Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause
Istilah menopause pertama kali digunakan pada tahun 1872. Istilah ini berasal
dari kata Yunani yaitu meno yang berarti bulan dan paussis yang berarti jeda. Pada
saat itu, dunia kedokteran barat melihat menopause sebagai krisis medis yang
berpotensi menyebabkan berbagai penyakit mulai dari diare hingga diabetes
(Clark, 2005).
Menopause didefinisikan secara klinis sebagai waktu dimana seorang wanita
tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya
periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause
merupakan fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya
masa subur (Northrup, 2006).
Menurut Winkjosastro (2008) menopause adalah haid terakhir, atau saat
terjadinya haid terakhir. Diagnosis dibuat setelah terdapat amenorea sekurangkurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih
panjang, dengan perdarahan yang berkurang.
2.1.1 Batasan Usia Menopause
Menopause terjadi pada usia yang bervariatif, rata-rata usia menopause
45-50 tahun dan pada dewasa ini ada kecendrungan untuk terjadinya menopause pada

Universitas Sumatera Utara

umur yang lebih tua (Sibagariang dkk, 2010) dan Manuaba (1993) juga berpendapat
bahwa rata-rata usia menopause 4550 tahun.
Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja
dengan munculnya menarche. Secara umum, wanita barat pertama kali mendapat
menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai
53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan beberapa
mengalaminya setelah berusia 53 tahun (Reitz, 1993).
Amigomi dkk (2000) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa rata-rata
wanita Itali mulai menopause pada usia 50,2 tahun dan hasil penelitian Reynolds dan
Obermeyer (2003) mengambarkan rata-rata wanita menopause di Maroko pada usia
48,4 tahun, selain itu Oya dan Mellem (2004) melaporkan bahwa wanita di kota
Ankara Turki rata-rata menopause pada usia 47 tahun serta Reynolds dan Obermeyer
(2005) mendapatkan hasil rata-rata wanita menopause di Spanyol saat usia 51,7 tahun
serta di Amerika pada usia 52,6 tahun. Sementara wanita Cina rata-rata mengalami
menopause pada usia 50 tahun (Li, 2012).
Menurut Syaifuddin (2009) menopause terjadi pada usia 45-50 tahun. Pada
masa menopause, siklus haid menjadi tidak teratur, ovulasi tidak terjadi selama
beberapa siklus, selama beberapa bulan atau beberapa tahun dan terhenti sama sekali.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia seorang wanita akan
mengalami menopause sangat bervariatif. Hal ini sangat bergantung pada berbagai
faktor yang memengaruhinya, namun dapat dikatakan rata-rata seorang wanita akan
mengalami menopause sekitar pada usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Klasifikasi Menopause


Seorang wanita mengalami menopause dalam waktu yang berbeda-beda,
dapat terjadi cepat ataupun lambat tergantung jenis menopause yang dialaminya.
Menopause dapat dibagi dalam empat jenis yaitu :
1. Menopause Alamiah
Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia empat puluh
lima dan lima puluh, pada diri wanita yang paling tidak mempunyai satu indung telur.
Durasinya, dalam kebanyakan kasus adalah lima sampai sepuluh tahun, meskipun
seluruh proses itu kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu,
menstruasi dapat berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali, dimana
durasi, intensitas, dan alirannya dapat bertambah atau berkurang (Northrup, 2006).
2. Menopause Prematur
Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding menopause alamiah,
yaitu pada wanita di usia tiga puluhan atau awal empat puluhan yang mempunyai
setidak-tidaknya satu indung telur. Kira-kira satu di antara seratus wanita
menyelesaikan transisi menopause pada usia empat puluh atau lebih muda lagi,
mungkin mempunyai penyakit yang memberi pengaruh buruk pada fungsi-fungsi
reproduksi yang berkaitan dengan hormon. Durasi biasanya lebih pendek daripada
menopause alamiah, satu sampai tiga tahun. Karena transisi berlangsung lebih cepat
dan karena perubahan awal itu sering terkait dengan kondisi fisik yang sudah ada
sebelumnya, maka ada beberapa wanita yang menjalani menopause prematur
membutuhkan suplemen hormon selama masa penyesuaian (Northrup, 2006).

Universitas Sumatera Utara

3. Menopause Terlambat
Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun
ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami
keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian
besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga
dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita
mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih
tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
4. Menopause Buatan
Menopause buatan dapat terjadi secara mendadak, disebabkan karena operasi
pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi (termasuk pengangkatan indung
telur atau gangguan pada aliran darah ke indung telur), oleh radiasi atau kemoterapi,
atau oleh pemberian obat-obatan tertentu yang dapat mempercepat menopause
atau karena alasan-alasan medis. Bahkan pengikatan tuba telah terbukti dapat
menurunkan kadar progesteron selama paling sedikit satu tahun setelah prosedur
dijalankan.
Perkiraan mutakhir menyebutkan bahwa kira-kira ada satu diantara empat
wanita Amerika yang akan memasuki menopause buatan. Karena tidak ada
kemungkinan bagi penyesuaian gradual pada penurunan hormon, gejala-gejala
menopause buatan dapat terjadi sangat parah dan melemahkan. Hampir bisa
dipastikan, terapi suplemen hormon dipilih untuk meringankan ketidaknyamanan
fisik (Northrup, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa penelitian yang memperlihatkan adanya dampak menopause dini


dan terlambat adalah penelitian Hsieh (2006) menghasilkan bahwa usia pada saat
menopause juga merupakan faktor risiko terhadap kanker payudara. Wanita dengan
perbedaan usia menopause setiap 5 tahun memiliki risiko 17% lebih tinggi
terkena kanker payudara dan penelitian Le dkk (2012) di Vietnam menghasilkan
bahwa menopause terlambat secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko
terjadinya kanker.
2.1.3 Proses Menopause
Secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan.
Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia
20 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel
bayi wanita tinggal 500.000 sampai 1.000.000 lagi dan dalam perjalanan waktu akan
terus berkurang jumlahnya. Sebagian wanita yang usia 35 tahun masih memiliki
100.000 folikel, sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya memiliki
10.000 folikel. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak
teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan
hamil selalu ada (Baziad, 2003).
Semakin meningkat usia, maka semakin menurun jumlah folikel pada kedua
ovarium. Hal ini disebabkan karena keluarnya sel telur dari ovarium pada setiap
menstruasi. Lama kelamaan produksi ovarium terus berkurang hingga sekitar usia
50 tahun dan akhirnya menstruasi berhenti yang disebut dengan peristiwa menopause
(Kasdu, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Menopause


2.2.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause :
1. Ketidakteraturan Siklus Haid
Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat
menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti. Terdapat sekitar
40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat
sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause
(Baziad, 2003)
2. Gejolak Rasa Panas (hot flushes)
Arus panas biasanya timbul pada saat darah mulai berkurang dan berlangsung
sampai haid benar-benar berhenti. Kira-kira 60% wanita mengalami arus panas. Arus
panas ini disertai oleh rasa menggelitik di sekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta
pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flushes ini sering
diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh
yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit disertai pula oleh
keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat mengganggu
tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan
menjadi depresi (Reitz, 1993).
3. Jantung berdebar-debar.
Dalam beberapa penelitian masa menopause diikuti dengan jantung yang
berdebardebar karena pada masa ini kadar estrogen menurun sehingga peluang

Universitas Sumatera Utara

terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat
berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan berat
badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali (Jones, 2005).
4. Perubahan pada Mulut
Perubahan yang terjadi pada indra pengecapan adalah hilangnya kepekaan
pada lidah dalam merasakan sesuatu. Terkadang makanan asin dirasakan tawar atau
sebaliknya. Sementara di pihak lain gigi menjadi lebih mudah patah, dalam hal ini
menjaga kebersihan dan pemeriksaan gigi teratur akan memperbaiki keadaan
(Wahyunita dan Fitrah, 2010)
5. Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina
menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan
kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme (Kasdu, 2002).
Menurut Shimp dan Smith (2000) atrofi vagina dapat terjadi dari 3 sampai
6 bulan setelah menopause, dan gejala vagina ini sering dialami dalam waktu 5 tahun
dari menopause. Setelah menopause, cairan vagina hanya ada sedikit dan gairah
seksual mulai berkurang.
6. Perubahan Kulit
Salah satu fungsi estrogen adalah untuk menjaga elastisitas kulit sehingga saat
fungsi ovarium menurun yang berakibat langsung menurunnya kadar estrogen dalam

Universitas Sumatera Utara

tubuh mengakibatkan jaringan lemak bawah kulit akan menipis, kulit akan berkerut,
tidak elastis lagi dan tipis. Daerah yang paling sering terlihat gejala ini adalah sekitar
wajah, leher dan tangan (Wahyunita dan Fitrah, 2010).
7. Keringat Berlebihan
Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh
akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih
rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi
terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk
mendinginkan diri (Kasdu, 2002).
8. Susah Tidur (Insomnia)
Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mungkin perlu ke kamar
mandi di tengah malam, kemudian menemukan dirinya tidak dapat tidur kembali.
Hot flushes juga dapat menyebabkan wanita terbangun dari tidur (Proverawati dan
Sulistyawati, 2010).
9. Penambahan Berat Badan.
Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan
perilaku makan yang sembarangan dan bekerja lebih sedikit sehingga terjadi
penambahan berat badan (Jones, 2005).
10. Nyeri Otot dan Sendi
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan
radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi erat
kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya

Universitas Sumatera Utara

aliran darah dan sintesis kalogen sehingga dengan sendirinya tulang rawan ikut rusak.
Kejadian ini meningkat dengan meningkatnya usia (Baziad, 2003).
11. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause.
Apabila dilihat dari sudut pandang medik ada dua perubahan paling penting yang
terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit
jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein didalam tulang
(osteoporosis). Penyakit jantung merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan
sistem pembuluh darah yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Didalamnya
termasuk angina, serangan jantung dan stroke. Selain itu dapat mengalami
peningkatan kadar kolesterol setelah menopause dan penumpukan kolesterol LDL
yang dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan
risiko terkena penyakit jantung (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
Menurut Shimp dan Smith (2000) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
merupakan penyebab utama kematian bagi wanita di Amerika Serikat dimana lebih
dari 53% wanita pascamenopause akan meninggal akibat penyakit jantung dan juga
data menunjukkan bahwa lebih dari 90% pasien yang terkena osteoporosis adalah
wanita pascamenopause.
Wanita mengalami osteoporosis biasanya dalam 5 sampai 10 tahun setelah
menopause. Dalam tahun-tahun tersebut, lebih banyak terjadi osteoporosis pada
pergelangan paha dan juga pada tulang belakang, sehingga menyebabkan sakit
punggung (Jones, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia
lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu
menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker
payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause
(Yatim, 2001).
2.2.2 Perubahan Psikologis pada Masa menopause
Beberapa keluhan psiklogis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause
yaitu :
1. Kecemasan
Kecemasan yang dialami oleh wanita menopause adalah rasa khawatir tentang
perubahan yang terjadi, kehidupan pribadi dan ketidakmampuan untuk melakukan
kegiatan seorang diri. Cemas karena berpikir bahwa akan menjadi beban
keluarga/keluarga lain (Wahyunita dan Fitrah, 2010).
2. Mudah Tersinggung
Gejala ini mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu sebelumnya dianggap tidak mengganggu.
Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat
menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya
menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan prilaku orang-orang di sekitarnya,
terutama jika sikap dan prilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya (Yatim, 2001).

Universitas Sumatera Utara

3. Depresi
Depresi ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kesenangan yang
semula dinikmati, munculnya perasaan bersalah, mengalami kesulitan untuk
konsentrasi, terjadi penurunan nafsu makan sehingga berat badan menurun, muncul
pikiran-pikiran tentang kematian bahkan usaha bunuh diri (Kusumawardhani, 2006).
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi
merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam
fase kehidupan tertentu. Beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi
mendalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan
mungkin sulit dihindarkan (Manuaba, 1998).
4. Stress
Stress dapat terjadi karena tibanya masa pensiun, berkurangnya peran sebagai
orang tua, kehilangan pasangan hidup, penurunan aktifitas fisik dan sosial akibat dari
dampak penyakit-penyakit degeneratif (Kusumawardhani, 2006).

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause


Ada beberapa faktor yang memengaruhi menopause seorang wanita, antara
lain:
1. Usia Saat Haid Pertama (Menarche)
Menarche adalah haid pertama yang dialami oleh wanita. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia
adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda di bawah 9 tahun dan tertua 20 tahun

Universitas Sumatera Utara

(Kemenkes RI, 2010). Menurut Fox-Spencer (2007) menarche biasanya dimulai pada
usia 12-13 tahun. Perbedaan usia terjadinya menarche dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu hormonal, genetik, bentuk badan, keadaan gizi, lingkungan, aktivitas fisik
dan rangsangan psikis (Anggraini, 2001).
Usia mulai terjadinya menarche telah turun dari 15 tahun seabad yang lalu,
menjadi 12,5 tahun pada saat sekarang. Penurunan ini diyakini karena nutrisi anak
yang lebih baik. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa semakin banyaknya
jumlah lemak tubuh memungkinkan semakin besarnya aromatisasi androgen menjadi
estrogen. Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif
terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian
Luteininzing Hormone (LH) yang mengawali terjadinya menarche (Jones, 2002).
Menurut Manuaba (2010) menopause ada hubungan dengan menarche.
Wanita yang pubertas prekok akan mengalami menopause lebih cepat. Hal ini
disebabkan karena degenerasi oosit lebih cepat, menjadi atresia dan tidak berfungsi.
Penelitian Setiasih (2003) menghasilkan usia menarche dengan menopause
menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p=0,0001). Hasil dari
penelitian Li dkk (2012) menemukan bahwa wanita yang menarche <14 tahun akan
memasuki menopause lebih awal (p<0,05).
2. Status Perkawinan
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi
perkembangan reproduksinya. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda
atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah (Kasdu, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian Reynolds dan Obemeyer (2001) memperlihatkan bahwa wanita yang
tidak menikah akan memasuki usia menopause yang lebih awal dibandingkan wanita
yang menikah.
Wanita menikah cenderung lebih aktif melakukan aktivitas seksual
dibandingkan wanita yang tidak menikah. Wanita yang aktif secara seksual
setidaknya sekali seminggu menunjukkan tingkat estrogen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita kurang aktif secara seksual (Cutler dkk, 1986).
3. Paritas
Menurut Leveno (2009) kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario yang
berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan
melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah
anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali
paritas. Paritas dapat dikelompokkan menjadi nullipara (wanita yang belum pernah
melahirkan sama sekali), primipara (wanita yang telah melahirkan satu kali) dan
multipara (wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali).
Bila dilihat dari hubungan antara paritas dan menopause, menurut Baziad
(2003) wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali (nullipara) lebih awal
memasuki menopause dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali
(multipara) yang akan mengalami menopause lebih lambat.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama
wanita tersebut memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan

Universitas Sumatera Utara

persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat
memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2001).
Pada penelitian yang dilakukan Paola dkk (2006) menghasilkan bahwa wanita
yang mempunyai anak kurang dari 2 beresiko memasuki menopause lebih awal
(p=0,04). Begitu juga pada penelitian Mufidah (2011) menghasilkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause, dimana makin
sering wanita melahirkan maka makin lama mengalami menopause (p=0,024).
4. Pemakaian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 1998).
dan pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang
menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini
dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur (Kasdu, 2002).
Wahyuni (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis pemakaian alat kontrasepsi dengan kecepatan menopause
(p=0,003) dimana menopause lebih lambat terjadi pada wanita yang memakai jenis
kontrasepsi hormonal. Begitu juga penelitian Celentano dkk (2003) menggambarkan
bahwa penggunaan kontrasepsi oral akan mempengaruhi usia menopause.
Pemberian pil kontrasepsi pada usia >35 tahun ternyata memberikan nilai
positif seperti siklus haid menjadi teratur dan keluhan premenstrual sindrom (PMS)
menjadi berkurang dan cara kerja estrogen dalam pil kontrasepsi adalah
mempengaruhi ovulasi, perjalanan sel telur atau implantasi. Selain itu penambahan

Universitas Sumatera Utara

estrogen dalam pil bertujuan untuk menjamin berlangsungnya siklus haid. Ovulasi
dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya
menghambat Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormone (Baziad, 2008).
Pada wanita usia perimenopause haid tidak berhenti selama wanita tersebut
memakai kontrasepsi hormonal. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih
menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita itu tidak mengalami keluhan
klimakterium. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera
dihentikan (Baziad, 2003).
5. Merokok
Merokok biasanya dilakukan pria namun beberapa wanita mulai meniru gaya
hidup ini. Wanita mulai mencoba rokok pada saat remaja sekitar usia 10-14 tahun
dan hal itu dipakai untuk mengatasi stress, menghilangkan kecemasan dan
menenangkan jiwa remajanya yang bergejolak dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan
(Aditama, 2011).
Menurut Tagliaferri (2007) gaya hidup seorang wanita dapat mempengaruhi
ketika dia mengalami menopause, salah satu diantaranya adalah merokok. Wanita
yang merokok menjalani menopause dua tahun lebih awal daripada bukan perokok.
Caldwell (2001) membagi perokok menjadi dua bagian yaitu perokok ringan
mengisap rokok <11 batang sehari dan perokok berat mengisap rokok 11 sehari.

Parazzini (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa wanita yang

merokok akan lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita yang tidak

Universitas Sumatera Utara

merokok (p<0,05). Begitu juga penelitian Safitri (2009) menghasilkan bahwa


merokok mempunyai hubungan dengan usia menopause, dimana wanita yang
merokok akan lebih cepat memasuki usia menopause (p=0,011). Hardy dkk (2000)
menyatakan hal ini disebabkan karena rokok memiliki efek toksik pada fungsi
ovarium dan mempercepat tingkat atresia pada folikel.
6. Riwayat Penyakit
Menurut Fox-Spencer dan Brown (2007) menjalani pengobatan dengan
radioterapi atau kemoterapi dapat menyebabkan menopause lebih awal. Selain itu
menurut Kusmiran (2011) pengangkatan ovarium juga dapat memicu menopause dini
karena wanita tersebut akan kekurangan estrogen. Berbagai alasan dilakukan
pengangkatan ovarium diantaranya adalah adanya kanker ovarium dan endometriosis
(suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar
rahim misalnya di ovarium, vagina dan kandung kemih) (Fox-Spencer dan Brown,
2007) dan dari penelitian yang dilakukan Pokoradi dkk (2011) menghasilkan bahwa
wanita yang mempunyai riwayat endometriosis lebih awal memasuki menopause
dibandingkan wanita tanpa riwayat endometriosis.
7. Konsumsi Fitoestrogen
Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan
atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati
(Deptan, 2002). Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang
kesehatan

reproduksinya

adalah

makanan

yang

mengandung

fitoestrogen.

Fitoestrogen adalah bahan tanaman yang mengandung zat yang mirip estrogen.

Universitas Sumatera Utara

Bahan tanaman ini banyak terdapat di lingkungan dan sudah sering dikonsumsi untuk
kebutuhan sehari di masyarakat. Fitoestrogen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
isoflavon, coumestan dan lignan. Isoflavon merupakan fitoestrogen yang sering
digunakan di masyarakat (Rishi, 2002). Sumber tanaman kaya fitoestrogen yang
biasanya digunakan adalah kedelai. Berbagai produk olahan berbahan dasar kedelai
seperti tahu, tempe dan kecap telah lama dihasilkan oleh masyarakat Indonesia
(Martadisoebrata dkk, 2005) dan penelitian Thompson dkk (2006) juga menghasilkan
bahwa makanan yang mengandung lebih tinggi fitoestrogen terdapat pada jenis
kedelai dibandingkan fitoestrogen yang ada pada sayuran dan buah-buahan,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Kandungan Fitoestrogen per 100 gram Bahan Makanan
No.
Bahan Makanan
1.
Tahu
2.
Tempe
3.
Susu Kedelai
4.
Brokoli
5.
Kol
6.
Buncis
7.
Wortel
8.
Jagung
9.
Selada
10.
Labu
11.
Bayam
12.
Tomat
13.
Apel
14.
Pisang
15.
Anggur
16.
Jeruk
17.
Strawberri
18.
Semangka
Sumber : Thompson dkk, 2006

Total Kandungan Fitoestrogen (g)


27.150
18.307
2.957
94.1
80.0
16.6
3.8
9.0
9.7
5.3
4.2
9.6
4.9
2.6
9.6
19.0
51.6
2.9

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan fitoestrogen yang bersumber pada makanan diyakini merupakan


cara aman untuk mempertahankan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh wanita.
Konsumsi fitoestrogen 30-50 mg/hari diperlukan untuk mendatangkan efek biologis
yang menyehatkan tubuh (Sethcell, 1998). Beberapa studi epidemiologi menunjukkan
konsumsi fitoestrogen dapat meringankan gejala menopause, mengurangi keluhan
panas yang umumnya dialami wanita yang memasuki menopause, mencegah
kehilangan massa tulang/osteoporosis, menurunkan risiko terjadinya kanker payudara
dan penyakit jantung (Hughes, 2003).
Penelitian Muljati dkk (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara jumlah tahu yang dikonsumsi dengan usia menopause dimana
p=0,010 dan dinyatakan bahwa wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen
memiliki resiko tinggi untuk menopause dini.

2.4 Landasan Teori


Menurut Baziad (2003) saat masuknya wanita dalam fase menopause sangat
berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita
di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause.
Wanita kembar dizigot, wanita dengan siklus haid memendek, nullipara, perokok
berat,

wanita

dengan

diabetes

mellitus

(NIDDM),

wanita

kurang

gizi,

wanita vegetarian, sosioekonomi rendah dan wanita yang hidup pada ketinggian
>4000

akan

memasuki

menopause

lebih

awal

dibandingkan

wanita

multipara, wanita yang banyak mengkonsumsi daging atau wanita yang minum

Universitas Sumatera Utara

alkohol. Kusmiran (2011) juga mengungkapkan bahwa selain faktor genetik dan
merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi juga dapat memengaruhi
menopause.
Sementera itu menurut Fox-Spencer dan Brown (2007) seorang wanita akan
mengalami menopause dini apabila memiliki kelainan kromosom, pernah menjalani
histerektomi, kemoterapi, memiliki riwayat keluarga yang mengalami menopause
dini dan perokok. Kasdu (2002) menyatakan bahwa usia seorang wanita yang akan
mengalami menopause sangat bervariatif. Hal ini sangat tergantung pada berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah menarche, faktor psikis,
jumlah anak, usia melahirkan, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, sosial
ekonomi dan pendidikan.
Menurut Winkjosastro (2008) umur waktu terjadinya menopause juga
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan.
Manuaba dkk (2010) menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan menopause relatif
muda, menarche yang prekok dan wanita perokok akan mempercepat terjadinya
menopause. Adapun faktor-faktor yang memperlambat menopause adalah wanita
yang memiliki kelebihan berat badan, hal ini disebabkan karena cadangan kolesterol
dan lemak yang cukup tinggi serta keadaan sosial ekonomi tinggi yang dapat
menyebabkan pemenuhan diet yang baik dan vitamin cukup sehingga vaskularisasi
bertambah baik.

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan landasan teori yang ada, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor-faktor yang Memengaruhi :


1. Menarche
2. Status Perkawinan
Waktu Terjadinya Menopause

3. Paritas
4. Pemakaian Kontrasepsi

1. Normal
2. Tidak Normal

5. Merokok
6. Riwayat Penyakit
7. Konsumsi Fitoestrogen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


Gambar 2.1 menunjukkan bahwa variabel independen (menarche, status
perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, merokok, riwayat penyakit dan
konsumsi fitoestrogen) dapat memengaruhi variabel dependen (waktu terjadinya
menopause).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai