningkatan
perlindungan
konsumen,
pasar
tradisional
dan
kesadaran
2. Kawasan pangkalan TNI angkatan Udara (Lanud) yaitu lapangan udara Atang
Sanjaya, di Kecamatan Kemang.
3. Kawasan pendidikan/latihan militer TNI AU yaitu Detasemen Bravo di
Kecamatan Rumpin.
4. Kawasan Pendidikan/Latihan Polri yaitu SPN Lido yang berada di bawah
naungan Polda Metro Jaya.
5. KODIM di Kecamatan Cibinong;
6. POLRES di Kecamatan Cibinong;
7. BATALYON KOPASUS di Kecamatan Kemang;
8. KORAMIL di setiap Kecamatan; dan
9. POLSEK di setiap Kecamatan.
C.
II - 78
kegiatan
olah
raga
di
masyarakat
dengan
dan
optimalisasi
peranan
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
II - 79
parasarana
peribadatan
yang
disesuaikan
dengan
keadaan
masyarakat
setempat
berdasarkan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kawasan Strategis
Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Bogor terdiri atas :
A. Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Bogor, meliputi:
1. KSN Jabodetabekpunjur;
2. KSN SKSD Palapa Klapanunggal
B. Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Bogor, terdiri atas:
1. KSP Bogor-Puncak-Cianjur yang merupakan Kawasan Strategis dari sudut
kepentingan lingkungan hidup ;
2. KSP Jonggol yang merupakan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan
ekonomi;
3. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak-Pongkor yang
merupakan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pendayagunaan SDA dan
teknologi tinggi;
II - 80
Kecamatan Citeureup;
Kecamatan Klapanunggal;
Kecamatan Jonggol.
Kecamatan Cigudeg;
Kecamatan Nanggung.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup terdiri atas :
a. Kawasan strategis puncak, meliputi :
-
Kecamatan Cisarua;
Kecamatan Cibinong;
Kecamatan Ciomas;
Kecamatan Dramaga;
Kecamatan Kemang;
Kecamatan Bojonggede;
Kecamatan Ciawi.
II - 81
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
Daerah, Peraturan
Pemerintah
Nomor 58 Tahun
2005 tentang
serta
Pajak Provinsi, Dana Penyesuaian Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi dan
PEMDA lainnya dan Bagi Hasil Retribusi Provinsi. Pendapatan dari dana perimbangan
sebenarnya di luar kendali Pemerintah Daerah karena alokasi dana tersebut ditentukan
oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan formula yang telah ditetapkan. Penerimaan dari
dana perimbangan sangat bergantung dari penerimaan Pemerintah Pusat dan formula
dana alokasi umum. Dengan demikian, untuk menjamin pendapatan daerah, Pemerintah
Daerah memfokuskan pada pengembangan pendapatan asli daerah.
Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA),
Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan dan penerimaan dari piutang daerah. Selain dana dari
penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah
Provinsi berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang mana dana
tersebut sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi yang diperuntukan bagi
kepentingan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, dana
masyarakat
dan
swasta
sangat
dibutuhkan
dalam
menentukan
keberhasilan
pembangunan di Kabupaten Bogor yang dapat memberikan kontribusi lebih dari 80%
dari total pembangunan.
Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bogor 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun
2008 hingga tahun 2013, digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPJMD
Kabupaten Bogor periode Tahun 2013-2018. Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci
tentang kondisi kinerja pelaksanaan APBD serta neraca daerah dapat diuraikan sebagai
berikut :
3.1.1.1. Kinerja Pengelolaan Pendapatan Daerah
Kebijakan pendapatan Kabupaten Bogor selama kurun waktu 2008-2013,
diarahkan
untuk
Optimalisasi
Penerimaan
Pendapatan
Daerah
dan
perkembangan
pendapatan
daerah
III - 2
yang
Kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 pendapatan daerah
Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang cukup besar baik dari sisi target
maupun realisasi. Berikut digambarkan trend target dan realisasi pendapatan daerah
Kabupaten Bogor kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013
2008
290.940.055.000
1.269.110.457.000
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
210.318.282.000
2009
321.074.025.000
1.395.963.550.000
260.114.419.000
1.977.151.994.000
2010
381.351.329.000
1.549.097.574.000
476.694.303.000
2.407.143.206.000
2011
597.836.367.000
1.710.592.054.000
1.003.904.179.000
3.312.332.600.000
2012
911.453.125.000
1.963.877.056.000
871.711.633.000
3.747.041.814.000
2013
1.065.130.420.000
2.299.110.842.000
1.040.660.084.000
4.504.277.319.000
TAHUN
DANA
PERIMBANGAN
PAD
JUMLAH
1.770.368.794.000
Tabel 3.2.
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013
TAHUN
DANA
PERIMBANGAN
PAD
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
JUMLAH
2008
316.635.690.464
1.336.366.431.200
222.854.290.866
1.875.856.412.530
2009
337.903.884.329
1.524.291.997.485
315.941.629.824
2.178.137.511.638
2010
399.263.956.504
1.611.993.763.844
500.217.252.056
2.511.474.972.404
2011
685.121.399.928
1.781.177.918.858
985.455.796.519
3.451.755.115.305
2012
1.048.230.704.202
2.048.587.761.028
857.269.137.888
3.954.087.603.118
2013
1.258.766.010.366,99
2.310.876.711.691,00
1.000.421.091.002,00
4.570.063.813.059,99
dimulai
dari
tahun
2008
sebesar
Rp.1.875.856.412.530
dari
target
III - 3
Target
REALISASI
Lain-Lain
Pendapatan
Yang Sah;
20,25%
Lain-Lain
Pendapatan
Yang Sah;
19,74%
PAD
19,46%
Dana
Perimbangan
PAD;
Dana
Perimbangan
20,37%
59,90%
60,29%
Gambar 3.1.
Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2008 2013
III - 4
Tahun
PAD
Dana
Perimbangan
2013
27,54%
50,57%
2012
26,51%
51,81%
2011
19,85%
2010
15,90%
2009
15,51%
2008
16,88%
51,60%
64,19%
69,98%
71,24%
Lain-Lain
Pendapatan Yang
Sah
21,89%
21,68%
28,55%
19,92%
14,51%
11,88%
Gambar 3.2.
Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013
Pada Tahun 2013 komposisi Realisasi PAD terhadap Pendapatan Daerah sudah mencapai
27,54% yang semula pada tahun 2008 komposisi Realisasi PAD terhadap Pendapatan Daerah
sebesar 16,83% atau naik sebesar 10,32%.
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor,
dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 secara rata-rata selama 5 tahun
telah mencapai 27,54% Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan syarat kemandirian dalam
pelaksanaan otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat memberikan dukungan yang besar
terhadap total pendapatan daerah kontribusi ideal mencapai minimal 20%. Untuk Tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Bogor telah melampaui angka konstribusi ideal tersebut, jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang lain di Jawa Barat dan Kabupaten/Kota di Indonesia
maka kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor sudah di atas kondisi rata-rata,
karena Kabupaten/kota lainnya baru mencapai 5% sampai dengan 10%.
Perkembangan penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor selama kurun waktu
tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, secara linier terus meningkat dari masing-masing
komponen Pendapatan Daerah, terutama dari Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) khususnya Pajak Daerah, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah, dengan perincian sebagai
berikut :
III - 5
Kabupaten Bogor selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3.
Target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008 2013
Tahun
Pajak Daerah
Retribusi
Daerah
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD
yang Sah
2008
153.219.665.000
102.365.889.000
13.743.879.000
21.610.622.000
290.940.055.000
2009
159.914.948.000
109.965.372.000
16.202.324.000
34.991.381.000
321.074.025.000
2010
190.673.157.000
113.155.250.000
22.912.940.000
54.609.982.000
381.351.329.000
2011
373.704.079.000
101.744.758.000
23.486.270.000
98.901.260.000
597.836.367.000
2012
625.871.642.000
115.767.678.000
32.132.713.000
137.681.092.000
911.453.125.000
2013
813.780.980.000
138.829.789.000
13.244.856.000
198.650.768.000
1.164.506.393.000
Jumlah
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.4.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Tahun
Pajak Daerah
Retribusi
Daerah
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD
yang Sah
2008
159.731.425.185
117.093.957.647
13.810.402.411
25.999.905.221
316.635.690.464
2009
167.079.071.810
116.502.385.407
16.230.267.061
38.092.160.051
337.903.884.329
2010
197.020.356.557
119.564.617.840
22.914.533.335
59.764.448.772
399.263.956.504
2011
456.752.497.703
108.755.927.353
11.544.304.953
108.068.669.919
685.121.399.928
2012
741.235.205.926
127.812.577.508
11.814.896.156
167.368.024.612
1.041.230.704.202
2013
883.306.000.193
145.819.007.884
Jumlah
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Lain-lain PAD
yang Sah;
13,56%
TARGET
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah yg
Dipisahkan;
4,06%
Pajak
Daerah;
58,92%
Gambar 3.3.
Rata-Rata Komposisi prosentase PAD Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
III - 6
a. Pajak Daerah
Pendapatan daerah yang berasal dari Pajak Daerah bersumber dari 10 jenis
Pajak Daerah, yakni Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Daerah
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen yang paling
dominan, hal tersebut ditandai dengan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun
2013 yakni mencapai 59,47%. Peningkatan penerimaan PAD dalam kurun waktu
2008-2013
sangat
signifikan,
semula
pada
tahun
2008
sebesar
2012
625.871.642.000
27.071.495.000
26.658.690.000
16.635.953.000
9.500.000.000
122.135.996.000
2.054.251.000
24.282.938.000
191.358.365.000
79.791.156.000
126.382.798.000
2013
813.780.980.000
36.706.422.000
40.592.369.000
19.828.663.000
11.778.862.000
149.815.172.000
3.301.513.000
37.981.691.000
256.000.000.000
89.690.428.000
168.085.860.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 7
Tabel 3.6.
Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
JenisPajak
2008
2009
2010
2011
No.
HasilPajakDaerah
2013
2012
1 PajakHotel
2 PajakRestoran
3 PajakHiburan
4 PajakReklame
5 PajakPeneranganJalan
6 PajakPengambilanBahanGalianGolonganC
7 PajakParkir
8 PajakAirBawahTanah
9 PajakSarangBurungWalet
10BeaPerolehanHakAtasTanahdanBangunan
55.787.600
-
62.676.350
-
11PajakMineralBukanLogamdanBatuan
12PajakBumidanBangunanSektorPerdesaan&Perkotaan
70.258.650 75.584.700
- 192.802.840.542 266.372.346.107 290.572.171.861,20
-
- 88.419.918.376 89.996.110.222,00
- 137.907.879.470 189.202.198.464,88
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.7.
Rata-rata Target Komposisi Komponen Pajak Daerah
Tahun 2008-2013
URAIAN PAJAK DAERAH
RATA-RATA KOMPOSISI
REALISASI (%)
Pajak Hotel
5,30%
Pajak Restoran
5,19%
Pajak Hiburan
2,96%
Pajak Reklame
2,23%
23,89%
8,37%
Pajak Parkir
0,41%
3,45%
0,01%
10
28,78%
11
6,85%
12
12,56%
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Dari tabel diatas, terlihat bahwa yang paling dominan dari 12 jenis pajak daerah
yang ada di Kabupaten Bogor pada kurun waktu tahun 2008-2013 adalah Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang mencapai 28,78% dan Pajak
Penerangan Jalan yang mencapai 23,89%. Hal tersebut didukung oleh
perkembangan penggunaan listrik di wilayah Kabupaten Bogor, baik itu dari
sektor rumah tangga maupun bisnis.
III - 8
b. Retribusi Daerah
Retribusi
daerah
merupakan
komponen
Pendapatan
Asli
Daerah
yang
memberikan kontribusi terbesar kedua setelah pajak daerah, yakni dalam kurun
waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 kontribusi retribusi daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah yang mencapai 23,51% sejalan dengan
upaya-upaya pengembangan penerimaan pendapatan daerah dari pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bogor (Retribusi Daerah) selama
kurun waktu tahun 2008-2013 pun terdapat perkembangan yang positif, baik itu
dari jenis retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha maupun dari jenis Retribusi
Perijinan Tertentu. Pada kurun waktu tahun 2008-2013 terdapat 38 jenis dari 3
(tiga) kategori retribusi yang menjadi sumber penerimaan Pendapatan Asli
Daerah, yaitu:
1) Kategori Jasa Umum, terdiri dari 10 (sepuluh) jenis retribusi, yaitu:
a) Retribusi Pelayanan Umum;
b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
d) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
e) Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor;
f)
j)
III - 9
j)
III - 10
Tabel 3.8.
Rencana Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah
di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah
Tahun 2008-2013
Jenis Retribusi
Tahun
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
II
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Jasa Umum
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
Pengujian Kendaraan bermotor
Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan
Pendaftaran Perusahaan
Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian
Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil
Penyedotan Kakus
Jasa Usaha
2008
107,18
108,35
100,57
106,5
87,04
95,03
110,8
116,14
1
2
3
4
5
6
7
III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
Retribusi
100,9
60,59
107,26
100,17
101,16
96,22
87,41
80,67
127,65
109,98
61,15
100,88
118,19
108,14
102,1
147,78
100
100
100
132,88
145,66
100,97
100
96,19
114,18
122,43
2009
113,52
115,8
100,06
100,75
92,55
100,01
41,69
70,22
119,42
142,64
91,13
2010
107,83
109,65
100,07
100,03
100
100
71,43
124,2
107,16
101,95
2011
102,97
103,87
100,23
101,52
100
100
100,04
97,33
2012
102,87
103,64
100,1
109,29
100
100,01
100,11
91,57
2013
109,25
111,66
101,14
118,72
100,04
100,1
100,02
93,63
138,6
81,43
88,42
100,16
101,03
100,49
101,55
96,2
88,01
100,02
71,39
106,02
123,36
73,27
100,48
148,58
100
100
100
100
100
100
102,27
-
106,25
85,04
100
100,19
95,4
100
95,44
102,77
109,41
100,57
121,65
109,5
106,5
131,17
102,67
100,21
106,25
-
119,89
85
100,01
101,32
90,13
91,54
108,81
120,01
100,02
-
117
100,04
100
101,95
102,42
86,49
115,72
114,68
100,04
-
111,84
100,08
100,1
98,19
112,81
98,51
101,41
101,18
100,5
118,27
-
Rerata
107,27
108,83
100,36
106,14
96,61
99,19
18,85
32,4
37,76
42,24
50,03
98,62
115,75
85,36
99,3
50,09
99,84
100,34
14,57
92,37
108,76
107,21
93,72
48,99
18,25
55,12
60,44
46,34
58,08
42,47
19,71
33,33
33,33
33,33
38,81
40,94
33,5
33,71
16,03
19,03
20,4
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Dari 38 jenis retribusi tersebut, secara nominal jenis retribusi daerah yang
memberikan kontribusi terbesar adalah berasal dari Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah sebesar 115,75%; Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar
108,83% dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebesar 108,76%, diikuti oleh
Retribusi Ijin Gangguan sebesar 107,21%, Retribusi Pelayanan Pemakaman/
Pengabuan Mayat sebesar 106,14%, Retribusi Pelayanan Persampahan/
Kebersihan sebesar 100,36% dan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
sebesar 100,34%.
Sedangkan perkembangan target dan realisasi Retribusi Daerah di Kabupaten
Bogor dalam kurun waktu tahun 2008-2013, berdasarkan jenis retribusi daerah
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
III - 11
Tabel 3.9.
Realisasi Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah
di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah
Tahun 2008-2013
Jenis Retribusi Daerah
Tahun
Jasa Umum
Rp
2008
49.989.649.000
53.576.914.009
51.979.684.000
59.008.141.506
41.094.278.000
2009
Jasa Usaha
%
107,18
Rp
3.725.086.000
3.207.298.773
%
86,10
3.500.427.000
113,52
2010
Perijinan Tertentu
Rp
48.651.154.000
60.309.744.865
3.796.086.000
44.313.806.485
3.723.650.802
71.527.160.553
34.285.785.000
3.751.473.000
63.707.500.000
35.305.355.168
45.072.885.000
2012
102,75
3.854.469.001
46.365.485.273
60.211.067.000
2013
R
4.880.063.035
115.767.678.000
115,61
127.812.577.508
74.216.580.000
106,80
4.701.394.660
75.339.262.012
3.940.653.667
62.591.911.000
102,11
4.034.690.323
138.829.789.000
101,51
47.105.558.000
50.724.675.609
108.755.927.353
76.567.029.200
4.402.142.000
107,27
101.744.758.000
66.226.085.000
65.778.351.212
Rerata
119.564.617.840
109,24
109,21
109,25
113.155.250.000
69.596.103.184
4.468.708.000
102,87
116.502.385.407
104,78
T
R
117.093.957.647
109.965.372.000
68.264.886.000
98,09
102,97
Rp
102.365.889.000
98,47
53.652.978.233
R
2011
123,96
54.485.261.000
109,74
3.841.265.668
107,83
Jumlah
145.819.007.884
113.638.122.667
108,93
67.832.046.341
122.591.412.273
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Dari tabel di atas, terlihat bahwa jenis retribusi yang memeliki prosentase
realisasi terbesar adalah dari jenis retribusi Perijinan Tertentu yakni sebesar
108,93%, Retribusi Jasa Umum sebesar 107,27% dan Retribusi Jasa Usaha
sebesar 102,11%.
Tabel 3.10.
Prosentase Realisasi Target Retribusi Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Tahun
Jasa Usaha
Perijinan Tertentu
2008
45,76
2,74
51,51
2009
50,65
3,30
46,05
2010
37,06
3,11
59,82
2011
32,46
3,54
63,99
2012
36,28
3,82
59,91
2013
45,11
3,22
51,67
Rerata
41,22
3,29
55,49
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 12
Tabel 3.11.
Target Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Uraian
Retribusi Jasa Umum
1 Retribusi Pelayanan Kesehatan
2 Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
3 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
4 Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
5 Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor
6 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan
7 Retribusi Pendaftaran Perusahaan
8 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian
9 Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil
10 Retribusi Penyedotan Kakus
2008
49.989.649.000
43.397.479.000
4.000.000.000
500.000.000
310.320.000
1.545.000.000
236.850.000
-
2009
51.979.684.000
44.769.563.000
4.250.000.000
500.000.000
335.320.000
1.545.000.000
104.137.000
217.804.000
41.200.000
216.660.000
-
2010
41.094.278.000
33.143.543.000
5.150.000.000
579.015.000
355.320.000
1.585.000.000
80.000.000
159.500.000
41.900.000
-
2011
34.285.785.000
25.792.062.000
5.500.008.000
579.015.000
400.000.000
1.640.000.000
374.700.000
2012
45.072.885.000
34.293.258.000
8.114.978.000
374.407.000
440.000.000
1.400.242.000
450.000.000
2013
60.211.067.000
46.533.524.000
11.052.878.000
60.033.000
536.485.000
1.500.000.000
517.500.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.12.
Realisasi Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Retribusi Jasa Umum
53.576.914.009 59.008.141.506 44.313.806.485 35.305.355.168 46.365.485.273 65.778.351.212
1 Retribusi Pelayanan Kesehatan
47.020.969.938 51.841.908.358 36.340.738.539 26.789.842.208 35.542.302.148 51.959.587.204
2 Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
4.022.748.000 4.252.440.585 5.153.381.606 5.512.776.217 8.123.143.000 11.179.030.258
3 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
532.515.431 503.736.063 579.186.340 587.825.743 409.189.625 83.910.750
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.13.
Target Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor
Tahun 2008 - 2013
Uraian
2008
RetribusiJasaUsaha
3.725.086.000
1RetribusiPem
akaianKekayaanDaerah 1.285.000.000
2RetribusiTerminalPenumpang
1.300.072.000
3RetribusiTem
patKhususParkir
187.875.000
4RetribusiPenyedotanKakus
300.000.000
5RetribusiRum
ahPotongHewan
211.170.000
6RetribusiTem
patRekreasidanOlahraga 250.000.000
7RetribusiIzinUsahaPariwisata
190.969.000
2009
2010
3.500.427.000 3.796.086.000
2011
3.751.473.000
2012
2013
4.468.708.0004.402.142.000
1.440.411.000 1.543.734.000
1.025.016.000 1.053.800.000
250.000.000 268.000.000
300.000.000 340.560.000
1.575.604.000
1.180.000.000
350.000.000
-
2.345.083.0002.490.402.000
1.180.000.0001.210.000.000
385.000.000 315.500.000
-
270.792.000
375.077.000
-
287.292.000 316.020.000
271.333.000 70.000.000
-
225.000.000
260.000.000
-
259.992.000
330.000.000
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 13
Tabel 3.14.
Realisasi Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Retribusi Terminal Penumpang
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Retribusi Penyedotan Kakus
Retribusi Rumah Potong Hewan
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Retribusi Izin Usaha Pariwisata
2008
2009
2010
2011
2012
2013
3.207.298.773 3.841.265.668 3.723.650.802 3.854.469.001 4.880.063.035
4.701.394.660
1.296.513.223 1.996.460.243 1.640.285.252 1.889.018.651 2.743.762.835
2.785.301.660
787.666.000 834.680.500 896.111.000 1.003.007.000 1.180.481.000 1.211.026.000,00
201.509.050 221.055.925 268.010.550 350.019.200 385.018.200 315.810.000,00
300.500.000 300.470.000 341.200.000
213.625.500 227.324.000 248.044.000 274.374.150 292.901.000 310.290.000,00
240.550.000 261.275.000 330.000.000 338.050.000 277.900.000
78.967.000,00
166.935.000
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.15.
Target Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Uraian
Retribusi Perizinan tertentu
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Retribusi Izin Gangguan
Retribusi Izin Trayek
Retribusi Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah
Retribusi Izin Ketenagakerjaan
Retribusi Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL)
Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)
Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi
Retribusi Izin Angkutan
Retribusi Izin Usaha Pariwisata
Retribusi Ijin Tenaga Kerja Asing
Retribusi Ijin Penampungan CTKI
Retribusi IjinPendirian Bursa Kerja Khusus dan LPPS
Retribusi Ijin Operasional LKKS dan BLKLN
Retribusi Ijin Pemakaian Pesawat/Bejana Uap
Retribusi Ijin Pesawat Angkat/Angkut
Retribusi Ijin Pemakaian Bejana Uap
Retribusi Ijin Instalasi Penyalur/Penangkal Petir
Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan
Retribusi Pendaftaran Perusahaan
Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian
2013
2008
2009
2010
2011
2012
48.651.154.000 54.485.261.000 68.264.886.000 63.707.500.000 66.226.085.000 74.216.580.000
39.930.000.000 45.412.000.000 60.500.000.000 60.500.000.000 63.000.000.000 70.000.000.000
2.050.000.000 2.200.000.000 2.400.000.000 2.777.500.000 3.000.000.000 3.456.105.000
500.000.000
401.565.000
425.500.000
430.000.000
226.085.000
232.475.000
509.475.000
570.000.000
402.500.000
30.000.000
220.000.000
100.000.000
197.172.000
4.020.001.000 5.421.788.000 4.000.000.000
262.000.000
101.000.000
75.000.000
250.000.000
83.400.000
97.400.000
150.750.000
137.314.000
528.000.000
1.200.000
600.000
750.000
1.000.000
1.800.000
2.550.000
21.096.000
1.728.000
30.960.000
5.400.000
32.112.000
25.560.000
41.760.000
7.920.000
250.000.000
250.000.000
280.000.000
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.16.
Realisasi Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
Retribusi Perizinan tertentu
Uraian
2008
60.309.744.865
2009
53.652.978.233
2010
71.527.160.553
2011
69.596.103.184
2012
76.567.029.200
Retribusi IMB
Retribusi Izin Gangguan
50.971.590.300
2.254.625.440
43.687.259.610
1.936.159.649
62.173.607.292
2.625.898.277
65.832.890.878
3.333.142.306
72.900.511.534
3.440.332.666
305.730.500
513.975.000
401.640.000
406.900.000
427.945.000
489.625.000
430.070.000
-
226.185.000
-
260.008.800
106.020.050
32.850.000
209.982.450
4.347.092.540
6.688.280.824
5.246.760.534
267.500.000
369.441.250
74.000.000
83.800.000
77.000.000
97.600.000
223.980.100
-
145.892.000
-
1.200.000
750.000
600.000
1.000.000
1.800.000
28.032.000
2.550.000
1.728.000
45.096.000
32.424.000
5.400.000
25.560.000
41.760.000
8.100.000
240.475.000
285.450.000
342.794.035
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 14
c.
JUMLAH
2008
5.616.118.000
8.127.761.000
13.743.879.000
2009
6.169.717.000
10.032.607.000
16.202.324.000
2010
9.117.749.000
13.795.191.000
22.912.940.000
2011
11.941.966.000
11.544.304.000
23.486.270.000
2012
20.317.817.000
11.814.896.000
32.132.713.000
2013
21.386.580.000
13.275.956.000
34.662.536.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.18.
Realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
(Deviden) Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013
URAIAN
TAHUN
BAGIAN LABA
PERUSAHAN MILIK DAERAH
JUMLAH
2008
5.682.640.011
8.127.762.400
13.810.402.411
2009
6.069.717.948
10.060.549.113
16.130.267.061
2010
9.117.749.269
13.796.784.066
22.914.533.335
2011
11.860.408.948
11.544.304.953
23.404.713.901
2012
20.317.750.094
11.814.896.156
32.132.646.250
2013
13.244.856.928
947.048.906
14.191.905.834
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
kualitas
pengelolaan
pertambangan
sehingga
dapat
III - 15
2012
137.681.092.000
116.643.000
7.768.072.000
26.447.231.000
52.247.000
1.811.834.000
3.178.500.000
3.625.097.000
93.234.430.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 16
780.038.000
667.000.000
-
Tabel 3.20.
Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah
Tahun 2008-2013
Uraian
Lain-Lain PAD yang Sah
Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan
Penerimaan Jasa Giro
Pendapatan Bunga Deposito
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
Pendapatan Denda Pajak
Pendapatan Denda Retribusi
Pendapatan dari pengembalian
Pendapatan BLUD
Pendapatan Lain-lain
Pendapatan Kontribusi (KSO)
Dana Talangan Raskin
Penjualan Benih Padi
2008
25.999.905.221
202.503.400
9.734.487.385
12.808.437.040
39.472.724
190.124.972
88.565.180
2.801.164.520
135.150.000
2009
38.092.160.051
57.229.500
8.510.940.300
23.326.299.804
173.593.054
3.829.735.807
130.985.391
1.912.458.695
150.917.500
2010
59.764.448.772
57.481.325
7.100.898.324
24.973.130.748
47.885.350
91.829.647
23.940.924.836
3.138.598.542
392.000.000
21.700.000
-
2011
108.068.669.919
213.600
7.959.322.063
24.440.506.111
40.858.900
1.034.932.844
557.555.069
2.922.961.119
65.965.654.742
5.146.665.471
-
2012
167.368.024.612
51.404.588
9.951.606.101
35.871.319.934
124.576.700
3.371.228.384
5.807.737.422
4.309.992
4.100.953.781
105.595.466.406
2.055.421.304
434.000.000
-
2013
216.396.145.361,94
144.500.000,00
11.352.279.151,00
44.344.610.775,00
101.073.929,00
9.623.399.272,00
5.476.962.522,94
7.383.481,00
2.376.810.809,00
137.717.892.574,00
4.482.100.818,00
769.132.000,00
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
BAGI HASIL
PAJAK
BAGI HASIL
BUKAN PAJAK
DANA ALOKASI
UMUM
DANA
ALOKASI
KHUSUS
TOTAL
2008
181.588.069.000
14.643.830.000
1.062.589.558.000
10.289.000.000
1.269.110.457.000
2009
209.453.539.000
13.061.449.000
1.111.979.562.000
61.469.000.000
1.395.963.550.000
2010
244.661.729.000
45.650.904.000
1.115.703.641.000
143.081.300.000
1.549.097.574.000
2011
164.661.729.000
54.834.811.000
1.326.116.914.000
164.978.600.000
1.710.592.054.000
2012
93.217.928.000
40.017.358.000
1.672.614.000.000
158.027.770.000
1.963.877.056.000
2013
134.325.809.000
60.320.201.000
1.887.770.112.000
216.694.720.000
2.299.110.842.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.22.
Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
TAHUN
BAGI HASIL
PAJAK
BAGI HASIL
BUKAN PAJAK
DANA ALOKASI
UMUM
DANA
ALOKASI
KHUSUS
TOTAL
2008
2009
2010
2011
2012
2013
248.599.417.088
243.313.357.834
294.746.590.891
199.786.368.549
131.960.185.230
148.149.769.555
14.888.456.112
107.530.077.651
58.462.231.953
95.549.036.309
85.985.663.798
58.262.109.636
1.062.589.558.000
1.111.979.562.000
1.115.703.641.000
1.326.116.914.000
1.672.614.142.000
1.887.770.112.500
10.289.000.000
61.469.000.000
143.081.300.000
159.725.600.000
158.027.770.000
216.694.720.000
1.336.366.431.200
1.524.291.997.485
1.611.993.763.844
1.781.177.918.858
2.048.587.761.028
2.310.876.711.691
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 17
f.
2008
2009
2010
2011
2012
2013
210.318.282.000 260.114.419.000 476.694.303.000 1.003.904.179.000 871.711.633.000 1.040.660.084.000
- 12.500.000.000 17.500.000.000 5.181.710.000
817.104.000
138.520.749.000 169.411.781.000 160.884.374.000 234.007.467.000 284.320.479.000 366.406.858.000
- 8.818.000.000 315.853.609.000
- 355.347.093.000
71.447.440.000 89.807.432.000 205.074.366.000 255.645.570.000 317.421.104.000 315.008.736.000
236.360.000
81.050.000
19.508.000
362.127.000
331.155.000
409.930.000
113.733.000
814.156.000
481.540.000
481.540.000
866.354.000
2.670.363.000
- 88.916.515.000 180.053.866.000 263.590.831.000
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.24.
Realisasi Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013
Uraian
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau
Dana Transfer Lainnya
Dana Bantuan Penanggulangan Bencana
2008
222.854.290.866
138.520.799.872
76.127.483.170
161.361.091
113.733.480
7.930.913.253
-
2009
315.941.629.824
165.469.366.353
117.904.558.432
122.569.440
1.373.482.599
29.061.825.000
2.009.828.000
2010
500.217.252.056
2.999.965.000
152.922.830.187
7.936.200.000
248.276.185.540
79.413.653
717.766.876
87.284.890.800
-
2011
985.455.796.519
17.499.965.000
232.333.627.339
318.014.644.000
235.986.682.962
362.127.035
1.204.883.863
180.053.866.320
-
2012
2013
857.269.137.888 1.000.421.091.002,00
4.099.850.000
2.273.371.355,00
282.350.286.589 356.484.217.678,00
- 356.458.862.000,00
304.839.502.468 281.677.731.184,00
331.155.125
409.930.526,00
2.057.512.706
3.116.978.259,00
263.590.831.000
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Kebijakan belanja
menurut kelompok belanja terdiri dari:
1. Belanja tidak langsung, yang ditujukan untuk memenuhi: (1) belanja pegawai;
(2) belanja bunga; (3) belanja subsidi; (4) belanja hibah; (5) belanja bantuan
sosial; (6) belanja bagi hasil kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan pemerintah
desa; (7) belanja bantuan keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan
pemerintah desa; dimana kedua jenis belanja tersebut ditujukan untuk
memberikan bagian dari pajak dan retribusi daerah kepada pemerintah
desa/kelurahan sebagaimana ketentuan yang berlaku, serta ditujukan untuk
memberikan
bantuan
keuangan
bagi
perorangan, kelompok
masyarakat,
kewenangan
pemerintahan
daerah,
yaitu
pengeluaran-
pula
bila
dilihat
dari
realisasi
belanja.
Pada
tahun
2008
sebesar
III - 19
Sementara itu, bila dilihat berdasarkan realisasinya terhadap anggaran yang telah
ditetapkan maka rata-rata dalam kurun waktu 2008-2013 mencapai sebesar 90,02%.
Perkembangan anggaran dan realisasi Belanja daerah menurut kelompok belanja
dari tahun 2008-2013, baik untuk kelompok belanja tidak langsung dan belanja
langsung adalah sebagai berikut :
Tabel 3.25.
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
URAIAN
NO
I BELANJA TIDAK LANGSUNG
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Non Pegawai
BELANJA
LANGSUNG
II
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Barang dan Jasa
3 Belanja Modal
JUMLAH
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1.193.992.591.000 1.266.963.761.000 1.418.667.356.000 1.725.455.227.000 1.865.941.065.000 2.263.541.407.000
835.340.793.000 942.613.363.000 1.071.569.901.000 1.296.330.831.000 1.486.082.768.000 1.657.225.113.000
358.651.798.000 324.350.398.000 347.097.455.000 429.124.396.000 379.858.297.000 606.316.294.000
900.421.407.000 1.113.631.462.000 1.367.277.054.000 1.839.719.327.000 2.280.906.105.000 2.666.401.951.000
145.112.466.000 154.933.079.000 146.843.580.000 207.116.846.000 210.233.733.000 279.918.714.000
288.131.507.000 395.843.869.000 525.302.226.000 744.746.933.000 740.255.869.000 850.414.683.000
467.177.434.000 562.854.514.000 695.131.248.000 887.855.548.000 1.330.416.503.000 1.536.068.554.000
2.094.413.998.000 2.380.595.223.000 2.785.944.410.000 3.565.174.554.000 4.146.847.170.000 4.929.943.358.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.26.
Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013
NO
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1.009.189.458.251
1.168.003.420.872
1.391.768.797.633
1.660.958.254.961
1.779.883.679.195
817.699.995.333
1 Belanja Pegawai
761.365.834.259
876.132.711.626
1.051.726.123.751
1.243.574.049.174
1.430.702.692.724
649.029.263.007
247.823.623.992
291.870.709.246
340.042.673.882
417.384.205.787
349.180.986.471
168.670.732.326
II BELANJA LANGSUNG
749.585.465.414
1.011.660.481.183
1.237.171.424.579
1.576.798.443.725
1.894.117.656.837
535.829.600.103
1 Belanja Pegawai
128.536.850.853
141.469.664.634
136.775.180.180
187.974.180.481
196.517.643.000
81.065.133.000
255.033.012.995
359.865.841.880
488.009.893.454
685.153.533.253
662.132.580.421
273.884.864.887
3 Belanja Modal
366.015.601.566
510.324.974.669
612.386.350.945
703.670.729.991
1.035.467.433.416
108.879.602.216
JUMLAH
1.758.774.923.665
2.179.663.902.055
2.628.940.222.212
3.237.756.698.686
3.674.001.336.032
1.353.529.595.436
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Untuk kelompok belanja langsung dari tahun 2008-2013 baik alokasi anggaran
maupun realisasi anggaran juga mengalami peningkatan. Alokasi anggaran belanja
langsung
pada
tahun
2008
sebesar
Rp.900.421.407.000
kemudian
menjadi
Rp.2.666.401.951.000, pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatannya per tahun
sebesar 12,002%. Demikian pula bila dilihat berdasarkan realisasi belanja langsung,
pada tahun 2008 sebesar Rp.749.585.465.414, kemudian menjadi Rp.535.829.600.103,
pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatannya per tahun sebesar 17,69%.
Adapun pencapaian realisasi anggaran terhadap alokasi anggaran yang telah ditetapkan
dalam kurun waktu tersebut mencapai rata-rata sebesar 86,24%.
Realisasi yang lebih rendah dari rencana anggaran tersebut, disebabkan oleh :
(1) adanya upaya penghematan atas belanja barang habis pakai di masing-masing unit
kerja; (2) pengendalian yang ketat atas perjalanan dinas dalam daerah, luar daerah dan
perjalanan dinas khusus setda diutamakan pada perjalanan yang benar-benar
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
III - 20
URAIAN
2008
II
2009
2010
2011
2012
2013
84,52
92,19
98,10
96,26
95,39
36,12
BELANJA PEGAWAI
91,14
92,95
98,15
95,93
96,27
39,16
69,10
89,99
97,97
97,26
91,92
BELANJA LANGSUNG
83,25
90,84
90,48
85,71
83,04
20,10
BELANJA PEGAWAI
88,58
91,31
93,14
90,76
93,48
28,96
88,51
90,91
92,90
92,00
89,45
32,21
BELANJA MODAL
78,35
90,67
88,10
79,26
77,83
11,78
26,73
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Kelompok Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari 8 (delapan) jenis belanja,
yaitu : (1) Belanja Pegawai; (2) Belanja Subsidi; (3) Belanja Hibah; (4) Belanja Bantuan
Sosial; (5) Belanja bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah;
(6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
III - 21
Daerah; (7) Belanja Tidak Terduga dan (8) Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan.
Penggunaan terbesar dari total Belanja Tidak Langsung adalah untuk Belanja Pegawai,
yaitu rata-rata sebesar 72,88%, kemudian untuk Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan
Keuangan sebesar 19,40%, Belanja Tidak Terduga sebesar 3,35%, Belanja Bantuan
Sosial sebesar 2,18%, dan Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Daerah sebesar 1,41%. Sementara itu, pada jenis Belanja Langsung
yang terdiri dari 3 (tiga) jenis belanja yaitu : (1) Belanja Pegawai; (2) Belanja Barang
dan Jasa dan (3) Belanja Modal, diketahui bahwa penggunaan terbesar belanja
langsung adalah untuk : (1) belanja modal sebesar 47,66%; (2) barang dan jasa
sebesar 39,63% dan (3) belanja pegawai sebesar 12,71%, sebagaimana berikut ini:
Tabel 3.28.
Proporsi Jenis Belanja Langsung terhadap Total Realisasi Belanja Langsung
Tahun 2008-2013
NO
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Belanja Pegawai
19,36
15,31
11,87
13,14
11,10
10,28
38,44
39,13
42,46
47,23
39,08
33,58
Belanja Modal
62,32
55,64
56,19
56,31
70,24
47,67
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.29.
Target Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan
Tahun 2008-2013
NO
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1 URUSAN WAJIB
2.023.914.676.000 2.261.178.106.000 2.657.821.233.000 3.410.625.171.000 3.984.039.153.000 3.984.039.153.000
2 URUSAN PILIHAN
70.499.322.000
119.417.117.000
128.123.177.000
154.549.383.000
162.808.017.000
162.808.017.000
JUMLAH
2.094.413.998.000 2.380.595.223.000 2.785.944.410.000 3.565.174.554.000 4.146.847.170.000 4.146.847.170.000
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.30.
Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan
Tahun 2008-2013
2012
NO
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2013
1 URUSAN WAJIB
1.693.647.408.735 2.068.746.103.752 2.504.656.853.992 3.093.721.047.022 3.518.569.677.325 3.518.569.677.325
155.431.658.697
155.431.658.697
2 URUSAN PILIHAN
65.127.514.929
110.917.798.303
124.283.368.220
144.035.651.664
JUMLAH
1.758.774.923.664 2.179.663.902.055 2.628.940.222.212 3.237.756.698.686 3.674.001.336.022 3.674.001.336.022
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
Tabel 3.31.
Persentase Belanja Urusan Wajib dan Urusan Pilihan Terhadap
Total Belanja Daerah
URUSAN
2012
2013
WAJIB
2008
83,68
2009
91,49
2010
94,24
2011
90,71
88,32%
88,32%
Rata-Rata
89,69%
PILIHAN
92,38
92,88
97,00
93,20
95,47%
95,47%
94,19%
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 22
prioritas dan kebijakan pembangunan daerah yang telah disepakati antara Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor. Adapun alokasi terbesar
dipergunakan untuk membiayai belanja pada: (1) Urusan Pendidikan sebesar 17,17%;
(2) Urusan Pemerintahan Umum sebesar 12,05%; (3) Urusan Pekerjaan Umum sebesar
7,84%; dan (4) Urusan Kesehatan sebesar 5,87%.
3.1.1.3. Kinerja Pengelolaan Pembiayaan Daerah
Stuktur Pembiayaan terdiri dari Penerimaan daerah dan Pengeluaran daerah.
Komponen Penerimaan Daerah terdiri dari: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya; (2) Pencairan Dana Cadangan; (3) Hasil Penjualan Aset Daerah
yang Dipisahkan; (4) Penerimaan Pinjaman Daerah; (5) Penerimaan kembali Pemberian
Pinjaman; (6) Penerimaan Piutang Daerah; dan (7) Penerimaan Pihak Ketiga, adapun
komponen Pengeluaran Daerah terdiri dari: (1) Pembentukan Dana Cadangan; (2)
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah; (3) Pembayaran Pokok Utang; (4) Pemberian
Pinjaman Daerah; (5) Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan;
dan (6) Pengeluaran Pihak KeTiga. Dimana jumlah defisit anggaran pada setiap
tahunnya tidak boleh lebih besar dari 3% PDRB dan dapat ditutupi dari penerimaan
pembiayaan setelah dikurangi dengan pengeluaran pembiayaan. Kontribusi terbesar
dalam penerimaan pembiayaan adalah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya (SiLPA), dalam kurun waktu 2008-2013 jika dilihat berdasarkan
rata-rata prosentase besaran SiLPA terhadap total belanja daerah adalah sebesar 100%.
Diketahui bahwa SiLPA merupakan kas bebas (free cash) yang belum terikat
penggunaannya. Penggunaan SiLPA dilakukan terkait dengan adanya kebijakan
anggaran defisit atau karena adanya perubahan anggaran. SiLPA merepresetasikan sisa
kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang melebihi realisasi belanja
daerah. Dengan demikian, SiLPA dapat memberikan tanda adanya kinerja anggaran
yang baik.
Tabel 3.32.
Perkembangan Rencana Pembiayaan Tahun 2008-2013
No.
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
PEMBIAYAAN
324.045.204.000 403.443.229.000 378.801.204.000 252.841.954.000 399.805.356.000 688.423.393.000
a Penerimaan Daerah
346.295.204.000 432.306.689.000 402.208.954.000 261.335.954.000 478.705.356.000 751.723.393.000
1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
320.210.405.000 432.306.689.000 402.208.954.000 261.335.954.000 478.705.356.000 700.208.345.000
2 Pencairan Dana Cadangan
15.000.000.000
- 30.000.000.000
3 Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan
4 Penerimaan Pinjaman Daerah
5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6 Penerimaan Piutang Daerah
11.084.799.000
7 Penerimaan Hasil Investasi Daerah
- 21.515.048.000
b Pengeluaran Daerah
22.250.000.000 28.863.460.000 23.407.750.000
8.494.000.000 78.900.000.000 63.300.000.000
1 Pembentukan Dana Cadangan
- 30.000.000.000
2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah
17.250.000.000 26.269.768.000 23.407.750.000
8.494.000.000 48.900.000.000 63.300.000.000
3 Pembayaran Pokok Utang
5.000.000.000
2.593.692.000
4 Pemberian Pinjaman Daerah
Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 23
Tabel 3.33.
Perkembangan Realisasi Pembiayaan
Tahun 2008-2013
No.
a
1
2
3
4
5
6
7
b
1
2
3
4
URAIAN
PEMBIAYAAN
Penerimaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset Daerah yg dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan Hasil Investasi
Pengeluaran Daerah
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan
2008
315.225.101.084
335.291.725.407
320.210.405.407
15.000.000.000
81.320.000
20.066.624.323
17.250.000.000
2.816.624.323
-
2009
2010
2011
2012
2013
403.735.345.082 378.801.204.665 264.706.943.805 420.122.078.768 694.793.492.035,00
432.323.989.949 402.208.954.665 273.200.943.805 499.022.078.768 751.793.492.035,00
432.306.689.949 402.208.954.665 261.340.534.857 478.704.328.674 700.208.345.854,00
30.943.533.272,00
17.300.000
- 20.641.612.909,00
- 11.860.408.948 20.317.750.094 57.000.000.000,00
28.588.644.867 23.407.750.000 8.494.000.000 78.900.000.000
30.000.000.000 57.000.000.000,00
26.269.768.000 23.407.750.000 8.494.000.000 48.900.000.000
2.318.876.867
- 694.793.492.035,00
-
Sumber : LPJP 2008-2012, dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013
III - 24
III - 25
Tabel 3.34.
Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor
Tahun 2013-2018
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
Uraian
ASET
ASET LANCAR
Kas
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Barang Daerah dan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi
Piutang
(3,24)
(2,33)
19,53
6,13
Persediaan
INVESTASI
ASET TETAP
9,28
37,23
8,77
Tanah
Peralatan dan mesin
Gedung dan bangunan
0,28
12,59
12,32
17,07
6,68
199,34
(18,10)
8,38
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
0,00
0,00
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA
8,41
(2,68)
(2,33)
Cadangan piutang
Cadangan persediaan
2,32
9,28
0,00
(31,29)
9,40
37,23
8,77
(18,10)
8,41
Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Kabupaten Bogor selama
kurun waktu tahun 2011-2013 mempunyai nilai lebih dari satu, yang berarti bahwa
pemerintah daerah Kabupaten Bogor dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
Rasio lancar pada tahun 2011 mencapai 1,582% yang berarti bahwa aset lancar
pemerintah Kabupaten Bogor adalah 1,582 kali lipat bila dibandingkan dengan
kewajiban yang jatuh tempo (Tabel 3.35). Persediaan masuk dalam kategori aset lancar,
namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah daerah
bukan merupakan barang dagangan, sehingga sebagai faktor pengurang dalam aset
lancar.
Tabel 3.35.
Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Bogor
Tahun 2011-2013
NO
1.
2.
3.
4.
Uraian
Rasio lancar (current ratio)
Rasio quick (quick ratio)
Rasio total hutang terhadap total asset
Rasio hutang terhadap equitas dana
2011
(%-hari)
1,582
1,487
0,000050
0,000050
2012
(%-hari)
1,409
1,338
0,000046
0,000046
2013
(%-hari)
993
900
0,000043
0,000043
III - 26
Sama seperti halnya rasio lancar, rasio quick (quick ratio) Pemerintah Kabupaten
Bogor juga mempunyai nilai yang baik, yaitu mencapai 1,487% pada tahun 2008. Rasio
quick merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik, karena mengindikasikan apakah
pemerintah daerah dapat membayar kewajibannya dalam waktu dekat.
Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang, dapat
digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh
kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 3.5
menunjukkan bahwa rata-rata rasio total kewajiban terhadap total aset dan rasio
kewajiban terhadap modal adalah hanya 0,000046%. Hal ini menunjukkan bahwa total
kewajiban Pemerintah Kabupaten Bogor dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh
modal pemerintah Kabupaten Bogor.
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah secara garis besar akan tercermin pada
kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan
daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah,
efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi
pembiayaan daerah.
Kebijakan Pendapatan Daerah senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah
dalam satu tahun anggaran;
2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, dalam
pengertian bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi
dengan belanja yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan/atau
dikurangi dengan bagi hasil;
3. Pendapatan daerah adalah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dalam kurun waktu satu
tahun anggaran.
Kebijakan pendapatan daerah disesuaikan dengan kewenangannya, struktur
pendapatan daerah dan asal sumber penerimaannya dapat dibagi berdasarkan 3 (tiga)
kelompok, yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan hasil penerimaan dari sumber-sumber
pendapatan yang berasal dari potensi daerah sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerahnya. Sedangkan
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
III - 27
Penerimaan
Pendapatan
Asli
Daerah
dengan
cara:
target
penerimaan
berdasarkan
potensi
penerimaan,
2. Dana Perimbangan yaitu merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN
yang bertujuan untuk menutup celah fiscal (fiscal gap) sebagai akibat selisih
kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity). Kebijakan
yang akan ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dari Dana
Perimbangan adalah sebagai berikut:
a. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri (PPh OPDN), dan PPh Pasal 21;
b. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan
pembagian dalam Dana Perimbangan;
c. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota
dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.
III - 28
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah penerimaan yang berasal dari
pihak ketiga, dalam hal ini meliputi bagi hasil yang diperoleh dari pajak
pemerintah provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan
dari pemerintah provinsi dan bagi hasil retribusi dengan pemerintah provinsi serta
pendapatan lainnya yang tidak termasuk kelompok PAD dan Dana Perimbangan.
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun
dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input
yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat
daerah dalam pelaksanaan tugas pokok
yang
berorientasi
pencapaian
IPM. Perencanaan
pembangunan
yang
III - 29
kehutanan,
penguatan
struktur
ekonomi
pedesaan
berbasis
"desa
mendukung
pengembangan
aktifitas
ekonomi,
pemeliharaan
dan
Pemerintah
Kabupaten
Bogor,
serta
anggaran
belanja
yang
III - 30
banyak,
belanja
bantuan
sosial
yang
digunakan
untuk
pinjaman
daerah,
penerimaan
kembali
pemberian
pinjaman,
dan
III - 31
III - 32
pembangunan
yang
berorientasi
kepada
masyarakat,
sedangkan
untuk
menghitung
kebutuhan
pendanaan
belanja
dan
pengeluaran
pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran.
Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta
tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah,
seperti gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor,
sewa kantor yang telah ada kontrak jangka panjang atau belanja sejenis lainnya.
Tabel 3.36.
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
Total Belanja untuk Pemenuhan
Kebutuhan Aparatur (Rp.)
Total Pengeluaran
(Belanja+Pembiayaan Pengeluaran)
(Rp.)
761.365.834.259
1.778.841.447.988
42,80
876.132.711.626
2.208.252.546.922
39,67
1.051.724.220.802
2.652.345.069.263
39,65
No.
Uraian
Rata-rata
38,42
Belanja periodik prioritas utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap
periodik oleh Pemerintah Daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar
prioritas Pemerintah Daerah yaitu pelayanan pendidikan dan kesehatan, seperti
honorarium guru dan tenaga medis serta belanja sejenis lainnya. Pengeluaran periodik
pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan daerah Tahun 2011-2013, seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.37.
Tabel 3.37.
Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
No.
Uraian
2011
(Rp.)
2012
(Rp.)
2013
(Rp.)
Rata-rata
Pertumbuhan (%)
1.168.003.420.872
1.391.766.894.684
2.073.707.659.388
17,44
Belanja Langsung
1.011.660.481.183
1.237.171.424.579
2.535.941.730.731
22,06
Pembiayaan Penerimaan
432.323.989.949
402.208.954.665
751.793.492.035
7,74
Pembiayaan Pengeluaran
28.588.644.867
23.407.750.000
57.000.000.000
12,17
Rata-rata
14,85
III - 33
Tahun 2011
(Rp.)
Uraian
Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun 2012
(Rp.)
Tahun 2013
(Rp.)
1.875.856.412.530
2.178.137.511.638
2.511.473.085.131
Dikurangi Realisasi:
2
Belanja Daerah
1.758.774.923.665
2.179.663.902.055
2.628.938.319.263
20.066.524.323
28.588.644.867
23.407.750.000
Surplus/(Defisit) Riil
97.014.964.542
(30.115.035.284)
(140.872.984.132)
Ini menunjukkan bahwa rencana anggaran APBD lebih kecil dari target pengeluaran
yang dicanangkan. Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun tahun tersebut,
secara umum Pemerintah Kabupaten menggunakan SILPA, komposisinya penutup defisit
riil ditampilkan pada Tabel 3.39. sebagai berikut:
Tabel 3.39.
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah
Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
Proporsi dari total defisit riil
No.
Uraian
2011
(%)
2012
(%)
2013
(%)
1.
99,94
100
2.
3.
4.
5.
6.
7.
0,06
Pada Tabel 3.39. terlihat bahwa pada tahun 2012 defisit riil ditutup oleh Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya sebesar 99,94%,
sedangkan sisanya ditutup dari Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan
sebesar 0,06%. Pada Tahun 2013, defisit riil seluruhnya ditutup oleh SILPA.
Setelah menutup defisit riil, maka dapat diketahui Realisasi Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 3.40.
III - 34
Tabel 3.40.
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah
Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
2011
No
Uraian
2012
2013
Rp
% dari
SiLPA
Rp
% dari
SiLPA
% dari
SiLPA
320.210.405.407
100
432.306.689.949
100
402.208.954.665
100
Rp
1.
Jumlah SiLPA
2.
80.052.601.352
25
95.107.471.789
22
80.441.790.933
20
3.
41.627.352.703
13
51.876.802.794
12
60.331.343.200
15
4.
38.425.248.649
12
51.876.802.794
12
56.309.253.653
14
5.
15
64.846.003.492
15
52.287.164.106
13
6.
41.627.352.703
13
60.522.936.593
14
68.375.522.293
17
7.
Kegiatan lanjutan
70.446.289.190
22
108.076.672.487
25
84.463.880.480
21
48.031.560.811
Dari tabel 3.40 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 proporsi SILPA lebih
besar pada komponen Pelampauan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebesar 25%,
dan diikuti oleh kegiatan lanjutan (22%) dan sisa penghematan belanja sebesar 15%.
Fenomena seperti ini juga hampir terlihat pada tahun 2012 dan 2013. Ini menunjukkan
bahwa potensi PAD yang ditargetkan lebih besar dari pada realiasi penerimaan PAD.
Untuk memperoleh gambaran secara riil sisa lebih pembiayaan anggaran yang
dapat digunakan dalam penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah
ditampilkan pada Tabel 3.41.
Tabel 3.41.
Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun 2011-2013
Kabupaten Bogor
No.
1.
2.
3.
Uraian
Saldo kas neraca daerah
Dikurangi:
Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun
belum terselesaikan
Kegiatan lanjutan
Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran
2011
(Rp)
320.210.405.407
2012
(Rp)
432.306.689.949
2013
(Rp)
402.208.954.665
41.627.352.703
60.522.936.593
68.375.522.293
70.446.289.190
108.076.672.487
84.463.880.480
208.136.763.514
263.707.080.869
249.369.551.892
Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun 2011 sebesar Rp.320,21 miliar dan
meningkat menjadi Rp.432,31 miliar pada tahun 2011, hingga pada tahun 2013 saldo
kas daerah mencapai Rp.402,21 miliar. Saldo kas daerah ini merupakan dana awal yang
dapat digunakan untuk anggaran belanja pada tahun-tahun berikutnya.
3.3. Kerangka Pendanaan
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan
daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka
menengah daerah Kabupaten Bogor selama 3 (tiga) tahun ke depan. Tahapan awal
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
III - 35
URAIAN
BELANJA TIDAK LANGSUNG
1
Belanja Pegawai
1.418.667.356.000
19,26
18,69
1.071.569.901.000
347.097.455.000
27,69
66.256.675.000
(14,48)
142.970.051.000
78,75
25.416.613.000
(12,53)
109.954.116.000
44,93
BELANJA LANGSUNG
2.500.000.000
90,63
1.367.277.054.000
35,06
Belanja Pegawai
146.843.580.000
7,22
525.302.226.000
43,36
Belanja Modal
695.131.248.000
37,81
2.785.944.410.000
26,08
23.407.750.000
12,17
Pertumbuhan
(%)
2013
(Rp)
PEMBIAYAAN
Pengeluaran Pembiyaan Daerah
1
23.407.750.000
2.318.876.867
20,70
(34,92)
III - 36
Uraian
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Tahun 2018
(Rp)
1.588.535.622.670
1.768.729.572.492
1.916.301.755.643
2.223.060.033.724
2.352.862.895.145
1 Belanja Pegawai
1.165.595.262.874
1.237.438.133.892
1.425.716.897.367
1.555.296.695.687
1.750.515.740.498
2.299.040.863
173.775.136.910
87.167.004.608
218.412.451.359
107.024.903.682
171.013.670.905
106.081.103.173
202.609.500.982
133.329.969.977
248.766.863.392
51.712.640.649
50.204.921.257
38.635.348.645
63.100.971.273
47.437.037.513
102.843.427.161
91.379.088.796
146.442.635.774
114.851.474.968
179.804.377.346
2 Belanja Hibah
3 Belanja Bantuan Sosial
4 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota danPemerintahan Desa
5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa
6 Belanja Tidak Terduga
95.071.580.217
109.851.188.464
15.730.368.267
138.068.470.460
19.313.972.715
B Belanja Langsung
1.575.544.796.696
1.721.003.818.962
1.879.892.054.540
2.009.939.073.119
2.126.267.309.351
1 Belanja Pegawai
265.824.546.096,90
277.358.030.610,41
261.538.465.943,14
323.923.013.316
295.815.224.566
524.598.378.192,06
550.714.832.027,79
668.213.650.173,81
643.173.040.549
755.788.523.387
3 Belanja Modal
785.121.872.407,48
892.930.956.323,65
950.139.938.422,91
1.042.843.019.253
1.074.663.561.399
3.164.080.419.366
3.489.733.391.453
3.796.193.810.183
4.232.999.106.843
4.479.130.204.496
Jumlah Belanja
III - 37
Tabel 3.44.
Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2014-2018
No
Tahu n (Rp.)
2 014
P EN DAPATAN DAER AH
1
2 016
2017
20 18
2 .6 56 .4 51.84 7.00 0
2. 92 6.926 .6 36 .4 34
52 2.53 4.5 07 .0 00
7 13 .8 32.69 6.00 0
70 8.428 .5 45 .1 14
91 4.5 47 .2 37 .31 8
31 3.33 9.4 57 .0 00
4 89 .9 42.35 5.00 0
44 5.420 .9 92 .4 52
57 5.0 17 .1 14 .85 2
10 0.58 4.3 17 .0 00
1 01 .6 31.52 5.00 0
11 5.173 .0 68 .5 89
14 8.6 82 .9 01 .63 9
2 4.36 4.5 13 .0 00
26 .0 06.08 3.00 0
3 7.202 .1 76 .9 07
4 8.0 26 .2 24 .16 5
8 4.24 6.2 20 .0 00
96 .2 52.73 3.00 0
11 0.632 .3 07 .1 66
14 2.8 20 .9 96 .66 2
1 .4 50 .9 22.89 2.00 0
1. 73 1.542 .6 17 .3 20
20 8.03 6.3 40 .0 00
1 24 .8 05.97 8.00 0
12 6.036 .3 40 .0 00
21 6.2 69 .9 91 .62 4
1 .3 26 .1 16.91 4.00 0
1. 60 5.506 .2 77 .3 20
16 4.97 8.6 00 .0 00
90 1.19 5.7 10 .0 00
4 91 .6 96.25 9.00 0
48 6.955 .4 74 .0 00
86 7.0 09 .3 40 .00 0
9.50 0.0 00 .0 00
17 6.88 5.9 02 .0 00
1 81 .6 26.68 7.00 0
17 6.885 .9 02 .0 00
17 6.8 85 .9 02 .00 0
30 9.58 8.0 32 .0 00
3 09 .5 88.03 2.00 0
30 9.588 .0 32 .0 00
30 9.5 88 .0 32 .00 0
22 4.68 6.3 70 .0 00
22 5.0 00 .0 00 .00 0
48 1.5 40 .0 00
4 81.54 0.00 0
481 .5 40 .0 00
48 1.54 0.000
4 81 .5 40 .00 0
18 0.05 3.8 66 .0 00
15 5.0 53 .8 66 .00 0
2015
Sumber: Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)
Dari hasil proyeksi terhadap total belanja dan pendapatan daerah, terlihat bahwa
Anggaran Kabupaten Bogor mengalami defisit sebesar Rp.41,2 miliar pada tahun 2014
dan cenderung meningkat hingga pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp.519,1 miliar
(Tabel 3.45).
Tabel 3.45.
Proyeksi Defisit/Surplus APBD Kabupaten Bogor Tahun 2014-2018
No
Uraian
Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
3.960.101.885.888
Pendapatan Daerah
3.122.862.071.000
2.656.451.847.000
2.926.926.636.434
3.791.191.732.463
3.164.080.419.366
3.489.733.391.453
3.796.193.810.183
4.232.999.106.843
4.479.130.204.496
Defisit/Surplus
Rasio Defisit/
Pendapatan (%)
-41.218.348.366
-833.281.544.453
-869.267.173.749
-441.807.374.380
-519.028.318.608
1,32
31,37
14,95
11,65
13,11
Defisit ini lebih diperkirakan karena program dedicated dari pemerintah daerah
Kabupaten Bogor, berupa pembangunan lanjutan akselerasi ekonomi ke wilayah timur
dengan membuka jalur jalan poros tengah timur, poros tengah barat, poros Bogor-barat
yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp. 2,5 triliun yang merupakan prioritas I.
Gagasan ini sejalan dengan apa yang dicanangkan pemerintah pusat berupa percepatan
pembangunan ekonomi Indonesia yang tertuang dalam dokumen MP3EI. Program
dedicated ini diharapkan dapat didukung pendanaannya oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dan dari pihak swasta.
III - 38
Uraian
1.
Pendapatan
2.
3.
4.
Dikurangi:
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan
yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas
Utama
Kapasitas riil kemampuan keuangan
Sumber : Analisis, 2014
3.122.862.071.000
2.656.451.847.000
2.926.926.636.434
3.791.191.732.463
3.960.101.885.888
10.055.223.867
11.178.584.519
6.790.990.095
7.470.089.105
8.217.098.015
402.208.954.665
447.143.380.741
452.732.673.000
498.005.940.300
547.806.534.330
3.535.126.249.532
3.114.773.812.260
3.386.450.299.529
4.296.667.761.868
4.516.125.518.233
494.828.410.774
371.121.308.081
380.399.340.783
418.439.274.861
460.283.202.347
3.040.297.838.758
2.743.652.504.179
3.006.050.958.746
3.878.228.487.007
4.055.842.315.886
2014
2015
(%)
(Rp)
(%)
(Rp)
Prioritas I 41,89 1.273.580.764.656 50,37 1.381.977.766.355
Prioritas II 35,26 1.072.009.017.946 29,51 809.651.853.983
Prioritas III 22,85 694.708.056.156 20,12 552.022.883.841
Total
100 3.040.297.838.758 100 2.743.652.504.179
2016
2017
(%)
(Rp)
(%)
(Rp)
48,35 1.453.425.638.554 45,75 1.734.470.217.602
32,56 978.770.192.168 32,15 1.218.868.141.987
19,09 573.855.128.025 22,1 837.853.372.874
100 3.006.050.958.746 100 3.791.191.732.463
2018
(%)
(Rp)
47,5 1.881.048.395.797
33,5 1.326.634.131.773
19 752.419.358.319
100 3.960.101.885.888
III - 39
yaitu pada tahun 2016 sebesar 48,15%, pada tahun 2017 sebesar 45,75% dan pada
tahun 2018 sebesar 47,50%. Pengurangan ini diasumsikan bahwa beberapa program
prioritas telah selesai dilaksanakan dalam periode perencanaan.
Program Prioritas II yang merupakan program prioritas di tingkat SKPD yang
merupakan penjabaran dari analisis per urusan. Prioritas II berhubungan dengan
program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada masing-masing
segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang
dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk
peningkatan kapasitas kelembagaan. Alokasi pada prioritas II pada tahu 2014 sebesar
35,26% dan pada periode akhir perencanaan dilakosaikan sebesar 33,50%. Sementara
Prioritas III yang merupakan alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti : tambahan
penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan,
belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa
serta belanja tidak terduga. Alokasi pada prioritas III pada tahu 2014 sebesar 22,85%
dan pada periode akhir perencanaan dilakosaikan sebesar 19,00%.
III - 40
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
penduduk Kabupaten Bogor yang masih rendah. Indikator lainnya yang dapat
menjelaskan rendahnya tingkat kesehatan adalah: (1) tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB); (2) tingginya angka gizi
buruk pada anak balita; (3) rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan; (4) rendahnya angka aksesibilitas pelayanan kesehatan; dan (5)
masih terdapat lingkungan dengan sanitasi buruk serta pola hidup tidak sehat.
IV - 1
dan
standar
internasional,
kurangnya
akses
pasar,
belum
agroindustri
belum
optimal
dalam
pengolahan
dan
input
produksi
pertanian
dan
belum
optimalnya
kondisi
IV - 2
dan
daya
tarik
wisata
belum
dikembangkan
secara
optimal,
kredit
investasi
juga
menghambat
kontribusi
UMKM
terhadap
pengawasan
perdagangan
dan
peningkatan
iklim
usaha
kerja,
serta
rendahnya
kompetensi
tenaga
kerja.
Tingkat
IV - 3
Permasalahan lainnya adalah masih tingginya angka kemiskinan. Hal ini terjadi
karena kurangnya koordinasi dan harmonisasi program penanggulangan
kemiskinan, serta belum tertatanya sistem distribusi hasil pembangunan
ekonomi yang berkeadilan.
3. Belum memadainya kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan
lingkungan
hidup
secara
berkelanjutan
untuk
mendorong
percepatan
IV - 4
daya rusak air, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan
sistem informasi sumber daya air, dirasakan masih belum memadai. Potensi
sumber daya air di Kabupaten Bogor yang besar belum dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan
domestik. Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain
akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung
lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi.
Selain itu, kondisi jaringan irigasi juga belum memadai.
Pada aspek infrastruktur listrik dan energi, tingkat keberhasilan penanganan
listrik dapat dilihat dari rasio elektrifikasi desa dan rumah tangga. Peningkatan
rasio
elektrifikasi
perdesaan
masih
terus
diupayakan,
baik
melalui
bergesernya
fokus
bisnis
penyelenggara
kepada
pengembangan
IV - 5
pemerintahan
daerah
serta
pelayanan
publik,
belum
kesolehan
sosial
masyarakat
dan/atau
pembangunan
sosial
keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau
tingkat peradaban masyarakat yang tinggi.
Hal ini terjadi karena semangat keagamaan masyarakat dalam sikap dan
perilaku sosial belum optimal seperti tercermin dengan masih adanya tempat
prostitusi/warung remang-remang, harmonisasi sosial dan kerukunan di
kalangan umat beragama belum terwujud, serta pelayanan kehidupan
beragama masih terbatas.
4.1.1. Identifikasi
Permasalahan
untuk
Penentuan
Program
Prioritas
Pembangunan Daerah
Seperti telah dijelaskan, permasalahan pokok pembangunan di Kabupaten Bogor
meliputi: (1) masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, seperti tercermin pada
rendahnya
tingkat
pendidikan
dan
kesehatan
maupun
aspek
lainnya
yang
IV - 6
Obstetrik
Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK), pos bersalin desa (Polindes) dan unit transfusi darah,
rendahnya cakupan dan kualitas imunisasi, masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih
rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, masih tingginya angka kesakitan
terutama diare, asfiksia, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat buruknya
kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi, dan
kondisi perumahan yang tidak sehat, serta belum optimalnya pemanfaatan posyandu di
samping determinan sosial budaya lainnya.
Permasalahan rendahnya status gizi masyarakat antara lain dipengaruhi oleh
faktor-faktor
tingginya
angka
kemiskinan,
rendahnya
kesehatan
lingkungan,
IV - 7
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular disebabkan oleh masih buruknya kondisi kesehatan lingkungan, perilaku
masyarakat yang belum mengikuti pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan
belum optimalnya upaya-upaya penanggulangan penyakit.
Permasalahan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan adalah
terbatasnya ketersediaan tenaga kesehatan, terbatasnya ketersediaan obat dan
pengawasan obat-makanan, terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk memberikan
jaminan
perlindungan
kesehatan
kegiatan
komunikasi,
informasi,
dan
edukasi
(KIE),
peningkatan
kaitan
dengan
tenaga
kesehatan,
maka
perlu
dilakukan
upaya
masyarakat,
meningkatkan
akses
dan
kualitas
pelayanan
kesehatan
belum
berdayanya
IKM,
belum
berkembangnya
pariwisata,
belum
IV - 8
Selanjutnya rendahnya ekspor terjadi karena kualitas produk yang kurang sesuai
dengan permintaan dan standar internasional, kurangnya akses pasar, belum
optimalnya pengembangan keberagaman produk ekspor, belum optimalnya fasilitasi
ekspor, serta krisis ekonomi global yang berdampak pada menurunnya permintaan.
Implikasi terhadap kondisi tersebut adalah kedepan perlu diupayakan peningkatan
kualitas produk, peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor, diversifikasi produk
ekspor, serta peningkatan fasilitasi bagi eksportir.
Kurang vitalnya pertanian terjadi karena keterbatasan lahan, modal, alat mesin
pertanian, serta teknologi. Untuk itu, kedepan perlu dilakukan terus dilakukan
revitalisasi pertanian.
Selanjutnya permasalahan belum berdayanya IKM terjadi karena lemahnya daya
saing, rendahnya mutu produk, lemahnya keterkaitan IKM dengan industri besar,
keterbatasan modal (tingginya suku bunga), serta rendahnya produktivitas. Sebagai
implikasinya, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan daya saing,
peningkatan mutu produk, perluasan keterkaitan IKM dengan industri besar, penguatan
modal, serta peningkatan produktivitas.
Belum berkembangnya pariwisata terjadi karena belum optimalnya penataan
daerah tujuan wisata sebagai akibat rendahnya aksesibilitas, terbatasnya fasilitas
umum, kurangnya diversifikasi daya tarik wisata, terbatasnya investasi untuk pariwisata,
belum optimalnya penggunaan IT sebagai sarana promosi dan pemasaran pariwisata,
terbatasnya kompetensi SDM di bidang pariwisata, serta belum optimalnya kemitraan
dan kerjasama dengan swasta dalam pengembangan pariwisata. Merujuk pada
permasalahan tersebut, maka kedepan perlu diupayakan program untuk penataan
daerah tujuan wisata terpadu dengan memperbaiki aksesibilitas, fasilitas umum,
diversifikasi daya tarik wisata, peningkatan investasi untuk pariwisata, peningkatan
penggunaan IT sebagai sarana promosi dan pemasaran pariwisata, peningkatan
kompetensi SDM di bidang pariwisata, serta pengembangan kemitraan dan kerjasama
dengan swasta dalam pengembangan pariwisata.
Permasalahan
belum
berdayanya
KUMKM
terjadi
karena
berbagai
hal
administrasi,
penguatan
modal,
pembukaan
akses
terhadap
teknologi,
IV - 9
pasar
domestik
dan
efisiensi
pasar
komoditas,
belum
optimalnya
dilakukan
upaya
peningkatan
koordinasi
dan
harmonisasi
program
IV - 10
peningkatan
pendanaan
transportasi,
pengembangan
sistem
untuk
pemeliharaan
transportasi
multimoda
sarana
yang
prasarana
terintegrasi,
prasarana transportasi.
Jaringan pengairan dan irigasi masih menghadapi beberapa permasalahan,
antara lain: keberlanjutan ketersediaan air menurun, degradasi Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan tingginya alih fungsi lahan yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
peresapan/penyimpanan air. Terjadinya perubahan iklim turut mempengaruhi pola
distribusi ketersediaan air yang kurang didukung oleh jumlah sarana dan prasarana
penampung air yang memadai. Selain itu, kualitas air yang ada semakin menurun akibat
tingginya pencemaran air. Ketersediaan air tanah semakin terancam akibat eksploitasi
air tanah secara berlebihan, yang juga menimbulkan dampak seperti penurunan
permukaan air tanah, dan penurunan permukaan tanah (land subsidence), serta
layanan air baku belum optimal dan merata. Suplai air baku semakin berkurang akibat
menurunnya debit pada sumber-sumber air dan tingginya laju sedimentasi pada
tampungan-tampungan air, seperti waduk, embung, dan situ. Selain itu, kualitas air
semakin rendah akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan sumber-sumber
air lainnya. Di sisi lain, kebutuhan air baku semakin tinggi akibat pesatnya pertumbuhan
penduduk, berkembangnya aktivitas manusia, dan tidak efisiennya pola pemanfaatan
air. Hal tersebut tidak diikuti dengan pengembangan teknologi pengolahan dan
penyediaan air baku yang efektif dan optimal. Rendahnya ketersediaan prasarana
penyedia air baku di perdesaan menyebabkan tingginya eksploitasi air tanah untuk
memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan pokok sehari-hari. Selanjutnya
pengelolaan irigasi belum optimal. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian produktif
semakin tinggi. Di sisi lain, penggunaan air irigasi cenderung boros karena rendahnya
efisiensi. Keterbatasan pendanaan serta masih rendahnya kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia menyebabkan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi. Selain itu, partisipasi masyarakat petani masih rendah dan kinerja kelembagaan
pengelolaan irigasi belum optimal. Bardasarkan permasalahan tersebut, maka kedepan
perlu dilaksanakan program peningkatan ketersediaan dan kelestarian sumber daya air,
peningkatan layanan prasarana air baku,
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
pengendalian bahaya banjir serta peningkatan partisipasi masyarakat petani dan kinerja
kelembagaan pengelola irigasi.
Selanjutnya permasalahan lain yang dihadapi adalah aksesibilitas dan jangkauan
pelayanan terhadap perumahan beserta sarana prasarananya yang belum memadai.
Untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman, permasalahan utama
yang dihadapi adalah rendahnya akses terhadap air minum dan sanitasi (air limbah,
pengelolaan
persampahan,
dan
drainase).
Secara
umum,
faktor-faktor
yang
diidentifikasi menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain: (1) belum memadainya
perangkat peraturan; (2) terbatasnya penyedia layanan yang kredibel dan profesional;
(3) belum optimalnya sistem perencanaan; serta (4) terbatasnya pendanaan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dirancang program
peningkatan akses bagi rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman
yang layak, aman, terjangkau dengan dukungan prasarana-sarana dasar, utilitas yang
memadai, dan memiliki jaminan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure),
serta
peningkatan
kualitas
perencanaan
dan
penyelenggaraan
pembangunan
IV - 12
desa untuk
memperkuat penyelenggaraan
pemerintahan
daerah,
penguatan
pemerintahan
peningkatan
penegakan
desa untuk
transparansi
hukum
dan
peraturan,
memperkuat penyelenggaraan
dan
akses
masyarakat
peningkatan
kapasitas
pemerintahan
terhadap
daerah,
penyelenggaraan
kesolehan
sosial
masyarakat
dan/atau
pembangunan
sosial
keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat
peradaban masyarakat yang tinggi terjadi karena semangat keagamaan masyarakat
dalam sikap dan perilaku sosial belum optimal seperti tercermin dengan masih adanya
tempat prostitusi/warung remang-remang, harmonisasi sosial dan kerukunan di
kalangan umat beragama belum terwujud, serta pelayanan kehidupan beragama masih
terbatas. Sebagai implikasi dari permasalahan tersebut maka perlu dilaksanakan
program peningkatan kualitas keagamaan masyarakat dalam sikap dan perilaku sosial
berupa pembinaan ahlak, penertiban tempat prostitusi/warung remang-remang,
harmonisasi sosial dan kerukunan di kalangan umat beragama, serta peningkatan
pelayanan kehidupan beragama serta pembangunan sarana dan prasarana peribadatan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
IV - 13
obat
terwujudnya
lingkungan
sehat,
belum
optimalnya
pencegahan
dan
memadainya pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit umum daerah,
serta belum optimalnya pengawasan obat dan makanan.
Permasalahan urusan pekerjaan umum meliputi kurang memadainya jalan
dan
jembatan,
memadainya
jembatan,
kurang
kurang
memadainya
turap/talud/bronjong,
saluran
kurang
drainase/gorong-gorong,
optimalnya
pemeliharaan
belum
jalan
dan
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya,
serta belum optimalnya pengendalian banjir.
Permasalahan urusan perumahan dan permukiman antara lain belum
optimalnya penyediaan lingkungan sehat perumahan, belum optimalnya kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran, belum optimalnya pengembangan wilayah strategis dan
cepat tumbuh, belum memadainya infrastruktur perdesaaan, belum memadainya
sumberdaya manusia jasa konstruksi, belum optimalnya pengelolaan persampahan,
kurang optimalnya pengelolaan air minum dan air limbah, belum optimalnya
pengelolaan area pemakaman, belum optimalnya pengelolaan ruang terbuka hijau, serta
belum tertibnya penataan reklame.
Permasalahan
urusan
penataan
ruang
adalah
belum
optimalnya
IV - 14
pembangunan
optimalnya perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam, belum optimalnya
perencanaan pemrintahan, dan masih terbatasnya data/informasi sebagai bank data
serta hasil evaluasi belum digunakan secara optimal sebagai umpan balik dalam
perencanaan pembangunan daerah..
Permasalahan urusan perhubungan adalah kurang memadainya prasarana
dan fasilitas perhubungan, belum memadainya rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
dan fasilitas LLAJ, belum memadainya pelayanan angkutan, belum memadainya sarana
dan prasarana perhubungan, belum optimalnya peningkatan dan pengamanan lalu
lintas, serta belum memadainya kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.
Permasalahan
urusan
lingkungan
hidup
meliputi
belum
optimalnya
dan
rehabilitasi kesejahteraan
sosial, belum
optimalnya pembinaan
IV - 15
data/informasi.
Permasalahan urusan kepemudaan dan olahraga meliputi belum belum
optimalnya manajemen olahraga, masih rendahnya pemasyarakatan olahraga dan masih
kurangnya penghargaan bagi atlit berprestasi.
Permasalahan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
mencakup kurangnya keamanan dan kenyamanan lingkungan, kurang berkembangnya
wawasan
kebangsaan,
belum
terjalinnya
kemitraan
pengembangan
wawasan
pengkoordinasian
bidang
ekonomi,
belum
optimalnya
penataan
olahraga,
belum
optimalnya
pengelolaan
keprotokolan,
belum
urusan
pemberdayaan
masyarakat
desa
meliputi
kurang
tertatanya
sistem
administrasi
kearsipan,
belum
optimalnya
urusan
komunikasi
dan
informasi
meliputi
kurang
belum
rendahnya
optimalnya
penerapan
pemasaran
teknologi
hasil
produksi
pertanian/
pertanian/perkebunan,
rendahnya
IV - 17
dan
penanggulangan
penyakit
ternak,
rendahnya
produksi
hasil
produksi
perikanan,
rendahnya
kesejahteraan
petani,
serta
belum
daerah
Kabupaten
Bogor
tidak
terlepas
dari
dinamika
dewasa ini terus berkembang adalah arus globalisasi yang memunculkan standardisasi,
efisiensi, keterbukaan dan daya saing, didalamnya menekankan perhatian pada :
1. Pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi serta persaingan usaha;
2. Menegaskan kewajiban minimum negara yang tidak dapat diserahkan kepada
mekanisme pasar;
3. Momentum kemitraan global dan penguatan jejaring;
4. Akuntabilitas kepada pelaku internasiona.l
Issue yang berkembang lainya adalah demokratisasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat) didalamnya menekankan perhatian pada :
IV - 18
1. Mengukur
keseluruhan
proses
dan
kinerja
politik
dalam
peningkatan
kesejahteraan rakyat;
2. Akuntabilitas kepada rakyat.
Issue
Desentralisasi
(keunikan
lokal,
keterwakilan
dan
kompromi)
didalamnya
leakages). Hal ini ditunjukkan oleh tidak seimbangnya angka IPM tahun 2013
yang dicapai yaitu hanya 73,45 poin (AHH : 70,00 thn, AMH : 95,36%), RLS :
8,04 tahun, dan PPP: Rp. 636.620,-/kapita/bulan), di sisi lain angka
pertumbuhan ekonomi rata-rata adalah sebesar 6,03%. sektor ekonomi yang
menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri
pengolahan yang mencapai Rp. 63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60
persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki
peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar Rp.1,58 trilyun (1,44 persen).Pengelompokan sembilan sektor ekonomi
dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier,
menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam
penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB)
atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun 2013
mencapai Rp.71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan tahun
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
IV - 19
orang
atau
42,31%,
yang
tidak/belum
bekerja,
seperti
jiwa.
Dengan
demikian,
implementasi
program-program
IV - 20
pembangunan
perekonomian
daerah.
Dengan
demikian,
kendaraan
pengangkut)
dalam
mengantisipasi
perubahan
dan
IV - 21
terkait
dengan
masih
rendahnya pemberdayaan
kehidupan
beragama
perlu
lebih
ditingkatkan
guna
mengurangi
cenderung
menurun
perkembangan
prosentasenya.
Hal
tersebut
IV - 22
belum
kepengelolaan
yang
didukung
baik
pada
oleh
konsep
tingkat
lokal,
kepemimpinan.
Praktik
sejalan
proses
dengan
juga
telah
mendorong
masyarakat
untuk
lebih
berani
yang ditetapkan
pemerintah
pusat pada
dalam
menindaklanjuti
dengan
peraturan
daerah
dan
dalam
grand
IV - 23
golongan.
menguntungkan
ketertiban dan
ketentraman
negatif
arus
globalisasi
yang
penuh
keterbukaan,
sehingga
permasalahan
kepemilikan
lahan.
Disamping
itu
protes
IV - 24
penurunan luas lahan hutan dan sawah di Kabupaten Bogor. Perkembangan alih
fungsi lahan produktif untuk kegiatan investasi industri, jasa maupun
pemukiman yang tidak sejalan dengan pola perencanaan yang telah ditetapkan
menimbulkan dampak berupa kerusakan lingkungan, penurunan daya dukung
lingkungan serta mengancam ketahanan pangan Kabupaten Bogor. Alih fungsi
lahan di Kabupaten Bogor terutama terjadi pada berubahnya fungsi hutan, baik
primer maupun sekunder menjadi fungsi perkebunan bahkan semak belukar,
berubahnya fungsi sawah menjadi fungsi permukiman dan budidaya lainnya
serta mendorong berkurangnya kawasan resapan air, perambahan daerah/
kawasan hulu sungai. Perubahan regulasi dalam bidang penataan ruang, yaitu
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, diharapkan dapat memberikan acuan
yang lebih tegas dengan penerapan sanksi pidana maupun perdata bagi pelaku
penyimpangan
tata
ruang.
Pada
Undang-undang
tersebut
pemerintah
kebijakan
dan
pelaksanaan
pembangunan
daerah,
kurang
IV - 25
publik belum terbebas dari praktek KKN, serta belum optimalnya pelayanan
publik. Permasalahan
hemat,
praktek
penyimpangan
yang
mengarah
pada
kemungkinan
terjadinya
pemekaran
Kabupaten.
Pengalaman
IV - 26
IV - 27
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Berdasarkan pelaksanaan,
pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMD tahap kedua, RPJMD tahap ketiga ini
ditujukan
untuk
merealisasikan
visi
dan
misi
pembangunan
daerah
melalui
daerah, hasil-hasil yang sudah dicapai pada tahap sebelumnya dan permasalahan yang
dihadapi serta isu-isu strategis yang berkembang maka pernyataan Visi Pemerintah
Kabupaten Bogor Tahun 20013-2018 adalah Kabupaten Bogor menjadi Kabupaten
Termaju di Indonesia.
Makna pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor di atas adalah :
1. Kabupaten Bogor adalah batas adminsitrasi Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa
Barat yang di dalamnya berkumpul sejumlah manusia atau masyarakat dalam
arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama.
2. Termaju adalah
tingkat kemajuan yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang
lebih baik maupun berkembang ke arah yang lebih baik. termaju juga berarti
bahwa Kabupaten Bogor sebagai suatu wilayah terus melakukan pengembangan
diri untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam maupun
di luar.
3. Indonesia adalah negara kesatuan yang berdaulat dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .
V-1
1.2.
Misi
Dalam rangka pencapaian visi tersebut di atas dengan tetap memperhatikan
kondisi dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan
peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
2. Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha
berbasis sumberdaya alam dan pariwisata.
3. Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah
dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
4. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan
pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar
daerah dalam kerangka tata kelola pemerintahan yang baik.
Penjelasan yang terkandung di dalam rumusan kelima misi Pemerintah
Kabupaten Bogor tersebut di atas serta keseselarasannya dengan rumusan misi
Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Misi Pertama, yaitu Meningkatkan kesalehan dan kesejahteraan sosial
masyarakat.
upaya
Pemerintah
Kabupaten
Bogor
dalam
Misi ini
menciptakan
kemandirian
yang
berlandaskan
persaingan
sehat
serta
V-2
dalam
pelaksanaan
pemerintahan
dan
pembangunan
yang
di atas, maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan
dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi yang dijalankan
akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah, baik
urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung pelaksanaan misi dimaksud,
uraian tujuan dan sasaran pada setiap misi sebagai berikut :
5.3.1. Misi Pertama : Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan
masyarakat.
Tujuan :
1. Meningkatnya kualitas ketaqwaan dan
beragama.
2. Meningkatnya kualitas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
V-3
pelayanan
dan
kemudahan
bagi
umat
beragama dalam
menjalankan ibadahnya.
2. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan.
3. Meningkatnya pemenuhan hak dan perlindungan perempuan dan anak.
4. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk alami.
5.
di Kabupaten Bogor
yang mendorong
pariwisata
V-4
BUMD
pertanian
dan
perikanan
sebagai
pengungkit
perekonomian daerah
11. Meningkatnya jumlah dan kemandirian industri kecil dan menengah dalam
mengembangkan ekonomi lokal
12. Meningkatnya nilai dan volume perdagangan dalam negeri dan ekspor
13. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja
14. Tersalurkannya minat masyarakat untuk bertransmigrasi.
5.3.3. Misi ketiga : Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas
infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan
Tujuan :
1. Meningkatnya penataan ruang yang terpadu dan berkelanjutan dan tertib
pertanahan.
2. Terwujudnya
infrastruktur
jalan/
jembatan
dan
sumberdaya
air
yang
terintegrasi
3. Tersedianya sarana prasarana pemukiman yang layak (rutilahu, jalan setapak,
kawasan prioritas pembangunan pemukiman dan sanitasi)
4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan berkurangnya dampak pencemaran
lingkungan.
Sasaran:
1. Meningkatnya perencanaan, kesesuaian dan pengendalian pemanfaatan ruang
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
V-5
infrastuktur
perhubungan
yang
mendukung
aksesibilitas,
Misi
keempat
Meningkatnya
aksesibilitas
dan
kualitas
pendidikan
termasuk
pemenuhan
sarana
dan
prasarana
pelayanan
kesehatan
yang
mudah,
murah,
merata
dan
berkualitas;
5. Meningkatnya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam bentuk
JAMPESEHAT yang terintegrasi dengan layanan BPJS;
6. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan baik layanan dasar maupun
rujukan.
Sasaran:
1. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan
2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas serta kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan
3. Meningkatnya rata-rata lama sekolah
masyarakat
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
V-6
penyelenggaraan
pemerintahan
di
semua
tingkatan
yang
V-7
visi
termaju berdasarkan misi, diuraikan berikut rencana pencapaiannya dalam kurun waktu
5 tahun sebagaimana tabel 5.2. berikut ini :
V-8
V-9
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Strategi dan arah kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam visi misi
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan hingga tahun 2018, diuraikan sebagai
berikut :
6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kesatu
(Meningkatkan Kesalehan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat)
Untuk mencapai 8 (delapan) tujuan dan 10 (sepuluh) sasaran yang terkandung
dalam misi kesatu, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing
tujuan dan sasaran tersebut yakni :
Untuk mencapai tujuan kesatu misi kesatu, yaitu Meningkatnya kualitas
ketaqwaan dan ukhuwah serta toleransi antar umat beragama
beserta sasarannya,
dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan peran umat beragama dan
lembaga sosial keagamaan dalam pembangunan; (2) Menjamin kemudahan bagi umat
beragama dalam menjalankan
Kebijakan
Pelaksanaan
Peningkatan
intensitas
pada dua (2)
hal, yaitu: (1) peningkatan intensitas penegakan Perda dan peraturan yang berlaku;
serta (2) peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit
masyarakat (pekat). Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam
urusan kesatuan kebangsaan dan politik dalam negeri. Organisasi Perangkat Daerah
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VI - 1
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
untuk
berencana
dan
keluarga
sejahtera,
difokuskan
pada
pengendalian
pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas. Arah kebijakan dan
strategi ini termasuk dalam urusan perempuan dan perlindungan anak. Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan,
program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (BPPKB).
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VI - 2
Untuk mencapai tujuan keempat dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya kualitas
pelayanan sosial dan menurunnya angka kemiskinan beserta sasarannya, dirancang
strategi sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi
PMKS; dan (2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PMKS.
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1) yaitu peningkatan kualitas pelayanan
sosial dan fasilitasi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin dan peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai, difokuskan pada dua hal,
yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup para penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) agar dapat hidup layak dan mandiri; serta (2) peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai dan merata di setiap wilayah. Arah
kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial. Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program,
strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans).
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2) yaitu pelatihan keterampilan bagi PMKS
difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup lansia dan para
penyandang masalah kesejahteraan sosial dan fakir miskin; serta (2) peningkatan
pelayanan sosial dan fasilitasi untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin. Arah
kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial. Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program,
strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans).
Untuk mencapai tujuan kelima dari misi kesatu, yaitu Berkembangnya seni dan
budaya dalam bingkai kearifan lokal beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai
berikut: (1) peningkatan apresiasi seni dan budaya di kalangan pemerintah, masyarakat
dan swasta.
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1) yaitu penyelenggaraan festival seni dan
budaya daerah tahunan, pengembangan sarana kreatifitas seni dan budaya serta
pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek wisata budaya, difokuskan pada lima
hal, yaitu: (1) penumbuhan budaya inovatif dan kreatif yang positif disertai dengan
pengmbangan nilai-nilai budaya masyarakat yang dilandasi oleh Prayoga, Tohaga,
Sayaga (mengutamakan
persatuan, kekokohan
dan
kekuatan
pendirian
serta
VI - 3
sejarah dan kejuangan bangsa; (4) pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah,
tradisi dan kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek
wisata budaya;
seni-budaya
dan
perkuatan
keanekaragaman
seni
budaya
dengan
tetap
mempeerhatikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Arah kebijakan dan
strategi ini termasuk ke dalam urusan kebudayaan. Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan
arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar).
Untuk mencapai tujuan keenam misi kesatu, yaitu Terwujudnya pemuda yang
tangguh dan berdaya saing beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1)
Meningkatkan pemberdayaan generasi muda dalam pembangunan.
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1) yaitu Peningkatan kualitas dan peran
pemuda,
serta
peningkatan
kelembagaan
kualitas
dan
pemuda
peran
dalam
pemuda
pembangunan,
serta
kelembagaan
difokuskan
pada
pemuda
dalam
pembangunan daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan
pemuda dan olahraga. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut
adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).
Untuk mencapai tujuan ketujuh dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya kebugaran
masyarakat dan prestasi olahraga Kabupaten Bogor beserta sasarannya, dirancang
strategi sebagai berikut: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
olahraga.
Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu pembangunan dan optimalisasi
fungsi sarana dan prasarana, serta peningkatan pembinaan olahraga rekreasi,
difokuskan pada peningkatan atlit olahraga berprestasi dan kesegaran jasmani
masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk dalam urusan pemuda dan
olahraga. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).
Untuk mencapai tujuan kedelapan dari misi kesatu, yaitu Terwujudnya
manajemen pengelolaan bencana beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai
berikut: (1) meningkatkan kualitas pelayanan, pencegahan dan penanggulangan
bencana.
VI - 4
Arah
kebijakan
pelaksanaan
strategi
(1)
yaitu
peningkatan
pelayanan
peningkatan
produksi
dan
produktivitas
pangan.
Arah
kebijakan
dan
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 5
serta
Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya manusia KUKM, pembiayaan
dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM, difokuskan pada tiga hal yaitu:
(1) Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat melalui peningkatan Koperasi dan
UKM yang mandiri dan profesional; (2) Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil,
usaha mikro dan menengah (UKM) yang berbasis IPTEK,sehingga menjadi bagian
integral dari keseluruhan daerah; serta (3) Perkuatan kelembagaan dan usaha,
kapasitas sumber daya manusia KUKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar
bagi produk KUKM. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam
urusan Koperasi. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag).
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2) yaitu Peningkatan daya saing komoditas
unggulan, difokuskan pada Peningkatan daya saing komoditas unggulan. Arah kebijakan
dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian, kelautan dan
perikanan.
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 6
VI - 7
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1) yaitu Peningkatan daya tarik wisata,
destinasi dan pemasaran pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang
memiliki kearifan dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai, difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan daya tarik wisata, destinasi
dan pemasaran pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang memiliki kearifan
dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai;
(2)
VI - 8
mencapai
tujuan
kedelapan
misi
kedua,
yaitu
Meningkatnya
VI - 9
dan kesehatan kerja serta perlindungan tenaga kerja dan hubungan industrial yang
harmonis. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan
tenaga
kerja.
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
beserta sasarannya,
dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kinerja perencanaan ruang; (2)
Meningkatkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang; serta (3) Meningkatkan
sertifikasi tanah catur tertib pertanahan.
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1) yaitu Peningkatan kuantitas dan kualitas
perencanaan ruang, difokuskan pada Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan
ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan penataan
ruang.
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
pemanfaatan
ruang,
difokuskan
pada
Peningkatan
pengendalian
pemanfaatan ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam
urusan penataan ruang. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
VI - 10
kondisi
baik;
serta
(2)
Pengembangan
infrastruktur
wilayah
dengan
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(2)
yaitu
Peningkatan
pelayanan
fasilitas
lalu
lintas
dan
sarana
perhubungan
lainnya,
difokuskan
pada
Pembangunan infrastruktur transportasi, jalan dan jembatan yang efektif dan efisien,
handal dan terintegrasi untuk kemudahan pergerakan orang, barang dan jasa. Arah
kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan
Pengairan (DBMP).
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VI - 11
air,
konservasi
sumberdaya
air,
pendayagunaan
sumberdaya
air,
pengendalian banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya air; serta Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui
optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian, difokuskan pada dua hal yaitu:
(1)
Pengembangan
infrastruktur
sumberdaya
air,
konservasi
sumberdaya
air,
pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian banjir dan daya rusak air serta
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air; serta (2) Peningkatan
layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian;
Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan
umum.
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 12
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(2)
yaitu
Meningkatkan
teknologi
(Meningkatkan
aksesibilitas
dan
kualitas
penyelenggaraan
VI - 13
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
(2)
pendidikan
keaksaraan
fungsional;
(2)
Meningkatkan
akses
perpustakaan.
VI - 14
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 15
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 16
6.5. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kelima
(Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar
daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik)
Untuk mencapai 5 (enam) tujuan dan 23 (dua puluh tiga) sasaran yang
terkandung dalam misi kelima, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada
masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni :
Untuk
mencapai
tujuan
kesatu
misi
kelima,
yaitu
Terwujudnya
penyusunan
perencanaan
daerah
yang
partisipatif,
transparan,
berwawasan lingkungan dan aplikatif. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini
termasuk ke dalam urusan perencanaaan pembangunan. Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan
arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2) yaitu Peningkatan kualitas sumber daya
perencanaan, difokuskan pada Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan. Arah
kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan perencanaaan
pembangunan.
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VI - 17
mencapai
tujuan
keempat
misi
kelima,
yaitu
Terfasilitasinya
strategi
sebagai
berikut:
(1)
Peningkatan
fasilitasi
dan
koordinasi
Kabupaten Bogor Barat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam
urusan Otonomi Daerah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Sekretarian Daerah.
Untuk mencapai tujuan kelima misi kelima, yaitu Terwujudnya stabilitas sosial,
politik dan keamanan di Kabupaten Bogor beserta sasarannya, dirancang strategi
sebagai berikut: (1) Meningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan bagi masyarakat;
(2) Meningkatkan peran pemerintah daerah, masyarakat dan partai politik dalam
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VI - 18
VI - 19
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
kesetaraan
gender
dan
pemberdayaan
perempuan,
serta
perlindungan anak.
2. Pembangunan ekonomi diarahkan pada peningkatan tingkat kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan
ekonomi berbasis keunggulan potensi lokal, yang didukung oleh peningkatan
ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian, perbaikan iklim investasi,
perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta
terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
3. Pemantapan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik diarahkan pada
peningkatan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada
hukum yang berwibawa, dan transparan serta peningkatan kualitas pelayanan
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 1
VII - 2
VII - 3
VII - 4
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(8):
Meningkatkan
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
pengetahuan
dan
VII - 5
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(10):
Meningkatkan
VII - 6
Pemerintah); (2) Jumlah Lapangan Olahraga; (3) Jumlah Kegiatan Olahraga. Untuk
mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan
daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga; (2) Program
Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kepemudaan dan
olahraga sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).
7.2.1.12. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Meningkatkan kualitas
dan kuantitas olahragawan berprestasi
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas
olahragawan berprestasi difokuskan pada Peningkatan pembinaan olah raga prestasi.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kepemudaan dan
olahraga sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).
7.2.1.13. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kualitas
pelayanan, pencegahan dan penanggulangan bencana
Arah
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
kualitas
pelayanan,
waktu
tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK);
(3) Terbantunya korban bencana alam. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan
tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan
Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran; (2) Program Pencegahan Dini dan
Penanggulangan Korban Bencana Alam.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD).
VII - 7
terbarukan;
(10)
Mengembangkan
kawasan
wisata
andalan;
(11)
Mengembangkan
tata
kelola
pertambangan
yang
berdaya
saing;
(13)
Mengembangkan tata kelola pariwisata yang berdaya saing; (14) Mengembangkan tata
kelola pertanian yang berdaya saing; (15) Memberdayakan industri kecil dan menengah;
(16) Mengembangkan pasar dalam negeri dan luar negeri; (17) Meningkatkan kualitas
dan produktifitas tenaga kerja; (18) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja; (19)
Memperluas kesempatan kerja; serta (20) Mendorong minat masyarakat untuk
bertransmigrasi.
7.2.2.1. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Meningkatkan intensifikasi
dan ekstensifikasi komoditas pangan daerah
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi
komoditas pangan daerah difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan ketersediaan
pangan secara berkelanjutan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dan
keragaman pangan; (2) Peningkatan keragaman pangan melalui pengembangan
komoditas pangan lokal.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu (1) Regulasi ketahanan pangan; (2) Ketersediaan Pangan Utama dan (3)
Produktifitas padi atau bahan pangan utama lokal lain. Untuk mendukung pencapaian
arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan; dan (2) Program
Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan
Kehutanan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 8
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
akses
pangan
bagi
masyarakat difokuskan pada Penataan jalur distribusi, cadangan dan pasokan pangan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketehanan pangan
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 9
menciptakan iklim
VII - 10
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan penanaman modal
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Kebijakan
energi
dan
Pelaksanaan
Strategi
mengembangkan
(9):
sumber
Meningkatkan
energi
alternatif
terbarukan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan ketersediaan energi dan
mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan difokuskan pada dua hal yaitu: (1)
Peningkatan fasilitasi untuk pemenuhan pasokan energi dan listrik yang bersumber dari
potensi energi alternatif dan terbarukan, seperti potensi hidro, surya, angin, panas,
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 11
bumi dan bio-energi lainnya; (2) Pemenuhan kebutuhan listrik dan cakupan pelayanan
listrik pedesaan ke seluruh wilayah serta peningkatan pengelolaan utilitas umum berupa
penerangan jalan umum yang merata dan efisien di setiap wilayah.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu (1) Peningkatan cakupan layanan PJU; (2) Rumah tangga pengguna listrik; (3)
Rasio ketersediaan daya listrik; (4) Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik;
(5) Jumlah ijin usaha ketenagalistrikan IUKU/IUKS; (6) Jumlah kelompok pengguna
energi baru dan energi terbarukan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan
tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembinaan
dan
Pengembangan
Bidang
Ketenagalistrikan;
(2)
Program
Penyediaan
dan
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(11):
Meningkatkan
VII - 12
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 13
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Memberdayakan
industri
kecil
dan
menengah difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi
penguatan usaha industri rumah tangga kecil dan menengah; (2) Peningkatan
kompetensi dan penguatan kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara
pelaku ekonomi.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu (1) Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri harga
konstan; (2) Pertumbuhan Industri; dan (3) Cakupan bina kelompok pengrajin. Untuk
mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan
daerah, yaitu Program Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan industri sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi Usaha
Kecil Menengah Industri dan Perdagangan (Diskoperindag).
7.2.2.16. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (16): Mengembangkan pasar
dalam negeri dan luar negeri
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan pasar dalam negeri dan
luar negeri difokuskan pada empat hal yaitu (1) Pemantapan sistem dan jaringan
distribusi barang untuk pasar dalam dan luar negeri; (2) Revitalisasi pasar tradisional
dan pasar desa; (3) Pengawasan barang dan jasa yang beredar dan perindungan
konsumen; (4) Pelayanan yang berkualitas bagi eksportir.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu (1) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB harga berlaku; (2) Kontribusi
sektor perdagangan terhadap PDRB harga konstan; (3) Ekspor bersih perdagangan; dan
(4) Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal. Untuk mendukung pencapaian
arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1)
Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan; (2) Program
Peningkatan dan Pengembangan Ekspor; dan (3) Program Peningkatan Efisiensi
Perdagangan Dalam Negeri.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perdagangan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, Industri
dan Perdagangan (DISKOPERINDAG).
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 14
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(18):
Memberikan
daerah,
yaitu
Program
Perlindungan
Pengembangan
Lembaga
Ketenagakerjaan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketenagakerjaan
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 15
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
pada
Peningkatan
kuantitas
dan
kualitas
perencanaan
ruang.
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
kebijakan
ruang
pelaksanaan
diprioritaskan
strategi
pada
Meningkatkan
Peningkatan
kinerja
kuantitas
pengendalian
dan
kualitas
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
VII - 17
prona/proda.
Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Luas
lahan bersertifikat; (2) Penyelesaian kasus tanah negara; (3) Persentase penduduk yang
memiliki
lahan.
Untuk
mencapai
sasaran
tersebut,
telah
dirancang
program
pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembangunan Sistem Pendaftaran Tanah; (2)
Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah.
Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan
Pertanahan
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
VII - 18
Perhubungan; (3)
pengujian kelayakan angkutan umum (KIR); (9) Biaya pengujian kelayakan angkutan
umum; (10) Pemasangan Rambu-rambu. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah
dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Pelayanan
Angkutan; (2) Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu lintas.
Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan
Perhubungan sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Lalulintas dan Angkutan Jalan.
VII - 19
7.2.3.7.
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(7):
Meningkatkan
air,
konservasi
sumberdaya
air,
sumberdaya
air,
pengendalian banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya air; (2) Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui
optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian.
Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Rasio
Jaringan irigasi; (2) Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Untuk mencapai sasaran
tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya.
Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan
Umum
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
diprioritaskan
pada
Peningkatan
jumlah
rumah
layak
huni
dan
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
yang
bertanggung
jawab
VII - 20
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Peningkatan
kinerja
pengelolaan
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(11):
Meningkatnya
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatnya
pengendalian
dan
VII - 21
VII - 22
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
kompetensi
dan
kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan difokuskan pada dua hal yaitu (1)
VII - 23
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(4):
Menyelenggarakan
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(6):
Menyelenggarakan
VII - 24
Melek Huruf. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang
program pembangunan daerah, yaitu Program Pendidikan Non Formal.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik).
7.2.4.7. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): Meningkatkan akses
masyarakat terhadap perpustakaan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap
perpustakaan difokuskan pada Pembangunan perpustakaan di setiap kecamatan.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu Jumlah Perpustakaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah
dirancang program pembangunan daerah, yaitu Pembinaan Perpustakaan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perpustakaan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah (KAPD).
7.2.4.8. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatkan jumlah
kunjungan ke perpustakaan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan jumlah kunjungan ke
perpustakaan difokuskan pada Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan
berbasis IT.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu Pengunjung Perpustakaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut
telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Pembinaan Perpustakaan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perpustakaan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah (KAPD).
7.2.4.9. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan difokuskan pada Penerapan pelayanan
kesehatan gratis bagi kelompok masyarakat miskin dan kelompok masyarakat tertentu
sesuai dengan ketentuan.
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 25
VII - 26
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes).
7.2.4.13. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kuantitas
dan kualitas tenaga kesehatan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga
kesehatan difokuskan pada Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes).
7.2.4.14. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (14): Meningkatkan kuantitas
dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana
dan prasarana kesehatan difokuskan pada Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan
sesuai standar.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes).
7.2.5. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kelima
Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi kelima dirumuskan duapuluh lima
(25) strategi, yaitu: (1) Meningkatkan peran serta Stakeholders
dalam perencanaan
pembangunan daerah; (2) Meningkatkan sumber daya perencanaan yang memadai; (3)
Meningkatkan pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah; (4)
Intensifikasi
pendapatan
asli
daerah;
(5)
Meningkatkan
akuntabilitas
pengelolaan
dan
pelayanan
kearsipan;
(18)
VII - 27
Perencanaan
Pembangunan Daerah.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan periencanaan
pembangunan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
7.2.5.2.Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Meningkatkan sumber daya
perencanaan yang memadai
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan sumber daya perencanaan
yang memadai difokuskan pada Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perencanaan sehingga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan
VII - 28
urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
7.2.5.3. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Meningkatkan pengelolaan
data dan informasi perencanaan pembangunan daerah
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pengelolaan data dan
informasi perencanaan pembangunan daerah difokuskan pada dua hal (1) Peningkatan
ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya serta sesuai dengan kebutuhan
perencanaan pembangunan daerah; (2) Peningkatan penelitian dan pengembangan
hasil-hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan perencanaan daerah.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu Cakupan layanan informasi program dan kegiatan pembangunan Kab. Bogor Untuk
mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan
daerah, yaitu Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan
daerah.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perencanaan
pembangunan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
7.2.5.4. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Intensifikasi pendapatan
asli daerah
Arah kebijakan pelaksanaan strategi Intensifikasi pendapatan asli daerah
difokuskan pada Peningkatan kemampuan keuangan daerah melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu (1) Optimalnya Penerimaan Pendapatan Asli Daerah; serta (2) Jumlah dan macam
pajak dan retribusi daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah
dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 29
7.2.5.5.
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(5):
Meningkatkan
kebijakan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
keuangan
strategi
difokuskan
pada
Meningkatkan
Peningkatan
akuntabilitas
transparansi
dan
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
dua
hal
(1)
Penyusunan
produk
hukum
daerah
untuk
mendukung
VII - 30
dalam dan diluar peradilan (Perdata, TUN, Pidana, Hukum Lainnya). Untuk mendukung
pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah,
yaitu Program Perlidungan Hukum Aparatur Pemerintah Daerah.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah,
sehingga
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 31
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Ketersediaan
database
kependudukan
skala
propinsi.
Untuk
mendukung
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 32
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
kapasitas
kelembagaan
dan
partisipasi
masyarakat
desa
dalam
VII - 33
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(16):
Meningkatkan
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(17):
Meningkatkan
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah;
(2)
VII - 34
7.2.5.18.
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(18):
Meningkatkan
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
pemerintahan
yang
berbasis
teknologi
informasi
dan
komunikasi yang modern; (3) Peningkatan hubungan yang kondusif antara pemerintah
daerah dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka
penyebarluasan informasi pembangunan daerah, baik dengan media komunikasi.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan informasi dan
komunikasi sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah
Dinas Informasi dan Komunikasi
7.2.5.20.
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(20):
Meningkatkan
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
VII - 35
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(23):
Meningkatkan
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
pembinaan
wawasan
Rasio
jumlah
masyarakat
pendidikan/pembinaan/sosialisasi
per
10.000
pengembangan
penduduk
wawasan
yang
memperoleh
kebangsaan.
Untuk
VII - 36
daerah, yaitu (1) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan; dan (2)
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan kebangsaan
dan perlindungan masyarakat serta politik dalam negeri sehingga Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program,
strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat (Kantor Kesbangpol dan Linmas).
7.2.5.24. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (24): Meningkatkan peran
pemerintah, masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan
politik yang demokratis
Arah
kebijakan
pelaksanaan
strategi
Meningkatkan
peran
pemerintah,
masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis
difokuskan pada Pembinaan kedewasaan berpolitik masyarakat.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome,
yaitu kegiatan pembinaan politik daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan
tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pendidikan
Politik Masyarakat.
Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan kebangsaan
dan perlindungan masyarakat serta politik dalam negeri sehingga Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program,
strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat (Kantor Kesbangpol dan Linmas).
7.2.5.25.
Arah
Kebijakan
Pelaksanaan
Strategi
(25):
Meningkatkan
kebijakan
pelaksanaan
strategi Meningkatkan
penertiban
gangguan
VII - 37
Organisasi
Perangkat
Daerah
(OPD)
yang
bertanggung
jawab
dan
misi Pemerintah
Kabupaten
Bogor
VII - 38
VII - 39
VII - 40
2.
3.
4.
Peningkatan
Peranserta
dan
Kesetaraan
Gender
dalam
Pembangunan;
5. Program Penguatan Kelembagaan Anak.
7.3.15. Program Pembangunan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera, meliputi:
1. Program Keluarga Berencana;
2. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR;
3. Program Pelayanan Kontrasepsi;
4. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui kegiatan di
Masyarakat;
5. Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
7.3.16. Program Pembangunan Urusan Perhubungan, meliputi:
1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan;
2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan;
3. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ;
4. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan;
5. Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu lintas.
VII - 41
Pemberdayaan
Masyarakat
untuk
Menjaga
Ketertiban
dan
Keamanan Lingkungan;
6. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan;
7. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal;
8. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat;
9. Program Pembinaan Kelinmasan.
7.3.20. Program Pembangunan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian, meliputi:
1. Program Penataan Adminstrasi Pemerintah Daerah;
2. Program Penataan Daerah Otonomi Baru;
3. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan;
4. Program Perlidungan Hukum Aparatur Pemerintah Daerah;
5. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah daerah dan pihak ketiga;
6. Program Penataan dan Pengendalian Program Pembangunan;
7. Program Pengkoordinasian Bidang Ekonomi;
8. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama;
9. Program Pengendalian Kesejahteraan Sosial;
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 42
VII - 43
VII - 44
Pembinaan
dan
Pengembangan
Bidang
Energi
dan
Ketenagalistrikan;
2. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan;
3. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan;
4. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Migas dan Panas Bumi;
5. Program Konservasi Air Tanah;
6. Program Pendayagunaan Air Tanah;
7. Program Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan;
8. Program Mitigasi Bencana Geologi;
7.3.31. Program Pembangunan Urusan Pariwisata, meliputi:
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata;
2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata;
3. Program Pengembangan Kemitraan.
7.3.32. Program Pembangunan Urusan Industri, meliputi:
1. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi;
2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri;
3. Program Penataan Struktur Industri;
4. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah;
7.3.33. Program Pembangunan Urusan Perdagangan, meliputi:
1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan;
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor;
3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri;
7.3.34. Program Pembangunan Urusan Transmigrasi, meliputi:
1. Program Transmigrasi Regional;
Selain program yang tercakup dalam masing-masing urusan pemerintahan/SKPD,
terdapat pula program lintas urusan pemerintahan /lintas SKPD. Program-program
tersebut adalah:
RPJMD Kabupaten Bogor 2013 - 2018
VII - 45
VII - 46
VII - 47
BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
jumlah
penduduk
miskin
melalui
pengurangan
pembangunan
perekonomian
masyarakat
melalui
VIII - 1
VIII - 2
VIII - 3
BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
IX - 1
Tabel 9.1.
Rencana Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bogor Tahun 20013-2018
No
Indikator
Baseline
2013
73,45
73,60
82,49
63,27
2014
73,63 73,88
83,34
64,91
73,72
- 116.614
- 41.183
-
22,38
7,90
6,39
Target
2016
74,55 - 75,43
75,81
86,26
66,82
2017
74,63 76,55
86,81
67,46
70,12
96,46
8,50
686,56
70,21
96,51
8,80
703,72
70,23
96,59
9,02
712,17
70,35
97,15
9,07
726,41
113.536 - 117.833
40.096 - 41.614
113.797 - 120.807
40.188 - 42.664
114.309 - 121.132
40.369 - 42.779
120.025 - 121.698
42.388 - 42.979
2015
73,74 74,99
84,76
65,75
21,41
7,56
6,38
5.302,6395
1,75
8,92
7,92
11,81
66,23
25,65
74,04
22,22
7,85
6,45
21,15
7,47
6,40
5.379,528
1,45
8,17
7,65
10,89
67,09
24,28
22,46
7,93
6,63
21,00
7,42
6,45
5.444,082
1,20
7,77
7,49
9,93
68,44
22,14
75,65
22,25
7,86
6,93
2018
74,77 77,10
87,51
68,02
21,82
7,71
6,46
5.501,245
1,05
7,73
7,04
9,22
68,78
21,02
75,80
22,12
7,81
7,14
7,49
IX - 2
BAB X
PENCIRI KINERJA TERMAJU
10.1. Penciri Termaju
Gambaran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang dirumuskan dalam KABUPATEN BOGOR TERMAJU ditunjukan oleh
beberapa faktor yang menjadi penciri. Penciri ditentukan dengan mempertimbangkan
kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya alam, pertimbangan keuangan
daerah, potensi kabupaten pembanding dan waktu pencapaian indikator, sehingga
dihasilkan 25 (dua puluh lima) penciri, sebagai berikut :
1. Seluruh RSUD dan Puskesmas sudah terakreditasi;
2. Seluruh masyarakat memiliki jaminan kesehatan;
3. Angka Harapan Hidup (AHH) termasuk tertinggi di Indonesia;
4. Tuntas Angka Melek Huruf (AMH) bagi penduduk berusia 15-60 tahun;
5. Tuntasnya pembangunan stadion olahraga berskala internasional;
6. Penduduk miskin turun menjadi 5 %;
7. Tercapainya Rata-rata lama sekolah (RLS) 9 tahun;
8. Pelayanan penyediaan listrik perdesaan tertinggi di Indonesia;
9. Kunjungan wisatawan termasuk tertinggi di Indonesia;
10. Seluruh perijinan berstandar ISO;
11. Laju Pertumbuhan Ekonomi melebihi Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi dan
Nasional;
12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) harga berlaku termasuk tertinggi di
Indonesia;
13. Produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air tawar terbanyak di Indonesia;
14. Terbangunya pasar di setiap Kecamatan;
15. Tercapainya swasembada benih padi unggul bersertifikat;
16. Bebas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH);
17. Tuntasnya pembangunan Poros Barat-Utara-Tengah-Timur;
18. Mendorong terbangunnya Cibinong Raya sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW);
19. Seluruh masyarakat mempunyai KTPel;
20. Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk tertinggi di Indonesia:
21. Mencapai predikat Wajar tanpa pengecualian (WTP);
22. Terbangunnya sistem informasi manajemen Pemerintah Daerah;
23. Tersedianya layanan pengaduan masyarakat di seluruh OPD dan Desa/ Kelurahan;
24. Tidak ada daerah terisolir;
25. Terbangunnya Mesjid Besar di setiap kecamatan.
RPJM Daerah Kabupaten Bogor 2013 - 2018
IX - 1
IX - 2
Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2013 sebesar 82,65%, yakni di atas RE
Provinsi Jawa Barat pada tahun yang sama sebesar 75% dan RE Nasional sebesar
65%. Ditargetkan hingga 2018 RE Kabupaten Bogor mampu mencapai 89,26%.
9. Kunjungan wisatawan termasuk tertinggi di Indonesia.
Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2013 sebanyak 4.125.130 orang,
diperkirakan mampu mencapai 4,5 juta wisatawan pada tahun 2018;
Sebagai pembanding Provinsi Yogyakarta sebesar 1,5 juta jiwa;
Komponen penciri ini dapat dilihat pula pada banyaknya ijin destinasi objek
wisata yang baru diterbitkan di Kabupaten Bogor.
10. Seluruh perijinan berstandar ISO.
Jumlah jenis perijinan yang ada saat ini di Kabupaten Bogor meliputi 58 jenis
perijinan;
Dari jumlah tersebut 19 jenis perijinan telah memenuhi standar mutu
internasional (bersertifikat ISO), dan 39 jenis perijinan belum memenuhi standar
ISO (dalam proses sertifikasi).
11. LPE melebihi LPE Provinsi dan Nasional.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah
sebesar 6,03 %, masih lebih rendah dibandingkan dengan LPE Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2013 sebesar 6,06%, namun masih lebih tinggi dibanding
dengan LPE Nasional sebesar 5,78% pada tahun 2013;
Ditargetkan mampu mencapai 6,21% pada akhir tahun perencanaan.
12. PDRB harga berlaku termasuk tertinggi di Indonesia.
Nilai PDRB harga berlaku Tahun 2013 sebesar Rp. 109,67 Trilyun, meningkat dari
Tahun 2013 sebesar Rp. 95,9 Trilyun, sehinga menjadi peringkat ke-5 nasional;
Untuk tingkat Provinsi Jawa Barat peringkat ke-2 setelah Kabupaten Bekasi.
13. Produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air tawar terbanyak di Indonesia.
Produksi benih Lele mencapai 1.755.826.300 ekor, sementara Produksi se-Jawa
Barat sebanyak 4.027.318.040 ekor;
Produksi ikan hias Kabupaten Bogor sebanyak 222.234,14 RE atau terbesar di
Provinsi Jawa Barat.
14. Terbangunnya pasar di setiap Kecamatan.
Sampai dengan tahun 2013 telah dibangun di 23 Kecamatan, dan sebanyak 17
unit pasar di Kecamatan akan diselesaikan sampai dengan tahun 2018.
15. Tercapainya swasembada benih padi unggul bersertifikat.
Kebutuhan benih padi bermutu Kabupaten Bogor dalam 5 tahun sebanyak
1.128,5 ton dengan luas lahan 45.214 Ha, dimana pada tahun 2018 diperkirakan
turun menjadi 45.140 Ha;
RPJM Daerah Kabupaten Bogor 2013 - 2018
IX - 3
Diharapkan dapat dipenuhi dari hasil produksi lokal atau minimal tercapai 1.129
ton agar tercapai swasembada benih.
16. Bebas rumah tidak layak huni (RTLH).
Jumlah RLTH tahun 2013 sebanyak 59.359 unit.
Target pada tahun 2014 sebanyak 10.000 unit (RTLH), sedangkan sisanya
direncanakan dalam 4 tahun berikutnya sesuai kapasitas pembiayaan pada
masing-masing tahun Anggaran;
17. Tuntasnya pembangunan Poros Barat-Utara-Tengah-Timur.
Poros Utara yakni Jalur Jalan Kemang - Bojonggede sepanjang 8,6 Km pada
tahun 2014 tuntas penyelesaian pembebasan lahan dan bukaan jalan,
pelaksanaan Konstruksi dilaksanakan 2015-2018;
Poros Tengah-Timur 50,2 KM. Penyelesaian pembebasan, bukaan jalan dan
konstruksi pada tahun 2014-2018.
18. Mendorong terbangunnya Cibinong Raya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah. Untuk itu
dibutuhkan instrumen perencanaan sebagai berikut:
Tersedianya dokumen RTRW;
Tersedianya dokumen RTBL;
Tersedianya RDTR Cibinong Raya;
Percepatan pembangunan CBD di Cibinong Raya.
19. Seluruh masyarakat mempunyai KTPel.
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTPel) akan menjangkau 5.111.769 juta
penduduk 2013 (Sumber Data BPS).
Pada tahun 2013, 2.469.701 juta jiwa penduduk diantaranya sudah dinyatakan
tidak terjadi duplikasi KTPeL (Sumber Depdagri), sisa yang wajib KTP akan
diselesaikan sampai dengan tahun 2018.
20. PAD termasuk tertinggi di Indonesia.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah sebesar
1,258 triliun;
Sebagai pembanding Kabupaten dengan Peringkat (1) tertingi adalah Kabupaten
Kutai Kartanegara (sebesar 2,5 Triliun), Peringkat ke-2 Kabupaten Badung
sebesar 1,86 Triliun;
Dengan mengoptimalkan pajak dan retribusi daerah, maka upaya menggenjot
PAD menjadi tertinggi di Indonesia dapat tercapai hingga tahun akhir
perencanaan.
21. Mencapai predikat Wajar tanpa pengecualian (WTP).
Saat ini masih memperoleh peringkat Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
RPJM Daerah Kabupaten Bogor 2013 - 2018
IX - 4
IX - 5
seluruh
wilayah
Kabupaten
Bogor
mendapatkan
bantuan
masing-masing
sebesar
sebesar Rp. 650.000 per bulan, sedangkan bagi pegawai TU sebesar Rp. 500.000
per bulan
11. Bantuan Sarana prasarana Mesjid dan Mushola
-
Program
Jumling
meliputi
120
unit
Mesjid
dengan
bantuan
IX - 6
Program Tarling tingkat Kecamatan mencakup 338 unit Mesjid dengan bantuan
sebesar Rp. 15.000.000 per unit
Bantuan Reguler
bantuan
sebesar
Rp
IX - 7
10
11
12
13
-
PENJELASAN
URAIAN KEGIATAN
Insentif bagi Pos KB
Insentif bagi sub Pos KB
Operasional Pos Yandu
Bantuan PKK Desa/Kelurahan
Bantuan PKK Kecamatan
Operasionla RT dan RW
Operasional Guru Ngaji
Bantuan Operasional Pondok Pesantren
BOS Daerah (melengkapi kekurangan
guru honorer sehingga menjadi minimal
Rp. 500.000/guru/bulan)
Insentif Guru PNS
Insentif Guru Non PNS
Insentif TU sekolah
Bantuan Sarana prasarana Mesjid dan
Mushola
Program Jumling
Program Tarling tingkat Kabupaten
Program Tarling tingkat Kecamatan
Bantuan Reguler
Bantuan Sarana prasarana Ponpes
Bantuan Ponpes Reguler
Ponpes Salafiah
Bantuan Pemberangkatan Ibadah Haji
BPIH khusus
BPIH Reguler
Bantuan Haji PNS
Bantuan Umroh Masyarakat
424
3.380
4.729
434
40
1.377
10.850
411
6.637
11.935
806
Pos
Sub Pos
Pos Yandu
Unit
x
x
x
x
x
RT dan RW x
Orang
x
Ponpes
x
Total dana :
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
guru
guru
TU
x
x
x
Rp
Rp
Rp
120
40
338
424
Mesjid
Mesjid
Mesjid
Mesjid
x
x
x
x
Rp
Rp
Rp
Rp
402
120
Ponpes
Ponpes
x
x
Rp
Rp
9
21
20
40
Orang
Orang
Orang
Orang
@
@
@
@
PROGRAM TEROBOSAN
NO
1
URAIAN KEGIATAN
Program Penciptaan Lapangan Kerja
Bagi Semua
a Program Pemuda Mandiri Pencipta
Lapangan Kerja di Pedesaan
b Program Gerakan Untuk Membangun
Bogor Inisiatif Masyarakat (GUMBIRA)
2
Program Kepedulian Kepada Kaum
PENJELASAN
Miskin
Program Kabupaten Bermartabat
100.000
50.000
1.500.000
10.000.000
6.000.000
150.000
100.000
12.000.000
75.302.275.000
/bulan
/bulan
/Tahun
/Tahun
/Tahun
/bulan
/bulan
/Tahun
/Tahun
650.000 /bulan
650.000 /bulan
500.000 /bulan
35.000.000
12.500.000
15.000.000
5.000.000
/unit
/unit
/unit
/unit
5.000.000 /unit
5.000.000 /unit
85.000.000 /orang
35.000.000 /orang
/orang
/orang
BAB XI
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
11.1. Pedoman Transisi
Untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) setelah RPJMD periode 2013-2018 berakhir, maka
penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada)
pada periode berikutnya berpedoman pada RPJMD periode 2013-2018.
Pedoman transisi dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalahmasalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode
RPJMD periode 2013-2018 dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi
dalam tahun pertama masa pemerintahan baru dan sekaligus menjaga kesinambungan
pembangunan pada program-program lintas sektoral yang dilakukan secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu, juga beberapa program yang sifatnya berkelanjutan dan
jangka panjang seperti penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan perempuan dan pembangunan infrastruktur, hal ini sudah barang tentu
membutuhkan dukungan dana yang besar sehingga harus dilakukan secara bertahap.
Selain itu, pendekatan pembangunan yang berubah dari top-down ke pendekatan
partisipatif, berdampak pada proses penyiapan program dan pemberdayaan yang lebih
lama. Oleh karena itu, program-program yang termasuk dalam program transisi
memerlukan kajian yang lebih mendalam menyangkut sinergi dan dampak berantai
yang ditimbulkannya.
Dalam implementasi program transisi ini, komitmen dari seluruh pemangku
kepentingan baik legislatif dan eksekutif maupun masyarakat luas sangat diperlukan.
Hal ini penting mengingat program tersebut di atas memerlukan konsistensi dan
kesamaan visi, agar arah dan tujuan pembangunan tepat sasaran.
Selanjutnya RKPD masa transisi merupakan tahun pertama dan bagian yang tidak
terpisahkan dari RPJMD dari Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil
pemilukada pada periode berikutnya.
XI - 1
Hal-hal pokok dalam kaidah pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah bahwa :
1. SKPD,
serta
masyarakat
termasuk
dunia
usaha,
berkewajiban
untuk
rangka
meningkatkan
efektivitas
pelaksanaan
RPJMD,
Bappeda
XI - 2
pencapaian dari indikator selama lima tahun. Dalam pelaksanaannya setiap tahun
dijabarkan dalam RKPD kemudian KUA dan PPAS yang berisi program/kegiatan prioritas
tahunan. Kesemuanya itu berpedoman pada kebiajakan yang tercantum dalm RPJMD,
Dengan kata lain, penetapan prioritas program dan kegiatan akan muncul dalam RKPD
yang
diusulkan
baik
oleh
eksekutif
maupun
legislatif
harus
selaras
dengan
11.2.3. Peran serta masyarakat dan Dunia Usaha dalam pelaksanaan RPJMD
Proses Penyusunan RPJMD ini disusun dengan menggunakan proses partisipasi
publik yang ditandai dengan forum konsultasi publik dan Musrenbang RPJMD
didalamnya melibatkan berbagai kalangan baik dari kalangan perguruan tinggi, LSM,
Dunia Usaha/swasta, perwakilan masyarakat madani maupun DPRD. Setelah adanya
masukan dan tanggapan, perbaikan laporan dilakukan dibantu beberapa pakar dalam
penajaman analisis dan rencana pembangunan.
Selain dalam proses penyusunannya, diharapkan dalam pelaksanaan RPJMD ini
peran serta masyarakat dan dunia usaha tetap sangatlah penting guna tercapainya
target- target pembangunan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, peran serta masyarakat dan dunia usaha yang kuat akan
mendorong tercapainya tujuan pembangunan kurun waktu lima tahun dan tentunya hal
ini akan menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan pembangunan secara
berkesinambungan.
11.2.4. Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan Atas Kinerja Lima Tahunan dan
Tahunan
Dengan adanya dokumen RPJMD ini, Kepala Daerah senantiasa dapat memantau
dan mengevaluasi sejauh mana capaian dari kebijakan dan program yang diterjemahkan
dari visi dan misi yang telah ditetapkan, Selain itu RPJMD ini juga akan menjadi acuan
bagi Kepala Daerah dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan setiap indikator kinerja
kunci baik tahunan maupun lima tahunan yang sudah tertuang dalam RPJMD sehingga
tingkat keberhasilan dapat diukur.
Dalam
pelaksanaannya
pemantauan,
pengendalian
dan
evaluasi
kinerja
XI - 3
5
6
7
8
9
10
11
Indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Kesehatan
Indeks Pendidikan
Indeks Daya Beli
Komponen IPM
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-Rata Lama Sekolah
Purchasing Power Parity
Nilai PDRB
Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar)
Berdasarkan Harga Konstan (Rp Miliar)
PDRB per Kapita
Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Juta)
Berdasarkan Harga Konstan (Rp)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) (%)
Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa)
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
Penduduk Miskin (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
TPAK (%)
Angka Kematian Bayi (AKB)
Baseline
2013
73,45
73,60
82,49
63,27
70,00
95,35
8,04
636,62
109.670
38.731
21,45
7,58
6,03
5.111,760
2,44
8,74
13,28
65,15
28,58
2014
73,63 73,88
83,34
64,91
73,72
70,07
95,47
8,24
665,27
110.767 39.118 21,25
7,51
6,33
5.211,439
1,95
8,57
12,44
66,09
27,62
116.614
41.183
22,38
7,90
6,39
8,92
2015
73,74 74,99
84,76
65,75
74,04
70,12
96,46
8,50
686,56
Target
2016
74,55 75,81
86,26
66,82
75,43
70,21
96,51
8,80
703,72
113.536
40.096
117.833
41.614
21,41
7,56
6,38
5.302,6395
1,75
7,92
11,81
66,23
25,65
22,22
7,85
6,45
8,17
75,65
70,23
96,59
9,02
712,17
2017
74,63 76,55
86,81
67,46
120.807
42.664
22,46
7,93
6,63
7,77
70,35
97,15
9,07
726,41
2018
74,77 77,10
87,51
68,02
121.132
42.779
22,25
7,86
6,93
7,73
75,80
121.698
42.979
22,12
7,81
7,14
7,49
0,18
0,11
0,81
0,07
#REF!
NO
URAIAN PENCIRI
Satuan
2014
orang
2.469.701
2015
Rupiah
3.279.271
4.103.159.300
Target
Rupiah
3.999.108
5.500.000.000
2.005.730.914.367
5.050.628.175.261
10 pajak
16 retribusi
TARGET KINERJA
2016
Target
Rupiah
4.719.214
5.600.000.000
2.115.168.711.984
5.216.233.833.764
10 pajak
16 retribusi
2017
Target
2018
Rupiah
4.850.040
5.750.000.000
2.245.339.735.835
5.402.572.718.501
10 pajak
16 retribusi
Target
Urusan
OPD Pelaksana
Program
Rupiah
4.984.304
6.000.000.000
4.984.304 wajib
Disdukcapil
bid. Urusan
kependudukan
dan pencatatan
sipil
2.349.272.823.337 wajib
5.559.781.057.935 bid. Urusan
10 pajak otda.
16 retribusi
Rp
Rp
jenis
jenis
1.258.766.010.368
4.570.063.813.061
10 pajak
17 retribusi
1.363.996.369.000
4.295.689.755.000
10 pajak
16 retribusi
2.349.272.823.337
5.559.781.057.935
10 pajak
16 retribusi
%
SKPD
100
16.762.850.000
100
17.181.921.000
100
17.611.469.000
100
18.051.756.000
100
18.503.049.000
%
SKPD
100
100
4.620.077.000
100
4.758.679.000
100
4.901.439.000
100
5.048.482.000
100
5.199.937.000
100
100
11.363.887.000
100
12.159.359.090
100
13.010.514.226
100
13.921.250.222
100
14.895.737.738
Dispenda
Dispenda
Dispenda
- Pendapatan Daerah
- Jumlah dan macam pajak dan
retribusi daerah
6.250.000.000
OPD
31
4.600.000.000
10.350.000.000
49
7.000.000.000
4.500.000.000
60
4.700.000.000
70
4.700.000.000
80
100 wajib
bid. Urusan
otda.
100
DPKBD
DPKBD
100
Inspektorat
wajib bid.
Diskominfo
Urusan
komunikasi dan
80 informatika
BKP5K
Sekertariat Dewan Pengurus KORPRI
Kecamatan Bojong Gede
Kecamatan Cibinong
Kecamatan Citeureup
Kecamatan Gunung Putri
Kecamatan Cileungsi
Kecamatan Klapanunggal
Kecamatan Jonggol
Kecamatan Cariu
Kecamatan Sukamakmur
Kecamatan Tanjungsari
Kecamatan Sukaraja
Kecamatan Babakan Madang
Kecamatan Ciawi
Kecamatan Cisarua
Kecamatan Megamendung
Kecamatan Caringan
Kecamatan Cijeruk
Kecamatan Cigombong
Kecamatan Tajurhalang
Kecamatan Kemang
Kecamatan Parung
Kecamatan Gunung Sindur
Kecamatan Rumpin
Kecamatan Ciseeng
Kecamatan Ciomas
Kecamatan Dramaga
Kecamatan Tamansari
Kecamatan Rancabungur
Kecamatan Cibungbulang
Kecamatan Ciampea
Kecamatan Tenjo
Kecamatan Parung Panjang
Kecamatan Tenjolaya
Kecamatan Sukajaya
Kecamatan Pamijahan
Kecamatan Jasinga
Kecamatan Nanggung
Kecamatan Cigudeg
Kecamatan Leuwisadeng
Kecamatan Leuwiliang
0
unit
orang
orang
orang
unit
0
0
0
1.000.000.000
1
3
3
2.200.000.000
3
3
8
1
500.000.000
unit
orang
aplikasi
aplikasi
1
3
unit
unit
OPD
OPD
31
150.000.000
3.500.000.000
3
3
8
1
750.000.000
3.500.000.000
3
3
8
1
750.000.000
3.500.000.000
750.000.000
750.000.000
2
1
1
2
1
1
250.000.000
150.000.000
49
250.000.000
80
Ruang NOC
Pengelola NOC
Pendamping OPD
Pendamping kecamatan
Operasional dan Maintenance NOC
3
3
8
1
1
2
1
1
49
31
450.000.000
80
Pelatihan SDM TI
Pelatihan Pengelolaan jaringan OPD
Pelatihan Pengelolaan database managemen sistem
450.000.000
unit layanan
unit layanan
unit layanan
unit layanan
aplikasi
OPD
38
kampung/
lokasi
20
kampung terisolir
1
38
10
31.000.000
38
40
416
19
1
78
10
38
40
416
19
250.000.000
78
250.000.000
78
25.000.000
78
250.000.000
OPD
Kecamatan
Desa
Kelurahan
sistem Aspirasi masyarakat
Pengelola media center
20
Data Tahun 2013*:
Kp. Benying Desa Batok, Kec. Tenjo
Kp. Cimaung, Desa Batok, Kec. Tenjo
Kp. Bangkonol, Desa Batok, Kec. Tenjo
Unit
10
10.000.000.000
11
11.000.000.000
10
10.000.000.000
31.000.000.000