Laporan Kasus Glaukoma Sudut Tertutup
Laporan Kasus Glaukoma Sudut Tertutup
Pembimbing:
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
Disusun oleh:
Bagus Sanjaya
G4A013074
SMF MATA
RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
OS Glaukoma Sudut Tertutup
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter
di Bagian Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Disusun Oleh :
Bagus Sanjaya
G4A013074
LAPORAN KASUS
OS Glaukoma Sudut Tertutup
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
Alamat
: 00744991
Pekerjaan
: Petani
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
Tensi
: 170/90
Nadi
: 88
Suhu
: 36,5 oC
RR
: 20
Palperbra Inferior
2. Aparatus Lakrimalis
3. Silia
4. Konjungtiva tarsal
OD
Edema
OS
(-), Edema
(-),
hiperemis
(-), hiperemis
(-),
entropion
(-), entropion
(-),
ekteropion (-)
Edema
ekteropion (-)
(-), Edema
(-),
hiperemis
(-), hiperemis
(-),
entropion
(-), entropion
(-),
ekteropion (-)
Lakrimasi (-)
Kesan Normal
Hiperemis
ekteropion (-)
Lakrimasi (-)
Kesan Normal
(-), Hiperemis
(-),
secret (-)
Injeksi silier
secret (-)
(-), Injeksi silier (+),
(-)
(+)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, tepi reguler
jernih
dangkal
Coklat, kripte (+)
Tidak bulat, tepi
sentral, RC(+)
irreguler,
6. Kornea
7. BMD
8. Iris
9. Pupil
sentral,
tidak
RC(+)
minimal,
10. Lensa
Jernih
middilatasi
Jernih
B. PALPASI
PALPASI
1. Tonometri Digital
2. Nyeri tekan
3. Massa tumor
4. Glandula preaurikuler
OD
N
(-)
(-)
Tidak ada Pembesaran
OS
N+
(-)
(-)
Tidak ada Pembesaran
C. VISUS
VOD
0,2 PH 0,5
VOS
3/60
D. TONOMETRI NON-CONTACT
TOD
: 11,5 mmHg
TOS
: 54 mmHg
E. PENYINARAN OBLIK
Pemeriksaan
OD
OS
Konjungtiva bulbi
Hiperemis (-)
Hiperemis (+)
Kornea
Jernih
Jernih
Kesan Normal
Dangkal
Iris
Coklat
Coklat
Pupil
Bulat, sentral
Lensa
Jernih
Jernih
F. FUNDUSKOPI
FOD : Refleks fundus (+) orange, papil N.II bulat, batas tegas, CDR 0,2
FOS : Refleks fundus (+) orange, papil N.II sulit dinilai
V. RESUME
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan nyeri pada mata kiri sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan terutama pada malam hari dan menghilang
setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh pandangan mata kirinya kabur.
Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien juga mengeluh mata kiri merah, sedikit
berair, namun menyangkal terdapat belekan, gatal, dan silau. Pasien juga
mengeluh sakit kepala yang terus menerus. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah. Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi,
trauma, penggunaan kaca`mata, pengobatan tetes mata dalam waktu lama
disangkal oleh pasien. Pasien mengaku mempunyai riwayat hipertensi. Pasien
juga mengaku mempunyai riwayat operasi katarak dan penanaman lensa tanam
pada mata kirinya pada tanggal 16 Juni 2014.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 0,2 , VOS 3/60 . TOD :
11,5 mmHg, TOS: 54 mmHg. FOD : Refleks fundus (+) orange, papil N.II bulat,
batas tegas, CDR 0,2 sedangkan pada FOS: Refleks fundus (+) orange, papil N.II
sulit dinilai. Pada pemeriksaan penyinaran oblik didapatkan OS bilik mata depan
dangkal.
VI. DIAGNOSIS KERJA
OS Glaukoma Sudut Tertutup
VII.DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut
Konjungtivitis akut
VIII. TERAPI
Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
Glaucon tab 2 dd I
KCL tab 2 dd I
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma sudut tertutup pada mata kiri
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil
anamnesis yang mendukung glaukoma sudut tertutup pada mata kiri yaitu :
saraf optik hiperemis. Gejala spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata
dengan glaukoma akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit disertai penglihatan
yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah terjadinya serangan
glaukoma akut seperti gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien.
Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor aqueous dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat,
kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi pada
pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang berkaitan
dengan penuaan. Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan
pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan
berkurang. Rasa nyeri hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan
tanda khas glaukoma akut. Hal ini terjadi karena meningkatnya tekanan
intraokular sehingga menekan simpul-simpul saraf di daerah kornea yang
merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata yang
juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada Glaukoma akut,
tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris
yang disertai edem kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur
secara tiba-tiba dan visus menjadi menurun.
Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada
penyakit mata sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit.
Tujuan pengobatan pada glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola
mata secepatnya kemudian apabila tekanan bola mata normal dan mata tenang
maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan pada glaukoma akut harus segera
berupa kombinasi pengobatan sistemik dan topikal.
Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1
tetes (ODS) dan Polynel 6x1 tetes (ODS) sedangkan untuk pengobatan sistemik
diberikan Glaucon (asetazolamid) tablet 2x1 mg dan KCL tablet 2x1.
Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan
karbonik anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil
saraf optik, dan berkurangnya lapangan pandang.1
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini
disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan
berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya
cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi
papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
Beberapa
klasifikasi
glaukoma
berdasarkan
American
Academy
of
ke anterior dan lapisan berpigmen disebelah luar, yang merupakan perluasan dari
lapisan epitel pigmen retina. Muskulus siliaris memiliki tiga lapisan fiber;
longitudinal, radial, sirkular. 3, 4
Gambar 1. Anatomi korpus siliaris, sudut iridokorneal dan trabekula Meshwork
(dikutip dari kepustakaan 5)
Gambar 2.
Anatomi
bilik mata depan, kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork (dikutip dari
kepustakaan 5).
III. FISIOLOGI HUMOUR AQUEOUS
Humor aqueous merupakan cairan transparan yang mengisi bilik anterior
dan bilik posterior yang dibentuk dari plasma darah dan disekresikan oleh
epitelium siliaris nonpigmentasi. Humor aqueous merupakan sumber nutrisi untuk
lensa dan kornea, serta merupakan media untukmembuang produk sisa. Dibentuk
dalam mata rata-rata 2-3 mikroliter tiap menit oleh epitelium siliaris. Komposisi
humor aqueous serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki
konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea dan
glukosa yang lebih rendah. Pada dasarnya, seluruh cairan ini dibentuk oleh
processus siliaris, yeng merupakan sebuah lipatan linear yang menghubungkan
badan siliar ke ruang belakang iris di mana ligamen-ligamen lensa dan otot-otot
siliaris juga melekat pada bola mata. Karena struktur lipatan mereka, daerah
permukaan prosessus siliaris kurang lebih 6 cm 2 pada setiap mata. Permukaan dari
prosessus ini ditututpi oleh sel epitel yang bersifat sangat sekretoris.3, 4, 6
Humor aqueous hampir seluruhnya terbentuk sebagai sekresi aktif dari
lapisan epitel prosessus siliaris. Sekresi dimulai dengan transport aktif dari ion
natrium ke dalam ruangan di antara sel-sel epitel. Ion natrium kemudian
mendorong ion klorida dan bikarbonat, dan bersama-sama mempertahankan sifat
netralitas listrik. Kemudian semua ion ini bersama-sama menyebabkan osmosis
air dari jaringan dibawahnya ke dalam ruang intersel epitel yang sama.4,7
Setelah dibentuk di prosessus siliaris, humor aqueous ini kemudian
mengalir diantara ligamen-ligamen lensa, kemudian melalui pupil ke ruang
anterior mata. Disini, cairan mengalir ke dalam sudut diantara kornea dan iris dan
kemudian melalui trabekula-trabekula dan akhirnya masuk ke kanalis Schlemm.
Kanalis Schlemm sebaliknya adalah sebuah vena yang berdinding tipis yang
meluas secara sirkumferensial ke segela arah pada mata. Membran endotelnya
yang berpori-pori sehingga bahkan molekul protein yang besar pun sampai
seukuran sel darah merah, dapat lewati ruang anterior ke dalam kanalis Schlemm.
Dan pada akhirnya berakhir pada vena aqueous dan vena episklera.7
b.
c.
Ras. Lebih sering dan lebih berat pada ras kulit hitam dibandingkan
dengan ras kulit putih.
d.
Miop. Lebih sering terjadi pada orang miop daripada orang normal.
e.
Aniridia
Sindrom Marfan
Neurofibromatosis
Sindrom Lowe
Rubela kongenital
3. Glaukoma Sekunder :
a. Glaukoma pigmentasi
b. Sindrom eksfoliasi
c. Akibat kelainan lensa ( fakogenik ) :
-
Dislokasi
Intumesensi
Fakolitik
Uveitis
Tumor
Hifema
g. Pascaoperasi :
-
h. Glaukoma neovaskular :
-
Diabetes melitus
Tumor intraokular
j. Akibat steroid
4. Glaukoma absolut: hasil akhir semua glaukoma yang tidak dapat terkontrol
berupa mata yang keras, tidak dapat melihat dan sering nyeri.
VI.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis glaukoma sebagai berikut: 6
1.
2.
Pasien mengeluhkan adanya sakit kepala dan nyeri pada bola mata.
3.
4.
5.
6.
Ekskavasi dari cup sampai ke diskus saraf optik dengan CDR : 0,7
0.9
Pulsasi dari arteriol retina mungkin tampak saat TIO sangat tinggi
dan patognomonik untuk glaukoma.
Defek
lapangan
pandang
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis
glaukoma
sudut
tertutup
ditandai
oleh
munculnya
kekaburan
penglihatan disertai dengan nyeri hebat, halo serta mual dan muntah. Temuan
lainnya adalah peningkatan tekanan intraokuler yang mencolok, bilik mata deoan
dangkal, kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi, dan injeksi
silier. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan bila penutupan
sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus opticus dan kehilangan lapang
pandang.3 Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan cara.8
1. Mengukur peningkatan TIO dengan menggunakan tonometri Schiotz,
Aplanasi goldman, dan NCT.
Gambar 9. A. Batas diskus optikus menjadi tegas dan lebih pucat disertai
pelebaran dari cup nervus optikus (tanda dari suatu atrofi papil) B. Pembuluh
darah menjorok kedalam cup (bayonet shaped kink)
(dikutip dari kepustakaan 8).
4. Perimetri. Untuk melihat adanya defek lapangan pandang
Gambar 10. Early glaukoma. Mata panah menunjukkan adanya defek lapangan
pandang. (dikutip dari kepustakaan 8).
VII. PENATALAKSANAAN
a.
Medikamentosa
Untuk menurunkan TIO maka digunakan obat-obat yang mampu menghambat
Operasi 3
Operasi hanya dilakukan jika pengobatan dengan medikamentosa gagal.
-
Trabeculectomy
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilyas S, Editor. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2014. Hal. 212-17.
2. The Eye M.D. Association. Glaukoma. In: Basic and Clinical Science Course
American Academy of Ophthalmology. Section 10. Singapore : LEO; 2008.
3. Vaughan D, Eva PR. Glaukoma. Dalam : Suyono YJ, Editor. Oftalmologi
Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000. Hal. 220-39.
4. The Eye M.D. Association. Fundamentals and Principles of ophthalmology.
In: Basic and Clinical Science Course American Academy of Ophthalmology.
Section 2. Singapore : LEO; 2008.
5. Crick RP, Khaw PT. Practical Anatomy and Physiology of The Eye and Orbit.
In: A Textbook of Clinical Ophtalmology. 3thEd. Singapore : FuIsland Offset
Printing (S) Pte Ltd; 2003. p 5-7.
6. Guyton AC, Hall JE. Fluid System of the Eye. In: Textbook of Medical
Physiology. 11th Ed. Pennyslvania: Elsevier Inc; 2006. p 623-25.
7. Ming ALS, Constable IJ. Lens and Glaukoma. In : Color Atlas of
Ophtalmology. 3th Ed. New York : World Science; 2006. p 51-60.
8. Lang GK. Glaukoma. In : Ophtalmology : A Pocket Textbook Atlasy. Germany
: Georg Thieme Verlag; 2007. p 239-71.