= 19.5 kN/m3
c = 10 kPa
= 33o
= 22.5 kN/m3
c = 30 kPa
= 33o
Saifuddin Arief
ariefs1@inco.com
Metode Irisan - ii
Kata Pengantar
Metode Irisan merupakan metode yang paling sering digunakan dalam analisis
kestabilan lereng. Kelebihan utama dari metode irisan adalah mudah dipahami serta
membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Metode irisan juga telah teruji kehandalannya selama puluhan tahun.
Hampir sebagian besar metode-metode yang termasuk dalam metode irisan akan
dijelaskan dalam tulisan ini. Untuk memudahkan pemahaman pada bagian akhir dari
tulisan ini juga disertakan beberapa contoh perhitungan.
Tiada ada gading yang tak retak, saran dan masukkan akan diterima dengan senang hati.
Maret 2008
Sorowako, Sulawesi Selatan
Saifuddin Arief
ariefs1@inco.com
"Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
[Al Baqoroh: 32]
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
[Al Mulk: 3]
Tulisan ini dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis, Imam Syafii dan Zuliatin,
istriku tersayang Hesti, kedua buah hatiku, Izzuddin dan Hanif, semoga kebaikan dan
kebahagian selalu tercurahkan untuk mereka.
1 Pendahuluan
Metode irisan merupakan metode yang sangat populer dalam analisa kestabilan lereng.
Metode ini telah terbukti sangat berguna dan dapat diandalkan dalam praktek rekayasa
serta membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode lainnya,
seperti metode elemen hingga (finite element), metode beda hingga (finite difference)
atau metode elemen diskrit (discrete element).
Ide untuk membagi massa di atas bidang runtuh ke dalam sejumlah irisan telah
digunakan sejak awal abad 20. Pada tahun 1916, Peterson melakukan analisis
kestabilan lereng pada beberapa dinding dermaga di Gothenberg, Swedia, dimana
bidang runtuh dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran dan kemudian massa di atas
bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan vertikal. Dua puluh tahun kemudian,
Fellenius (1936) memperkenalkan metode irisan biasa. Setelah itu muncul beberapa
metode irisan lainnya, antara lain yang dikembangkan oleh: Janbu (1954, 1957);
Bishop (1955); Morgenstern dan Price (1965); Spencer (1967); Sarma (1973, 1979);
Fredlund dan Krahn (1977), Fredlund, dkk (1981); Chen dan Morgenstern (1983); Zhu,
Lee dan Jiang (2003).
Terdapatnya beberapa macam variasi dari metode irisan disebabkan oleh adanya
perbedaan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan. Asumsi
tersebut dipergunakan karena analisis kestabilan lereng merupakan persoalan statika
taktentu (indefinite statics) sehingga diperlukan beberapa asumsi tambahan yang
diperlukan dalam perhitungan faktor keamanan.
Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama untuk setiap irisan.
[1]
Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan material sehingga lereng tidak
longsor dinyatakan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb sebagai berikut:
s = c' + ( n u ) tan '
[2]
dimana:
s
= Kekuatan geser
= kohesi efektif
Besarnya tahanan geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi tepat
setimbang [Sm] dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Sm =
Sm =
[3]
Karakteristik lainnya yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau
diasumsikan terlebih dahulu. Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh
biasanya dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran, gabungan busur lingkaran
dengan garis lurus, atau gabungan dari beberapa segmen garis lurus. Ilustrasi beberapa
bentuk bidang runtuh tersebut dan gaya-gaya yang bekerja pada setiap irisan
ditunjukkan pada gambar 1 sampai gambar 3.
Sm
= Gaya geser pada dasar irisan yang diperlukan agar irisan berada dalam
kondisi tepat setimbang.
= Gaya antar-irisan horisontal; tikbawah L dan R menunjukkan masingmasing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.
kW = Gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan, dimana k
adalah koefisien seismik.
R
= Radius lingkaran untuk bidang runtuh busur lingkaran; atau lengan momen
dari gaya geser Sm terdapat pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan
busur lingkaran.
= Lebar irisan
= Sudut kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan
terhadap bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah
dengan kemiringan lereng, dan bernilai negatif apabila berlawanan arah
dengan kemiringan lereng.
Setelah geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian selanjutnya massa di atas
bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari pembagian tersebut
adalah untuk mempertimbangkan terdapatnya variasi kekuatan geser dan tekanan air
pori sepanjang bidang runtuh.
Dengan mengacu pada beberapa gambar di atas terlihat bahwa persoalan kestabilan
lereng merupakan persoalan statik taktentu, yaitu persoalan dimana terdapat lebih
banyak variabel yang tak diketahui dibanding dengan jumlah persamaan yang ada.
Jumlah persamaan dan variabel yang tak diketahui diperlihatkan pada Tabel 1. Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut diperlukan sejumlah asumsi tambahan sehingga
persoalannya berubah menjadi persoalan statik tertentu.
Hampir semua metode irisan mengasumsikan bahwa titik kerja dari gaya normal pada
dasar di irisan terletak pada tengah dari dasar irisan, asumsi menyebabkan jumlah
variabel yang tak diketahui akan berkurang menjadi (5n 2). Masih terdapat sejumlah
(n 2) asumsi tambahan yang diperlukan untuk menjadikan persoalan statik taktentu
menjadi persoalan statik tertentu. Terdapatnya beberapa variasi metode irisan
disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi tambahan yang digunakan. Asumsi yang
digunakan oleh beberapa metode irisan diberikan pada Tabel 2.
Jumlah asumsi yang digunakan akan menentukan kondisi kesetimbangan yang dapat
dipenuhi, apabila jumlah asumsinya melebihi (n 2) maka tidak semua kondisi
Keterangan
4n
Variabel
n1
n1
n1
6n 2
Metode
Asumsi
Resultan gaya antar-irisan sama dengan nol dan bekerja
sejajar dengan permukaan bidang runtuh.
Bishop Yang
Disederhanakan
Janbu Yang
Disederhanakan
Lowe-Karafiath
Corps of Engineers
Spencer
Morgenstern-Price
Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antaririsan adalah sama untuk semua irisan.
Kemiringan gaya geser antar irisan besarnya sebanding
dengan fungsi tertentu yang diasumsikan.
Kesetimbangan Batas
Umum
Kesetimbangan
Vertikal
Horisontal
Momen
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Lowe-Karafiath
Ya
Ya
Tidak
Corps of Engineers
Ya
Ya
Tidak
Spencer
Ya
Ya
Ya
Morgenstern-Price
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Oleh karena letak dari bidang runtuh tidak diketahui dan harus diasumsikan terelebih
dahulu maka harus dilakukan perhitungan pada sejumlah bidang runtuh, untuk mencari
bidang runtuh yang memberikan faktor keamanan terkecil. Bidang runtuh yang
menghasilkan faktor keamanan terkecil dinamakan sebagai bidang runtuh kritis.
Penentuan bidang runtuh kritis dapat dilakukan secara coba-coba atau dengan
menggunakan metode optimasi.
Penjelasan yang lebih detail dari beberapa metode irisan diberikan pada beberapa
subbab berikut.
Gaya normal total ditentukan dengan menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah
tegak lurus dasar irisan, besarnya yaitu:
N = W cos kW sin
[4]
Dengan merujuk pada Gambar 1, kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh
untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
n
i =1
i =1
+ Aa = 0
[5]
dimana hc adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan.
Gaya geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi setimbang adalah:
Sm =
[6]
F=
hc
W sin + kW cos
R
i =1
n
+ A
R
[7]
Apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang lebih teliti, seperti Metode Bishop
atau Metode Spencer, faktor keamanan yang dihitung dengan metode ini pada
umumnya mempunyai nilai yang lebih rendah sebesar 5% sampai 20%. Bahkan untuk
lereng landai dengan tekanan air pori yang tinggi, perbedaannya dapat mencapai sekitar
60%. Untuk lereng dengan material yang mempunyai sudut gesek sama dengan nol (
= 0) metode ini dapat memberikan nilai faktor keamanan yang sama akuratnya dengan
Metode Bishop Yang Disederhanakan. Untuk lereng dengan dengan material yang
mempunyai sudut gesek lebih besar daripada nol, metode ini sebaiknya tidak
digunakan karena dapat menghasilkan rancangan lereng yang tidak ekonomis.
N cos + S m sin W = 0
[8]
Substitusi persamaan [3] ke persamaan [8] akan menghasilkan persamaan untuk gaya
normal total (N) sebagai berikut:
N=
[9]
Dengan merujuk pada Gambar 1, kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh
untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
n
i =1
i =1
+ Aa = 0
[10]
dimana hc adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan. Gaya
geser antar-irisan dihilangkan dari persamaan di atas karena resultan momen dari gayagaya tersebut saling menghilangkan.
F=
hc
W sin + kW cos
R
i =1
n
+ A
R
[11]
Pada persamaan [11] variabel faktor keamanan (F) terdapat pada kedua sisi persamaan
sehingga perhitungan nilai F tidak dapat dilakukan secara langsung dan harus dihitung
dengan menggunakan aproksimasi berulang (iterasi). Aproksimasi berulang dilakukan
beberapa kali sampai nilai perbedaan dari F pada kedua sisi persamaan lebih kecil dari
nilai toleransi yang diberikan.
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis
kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan
hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila
dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan
seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar
dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang
runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan
minimum.
N cos + S m sin W = 0
[12]
N=
[13]
Kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
n
i =1
i =1
(E L E R ) (N sin S m cos + kW ) = 0
[14]
Berdasarkan prinsip aksi reaksi diperoleh bahwa resultan gaya-gaya normal antar irisan
akan saling menghilangkan. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
ER[j-1] = EL[j]
[15]
dimana j adalah nomor irisan. Syarat batas untuk gaya normal antar-irisan pada sisi kiri
irisan ke-1 dan pada sisi kanan irisan ke-n, adalah sebagai berikut:
EL[1] = 0
[16]
ER[n] = A
[17]
Dengan mengunakan persamaan [15], [16] dan [17] maka persamaan [14] dapat ditulis
sebagai berikut:
n
A ( N sin S m cos + kW ) = 0
[18]
i =1
(c + (N u ) tan )cos
n
'
F=
'
i =1
(N sin + kW ) + A
[19]
i =1
Faktor keamanan (F) terdapat pada kedua sisi dari persamaan di atas sehingga
perhitungannya harus dilakukan dengan menggunakan aproksimasi berulang, sampai
diperoleh nilai perbedaan dari F pada sisi kiri dan kanan lebih kecil dari nilai toleransi
yang diberikan.
Faktor keamanan yang dihitung dengan persamaan [14] merupakan faktor keamanan
yang belum dikoreksi, sehingga setelah F dihitung dengan persamaan [19] kemudian
harus dikalikan dengan faktor koreksi fo.
Fjanbu = fo . F
[20]
Faktor koreksi dimasukkan sebagai koreksi dari pengabaian gaya geser antar irisan,
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2
d
d
f o = 1 + t 1.4
L
L
[21]
Besarnya nilai t bervariasi sesuai dengan jenis tanah yaitu sebagai berikut:
Faktor keamanan yang dihitung dengan metode ini apabila dibandingkan dengan
metode yang teliti, seperti metode Kesetimbangan Batas Umum dan MorgensternPrice, pada umumnya lebih rendah sekitar 30%, akan tetapi kadang dapat juga lebih
besar sekitar 5%.
Asumsi yang digunakan oleh metode kesetimbangan batas umum yaitu terdapat
hubungan antara gaya geser antar-irisan dan gaya normal antar-irisan, yang dinyatakan
dengan persamaannya sebagai berikut:
X = f ( x) E
[22]
dimana:
X
= faktor skala
Beberapa bentuk fungsi f(x) yang dapat digunakan diperlihatkan pada Gambar 9. Pada
umumnya pengaruh dari bentuk fungsi yang digunakan terhadap nilai faktor keamanan
adalah kecil sekali, sehingga dalam perhitungan faktor keamanan seringkali
dipergunakan asumsi fungsi f(x)=konstanta atau f(x)=setengah-sinus.
Adanya asumsi mengenai gaya geser antar-irisan tersebut akan mengurangi sejumlah (n
- 1) variabel yang tidak diketahui sedangkan faktor skala () merupakan sebuah
variabel baru atau tambahan yang besarnya tidak ketahui sehingga memberikan jumlah
total variabel yang tidak diketahui akan berkurang sebesar (n 2). Dengan adanya hal
tersebut maka jumlah total variabel yang tidak diketahui akan menjadi 4n, sama dengan
jumlah persamaan yang ada. Oleh karena jumlah variabel yang tidak diketahui sama
dengan jumlah persamaan yang ada maka semua kondisi kestimbangan dapat dipenuhi.
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan adalah sebagai berikut:
( X L X R ) + N cos + S m sin W = 0
[23]
N=
'
[24]
Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (ER) dapat ditentukan dari
kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap irisan, persamaannya adalah
sebagai berikut:
E R = E L N sin + S m cos kW
[25]
Gaya geser antar-irisan pada sisi kiri dan kanan untuk setiap irisan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
X L = f ( xL )EL
[26]
X R = f ( xR )ER
[27]
(E
i =1
E R ) ( N sin S m cos + kW ) = 0
[28]
i =1
Resultan dari gaya normal antar-irisan akan saling menghilangkan dan dengan
menggunakan syarat batas untuk gaya normal antar-irisan pada sisi kiri irisan pertama
dan sisi kanan irisan terakhir, maka persamaan [28] dapat disederhanakan sebagai
berikut:
n
A ( N sin S m cos + kW ) = 0
[29]
i =1
(c + (N u ) tan )cos
n
'
FF =
'
i =1
[30]
(N sin + kW ) + A
i =1
i =i
i =1
(Wx + kWe Nf ) (S R )
m
+ Aa = 0
[31]
Gaya geser dan gaya normal antar-irisan dihilangkan dari persamaan di atas karena
resultan momen dari gaya-gaya tersebut saling menghilangkan.
FM =
(Wx + kWe Nf ) + Aa
i =i
[32]
7 Metode Morgenstern-Price
Metode Morgenstern-Price (Morgenstern & Price, 1965) dikembangkan terlebih dahulu
daripada metode kesetimbangan batas umum. Metode ini dapat digunakan untuk semua
bentuk bidang runtuh dan telah memenuhi semua kondisi kesetimbangan.
[33]
Bentuk beberapa fungsi f(x) yang dapat digunakan dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 10. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan [Metode Morgenstern-Price]
Terdapat perbedaan cara perhitungan faktor keamanan diantara metode MorgensternPrice dan metode kesetimbangan batas umum. Dalam metode kesetimbangan batas
umum, perhitungan faktor keamanan dilakukan dengan menggunakan kesetimbangan
gaya dalam arah horisontal dan kesetimbangan momen pada pusat gelinciran untuk
semua irisan. Sementara itu metode Morgenstern-Price, perhitungan faktor keamanan
dilakukan dengan menggunakan kondisi kesetimbangan gaya dan momen dari setiap
irisan.
( X L X R ) + N cos + S m sin W = 0
[34]
N=
'
F
sin tan '
cos +
F
[35]
Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (ER) dapat ditentukan dari
kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap irisan, yang dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
E R = E L N sin + S m cos kW
[36]
Dengan menggunakan persamaan [3], maka persamaan [36] dapat ditulis ulang sebagai
berikut:
[37]
Gaya geser antar-irisan pada sisi kiri dan kanan untuk setiap irisan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
X L = f ( xL )EL
[38]
X R = f ( xR )ER
[39]
Dengan menggunakan persamaan [35], [37], [38], dan [39] maka gaya normal antaririsan pada sisi kanan (ER) dapat dinyatakan sebagai berikut:
ER =
(1 f (x L )z )
( W z kW ) (cos z sin ) (c '
EL +
+
(1 f (x R )z )
(1 f (x R )z ) (1 f (x R )z )
u tan '
F
[40]
dimana:
tan ' cos F sin
z =
tan ' sin + F cos
[41]
[42]
dimana hc adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan. Dari
persamaan di atas, titik kerja gaya antar-irisan pada sisi kanan irisan (yR) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
yR =
1
[E ( y L 12 b tan ) + 12 b( X L + X R ) Wkhc ] 12 b tan
ER L
[43]
[44]
yL[1] = y0 = 0
[45]
[46]
y R [n] = y n = 13 hw
[47]
dimana hw adalah tinggi air yang mengisi retakan tarik. Apabila tidak ada air yang
mengisi retakan tarik maka En = 0 dan yn = 0.
Prinsip dari perhitungan faktor keamanan dalam metode Morgenstern-Price adalah
mencari pasangan nilai faktor keamanan dan faktor skala, sehingga syarat batas pada
irisan terakhir dapat dipenuhi. Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak
ada gaya normal pada dasar irisan yang mempunyai nilai negatif dan semua titik kerja
gaya antar irisan harus berada di dalam massa gelinciran.
8 Metode Spencer
Spencer (1967) menganggap resultan gaya antar irisan pada semua irisan mempunyai
sudut kemiringan tertentu yang sama. Hal ini secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut:
X
= tan ( ) =
E
[48]
dimana adalah sudut kemiringan dari resultan gaya antar-irisan. Oleh karena itu
metode Spencer dapat dianggap sebagai kasus khusus dari metode Morgenstern-Price
dimana f(x) = 1. Metode Spencer dapat digunakan untuk sembarang bentuk bidang
runtuh dan memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan kesetimbangan momen
pada setiap irisan.
(a)
(b)
Pada periode awal perkembangan metode irisan, faktor keamanan dari semua bidang
runtuh yang dianalisis ditampilkan dalam bentuk kontur faktor keamanan, seperti yang
terlihat Gambar 14. Setiap titik pada grid menggambarkan nilai faktor keamanan
minimum dari semua bidang runtuh yang berpusat pada titik tersebut. Kontur faktor
keamanan menggambarkan cakupan dari bidang runtuh yang telah dianalisis serta
menunjukkan bahwa faktor keamanan minimum telah diperoleh.
Cara lain yang dapat digunakan untuk menampilkan faktor keamanan dari semua
bidang runtuh yang dianalisis adalah dengan menampilkan peta faktor keamanan.
Semua bidang runtuh yang masuk akal dari keseluruhan bidang runtuh yang dicoba
Gambar 15. Peta faktor keamanan untuk bidang runtuh berbentuk busur lingkaran
Kelemahan dari metode grid and radius adalah tidak dapat digunakan untuk
menentukan nilai faktor keamanan minimum untuk lereng dengan material yang hanya
mempunyai nilai sudut gesek saja (>0, c=0) atau lereng yang hanya mempunyai nilai
kohesi saja (c>0, =0). Untuk kedua kasus tersebut nilai faktor keamanan minimum
akan terletak di pinggir dari grid titik-titik pusat lingkaran.
Langkah selanjutnya dalam pembuatan busur lingkaran adalah dengan memilih sebuah
titik masuk dan sebuah titik keluar. Kemudian dibuat garis yang menghubungkan
kedua titik tersebut, setelah itu di tengah garis hubung ini dibuat sebuah garis baru
yang tegak lurus terhadap garis hubung tersebut. Sepanjang garis yang tegak lurus
terhadap garis hubung tersebut akan menjadi lokasi dari titik-titik radius.
Gambar 16. Skema dari metode Entry Area dan Exit Area
Gambar 18. Map faktor keamanan dari semua bidang runtuh busur lingkaran
yang dibuat dengan metode entry and exit
Dengan menggunakan tiga buah titik yaitu titik radius, titik masuk dan titik keluar
maka dapat ditentukan pusat dan radius dari sebuah bidang runtuh. Dalam pembuatan
titik radius dibuat suatu dikontrol sehingga tidak menghasilkan busur lingkaran yang
mempunyai radius tak hingga (garis lurus) maupun bidang runtuh dengan sudut
kemiringan pada titik masuknya tidak lebih besar dari 90o. Contoh dari penggunaan
metode ini ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 19. Bidang runtuh gabungan dari busur lingkaran dan garis lurus.
Permukaan batuan keras tidak harus berupa garis lurus akan tetapi dapat juga berupa
gabungan dari beberapa segmen garis lurus, seperti yang terlihat pada Gambar 20. Hal
yang harus diperhatikan untuk kondisi ini yaitu sebaiknya dihindari sudut perpotongan
antara kedua segmen garis yang terlalu tajam, karena dapat menyebabkan perhitungan
faktor keamanan yang tidak konvergen.
Pada bidang runtuh gabungan, penentuan bidang runtuh kritis hanya perlu dilakukan
pada bagian busur lingkaran saja, sedangkan untuk permukaan batuan dasar hal
tersebut tidak perlu dilakukan. Contoh penentuan bidang runtuh kritis dan faktor
keamanannya untuk bidang runtuh gabungan diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Sebuah bidang runtuh dibuat dengan menghubungkan permukaan lereng bagian kiri
dengan sebuah titik pada grid sebelah kiri dan permukaan lereng bagian kanan dengan
sebuah titik yang terletak pada grid sebelah kanan, kemudian segmen bidang runtuh
bagian tengah dibuat dengan menghubungkan kedua titik tersebut, seperti yang terlihat
pada Gambar 24.
Gambar 24. Sebuah bidang runtuh yang dibuat dengan metode grid
Untuk menghubung sebuah titik dengan permukaan lereng dibuat dengan melakukan
proyeksi dengan sudut tertentu ke permukaan lereng dan sudut proyeksi tersebut dibuat
bervariasi nilainya, seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 25. Sudut proyeksi dari sebuah titik pada grid ke permukaan lereng
Dalam metode ini, daerah pada kaki lereng dianggap berada dalam kondisi yang serupa
dengan kondisi tekanan tanah pasif, dimana massa gelinciran mengalami dorongan ke
arah luar dan atas. Sedangkan daerah pada puncak lereng dianggap dalam kondisi
tekanan tanah aktif. Menurut teori tekanan tanah, besarnya sudut kemiringan pada
daerah pasif adalah sebesar (45o /2) dan sudut kemiringan pada daerah tekanan
tanah aktif adalah sebesar (45o + /2). Kedua nilai sudut inilah yang digunakan sebagai
acuan dalam pembuatan sudut proyeksi.
Kelemahan dari metode ini yaitu kadang-kadang gagal untuk mendapatkan nilai faktor
keamanan yang konvergen untuk bidang runtuh yang dicoba. Salah satu kondisi yang
menyebabkan hal tersebut terjadi adalah ketika bidang runtuh mempunyai sudut yang
terlalu tajam, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 26. Contoh bidang runtuh yang memiliki sudut yang tajam.
Apabila pada lereng terdapat bidang perlapisan yang miring maka bentuk dari grid
tersebut dapat dibuat sejajar dan tegak lurus terhadap bidang seperti yang terlihat pada
Gambar 27. Contoh sebuah bidang runtuh yang dicoba dengan metode ini ditunjukkan
pada Gambar 28.
Pada gambar berikut ini adalah contoh peta faktor keamanan dari semua bidang runtuh
block yang dianalisis. Pada contoh ini, warna merah adalah menunjukkan kelompok
faktor bidang runtuh dengan keamanan yang paling kecil dan garis putih adalah lokasi
dari bidang runtuh kritis.
Metode Optimasi
Metode optimasi dapat digunakan untuk menentukan bidang runtuh kritis untuk
sembarang bidang runtuh. Dalam metode ini digunakan bidang runtuh awal yang
merupakan bidang runtuh kritis yang diperoleh dengan menggunakan salah satu
metode konvensional di atas. Langkah selanjutnya adalah membagi bidang runtuh
kritis tersebut ke dalam sejumlah segmen garis lurus, seperti yang terlihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 30. Skema dari penentuan bidang runtuh kritis dengan metode optimasi
Dalam pencarian bidang runtuh kritis, titik pada sebuah ujung segmen tertentu digeser
secara acak ke segala arah, sementara itu semua titik lainnya dibuat tetap. Kemudian
dihitung faktor keamanan untuk bidang runtuh baru yang dibuat tersebut. Proses ini
diulangi untuk semua titik yang lainnya. Proses ini dilakukan sampai diperoleh
perbedaan nilai faktor keamanan yang baru dengan faktor keamanan yang sebelumnya
lebih kecil dari toleransi yang diberikan, atau jumlah bidang runtuh yang dicoba sudah
mencapai nilai maksimum.
Kelebihan metode optimasi adalah bidang runtuh yang dihasilkan lebih masuk akal
daripada yang diperoleh dengan menggunakan cara konvensional serta memberikan
nilai faktor keamanan yang lebih kecil. Contoh penentuan bidang runtuh kritis
berbentuk busur lingkaran dengan metode optimasi diberikan pada Gambar 31b. Untuk
contoh tersebut faktor keamanan minimum yang diperoleh dengan menggunakan cara
tradisional adalah 1.280, sedangkan metode optimasi menghasilkan faktor keamanan
minimum 1.240. Contoh penentuan bidang runtuh kritis berbentuk blok dengan metode
optimasi diberikan pada Gambar 32. Untuk contoh tersebut faktor keamanan minimum
yang diperoleh dengan menggunakan cara tradisional adalah 1.744, sedangkan metode
optimasi menghasilkan faktor keamanan 1.609.
(a)
(b)
Gambar 31. Contoh Penentuan bidang runtuh kritis berbentuk busur lingkaran.
(a) dengan cara tradisional, (b) dengan metode optimasi
(a)
(b)
Oleh karena kesetimbangan momen hanya dipengaruhi sedikit sekali oleh gaya geser
antar-irisan sehingga asumsi mengenai gaya antar-irisan menjadi kurang berarti. Untuk
bidang runtuh yang berbentuk busur lingkaran gaya geser antar-irisan dapat diabaikan,
seperti yang digunakan pada Metode Bishop Yang Disederhanakan, namun tetap
menghasilkan faktor keamanan yang cukup akurat apabila dihitung dengan
menggunakan kesetimbangan momen.
Contoh untuk bidang runtuh gabungan dan bidang runtuh blok menunjukkan
pentingnya perhitungan faktor keamanan menggunakan metode yang memenuhi semua
kondisi kesetimbangan. Hal ini disebabkan karena metode yang tidak memenuhi semua
kondisi kesetimbangan dapat menghasilkan faktor keamanan yang tidak akurat.
Metode irisan hanya menggunakan keseimbangan statik saja dan mengabaikan adanya
hubungan tegangan-regangan dalam lereng, sehingga distribusi tegangan yang bekerja
pada bidang runtuh yang dihitung dengan metode irisan kurang sesuai dengan kondisi
distribusi tegangan yang sebenarnya di lapangan. Contoh perhitungan tegangan normal
yang bekerja sepanjang bidang runtuh dengan menggunakan metode irisan dan metode
elemen hingga ditunjukkan pada Gambar 37 dan 38. Distribusi tegangan normal
sepanjang bidang runtuh yang dihasilkan oleh metode elemen hingga lebih realistis dan
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama sepanjang bidang runtuh,
sehingga faktor keamanan yang dihitung dengan metode irisan adalah faktor keamanan
global untuk keseluruhan lereng. Sebagai akibatnya maka adanya variasi nilai faktor
keamanan sepanjang bidang runtuh tidak dapat diperhitungkan. Berikut ini adalah
contoh perbandingan perhitungan faktor keamanan dengan menggunakan metode irisan
dan metode elemen hingga.
Kadangkala, nilai gaya normal pada bidang runtuh untuk irisan tertentu mempunyai
nilai yang tidak realistik karena nilainya yang sangat besar atau kadang-kadang bernilai
negatif. Hal tersebut disebabkan karena dalam perhitungan gaya normal digunakan
persamaan sebagai berikut:
Grafik nilai m untuk beberapa nilai sudut kemiringan (), sudut gesek (), dan faktor
keamanan (F) diperlihatkan pada Gambar 40. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
untuk suatu kondisi tertentu m dapat mempunyai nilai yang kecil sekali atau bahkan
bernilai nol sehingga menyebabkan gaya normal nilainya menjadi besar sekali atau
bahkan takterhingga.
12 Contoh Perhitungan
Contoh 1
Sebuah lereng tanah mempunyai sudut kemiringan 2 horisontal : 1 vertikal dan tinggi
20 m. Sifat-sifat geoteknis material yaitu berat satuan 16 kN/m3, kohesi 20 kPa dan
sudut gesek 20o.
c = 20 kPa
= 20o
= 16 kN/m3
Dalam perhitungan faktor keamanan, jumlah irisan yang dipergunakan adalah 10 buah
dengan lebar irisan yang sama. Data-data tiap irisan untuk bidang runtuh yang
diasumsikan diperlihatkan pada Tabel 4.
c (kN)
5.00
1.35
(o)
-2.38
W (kN)
108.32
0.00
100.09
5.00
3.85
2.38
308.31
0.00
100.09
5.00
5.94
7.16
474.85
0.00
100.79
5.00
7.59
11.99
607.23
0.00
102.23
5.00
8.80
16.91
703.92
0.00
104.52
5.00
9.53
21.97
762.43
0.00
107.83
5.00
9.74
27.21
778.93
0.00
112.44
5.00
9.35
32.71
747.63
0.00
118.85
Irisan
b (m) h (m)
5.00
6.99
38.59
559.58
0.00
127.93
10
5.00
2.50
45.00
199.99
0.00
141.42
5.00
1.35
(o)
-2.38
108.32
0.00
100.09
108.22
139.48
-4.50
5.00
3.85
2.38
308.31
0.00
100.09
308.04
212.21
12.82
5.00
5.94
7.16
474.85
0.00
100.79
471.15
272.27
59.21
5.00
7.59
11.99
607.23
0.00
102.23
593.98
318.42
126.19
5.00
8.80
16.91
703.92
0.00
104.52
673.47
349.65
204.80
5.00
9.53
21.97
762.43
0.00
107.83
707.08
365.18
285.21
5.00
9.74
27.21
778.93
0.00
112.44
692.73
364.58
356.16
5.00
9.35
32.71
747.63
0.00
118.85
629.04
347.81
404.06
5.00
6.99
38.59
559.58
0.00
127.93
437.39
287.13
349.02
10
5.00
2.50
45.00
199.99
0.00
141.42
141.42
192.89
141.42
Total
2849.61
1934.38
1.473
Irisan
b (m) h (m)
W (kN)
u (kN)
c (kN)
N (kN)
N = W cos
n
DM = W sin
i =1
RM
DM
F=
RM
DM
Formula-formula yang dipakai untuk perhitungan pada Tabel 7 adalah sebagai berikut:
sin tan '
m = cos +
Flama
F
lama
1
N=
m
n
DM = W sin
i =1
Fbaru =
RM
DM
Untuk setiap iterasi, nilai Flama adalah nilai Fbaru yang diperoleh dari iterasi sebelumnya.
Pada contoh perhitungan ini kriteria konvergensinya yaitu |Fbaru Flama| < 0.001.
Tabel 6. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Bishop Yang Disederhanakan [Contoh 1]
Nilai
Faktor keamanan
Iterasi
awal
1.000
1.453
1.513
1.519
1.519
Iterasi 1
F lama
1.000
b (m) h (m)
(o)
W (kN)
u (kN)
c (kN)
N (kN)
RM
DM
5.00
1.35
-2.38
108.32
0.00
100.09
0.98
114.30
141.69
-4.50
5.00
3.85
2.38
308.31
0.00
100.09
1.01
299.87
209.23
12.82
5.00
5.94
7.16
474.85
0.00
100.79
1.04
445.55
262.95
59.21
5.00
7.59
11.99
607.23
0.00
102.23
1.05
556.07
304.62
126.19
5.00
8.80
16.91
703.92
0.00
104.52
1.06
633.82
335.21
204.80
5.00
9.53
21.97
762.43
0.00
107.83
1.06
678.95
354.95
285.21
5.00
9.74
27.21
778.93
0.00
112.44
1.06
689.09
363.25
356.16
5.00
9.35
32.71
747.63
0.00
118.85
1.04
658.33
358.46
404.06
5.00
6.99
38.59
559.58
0.00
127.93
1.01
475.66
301.06
349.02
10
5.00
2.50
45.00
199.99
0.00
141.42
0.96
103.68
179.16
141.42
Total
2810.59
1934.38
F baru
1.453
F lama
1.519
Irisan
Iterasi 2
F lama
1.453
Iterasi 4
Irisan
N (kN)
RM
DM
Irisan
N (kN)
RM
DM
0.99
112.44
141.01
-4.50
0.99
112.27
140.95
-4.50
1.01
302.56
210.21
12.82
1.01
302.82
210.30
12.82
1.02
455.53
266.59
59.21
1.02
456.50
266.94
59.21
1.03
575.22
311.60
126.19
1.03
577.11
312.28
126.19
1.03
663.35
345.96
204.80
1.03
666.28
347.03
204.80
1.02
719.49
369.70
285.21
1.02
723.55
371.18
285.21
1.00
740.67
382.03
356.16
1.00
745.90
383.93
356.16
0.98
720.16
380.97
404.06
0.97
726.50
383.28
404.06
0.94
538.08
323.78
349.02
0.93
544.56
326.14
349.02
10
0.88
148.34
195.41
141.42
10
0.88
153.05
197.13
141.42
Total
2927.25
1934.38
Total
2939.15
1934.38
F baru
1.513
F baru
1.519
Iterasi
awal
1.000
1.536
1.449
1.458
1.457
1.457
F lama
1.000
b (m) h (m)
(o)
W (kN)
u (kN)
c (kN)
N (kN)
RF
DF
5.00
1.35
-2.38
108.32
0.00
100.09
0.98
114.30
141.57
-4.75
5.00
3.85
2.38
308.31
0.00
100.09
1.01
299.87
209.05
12.47
5.00
5.94
7.16
474.85
0.00
100.79
1.04
445.55
260.90
55.55
5.00
7.59
11.99
607.23
0.00
102.23
1.05
556.07
297.97
115.56
5.00
8.80
16.91
703.92
0.00
104.52
1.06
633.82
320.71
184.40
5.00
9.53
21.97
762.43
0.00
107.83
1.06
678.95
329.18
253.98
5.00
9.74
27.21
778.93
0.00
112.44
1.06
689.09
323.05
315.08
5.00
9.35
32.71
747.63
0.00
118.85
1.04
658.33
301.60
355.79
5.00
6.99
38.59
559.58
0.00
127.93
1.01
475.66
235.32
296.68
10
5.00
2.50
45.00
199.99
0.00
141.42
0.96
103.68
126.68
73.31
Total
2546.04
1658.08
F baru
1.536
F lama
1.457
Irisan
Iterasi 2
Iterasi 5
1.536
Irisan
N (kN)
RF
DF
Irisan
N (kN)
RF
DF
0.99
112.23
140.81
-4.66
0.99
112.43
140.89
-4.67
1.01
302.88
210.14
12.59
1.01
302.57
210.03
12.58
1.02
456.74
264.94
56.95
1.02
455.60
264.53
56.81
1.03
577.56
305.62
120.02
1.03
575.35
304.84
119.56
1.03
666.98
332.26
194.05
1.03
663.54
331.06
193.05
1.02
724.52
344.56
271.03
1.02
719.76
342.95
269.25
1.00
747.15
341.85
341.63
1.00
741.02
339.86
338.83
0.97
728.02
322.95
393.46
0.98
720.59
320.67
389.44
0.93
546.12
255.37
340.62
0.94
538.51
253.21
335.88
10
0.87
154.19
139.68
109.03
10
0.88
148.66
138.26
105.11
Total
2658.19
1834.72
Total
2646.30
1815.84
F baru
1.449
F baru
1.457
N=
1
m
Flama
DF = N sin
i =1
Fbaru =
RF
DF
Kriteria konvergensi dalam perhitungan faktor keamanan yaitu |Fbaru Flama| < 0.001.
Tabel 10. Tabulasi Perhitungan Faktor Koreksi
Untuk Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 1]
d (m)
6.36
L (m)
53.85
t
0.5
fo
1.049
Faktor Keamanan
1.700
1.650
1.600
1.550
1.500
1.450
1.400
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
Lambda
Kesetimbangan Momen
Kesetimbangan Gaya
Gambar 42. Hubungan Nilai Faktor Skala Terhadap Faktor Keamanan [Contoh 1]
0.413
Kesetimbangan
=
Momen
X (kN)
SM (kN)
E (kN)
0.00
100.09
125.32
96.00
101.12
145.70
-4.50
145.57
-5.21
1.01
100.09
346.74
149.10
235.67
226.29
12.82
226.09
14.41
1.02
100.79
518.31
190.70
360.26
289.44
59.21
287.18
64.63
1.03
102.23
629.27
218.26
442.99
331.27
126.19
324.03
130.77
1.03
104.52
684.53
233.02
466.78
353.67
204.80
338.37
199.16
1.02
107.83
698.71
238.60
426.68
362.14
285.21
335.85
261.37
1.00
112.44
686.72
238.77
325.03
362.39
356.16
322.29
314.00
0.97
118.85
656.65
235.78
168.52
357.85
404.06
301.09
354.88
0.93
127.93
502.57
204.81
15.15
310.86
349.02
242.98
313.46
10
0.88
141.42
150.77
129.33
0.00
m
0
0.00
0.99
2
3
Total
RM
Gaya
N (kN)
Irisan
DM
RF
DF
196.29
141.42
138.80
106.61
2935.89
1934.38
2662.26
1754.09
Faktor Keamanan
1.518
1.518
Metode Morgenstern-Price
Perhitungan dengan menggunakan metode Morgenstern-Price menghasilkan faktor
keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan sebesar 1.518 dan faktor skala 0.412.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah f(x)=sin(x). Tabulasi hasil
perhitungan diberikan pada Tabel 12.
Momen
y
Irisan
N (kN)
Sm
E
0.00
0.00
0.00
0.28
125.28
145.69
101.12
12.87
0.42
0.20
346.60
226.24
235.67
57.06
0.77
0.11
518.12
289.37
360.25
120.05
1.22
0.03
629.11
331.21
443.01
173.55
1.68
-0.06
684.48
353.65
466.83
192.29
2.07
-0.15
698.78
362.16
426.75
167.18
2.26
-0.24
686.89
362.45
325.08
108.33
2.12
-0.35
656.83
357.92
168.54
40.81
1.59
-0.47
502.68
310.89
15.14
1.93
0.59
10
-0.61
150.76
196.29
0.00
0.00
0.00
Faktor keamanan
1.518
Lambda
0.412
Metode Spencer
Faktor keamanan dengan metode Spencer adalah 1.518 dengan faktor skala 0.340.
Tabulasi hasil perhitungan diberikan pada Tabel 13.
Momen
y
Irisan
N (kN)
Sm
E
0.00
0.00
0.00
0.28
149.41
145.69
107.89
12.87
0.96
0.20
348.31
226.24
242.76
57.06
1.50
0.11
497.19
289.37
364.96
120.05
1.89
0.03
604.25
331.21
447.02
173.55
2.13
-0.06
674.32
353.65
471.44
192.29
2.19
-0.15
709.51
362.16
429.70
167.18
2.08
-0.24
709.29
362.45
322.55
108.33
1.76
-0.35
669.94
357.92
161.54
40.81
1.24
-0.47
490.33
310.89
13.52
1.93
0.06
10
-0.61
147.72
196.29
0.00
0.00
0.00
Faktor keamanan
1.518
Lambda
0.340
Ringkasan perhitungan faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan dengan
menggunakan beberapa macam metode diberikan pada tabel berikut ini.
Faktor Keamanan
Faktor Skala
Irisan Biasa
1.473
1.519
1.528
1.518
0.413
Morgenstern-Price
1.518
0.412
Spencer
1.518
0.340
Penentuan bidang runtuh kritis mustahil dilakukan secara manual, dalam contoh ini
bidang runtuh kritis dicari dengan metode grid dan radius menggunakan program
komputer Slope-W. Metode yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan
adalah Metode Morgenstern-Price. Nilai faktor keamanan minimum adalah 1.479.
Contoh 2
Sebuah lereng galian mempunyai geometri lereng dan sifat-sifat geoteknik seperti yang
terlihat pada Gambar 44 di bawah ini. Data lainnya yaitu terdapat permukaan air tanah
seperti yang terlihat pada gambar tersebut.
= 19.5 kN/m3
c = 10 kPa
= 33o
= 22.5 kN/m3
c = 30 kPa
= 33o
Dalam perhitungan faktor keamanan, digunakan 7 buah irisan dengan lebar yang sama.
Data-data tiap irisan untuk bidang runtuh yang ditentukan diberikan pada Tabel 15.
h2 (m)
hw (m)
W (kN)
c (kPa)
0.00
1.17
0.38
52.57
30.0
(O)
33.0
u (kPa)
2.0
(o)
18.35
h1 (m)
1
2
2.0
24.00
29.8
0.00
3.39
1.03
152.61
30.0
33.0
7.61
2.0
29.91
29.8
1.00
3.87
1.44
213.18
30.0
33.0
10.64
2.0
36.21
29.8
3.00
2.56
1.42
232.35
30.0
33.0
10.50
2.0
43.06
22.9
5.00
0.90
0.75
235.35
30.0
33.0
6.24
2.0
50.83
22.9
4.73
0.00
0.00
184.65
10.0
33.0
0.00
2.0
60.31
22.9
1.75
0.00
0.00
68.39
10.0
33.0
0.00
Irisan
b (m)
2.81
Parameter kekuatan geser kohesi (c) dan sudut gesek () untuk setiap irisan adalah
parameter dari lapisan yang memotong bidang runtuh. Berat setiap irisan (W) adalah
gabungan dari berat lapisan bagian atas dan lapisan bagian bawah.
W = 1 h1 + 2 h2
dimana: 1 = berat satuan lapisan bagian atas
2 = berat satuan lapisan bagian bawah
h1 = tinggi rata-rata lapisan atas
h2 = tinggi rata-rata lapisan bawah.
Tekanan air pori pada dasar irisan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
u = w hw cos 2
b (m)
u (kN)
c (kN)
N (kN)
RM
DM
2.0
(o)
18.4
W (kN)
52.57
5.92
63.22
49.90
91.78
16.55
2.0
24.0
152.61
16.66
65.68
139.41
145.40
62.07
2.0
29.9
213.18
24.55
69.22
184.78
173.28
106.31
2.0
36.2
232.35
26.00
74.36
187.48
179.23
137.25
2.0
43.1
235.35
17.09
82.13
171.94
182.69
160.70
2.0
50.8
184.65
0.00
31.66
116.63
107.41
143.15
2.0
60.3
68.39
0.00
40.37
33.88
62.38
59.41
Total
942.15
685.45
1.375
N = W cos
n
DM = W sin
i =1
F=
RM
DM
Iterasi
awal
1.000
1.290
1.394
1.424
1.432
1.434
1.434
Iterasi 1
Irisan
1
2
3
4
5
6
7
b (m)
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
(o)
18.35
24.00
29.91
36.21
43.06
50.83
60.31
W (kN)
52.57
152.61
213.18
232.35
235.35
184.65
68.39
Iterasi 2
Irisan
1
2
3
4
5
6
7
m
1.11
1.12
1.12
1.10
1.07
1.02
0.93
N (kN)
34.38
121.00
172.29
186.59
184.09
162.08
44.19
Total
u (kN)
c (kN)
5.92
16.66
24.55
26.00
17.09
0.00
0.00
63.22
65.68
69.22
74.36
82.13
31.66
40.37
F lama
1.290
RM
81.70
133.44
165.17
178.65
190.58
136.92
69.07
955.52
DM
16.55
62.07
106.31
137.25
160.70
143.15
59.41
685.45
F baru
1.394
m
1.15
1.18
1.19
1.19
1.17
1.14
1.06
N (kN)
29.37
110.63
156.73
166.65
159.16
141.05
31.45
Total
Iterasi 6
Irisan
1
2
3
4
5
6
7
m
1.09
1.10
1.09
1.07
1.04
0.98
0.89
N (kN)
30.29
108.18
153.59
168.21
176.71
170.46
49.42
Total
F lama
1.000
RM
78.44
126.71
155.06
165.70
174.39
123.26
60.80
884.36
DM
16.55
62.07
106.31
137.25
160.70
143.15
59.41
685.45
F baru
1.290
F lama
1.434
RM
82.89
135.93
168.97
183.59
196.88
142.36
72.47
983.09
DM
16.55
62.07
106.31
137.25
160.70
143.15
59.41
685.45
F baru
1.434
Formula-formula yang dipakai untuk perhitungan pada tabel di atas adalah sebagai
berikut:
m = cos +
N=
Flama
1
m
n
DM = W sin
i =1
Fbaru =
RM
DM
Untuk setiap iterasi, nilai Flama adalah nilai Fbaru yang diperoleh dari iterasi sebelumnya.
Pada contoh perhitungan ini kriteria konvergensinya yaitu |Fbaru Flama| < 0.001.
1
N=
m
F
lama
DF = N sin
i =1
Fbaru =
RF
DF
Faktor keamanan
Iterase
awal
1.000
1.457
1.334
1.358
1.353
1.354
1.354
Iterasi 1
F lama
1.000
Irisan
b (m)
(o)
W (kN)
u (kN)
c (kN)
N (kN)
RF
RF
2.00
18.35
52.57
5.92
63.22
1.15
29.37
74.45
9.25
2.00
24.00
152.61
16.66
65.68
1.18
110.63
115.75
45.00
2.00
29.91
213.18
24.55
69.22
1.19
156.73
134.41
78.16
2.00
36.21
232.35
26.00
74.36
1.19
166.65
133.70
98.44
2.00
43.06
235.35
17.09
82.13
1.17
159.16
127.40
108.67
2.00
50.83
184.65
0.00
31.66
1.14
141.05
77.86
109.35
2.00
60.31
68.39
0.00
40.37
1.06
31.45
30.12
27.32
Total
693.69
476.19
F baru
1.457
F lama
1.354
Iterasi 2
F lama
1.457
Iterasi 6
Irisan
N (kN)
RF
DF
Irisan
N (kN)
RF
DF
1.09
36.47
78.84
11.48
1.10
29.32
78.07
11.09
1.09
125.39
124.51
51.00
1.11
106.13
122.96
49.95
1.09
178.99
146.94
89.26
1.11
150.47
144.70
87.28
1.07
195.33
148.73
115.38
1.09
164.13
146.00
112.31
1.03
195.23
144.52
133.31
1.06
171.50
141.37
128.77
0.98
171.71
90.43
133.12
1.00
165.95
88.07
128.66
0.88
50.21
36.15
43.62
10
0.91
46.59
34.99
40.47
Total
770.11
577.17
Total
756.17
558.52
F baru
1.334
F baru
1.354
L (m)
18.44
t
0.5
fo
1.047
Lambda
0.814
Kesetimbangan
Momen
Irisan
1.09
SM
15.81
44.67
62.01
44.79
92.22
16.55
87.53
15.93
1.10
51.70
140.63
102.56
81.28
157.01
62.07
143.43
63.98
1.09
75.74
175.26
117.23
95.49
183.03
106.31
158.65
99.64
1.08
72.41
164.70
115.36
91.29
181.32
137.25
146.30
112.64
1.04
47.36
152.13
119.15
74.46
180.92
160.70
132.18
115.55
0.98
8.73
130.78
81.80
24.74
116.59
143.15
73.65
101.39
0.89
0.00
39.34
46.25
13.47
65.92
59.41
32.65
34.17
Total
977.02
685.45
774.40
543.30
0.00
RM
Gaya
N' (kN)
DM
RM
DM
0.00
Faktor Keamanan
1.425
1.425
Metode Morgenstern-Price
Seperti pada Metode Kesetimbangan Batas Umum pada metode ini digunakan asumsi
fungsi f(x)=sin(x). Tabulasi hasil perhitungan adalah seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.
Za
f(x)
N (kN)
N' (kN)
Sm (kN)
0.00
Momen
E (kN)
X (kN)
y (m)
0.00
0.00
0.00
0.11
0.43
51.87
45.46
92.74
45.90
17.30
0.05
0.01
0.78
159.97
141.93
157.85
82.79
56.23
0.22
-0.09
0.97
199.60
173.11
181.64
94.58
80.10
0.56
-0.20
0.97
186.53
155.17
175.12
84.31
71.41
0.87
-0.33
0.78
165.59
147.06
177.63
63.00
42.79
0.79
-0.49
0.43
131.21
131.21
116.87
13.48
5.08
0.27
-0.72
0.00
43.07
43.07
68.34
0.00
0.00
0.00
Lambda
0.871
Faktor keamanan
1.425
Faktor Keamanan
Faktor Skala
Irisan Biasa
1.375
1.434
1.418
1.425
0.814
Morgenstern-Price
1.425
0.871
Contoh 3
Sebuah lereng timbunan dirancang dengan sudut kemiringan 2 horisontal : 1 vertikal
dengan ketinggian lereng 10 m. Material timbunan mempunyai sifat-sifat geoteknik
sebagai berikut kohesi 20 kPa, sudut gesek dalam 24o dan berat satuan 18 kN/m3.
Kondisi muka air tanah pada timbunan adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
46. Dasar timbunan adalah suatu lapisan batuan keras.
= 18 kN/m3
c = 20 kPa
= 24o
Batuan dasar
b (m)
h (m) hw (m)
(o)
(o)
c (kPa)
(o)
W (kN)
u (kPa)
2.50
0.63
0.33
0.00
14.62
20.00
24.00
28.35
3.00
2.50
1.88
0.98
0.00
14.62
20.00
24.00
84.60
8.99
2.50
3.13
1.63
0.00
14.62
20.00
24.00
140.85
14.98
2.50
4.38
2.28
0.00
14.62
20.00
24.00
197.10
20.97
2.50
5.29
2.60
14.94
14.62
20.00
24.00
238.05
23.89
2.50
5.72
2.44
21.17
14.62
20.00
24.00
257.40
22.37
2.50
5.83
1.95
27.67
14.62
20.00
24.00
262.35
17.90
2.50
5.57
1.08
34.59
14.62
20.00
24.00
250.65
9.95
2.50
4.20
0.00
42.16
0.00
20.00
24.00
189.00
0.00
10
2.50
1.54
0.00
50.82
0.00
20.00
24.00
69.30
0.00
Jumlah irisan yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan adalah 10 buah. Dadata tiap irisan untuk bidang runtuh yang ditentukan diberikan pada Tabel 25.
1
N=
m
Flama
DF = N sin
i =1
Fbaru =
RF
DF
Iterasi
awal
1.000
2.101
1.794
1.839
1.831
1.832
1.832
b (m)
(o)
W (kN)
2.50
0.00
2.50
0.00
2.50
4
5
F lama
1.000
u (kN)
c (kN)
N' (kN)
RF (kN)
DF (kN)
28.35
7.49
50.00
1.00
20.86
59.29
0.00
84.60
22.46
50.00
1.00
62.14
77.67
0.00
0.00
140.85
37.44
50.00
1.00
103.41
96.04
0.00
2.50
0.00
197.10
52.41
50.00
1.00
144.69
114.42
0.00
2.50
14.94
238.05
61.82
51.75
1.08
152.62
115.65
55.30
2.50
21.17
257.40
59.97
53.62
1.09
166.57
119.16
81.80
2.50
27.67
262.35
50.52
56.45
1.09
175.21
119.09
104.81
2.50
34.59
250.65
30.22
60.73
1.08
177.78
115.17
118.07
2.50
42.16
189.00
0.00
67.45
1.04
138.19
95.61
92.74
10
2.50
50.82
69.30
0.00
79.14
0.98
8.15
52.29
6.32
Total
964.38
459.03
F baru
2.101
Iterasi 2
F lama
2.101
Iterasi 6
F lama
1.832
Irisan
N' (kN)
RF (kN)
DF (kN)
Irisan
N' (kN)
RF (kN)
DF (kN)
1.00
20.86
59.29
0.00
1.00
20.86
59.29
0.00
1.00
62.14
77.67
0.00
1.00
62.14
77.67
0.00
1.00
103.41
96.04
0.00
1.00
103.41
96.04
0.00
1.00
144.69
114.42
0.00
1.00
144.69
114.42
0.00
1.02
168.46
122.47
59.38
1.03
166.24
121.51
58.81
1.01
190.53
129.11
90.45
1.02
187.11
127.69
89.22
0.98
208.45
132.20
120.24
1.00
203.61
130.29
117.99
0.94
221.88
131.33
143.10
0.96
215.30
128.92
139.37
0.88
189.52
112.55
127.20
0.90
181.66
109.96
121.92
10
0.80
50.37
64.17
39.05
10
0.82
43.68
62.29
33.85
Total
1039.24
579.42
Total
1028.06
561.17
F baru
1.794
F baru
1.832
L (m)
26.93
t
0.5
fo
1.060
0.450
Kesetimbangan
Momen
Irisan
ma
N' (kN)
SM
0.00
Gaya
RM
DM
RF
DF
0.00
0.00
1.00
4.09
24.95
29.40
29.40
1469.34
-15.34
61.11
1.00
17.71
75.76
37.52
66.91
1991.33
-17.03
83.73
0.00
1.00
41.02
126.72
45.67
112.58
2530.92
-29.13
106.42
0.00
1.00
70.97
174.64
53.13
165.72
3071.80
-112.34
127.76
0.00
1.02
76.95
173.24
51.58
170.87
3128.00
1487.81
124.52
60.62
1.01
67.15
179.25
54.30
156.79
3238.24
2252.25
124.42
86.38
0.99
45.04
183.84
58.93
123.62
3356.63
2951.44
122.49
108.81
0.95
18.69
191.07
67.34
70.61
3538.66
3446.44
120.04
125.62
0.89
1.69
166.75
72.10
12.14
3438.77
3071.25
105.04
111.91
10
0.81
0.00
45.08
50.48
9.09
2407.77
1299.38
62.68
34.94
Total
28171.46
14334.72
1038.21
528.28
Faktor Keamanan
1.953
1.953
Metode Morgenstern-Price
Perhitungan faktor keamanan dengan metode Morgenstern-Price menghasilkan nilai
faktor keamanan 1.948 dan faktor skala 0.356. Dalam perhitungan digunakan asumsi
f(x)=sin(x). Tabulasi untuk hasil perhitungan tersebut diberikan pada Tabel 30.
f(x)
ma
N (kN)
N' (kN)
Sm
0.00
31.78
24.29
60.82
Momen
E (kN)
X (kN)
0.00
0.00
y (m)
0.00
31.22
3.43
0.14
0.23
0.31
1.00
0.23
0.59
1.00
96.60
74.14
83.01
73.83
15.43
0.38
0.23
0.81
1.00
162.25
124.81
105.57
128.03
36.83
0.73
0.23
0.95
1.00
225.64
173.22
127.12
193.29
65.37
1.14
-0.04
1.00
1.03
233.54
171.72
128.20
196.65
69.93
1.32
-0.15
0.95
1.02
237.86
177.89
132.82
174.35
58.96
1.39
-0.26
0.81
0.99
234.17
183.65
138.22
128.47
36.96
1.27
-0.40
0.59
0.95
223.71
193.49
146.88
63.56
13.28
0.95
-0.56
0.31
0.89
170.85
170.85
143.51
3.51
0.39
0.42
10
-0.78
0.00
0.81
46.26
46.26
99.73
0.00
0.00
0.42
Lambda
0.356
Faktor keamanan
1.948
Ringkasan hasil perhitungan faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan
dengan menggunakan ketiga metode tersebut di atas diberikan pada tabel di bawah ini.
Faktor Keamanan
Faktor Skala
1.942
1.965
0.450
Morgenstern-Price
1.948
0.356
Department
of
Geological
Sciences.
University
of
Saskatchewan.
7. Bishop, A.W. 1955. The Use the Slip Circle in the Stability Analysis of Slopes.
Geotechnique, Vol. 5, No. 1, hal 7-17.
8. Bowles, J.E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah)
(Terjemahan), Edisi 2. Erlangga, Jakarta.
9. Call, R.D., dan Savely, J.P. 1990. Open Pit Rock Mechanics, dalam Surface Mining
2nd ed, (Kennedy, B.A.. editor). AIME.
10. Cheng, Y.M. 2003. Location of critical failure surface and some further studies on
slope stability analysis. Computers and Geotechnics 30; 255267
11. Cheng, Y.M, Lansivaara, T. and. Wei, W.B. 2007. Two-dimensional slope stability
analysis by limit equilibrium and strength reduction methods. Computers
and Geotechnics, Volume 34, Issue 3, 137-150.
12. Chen, Z., dan Morgenstern, N.R. 1983. Extensions to the Generalized Method of
Slices, Canadian Geotechnical Journal, Vol. 20, No. 1, hal. 104-119.
13. Coggan, J.S., Stead, D. dan Eyre, J.M. 1998. Evaluation of Techniques for Quarry
Slope Stability Assessment. Trans. Instn Min. Metall. (Sect. B: Appl. earth
Studies,
Department
of
Civil
Engineering,
Institute
of
22. Fredlund, D.G, dan Scoular, R.E.G. 1999. Using Limit Equilibrium Concepts in
Finite Element Slope Stability Analysis. Proceedings of the International
Symposium on Slope Stability Engineering Shikoku 99, Invited keynote
Paper, Matsuyama, Shikoku, Japan, November 8-11. Hal. 31-47.
23. Fredlund, D.G., dan Rahardjo, H. 1993. Soil Mechanics for Unsaturated Soils, John
Wiley & Sons.
24. Geotechnical Engineering Office. 2000. Geotechnical Manual for Slopes 2nd
Edition. Civil Engineering Department. The Government of The Hong Kong
Special Administrative Region, Fourth Reprint.
25. Giani, G. P., 1992. Rock Slope Stability Analysis, Balkema, Rotterdam.
26. Golder, H.Q. 1972. The Stability of Natural and Man-Made Slopes in Soil and
Rock. Geotechnical Practice for Stability in Open Pit. Proceedings of the
Second International on Stability in Open Pit Mining. (Editor: Brawner,
C.O., Milligan, V.). Society of Mining Engineers. Hal. 79-85.
27. Goodman, R.E. 1989. Introduction to Rock Mechanics, 2nd Ed, John Wiley & Sons,
New York.
28. Graham, J. 1984. Method of Stability Analysis, dalam Slope Instability, (Editor:
Brunsden, D., dan Prior, D.B.), hal. 171-215. John Wiley & Sons Ltd.
Chicester.
29. Griffiths, D.V. dan Lane, P.A. 1999. Slope Stability Analysis by Finite Elements.
Geotechnique, Vol. 49, No. 3, hal. 387-403.
30. Hoek, E. 1982. Analysis of Slope Stability in Very Heavily Jointed or Weathered
Rock Mases, dalam Stability in Surface Mining, Volume 3, (Editor:
Brawner, C.O.), hal. 375-403, New York, SME.
31. Hoek, E. 1991. When is Design in Rock Engineering accpetable? Muller Lecture,
International
Society
of
Rock
Mechanics
Congress,
Aachen.
51. Sharma, S. dan Lovell, C.W. 1983. Strengths and Weaknesses of Slope Stability
Analysis. Proceeding of the 34th Annual Highway Geology Symposium,
Atlanta, hal. 215-232.
52. Sjoberg, J. 2000. Failure Mechanisms for High Slope in Hard Rock, dalam Slope
Stability in Surface Mining (Hustrulid, W.A, McCarter, M.K, dan Van Zyl,
D.J.A, editor), hal. 71-80. SME, Colorado.
53. Sonmez, H., Ulusay, R., Gokceoglu, C. 1998. A Practical Procedure for the Back
Analysis of Slope Failures in Closely Jointed Rock Masses. International
Journal of Rock Mechanics & Mining Sciences Vol. 35, No. 2, hal. 219-233.
Elsevier.
54. Spencer, E. 1967. A Method of Analysis of the Stability of Embankments
Assuming Parallel Inter-slice Forces. Geotechnique, Vol. 17, hal. 11-26.
55. Spencer, E. 1973. Thrust Line Criterion in Embankment Stability Analysis.
Geotechnique 23, No.1, 85-100.
56. Terzaghi, K., dan Peck, R.B. 1993. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa
(Terjemahan), Jilid 1, Edisi 2. Erlangga, Jakarta.
57. U.S. Army Corps of Engineers. 2003. Slope Stability. EM 1110-2-1902.
Department of the Army, Washington, D.C.
58. Zhu, D.Y, Lee, C.F. dan Jiang, H.D. 2003. Generalized Framework of Limit
Equilibrium Methods for Slope Stability Analysis. Geotechnique Vol. 53,
No.4, hal. 377-395.
Biografi Penulis
Penulis lahir di Turen, Malang, menyelesaikan S1 pada Jurusan Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung dan sekarang penulis bekerja pada sebuah perusahaan
pertambangan di Sulawesi Selatan. Sejak dibangku kuliah sampai sekarang, hobi
penulis adalah mempelajari rekayasa geoteknik, matematika terapan, komputasi
numerik, serta pemrograman komputer. Penulis dapat dihubungi dengan menggunakan
alamat email: ariefs1@inco.com.