Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pancasila adalah salah satu mata kuliah Dasar Umum (MKDU) tingkat
perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan disampaikan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
pada akhirnya adalah menumbuhkan sikap mental peserta didik yang cerdas dan penuh tanggung
jawab. Disertai perilaku beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, disiplin dalam
bermasyarakat, rasional, dinamis, sadar akan hak-kewajiban warga negara, profesional, dan aktif
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bangsa dan negara. Salah satu
bagian dari kopetensi pendidikan kewarganegaraan adalah memiliki wawasan warga negara.
Dalam hal ini penulis mengambil satu topik wawasan warga negara, yaitu kewarganegaraan
Republik Indonesia. Hal ini dirasa penting, mengingat wawasan ini akan berimbas pada
perlakuan negara terhadap warga negara.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini adalah seputar kewarganegaraan Republik
Indonesia. Diantaranya:
1.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MKPK
2.
Identitas Nasional
3.
Negara dan konstitusi
4.
Hubungan Negara dan warga Negara
5.
Demokrasi Indonesia

C. Tujuan
Tujuan pembahasan tentang kewarganegaraan adalah memberikan informasi yang
singkat dan jelas mengenai warga negara dan hubungannya dengan status kewarganegaraan,
mengingat status kewarganegaraan tersebut akan berpengaru terhadap hak dan kewajiban saat
hidup dalam wilayah Republik Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Dasar Kelompok MPK
A. Pentingnya Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Pendidikan hakekatnya sebagai upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah suatu
Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya selaku warga
masyarakat, bangsa dalam Negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi
hari depan dengan dinamika perubahannya karena adanya pengaruh global.
Untuk menjawab itu dibutuhkan pembekuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamann dan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat menjadi pedoman
hidup warga Negara.
Keanekaragaman suku, adapt-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak
dalam Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi
konflik yang negative, oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan
adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan visi Negara melalui wawasan nusantara
sekaligus akan menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional menyebutkan
bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan. Itu berarti bahwa materi instruksional Pendidikan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi harus terus-menerus ditingkatkan, metodologi pengajarannya dikembangkan
kecocokannya dan efektifitas manajemenpembelajarannya termasuk kwalitas dan prospek karir
pengajarnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan adalah:
- Terbentuknya sikap prilaku dan cara berpikir dari cara berpikir sektoral pada acra
berpikir komperhensif integral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
- Menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga rela berkorban untuk membela tetap
tegaknya Negara dan keutuhan bangsa.
B.

Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan

1.

UU No. 2, 1989 tentang system pendidikan nasional dalam pasal 39 yang memuat klosul
jenis-jenis kurikulum pendidikan antara lain kurikulum pendidikan kewarganegaraan.

2.

Penjelasan tentang pasal 39 khusus mengenai pendidikan kewarganegaraan dikatakan:


a.

Ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah


hubungan warga Negara, warga Negara dengan Negara serta Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara.

b.

Ayat 2 mengatakan untuk Perguruan Tinggi melalui Pendidikan


Kewiraan

3.

UU No. 20, 1989 tentang Pokok-Pokok Negara, dalam pasal 17, 18 ataupun pada UU No.
3 tahun 2000 memberikan penjelasan tentang kewajiban warga Negara untuk membela
Negara melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang terbagi dalam dua tahapan,
yaitu:

4.

a.

PPBN tahap awal diberikan dari tingkat TK-SMA

b.

PPBN tahap lanjutan diberikan di Perguruan Tinggi disebut Kewiraan

Tuntutan Reformasi tentang Supremasi Hukum


Berdasarkan acuan diatas maka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional menganggap perlu mengadakan penyesuaian GBPP di perguruan
tinggi, yaitu:
a.

Kurikulum pendidikan agama, kurikulum pendidikan pancasila dan


kurikulum pendidikan kewarganegaraan dari kelompok mata kuliah umum (MKDU)
menjadi Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian (MKPK)

b.

GBPP

pendidikan

kewiraan

menjadi

GBPP

poendidikan

kewarganegaraan.

5.

KEP. MENDIKNAS No. 232/U/2000 tanggal 20 desember 2000 tentang Pedoman


Penyusunan kurikulum DIKTI dan Penilaian Hasil Belajar, Kurikulum pendidikan tinggi
meliputi KURIKULUM INTI dan KURIKULUM INSTITUSIONAL yang berisikan:

Kurikulum inti merupakan kelompokbahan kajian pelajaran yang harus dicakup dalam
satu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional.

Kurikulum instutional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan
bagian dari kurikulum pendidikn tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dan
kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan
serta cirri khas perguruan tinggi yang bersangkutan.
KUTI, MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan

dan Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Prilaku
Berkarya), MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat)
KUNAL : Keseluruhan atau sebagian dari KUTI
6.

Keputusan Direktorat Pendidikan Tinggi No. 38/U/2002 tentang rambu-rambu substansi


kajian Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian meliputi anatara lain:
a.

Pengantar Penting Kewarganegaraan,

b.

Pemahaman Kenegaraan
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara NKRI ini diharapkan mampu:

Memehami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh


masyarakat, bangsa dan Negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita
serta tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945

Mempertahankan jatidiri bangsa yang berjiwa patriotic dan cinta tanah air didalam
perjuangan nonfisik sesuai dengan prospesinya masing-masing.

3. Identitas Nasional
PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciriciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya. Nilai- nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus
direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.
Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham kebangsaan (nasionalisme) di Indonesia yang
berawal dari berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908)
yang berbasis subkultur Jawa, Sarekat Dagang Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang
bersifat ekstrovet dan politis dan sebagainya yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu
pergerakan nasional yang berjati diri Indonesianess dengan mengaktualisasikan tekad
politiknya dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi
terkristalisasi suatu core culture yang kemudian menjadi basis eksistensi nation-state Indonesia,
yaitu nasionalisme. Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan
biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau nasionalisme. Rakyat dalam konteks
kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang berada pada status sosial yang rendah
akan tetapi mencakup seluruh struktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir dan merasa
bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa, wawasan kita tidak terbatas
pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi tentang suatu komunitas yang hidup saat ini,
melainkan juga mencakup mereka yang telah meninggal dan yang belum lahir. Dengan perkataan
lain dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan
kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam

adalah

Pancasila

yang

aktualisasinya

tercermin

berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta

UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi serta mitos,

ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam
tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.
KONSEP BANGSA INDONESIA
Identitas nasional berkaitan dengan konsep bangsa. Apakah bangsa itu? Pengertian
bangsa (nation) dalam konsep modern, tidak terlepas dari seorang cendekiawan Prancis, Ernest
Renan (1823-1892), seorang filsuf, sejarahwan dan pemuka agama dalam esainya yang
terkenal Quest-ce quune nation? yang disampaikan dalam kuliah di Universitas Sorbonne
pada tahun 1882. Dalam esainya tersebut dia menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok
manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu. Menurut Renan,
faktor utama yang menimbulkan suatu bangsa adalah kehendak bersama dari masingmasing warga untuk membentuk suatu bangsa (Soeprapto, 1994:115) Lain halnya dengan Otto
Bauer (1881-1934) seorang legislator dan seorang theoreticus, menyebut bahwa bangsa adalah
suatu persatuan karakter/perangai yang timbul karena persatuan nasib. Otto Bauer lebih
menekankan pengertian bangsa dari karakter, sikap dan perilaku yang menjadi jatidiri
dengan

bangsa

yang

lain.

Karakter

ini

terbentuk

bangsa

karena pengalaman sejarah budaya

yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuhkembangnya bangsa (Soeprapto, 1994:114).


Dari definisi tersebut, nampak bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Memiliki cita-cita bersama yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan.


Memiliki sejarah hidup bersama, sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan.
Memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama.
Memiliki karakter, perangai yang sama yang menjadi pribadi dan jatidirinya.
Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga mereka terikat dalam
suatu masyarakat hukum.

Lalu apakah bangsa Indonesia itu? Perkembangan masyarakat yang kini menyebut dirinya
sebagai bangsa Indonesia telah melalui suatu jarak waktu yang panjang, yaitu ketika masyarakat
itu masih bertegak dan hidup dalam negara atau kerajaan-kerajaan Nusantara (Gonggong,
2000:x). Tentang hal ini amatlah menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz
(2000), antropolog kondang yang dianggap sebagai ahli Indonesia sebagaimana dikemukakan
oleh Gonggong (2000:x) berikut:

Ketika kita menyaksikan panorama Indonesia saat ini, rasanya kita sedang menyusun suatu
sinopsis masa lalu yang tanpa batas, seperti kalau kita melihat benda-benda peninggalan sejarah
(artefak) dari bermacam-macam lapisan dalam situs arkeologis yang lama mengeram, yang
dijajarkan di atas sebuah meja sehingga sekali pandang bisa kita lihat kilasan sejarah manusia
sepanjang ribuan tahun. Semua arus kultural yang sepanjang tiga milennia, mengalir berurutan,
memasuki Nusantara dari India, dari Cina, dari Timur Tengah, dari Eropa terwakili di tempattempat tertentu: di Bali yang Hindu, di permukiman Cina di Jakarta, Semarang atau
Surabaya, di pusat-pusat Muslim di Aceh, Makasar atau Dataran Tinggi Padang; di daerahdaerah Minahasa dan Ambon yang Calvinis, atau daerah-daerah Flores dan Timor yang
Katolik.
Lebih lanjut, Geertz menunjukkan fakta tentang situasi masyarakat
Indonesia, sebagai berikut:
Rentang struktur sosialnya juga lebar, dan merangkum: sistem-sistem kekuasaan MelayuPolynesia di pedalaman Kalimantan atau Sulawesi, desa-desa tradisional di dataran rendah di
sepanjang sungai Jawa Tengah dan Jawa Timur; desa-desa nelayan dan penyelundupan yang
berorientasi pasar di pantai-pantai Kalimantan dan Sulawesi; ibu-ibu kota provinsi yang
kumuh dan kota-kota kecil di Jawa dan pulau-pulau seberang; dan kota-kota metropolitan yang
besar, terasing, dan setengah modern seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar.
Keanekaragaman bentuk perekonomian sistem-sistem stratifikasi, atau aturan kekerabatan juga
melimpah ruah.
Bahkan menurut Geertz (1996) sebagaimana dikemukakan F Budi Hardiman (2005:viii)
dalam pengantarnya untuk buku Kewarganegaraan Multikultural karya Will Kymlicka,
menyatakan sebagai berikut:
Indonesia ini sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan anatominya secara
persis. Negara ini bukan saja multi-etnis (Dayak, Kutai, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Batak,
Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), tetapi juga menjadi medan pertarungan pengaruh multimental dan ideologi (India, Cina, Belanda, Portugis, Hinduisme, Budhisme, Konfusianisme,
Islam, Kristen, Kapitalisme, dan seterusnya). Indonesia demikian tulisnya, adalah sejumlah
bangsa dengan ukuran, makna dan karakter yang berbeda-beda yang melalui sebuah narasi

agung yang bersifat historis, ideologis, religius atau semacam itu disambung-sambung menjadi
sebuah struktur ekonomis dan politis bersama.
Kusumohamidjojo (2000:16) melukiskan kebhinnekaan Indonesia, yang kenyataannya
sudah diketahui dan ditandai ketika para penjelajah mancanegara mulai mendarati pantai-pantai
kepulauan Nusantara itu ke dalam dua dimensi, geografis dan etnografis.
Pertama, dimensi geografis sebagaimana merupakan hasil pengamatan dari Alfred Wallace
dan Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Geografi sebagai Garis Wallacea yang
membentang dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga ke Selat Lombok di selatan,
dan Garis Weber yang membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara melalui Laut
Seram hingga ke Laut Timor di selatan. Garis Wallacea dan Weber secara fisiko-geografis
membedakan Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang meliputi pulau-pulau Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi pulau-pulau
Sulawesi dan sebagian pulau-pulau Nusa Tenggara sebelah Barat), dan dari Dangkalan Sahul di
sebelah timur (yang meliputi kepulauan Halmahera, Aru dan Papua). Kebedaan itu merupakan
akibat dari proses perkembangan fisiko- geografis yang ditinggalkan oleh akhir Zaman Es.
Kebedaan

geografis

itu berakibat menentukan pada kebedaan dunia flora dan fauna dari

masing-masing kelompok kepulauan itu.


Dimensi kedua adalah dimensi yang etnografis, yang merupakan perpaduan konsekuensi
dari dimensi fisiko-geografis dan proses migrasi bangsa- bangsa purba. Dalam kerangka
dimensi entografis itu kita lalu dapat melihat adanya perbedaan etnis pada penduduk yang
mendiami berbagai pulau-pulau Nusantara. Dari hasil penelitian yang dilakukan seorang
antropolog Junus Melalatoa (1995) yang kemudian hasil penelitian ini diterbitkan sebagai
Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (Depdikbud, 1995) diketahui adanya tidak kurang dari
500 suku bangsa yang mendiami wilayah negara yang kita sepakati bersama-sama bernama
Indonesia ini, mereka mendiami sekitar 17.000 pulau besar dan kecil, berpenghuni atau tidak
berpenghuni.
Uraian di atas sebenarnya menunjukkan bahwa betapa sulitnya merumuskan apakah
bangsa Indonesia itu sebenarnya. Tentu saja akan banyak pengertian yang muncul. Presiden
Soekarno, menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang menurut

wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara bersama di wilayah nusantara dari ujung Barat
(Sabang) sampai ujung Timur (Merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (kehendak
bersama, pendapat

Ernest

Renan)

dan

Charactergemeinschaft

(persatuan

karakter,

menurut Otto Bauer) yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42). Tilaar (2007:38)
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai
suku bangsa yang mendiami wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan.
Seorang merupakan bangsa Indonesia kalau dia itu menganggap bagian dari nation
Indonesia, yaitu suatu kesatuan solidaritas dari seseorang tehadap tujuan bersama masyarakat
Indonesia. Kesatuan solidaritas itu berasal dari nation-nation yang

sudah

lama

ada

di

kepulauan nusantara, seperti bangsa Jawa, bangsa Minang, bangsa Minahasa, bangsa
Papua. Demikian pula suku bangsa yang lainnya di nusantara termasuk suku-suku keturunan
Cina, Arab, dan lainnya yang telah menganggap kepulauan nusantara ini sebagai tanah airnya.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia (Winarno,
2007:42) adalah sebagai berikut:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
4.

Sabang sampai Merauke.


Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.

Keanggotaan seseorang sebagai bangsa Indonesia bukan berarti ia melepaskan keanggotaan dari
suatu kesatuan sosial lainnya seperti keanggotaannya sebagai suku Jawa, sebagai umat
penganut dari suatu agama. Menurut Tilaar (2007:32), seseorang termasuk bangsa Indonesia
adalah seseorang yang memiliki perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaanperasaan tertentu yang merupakan jati diri (identitas) bangsa Indonesia.
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL

Proses pembentukan bangsa negara membutuhkan identitas-identitas untuk menyatukan


masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas
bersama suatu bangsa menurut Ramlan Surbakti (1999) meliputi primordial, sakral, tokoh,
kesediaan bersatu dalam perbedaan, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan
Surbakti, 1999).
Pertama, faktor-faktor primordial ini meliputi: kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku
bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat. Faktor primodial merupakan identitas
yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga mereka dapat membentuk bangsa
negara. Kedua, Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau
ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila.
Ketiga, tokoh. Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma
Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.
Keempat, prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity). Yang
disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang
disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat,
ras, agamanya. Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga
setia pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan
negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang
terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup
bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga
negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas
bersama yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam
perbedaan (unity in deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).

Kelima, sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Keenam, perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi

pekerjaan

profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan
saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile
Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti
Amerika Utara dan Eropa Barat.
Terakhir, lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga- lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul

dan

golongannya

dalam

masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu
bangsa.
IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
Identitas nasional merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari masa lalu dan dirasakan
sebagai pemilikan bersama, sehingga tampak kelihatan di dalam keseharian
seseorang dalam
identitas-identitas

komunitasnya (Tilaar, 2007:27). Identitas


yang

sifatnya

nasional

tingkah

laku

merujuk

pada

nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder.

Bersifat buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga
bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena identitas
nasional lahir belakangan dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah
dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu,
warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu perjuangan panjang di
antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan identitas nasional adalah

hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dapat terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju
degan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok bangsa lainnya. Setiap kelompok
bangsa di dalam negara, umumnya mengingingkan identitasnya dijadikan atau diangkat sebagai
identitas nasional yang tentu saja belum tentu diterima oleh kelompok bangsa lain.
Inilah yang menyebabkan sebuah negara-bangsa yang baru merdeka mengalami pertikaian
intern yang berlarut-larut demi untuk saling mengangkat identitas kesukubangsaan menjadi
identitas nasional.
Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apa- apa yang dapat menjadi
identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil dalam membentuk
identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideologi Pancasila sebagai identitas
nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di antara warga bangsa.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang
kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai
identitas nasional Indonesia.
2. Sang merah putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti berani dan putih berarti
suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama
kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
3. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya pertama kali
dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II.
4. Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai lambang
negara.
5. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu
jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan
untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas

nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi)
bangsa.
7. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945 merupakan
hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan
perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
9. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
10. Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah
diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok
bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.
Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah diawali
dengan adanya kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negara- negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh
kuat dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.

3. Negara dan Konstitusi


PENGERTIAN KONSTITUSI
Kata Konstitusi berarti pembentukan, berasal dari kata kerja yaitu constituer
(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi
mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang

negara.Belanda menggunakan istilah Grondwet yaitu berarti suatu undang-undang yang


menjadi dasar (grond) dari segala hukum.Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
Undang-undang Dasar. Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a
constitution dapat dijawab bahwa a constitution is a document which contains the rules for
the the operation of an organization Organisasi dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas
strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki
naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh
kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk menandakan keputusan
subsitusi tertentu terutama dari Paus.Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah
dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara,
namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa
dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi
harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang
dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau
hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu
konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution).Ini
diartikan seperti halnya Hukum Tertulis (geschreven Recht) yang termuat dalam undangundang dan Hukum Tidak Tertulis (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan.Dalam
karangan Constitution of Nations, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia
mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.

A. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis


Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi pertama
untuk menegakkan suatu bangunan besar yang disebut negara.Sendi-sendi itu tentunya harus
kokoh, kuat dan tidak mudah runtuh agar bangunan negara tetap tegak berdiri.Ada dua macam
konstitusi di dunia, yaitu Konstitusi Tertulis (Written Constitution) dan Konstitusi Tidak
Tertulis (Unwritten Constitution), ini diartikan seperti halnya Hukum Tertulis (geschreven
Recht) yang trmuat dalam undang-undang dan Hukum Tidak Tertulis (ongeschreven recht)

yang berdasar adat kebiasaan.Dalam karangan Constitution of Nations, Amos J. Peaslee


menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan
Kanada. Di beberapa negara ada dokumen tetapi tidak disebut konstitusi walaupun sebenarnya
materi muatannya tidak berbeda dengan apa yang di negara lain disebut konstitusi. Ivor Jenning
dalam buku (The Law and The Constitution) menyatakan di negara-negara dengan konstitusi
tertulis ada dokumen tertentu yang menentukan:
a. Adanya wewenang dan tata cara bekerja lembaga kenegaraan
b. Aadanya ketentuan berbagai hak asasi dari warga negara yang diakui dan dilindungi.
Di inggris baik lembaga-lembaga negara termaksud dalam huruf a maupun pada huruf b yang
dilindungi, tetapi tidak termuat dalam suatu dokumen tertentu. Dokumen-dokumen tertulis hanya
memuat beberapa lembaga-lembaga negara dan beberapa hak asasi yang dilindungi, satu
dokumen dengan yang lain tidak sama. Karenanya dilakukan pilihan-pilihan di antara dokumen
itu untuk dimuat dalam konstitusi.Pilihan di Inggris tidak ada.Penulis Inggris yang akhirnya
memilih lembaga-lembaga mana dan hak asasi mana oleh mereka yang dianggap
constitutional.
Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek.Konstitusi yang
terpanjang adalah India dengan 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 pasal,
Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan Columbia
218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda 210 pasal. Konstitusi
terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45
pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal.

TUJUAN DARI KONSTITUSI


Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari
hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama
deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:

1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing.


2. Hubungan antar lembaga negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik.Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembagalembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah
penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi.Bahkan terdapat hak-hak
asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan
dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturanaturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang
terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H.
Hamilton menyatakan Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in
the power of words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to
keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sede-mikian rupa, sehingga dinamika
kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya.
Gagasan mengatur dan membatasi kekua-saan ini secara alamiah muncul karena adanya
kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan
umat manusia.
KONSTITUSI DI NEGARA INDONESIA
Konstitusi dalam praktik ketatanegaraan dapat diartikan sebagai undang-undang dasar
suatu Negara.Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berlaku adalah Undang-Undang
Dasar 1945 beserta amamdemennya. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sebagian dari
hukum dasar, yaitu khusus hukum dasar tertulis, yang di sampingnya masih ada hukum dasar
tidak tertulis.Hukum dasar tertulis merupakan konstitusi.Hukum dasar tertulis ini terdiri atas
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjalasan, sebagai satu kesatuan organic yang masing-masing
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.
Sifat-sifat hukum tertulis antara lain :
1. Merupakan hukum yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun rakyat
sebagai warga Negara

2. Berisi norma-norma, aturan atau ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan.
3. Merupakan perudangan-undangan yang tertinggi dan berfungsi sebagai alat control terhadap
norma-norma hukum yang lebih rendah.
4. Memuat aturan-aturan pokok yang bersifat singkat dan supel serta memuat hak asasi manusia,
sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman.
A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
Sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945, dikenal tujuh
kunci pokok system pemerintahan Negara yang dibagi dua kelompok yaitu system dasar dan
system pelaksana.
Sistem Negara Hukum
Yaitu Negara yang berdasarkan atas hukum ( Rechtsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaaan belaka (Machtsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa Negara termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga Negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi
oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas system kontitusi (hukum dasar), tidak bersifat absulitisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan ketegasan bahwa cara pengendalian
pemerintah dibatasi ketentuan-ketentuan konstitusi serta ketentuan-ketentuan hukum lain yang
merupakan produk konstitusional seperti GBHN dan UU. Dengan landasan kedua system itu,
system Negara hukum dan system konstitusioanal, diciptakan system mekanisme hubungan
tugas dan hukum antara lembaga-lembaga Negara yang dapat menjamin terlaksananya system itu
sendiri serta dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.
Sistem Pelaksana
Lembaga Negara yang tercantum dalam system pelaksana pemerintahan ada tiga lembaga
Negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan Negara yang Tertinggi di tangan rakyat

Sebelum amandemen dirumuskan, kekuasaan Negara yang Tertinggi di tangan Majelis


Permusyawaratan Rakyat (MPR). Tugas dan wewenang MPR adalah:
1. Menetapkan Undang-Undang Dasar dan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
2. Mengangkat kepala negara dan wakil kepala Negara.
3. Memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedang presiden harus menjalankan haluan negara
menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh majelis.
Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR.Sebelum
amandemen dirumuskan Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
dibawah majelis. Berdasarkan Undang-Undang 1945 hasil amandemen Presiden dan wakil
presiden dipilih oleh rakyat .Maka logis bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan Presiden
disamping MPR dan DPR, dan Presiden bukan sebagai mandataris majelis.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat
Menurut sistem pemerintahan ini presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Akan
tetapi presiden bekerja sama dengan dewan. Dalam pembuatan Undang-Undang, sesuai UUD
1945 hasil amandemen yaitu presiden berhak mengajukan rancangan Undang-Undang kepada
DPR, dan rancangan Undang-Undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memerhatikan pertimbangan DPD. Presiden harus
mendapatkan persetujuan DPR.
Menteri Negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
kepada dewan perwakilan rakyat.
Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 sebagai berikut :presiden mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri itu tidak bertanggung jawab kepada
DPR. Kedudukannya tidak tergantung daripada dewan, akan tetapi tergantung pada Presiden.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Dalam sistem ini kedudukan dan peranan DPR adalah kuat.DPR tidak dapat dibubarkan
oleh presiden tetapi DPR pemegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dan setiap
rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.Jadi sesuai dengan sistem ini maka kebijaksanaan atau tindakan Presiden dibatasi pula
oleh adanya pengawasan yang efektif oleh DPR.
HUBUNGAN NEGARA DAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasalpasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45
tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan
dasar negara.
HUBUNGAN PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa.Pada masa lalu timbul suatu
permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan
suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup.Hal ini
dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar konstitusi. Pancasila
disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori
Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai
validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang
mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.Teori Nawiaky
disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut teori
tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu
Staatsfundamental

norma

adalah

sebagai

syarat

bagi

berlakunya

Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.


PERUBAHAN DAN MACAM-MACAM PERUBAHAN KONSTITUSI

suatu

konstitusi.

Dari segi tata bahasa kata Amandemen sama dengan amandement. Secara harfiah
amandement dalam bahasa Indonesia berarti mengubah. Mengubah maupun perubahan berasal
dari kata dasar ubah yang berarti lain atau beda. Mengubah mengandung arti menjadi lain sedang
perubahan diartikan hal berubahnya sesuatu; pertukaran atau peralihan. Dapat kita jabarkan
bahwa perubahan yang oleh John M Echlos dan Hasan Shadily juga disebut amandemen tidak
saja berarti menjadi lain isi serta bunyi ketentuan dalam UUD, akan tetapi juga mengandung
sesuatu yang merupakan tambahan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD yang sebelumnya
tidak terdapat didalamnya. Menurut KC Wheare konstitusi itu harus bersifat kaku dalam aspek
perubahan. Empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan Konstitusi dengan
jalan mempersulit perubahannya adalah:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untukmenyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan.
3. Agar kekuasaan Negara serikat dan kekuasaan Negara bagian tidak diubah
semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
4. Agar supaya hak-hak perseorangan atau kelompok, seperti kelompok minoritas
agama atau kebudayaannya mendapat jaminan.

4.HUBUNGAN WARGA NEGARA DAN NEGARA


A. HUBUNGAN WARGA NEGARA DAN NEGARA
Negara merupakan Organisasi sekelompok Orang yang bersama-sama mendiami dan tinggal di
satu wilayah dan mengakui suatu pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara secara
konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26 ayat 1,
warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap
setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut sistem Pemerintahan
Demokrasi sesuai dengan Pancasila. Dimana Warga Negaranya diberi kebebasan untuk

menyalurkan Aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif. Sistem demokrasi ini
menandakan bahwa Indonesia sangat menghargai Warga Negaranya sebagai mahluk ciptaan
Allah SWT dan mengakui persamaan derajat Manusia. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945,
Tujuan Negara Republik Indonesia :
-

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia Tidak akan ada Negara tanpa Warga Negara.

Warga Negara merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya Negara. Warga Negara dan
Negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan
memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang berupa hubungan timbal balik. Warga negara
mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara
mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dan
penghidupan yang layak dari negara, sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan
pembelaan dan penjagaan nama baik dari Warga Negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak
negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak
warga negara. Selain itu, tentunya kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, memiliki
banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk Negara. Diantaranya yang terpenting adalah
mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara membuat suatu peraturan dan hukum, pasti
bertujuan yang baik untuk kelangsungan hidup dan tertatanya suatu Negara. Hukum di Indonesia
jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2 :
a. Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP)
b. Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres, Adat).
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus diperintah dapat
berperan aktif dalam melaksanakan bela Negara. Membela Negara tidak harus dalam wujud
perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
seperti :
1
2
3
4

Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti Siskamling)


Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Mengikuti kegiatan Ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.

Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu dengan melakukan kegiatankegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air
Indonesia. Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya (pemerintah) sangat
diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan NKRI yang tercantum di UUD 1945.
Apabila warga negara mematuhi hukum dan peraturan negara, dan negara (pemerintah)
menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya, maka terwujudlah
Indonesia yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah kita saling menghargai satu sama
lain demi Indonesia.

1. KATEGORI HUBUNGAN WARGA DENGAN NEGARA


Hubungan warga negara dengan negara dikategorikan sebagai :
a. Hubungan yang bersift emosional. Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat emosional , menumbuhkan nilai nilai pada setiap warga negara dalam dirinya suatu sikap
berupa kebanggaan terhadap bangsa dan negara. Cinta akan negara dan bangsa dan rela
berkorban untuk bangsa dan negara.
b. Hubungan yang bersifat formal. Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat formal, dibutuhkan seperangkat pengetahuan ilmu hukum, ketatanegaraan, sejarah
perjuangan bangsa, administrasi negara dan ilmu politik yang membekali kesadaran hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Hubungan yang bersifat fungsional. Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat fungsional, lebih banyak menggambarkan peran, fungsi dan pertisipasi warga negara
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. TEORI HUBUNGAN WARGA NEGARA DAN NEGARA
1.Pluralis Kaum pluralis berpandangan bahwa negara itu bagaikan sebuah arena tempat berbagai
golongan dalam masyarakat berlaga. Masyarakat berfungsi memberi arah pada kebijakan yang
diambil negara. Pandangan pluralis persis sebagaimana dikatakan Hobbes dan John Locke
bahwa masyarakat itu mendahului negara. Mayarakat yang menciptakan negara dan bukan
sebaliknya, sehingga secara normatif negara harus tunduk kepada masyarakat (Wibowo, 2000:
11-12).

2.Marxis Teori Marxis berpendapat bahwa negara adalah serangkaian institusi yang dipakai
kaum borjuis untuk menjalankan kekuasaannya. Dari pandangan ini, sangat jelas perbedaannya
dengan teori pluralis. Kalau teori pluralis melihat dominasi kekuasan pada warga negara,
sedangkan teori Marxis pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia, Antonio Gramsci, yang
memperkenalkan istilah hegemoni untuk menjelaskan bagaimana negara menjalankan
penindasan tetapi tanpa menyebabkan perasaan tertindas, bahkan negara dapat
melakukan kontrol kepada masyarakat (Wibowo, 2000: 15).
3.Sintesis Pandangan yang menyatukan dua pandangan tersebut adalah teori
strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Ia melihat ada kata kunci
untuk dua teori di atas yaitu struktur untuk teori Marxis dan agensi untuk Pluralis.
Giddens berhasil mempertemukan dua kata kunci tersebut. Ia berpandangan bahwa
antara struktur dan agensi harus dipandang sebagai dualitas (duality) yang selalu
berdialektik, saling mempengaruhi dan berlangsung terus menerus. (Wibowo, 2000:
21). Untuk menyederhanakan pandangan Giddens ini saya mencoba mengganti
istilah struktur sebagai negara dan agensi sebagai warga negara. Negara
mempengaruhi warga negara dalam dua arti, yaitu memampukan ( enabling ) dan
menghambat (constraining ). Bahasa digunakan oleh Giddens sebagai contoh.
Bahasa harus dipelajari dengan susah payah dari aspek kosakata maupun
gramatikanya. Keduanya merupakan rules yang benar-benar menghambat. Tetapi
dengan menguasai bahasa ia dapat berkomunikasi kepada lawan bicara tanpa
batas apapun. Contoh yang lebih konkrit adalah ketika kita mengurus KTP. Harus
menyediakan waktu khusus untuk menemui negara (RT, RW, Dukuh, Lurah dan
Camat) ini sangat menghambat, namun setelah mendapatkan KTP kita dapat
melamar pekerjaan, memiliki SIM bahkan Paspor untuk pergi ke luar negeri
(Wibowo, 2000, 21-22) Namun sebaliknya, agensi (warga negara)

juga dapat

mempengaruhi struktur, misalnya melalui demonstrasi, boikot, atau mengabaikan


aturan. Istilah yang digunakan Giddens adalah dialectic control.

Oleh karena itu dalam teori strukturasi yang menjadi pusat perhatian bukan struktur, bukan pula
agensi, melainkan social practice (Wibowo, 2000: 22). Tiga teori ini kalau digunakan untuk
melihat hubungan negara dan warga negara dalam konteks hak dan kewajiban sebagaimana yang
tertuang dalam UUD 1945, maka lebih dekat dengan teori strukturasi. Meskipun dalam UUD

1945 tidak secara eksplisit menyebutkan hak negara, namun secara implisit terdapat dalam pasalpasal tentang kewajiban warga negara. Negara memiliki hak untuk ditaati peraturannya dan hal
itu terlihat dalam social practice-nya. Negara dan warga negara masing-masing memiliki hak dan
kewajiban sesuai porsinya. Negara memiliki kewenangan untuk mengatur warga negaranya,
namun warga negara juga memiliki fungsi kontrol terhadap negara. Contoh yang bisa
menggambarkan situasi tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan Bahan Bakar
Minyak (BBM). Beberapa kali pemerintah menaikkan BBM karena alasan pertimbangan
menyelamatkan APBN, namun pada kesempatan lain atas desakan kuat dari masyarakat
akhirnya kenaikan BBM dibatalkan.
3 Asas, Sifat, Wujud Hubungan Negara dan Warga Neagara
1) Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara Asas hubungan warga negara dengan negara
ada 2 yaitu, asas demokrasi dan asas kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi:
1.
2.
3.
4.

Pancasila
Pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV
UUD 1945
Pasal 33 UUD 1945

Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan Jiwa kekeluargaan dalam hukum
adat dan pembangunan 2) Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara a) Hubungan yang
bersifat hukum Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah sesuai dengan elemen
atau ciri-ciri negara hukum Pancasila , yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan


Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga Negara
Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga Negara
Prinisp penyelesaian snegketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana

terakhir.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
(Hadjoen, 1987: 90) Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di sesuaikan juga
dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu ... Memelihara dan mengembangkan budi
pekerti kemanusiaan serta cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang maha
esa (Klili Rasjididan Arief Sidharta, 1988: 172). b) Hubungan yang bersifat politik. Kegiatan
poliik (Peran politik) warga negara ldama bentuk partisipasi (mempengaruhi pembuatan
kebijaksanaan) dan dalam bentuk subyek (terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya :

Menerima perauran yang telah di tetapkan. Sifat hubungan politik antara warganegara dengan
pemerintah di Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat menunjang terwujudnya
pengambilan keputusan politik secara musyawarah mufakat, sehingga kehidupan politik yang
dinamis dalam kestabilan juga masih terwujud. 3) Wujud Hubungan Warga Negara dengan
Negara a) peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan perudnang-undangan yang
berlaku sebagai cermin dari seorang warga negara yang taat dan patuh kepada negara. Contoh :
membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas. b) Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga
negara untuk ikut serta mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara Contoh :
memberikan Hak suara pada saat pemilu c) Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga
negara untuk meminta pelayanan dari negara / pemerintah sebagai konskeuensi dari fungsi
pemerintah sebagai pelayanan umum (public service) Contoh : mendirikan lembaga sosial
masyarakat LSM) d) Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk menolak
campr tangan pemerintah dalma persoalan yang bersifat pribadi. Contoh : Kebebasan warga
negara untuk memeluk ajaran agama yang diyakininya.
4. Hubungan Peran Warga Negara Dan Demokrasi Politik
Demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, karena nilai yang terkandung di
dalamnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara
yang baik. Demokrasi di pandang penting karena merupakan alat yang dapat di gunakan untuk
mewujudkan kebaikan bersama atau masyarakat dan pemerintahannya yang baik ( good society
and good goverment ). Nilai-nilai Demokrasi memang sangat menghargai martabat manusia,
namun pilihan apakah demokrasi liberal atau demokrasi yang lain yang akan di terapkan hal ini
tidak dapat lepas dari konteks masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai demokrasi menurut
Sigmund Neuman (Miriam Budiardjo, ed, 1980:156) adalah : Sebagai zoon politikon, Setiap
generasi dan masyarakat harus menemukan alannya sendiri yang berguna untuk sampai kepada
kekuasaan. Kebesaran domokrasi terletak dalam hal ia memberikan setiap hari kepada manusia
untuk mempergunakan kebebasannya serta dapat memenuhi kewajiban sehingga menjadikan
pribadi yang baik. Henry B Mayo mengajukan beberapa nilai demokrasi antara lain :

Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela


Menjamin terjadinya perubahan secara damai
Pergantiaan penguasa dengan teratur
Penggunaan paksaan sedikit mungkin

Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman


Menegakkan keadilan

DEMOKRASI POLITIK
Literatur ilmu politik pada umumnya memberikan konsep dasar demokrasi. Apapun label yang
di berikan kepadanya, Konsep demokrasi selalu merujuk pada pemerintahan oleh rakyat.
Menurut Henry B Mayo Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijakan umum di
tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang di awasi oleh rakyat dalam
pemilihan- pemilihan berkala yang di dasarkan atas prinsip kesamaan politik dan di
selenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
1. Persamaan Mengandung 5 ( lima ) ide yang terpisah dalam kombinasi yang berbeda yaitu
persamaan politik di muka umum, kesempatan,ekonomi, sosial atau hak.
2. Kebebasan atau Kemerdekaan
Mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan
pengengkangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu kemerdekaan biasanya mengacu
kepada kebebasan sosial dan politik. Sumber hak dapat bersifat alamiah ( hak
asas ) dan yang berasal dari pemerintah ( hak sipil ).
Hak-hak sipil antara lain mencakup :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Hak untuk memilih/memberikan suara


Kebebasan berbicara
Kebebasan pers
Kebebasan beragama
Kebebasan bergerak
Kebebasan berkumpul
Kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh system politik atau hokum

5.Demokrasi Indonesia
Pengertian demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi secara bahasa Demokrasi adalah
Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup bernegara antara abad
ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikan pada waktu itu adalah demokrasi

langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan
karena yunani pada waktu itu berupa Negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada
sebuah kota dan daerah sekitarnya, yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Meskipun ada
keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan
budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di
mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik di selenggarakan oleh warga
Negara melalui wakil-wakil yang di pilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada
mereka melalui proses pemilihan yang bebas.
Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu system pemerintahan dalam mana mayoritas
anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar system perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintahan akhirnya bmempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas.
Menurut Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat
keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu di pilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur, dan berkala dan di dalam system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara
dan hamper semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Negara
tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.

Teori-teori dan model-model demokrasi

A.

Berikut ini empat teori demokrasi yang dalam prakteknya akan

membawa makna tertentu bagi semua negara saat ini :

Teori demokrasi ekonomis


Teori demokrasi ini berpandangan bahwa fungsi demokrasi pada prinsipnya sama dengan pasar
dalam ekonomi. Kaum elit menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah
politik suatu Negara. Kemudian rakyat memilih di antara elit-elit tersebut meskipun mereka tidak
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perumusan maupun pelaksanaan programprogram yang di tawarkan. Baik elit yang bertujuan untuk mendapatkan jabatan, kekuasaan dan
penghasilan maupun para pemilih yang bertindak untuk kepentingan pribadinya. Tetapi
melalui pemilihan umum yang demokratis kedua pihak pada akhirnya akan memperoleh apa
yang

mereka

harapkan.

Elit-elit

politik

mengejar

jabatan

bukan

untuk mencapai

kepentingan politik yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu tetapi untuk mendapatkan
keuntungan dari jabatannya seperti kekuasaan, penghargaan, dan penghasilan. Tetapi untuk
mendapatkan dukungan mayoritas suara mereka harus menumbuhkan kepercayaan dari para
pemilih. Mereka hanya akan berhasil apabila para pemilih menentukan pilihan yang sesuai
dengan kepentingannya dan program yang di tawarkan oleh elit politik tersebut cocok dengan
keinginan mayoritas pemilih. Para elit yang bersaing pada prinsipnya bersedia menawarkan
semua program kepada masyarakat pemilih melalui kampanye terbuka. Selain itu mereka juga
berusaha melaksanakan program-program tersebut dengan sebaik- baiknya sehingga bisa meraih
suara mayoritas dalam pemilihan berikutnya.
Dalam konteks teori ini hanya pasar suara yang di jamin oleh system demokratis, yang
memberikan jaminan bahwa kepentingan masing-masing pemilih akan di perhatikan oleh
pemimpin politik demi mencapai kekuasaannya. Menurut teori ini hal-hal seperti sikap
demokratis para pemilih dan elit, luasnya partisipasi warga pada pembentukan kehendak politik
dan pengawasan terhadap pelaksanaan kekuasaan tidak diperlukan untuk mrnciptakan demokrasi
yang baik. Yang terpenting bagi teori ini hanya system pemilihan umum yang mengamankan
pasar politik dan masyarakat bebas yang menjamin arus informasi.

Teori demokrasi langsung

Demokrasi langsung muncul dari pengalaman bahwa wakil-walkil politik maupun lembagalembaga politik seperti partai, pemerintah dan parlemen pada umumnya berusaha untuk
memisahkan diri dari kepentingan rakyat. Mereka hanya memperjuangkan kepentingannya
sendiri dan kemudian secara perlahan mengabaikan kepentingan rakyat yang di wakilinya.
Demokrasi langsung berkeyakinan bahwa pada akhirnya tidak perlu ada pemisahan antara
pemerintahan dan rakyat demi mencapai tujuan demokrasi.
Masyarakat

yang

dapat

mengatur

kehidupannya

sendiri

secara

demokratis

dapat

mempraktekan demokrasi langsung dan tidak memerlukan lembaga-lembaga atau organisasiorganisasi sebagai perantara. Dalam demokrasi langsung waraga masyarakat dapat
merumuskan kepentingan bersama dan menemukan alternative pemecahan masalah serta
melaksanakanya dalam semangat kebersamaan. Menurut pandangan ini masyarakat sipil
merupakan satu-satunya wadah pembuat keputusan politik yang memadai untuk semua masalah
politik. Dengan demikian kehendak rakyat dapat diwujudkan dalam praktek keputusan politik
tanpa perantara dan tanpa manipulasi.

Demokrasi media yang populistik


Demokrasi media Populistik lebih merupakan bentuk kegiatan tertentu dari demokrasi ketimbang
sebuah model normative dari demokrasi modern. Dalam masyarakat modern politik sepenuhnya
ditentukan oleh media khususnya televisi. Demokrasi media merupakan suatu
fenomena dimana media masa khususnya televisi tidak hanya mempengaruhi masyarakat yang
kesadaran politik dan opini masyarakat, tapi juga perilaku para politisi dan lembaga politik.
Dalam demokrasi media massa masih terdapat partai-partai, asosiasi-asosiasi dan masyarakat
bebas, tetapi fungsi dan peran mereka mengalami perubahan yang besar. Dalam demokrasi media
pembentukan kehendak rakyat secara demokrasi dan pelaksanaanya dalam system politik
tidak lagi memainkan peran sentral.

Demokrasi partai yang partisipatif


Sesuai dengan namanya model ini berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ketiga teori
yang telah disebutkan diatas. Demokrasi partai pluralistic dapat menggabungkan efisiensi politik
dan partisipasi. Dalam demokrasi multipartai terjadi persaingan sejumlah partai untuk meraih
pengauh dan kekuasaan, maupun untuk merencanakan kondisi kehidupan masyarakat. Disatu
pihak, partai-partai merupakan organisasi besar dengan tingkat sentralisasi tertentu dan hadir
diseluruh wilayah Negara. Jika mereka terorganisir dengan baik maka mereka akan
mampu melakukan pembentukan aspirasi politik pada tingkat akar rumput, seperti di
kabupaten, kecamatan dan desa. Mereka juga akan mampu menggabungkan langkah-langkah
pengambilan keputusan pada semua tingkatan organisasi diseluruh wilayah Negara sampai
ketingkat nasional. Demokrasi partai yang berfungsi dengan baik berakar dalam masyarakat sipil
yang aktif dan efektif.

B. Dua model demokrasi


Filsafat politik yang mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat Universal dan dapat
diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini. Sebaliknya model-model yang berkembang
diberbagai masyarakat dalam berbagai era sangat bervariasi. Model-model tersebut dapat
dibagi menurut dua perspektif yang berbeda.

Demokrasi Presidensial atau Parlementer.


Dalam demokrasi presidensial presiden memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan keputusan
dan kekuasaan politik yang kuat pula. Kekuasaan politik presiden sering kali disejajarkan dengan
parlemen atau bahkan lebih kuat dari parlemen. Sebaliknya dalam demokrasi Parlementer,
parlemenlah satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk pengambilan keputusan.
Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada tugas-tugas mewakili Negara dan penengah dalam
situasi konflik. Dalam demokrasi parlementer kekuasaan pengambilan keputusan politik
dijalankan oleh wakil-wakil rakyat sesuai dengan hasil pemilihan umum. Sebaliknya dalam
demokrasi presidensial kepala Negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat merupakan

pusat kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh baik dalam pembentukan pemerintahan
maupun penyusunan undang-undang.
Sesuai dengan budaya politik dalam pengalaman sebuah masyarakat, maka demokrasi
presidensial secara lebih kuat dapat menciptakanunsur kesinambungan dan stabilitas dalam
proses politik.Demokrasi presidensial memerlukan pembatasan kekuasaan yang jelas, untuk
menghindari terjadinya konsentrasi kekuasaan yana hamper menyerupai dictator. Jika
lembaga-lembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat sipil
lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat merosot secara tak terkendali dan bahkan pada
akhirnya menjadi sebuah kediktatoran.

Demokrasi perwakilan atau demokrasi langsung


Demokrasi

perwakilan

mempercayakan

sepenuhnya

pengambilan

keputusan

ditingkat

parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi langsung akan mengalihkan sebanyak
mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum, jajak
pendapat rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan

sebanyak mungkin keputusan

ketingkat komunitas local. Norma-norma dan aturan dasar demokrasi bersifat universal tetapi
cara pelaksanaanya harus diputuskan secara pragmatis sesuai dengan preferensi masyarakat
tertentu.

Demokratisasi
Sebelum kita berbicara mengenai negara demokrasi, kita harus mengenal terlebih dahulu
istilah demokratisasi, yaitu suatu penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang
bercirikan demokrasi. Demokratisasi melalui beberapa tahap:
1. Tahapan pertama adalah penggantian dari penguasa non demokrasi ke penguasa demokrasi.
2. Tahapan kedua adalah pembentukkan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.

3. Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi.


4. Tahapan keempat adalah politik demokrasi sebagai budaya bernegara.
Negara demokrasi
Negara demokrasi adalah suatu negara yang menganut sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut
infrastruktur politik maupun suprastruktur politik berbeda satu dengan yang lain. Dilihat dari
paham yang dianut demokrasi dapat dibedakan menjadi:
1) Demokrasi Liberal (Negara Barat)
Sistem pemerintahan ini diterapakan di negara barat, kebebasan individu untuk bergerak, berpikir
dan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung tinggi. Dengan demikian, persamaan hak dalam
bidang politik sangat dijunjung tinggi, namun pada bidang ekonomi tetap memegang persaingan
bebas. Akibatnya terjadi kesenjangan antara golongan ekonomi kuat (kapitalis) dan golonagan
ekonomi lemah (buruh). Di negara yang menganut demokrasi liberal system masyarakatnya
bebas merdeka, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia setinggi-tingginya, bahkan kadangkadang diatas kepentingan umum.
2) Demokrasi Sosialis (Negara Komunis)
Di negara yang menerapkan demokrasi sosialis menitikberatkan pada paham kesamaan
yang menghapus perbedaan antara kelas sesama rakyat. Oleh sebab itu, pada negara sosialis
tidak ada hak perseorangan, yang ada adalah hak kolektif atau hak umum. Untuk mencapai
masyarakat sosialis yang sejahtera dan sama rata (tujuan negara) pada masyarakat itu masih
berlaku kediktatoran proletar atau kediktatoran mayoritas (buruh dan tani). Akan tetapi,
kekuasaan negara hanya dikendalikan oleh satu partai yaitu komunis baik pada bidang legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan legislatif meliputi dua badan yaitu Dewan Uni atau Majelis
Rendah yang anggotanya dipilih oleh rakyat, dan Dewan Nasional yang anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat negara bagian Badan eksekutif memegang kekuasaan sangat luas, antara
lain mengeluarkan keputusan- keputusan dan dekrit bahkan kalau perlu memberhentikan anggota
kabinet.

3) Demokrasi Pancasila
Pada hakikatnya Demokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan yang tertinggi ada di
tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai
dengan hati nurani yang luhur. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga mencapai mufakat. Perwakilan adalah prosedur peran serta rakyat dalam pemerintahan
yang dilakukan melalui badan perwakilan.
Dari uraian di atas demokrasi Pancasila dapat diartikan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beadab, Persatuan Indonesiaserta untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
bersumberkan pada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Ciri-ciri Negara Demokrasi menurut Bingham Power Jr, yaitu :
1. Legitimasi pemerintah
2. Pengaturan organisasi secara teratur dalam negara paling tidak terdapat 2 partai politik
3. Setiap warga negara sudah memenuhi syarat berhak dalam pemilu
4. Setiap warga negara dalam pemilu dijamin kerahasiaannya
5. Masyarakat dijamin kebebasannya
Masalah-masalah dalam Negara demokrasi
1. Demokrasi dan ekonomi
Menurut persepsi liberal klasik, ekonomi adalah wilayah di luar kewenangan negara. Meskipun
negara harus menciptakan jaminan dan syarat-syarat bagi berjalannya ekonomi tersebut, tetapi

Negara tidak bertanggung jawab secara langsung dan tidak memiliki kewenangan sah untuk
melakukan intervensi atau kontrolterhadap ekonomi. Teori ini tidak dapat dipertahankan dari
sudut pandang model demokrasi yang berdasarkan kedaulatan hukum. Oleh karena itu, negara
demokrasi yang mengakui kedaulatan hukum memiliki komitmen dan diberi wewenang untuk
melakukan intervensi dalam ekonomi dengan maksud untuk melindungi dan membentuk
kondisi-kondisi ekonomi rakyat dan implikasinya.
Negara juga berkewajiban untuk menjamin stabilitas nilai tukar mata uang dan kondisi kerja
yang manusiawi. Selain itu Negara juga harus mencegah penyalahgunaan kekuasan ekonomi
terhadap pekerja perusahaan-perusahaan bisnis terhadap politik serta kekuatan-kekuatan lainnya.
Kalau pasar dibiarkan berjalan menurut kekuatannya sendiri, maka perekonomian akan
mengalami siklus kegairahan atau pertumbuhan ekonomi, depresi dan krisis. Dengan demikian
akan muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja dan ketersediaan
lapangan kerja. Selain itu negara juga mengalami kesulitan dalam hal pemungutan pajak.
2.Kemerosotan Demokrasi
Demokrasi yang sedang merosot memang ditandai dengan adanya basis demokrasi
yang penting dengan diperkenalkannya hak suara yang sama untuk semua orangdalam pemilihan
umum. Tetapi dalam berbagai aspek penting lainnya bentuk demokrasi tersebut tidak
memenuhi norma-norma demokrasi. Kalaupun norma-norma dipenuhi tingkatannya sangat tidak
memadai.
3. Musuh-musuh Demokrasi
Sistem politik negara demokrasi memiliki beberapa cirri yang tidak disukai
penentangnya. Ciri- ciri tersebut mencakup pembatasan kekuasaan politik baik oleh waktu
maupun tindakan politik tertentu. Diseluruh dunia musuh demokrasi adalah pihak yang
takut bahwa pengakuan terhadap aturan-aturan demokrasi akan menghambat pencapaian
kepentinagan politik dan sosial mereka. Mereka juga khawatir system yang demokrasi akan
menimbulkan berbagai kerugian terhadap kepentingan mereka.
4.Pandangan kedepan

Demokrasi tidak bisa bertahan dalam jangkan panjang tanpa adanya jumlah pendukung
demokrasi yang memadai. Pendukung-pedukung tersebut benar-benar mengenal lembagalembaga dan pilihan-pilihan demokrasi. Mereka mendukung demokrasi dengan sepenuh hati
berdasarkan keyakinannya tentang prinsip tersebut. Mereka bahkan memberikan nafas hidup
bagi demokrasi melalui keterlibatannya secara nyata dalam demokrasi.
Demokrasi juga ditopang oleh kemampuannya untuk senantiasa menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapin oleh masyarakat secara menyakinkan dan efektif. Dengan demikian
demokrasi memerlukan perhatian terus menerus dari para democrat bahkan di negara-negara
yang sudah memiliki lembaga-lembaga yang dapat diandalkan. Demokrasi menjadi kuat karena
tahan uji dan dapat mengelola konflik kepentingan dan nilai yang bisa menhancurkan
kediktatoran. Demokrasi menjadi rentan karena tidak dapat bertahan kalau orang tidak
menaruh kepercayaan terhadap demokrasi.
Selain itu demokrasi tersebut juga diterima demi kepentingan seluruh warga Negara dengan
menggunakan instrument kekuasaan yang sah. Dalam dunia zaman ini tugas demokrasi untuk
masa depan terletak dalam perluasannya menjangkau arena global.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu Negara yang merupakan system demokrasi dalam system
pemerintahannya.

Indonesia

merupakan

salah

satu

Negara

demokrasi

yang

dalam

pemerintahan telah ditentukan dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menggunakan demokrasi
pancasila. Mengenai mekanisme atau pelaksanaan demokrasi pancasila sudah diatur dalam UUD
1945, baik yang bertalian dengan pelaksanaan demokrasi pancasila pada lembaga- lembaga
konstitusional ditingkat pusat maupun yang bertalian dengan pelaksanaan demokrasi pancasila
pada lembaga-lembaga konstitusional ditingkat daerah.
Mekanisme Pada Lembaga-lembaga Konstitusional Tingkat Pusat

Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada lembaga-lembaga pusat menurut UUD 1945, harus
mengikuti prinsip-prinsip yang termuat dalam UUD 1945. Beberapa prinsip mekanisme
demokrasi Pancasila :
1. Cita-cita Kenegaraan Kekeluargaan
2. Faham Unitarisme atau Kesatuan
3. Faham Negara Hukum
4. Faham konstitusionalisma
5. Supremasi MPR
6. Pemerintah yang Bertanggung Jawab
7. Pemerintah Berdasarkan Perwakilan
8. Sistem Pemerinyahan Presidensial
9. Pengawasan Parlemen terhadap Pemerintah

Mekanisme Pada Lembaga-lembaga Pemerintah Di Daerah


Pelaksanaan demokrasi Pancasila dibidang kehidupan politik menyangkut pula lembagalembaga Pemerintah di daerah.Dengan pengarahan-pengarahan yang diberikan dalam Garisgaris Besar Haluan Negara, maka ditetapkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok pemerintahan di Daerah :
1. Pengarahan-pengarahan dan prinsip otonomi daerah, sepanjang bersangkutan dengan daerah
otonomadalah bahwa pemberian otonomi itu haruslah sesuai dan serasi dengan pembinaan dan
kesatuan bangsa, dapat menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dan dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.
2. Pembagian wilayah Negara R.I.,Uniteritorial .
3. Lembaga-lembaga Kenegaraan di Daerah.

4. Badan Pertimbangan Daerah.


Mekanisme Pada Kehidupan Politik Rakyat
Adapun pelaksanaan pelaksanaan demokrasi Pancasilan dibidang kehidupan politik rakyat (infra
struktur politik) kita dapat berpegang pada UUD 1945 dan UU Nomor 3 tahun 1975, tentang
partai politik dan golongan karya.
Pendidikan demokrasi
Demokrasi dewasa ini ternyata memerlukan syarat hidup yaitu warga Negara yang memeliki dan
menegakan nilai-nilai demokrasi. Tersedianya demokrasi ini membutuhkan waktu yang lama,
berat dan sulit. Oleh karena itu, secara substantif berdimensi jangka panjang, guna mewujudkan
masyarkat demokratis, pendidikan demokratis mutlak diperlukan. Karena pada hakikatnya
pendidikan demokrasi adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa diterima dan
dijalankan oleh oleh warga Negara.
Tujuan pendidikan demokrasi adalah mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan
bertindak demokratis melalui aktivitas menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan,
kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional


Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan pula
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
PKN sebagai Pendidikan Demokrasi

Sekarang ini banyak kalangan menghendaki Pendidikan Kewarganegaraan baik sebagai mata
pelajaran di sekolah maupun mata kuliah di perguruan tinggi mengemban misi sebagai
pendidikan nasional.
Tuntutan demikain tidak salah oleh karena secara teoritis, pendidikan kewarganegaraan adalah
salah satu ciri dari pemerintah yang demokratis. International Commission of Jurist sebagai
organisasi ahli hokum internasionaldalam konferensinya di Bangkok 1965 mengemukakan
bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of
Law ialah sebagai berikut :
1. Perlindungan konstitusionil, dalam arti konstitusi, selain menjamin hak-hak individu,
harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals)
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasidan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud warga negara Indonesia adalah warga yang bermukim di Indonesia maupun
yang berada di luar wilayah Indonesia yang memiliki kewarganegaraan Republik Indonesia
yang diakui oleh Undang-Undang Republik Indonesia. Prinsip kewarganegaraan itu sendiri ada
dua, yakni ius soli (berdasarkan tanah kelahiran) dan ius sanguinis (berdasarkan ikatan darah
atau keturunan). Indonesia sendiri menganut prinsip keturunan, yakni ius sanguinis. Warga

negara asing yang ingin mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia bisa mengajukan
diri kepada instansi terkait, yang dimaksud dengan istilah pewarganegaraan atau naturalisasi.
B. Saran
Penjelasan singkat dalam makalah ini semoga bisa menjadi gambaran yang jelas bagi
pembaca, sekaligus memperdalam wawasan kewarganegaraan pembaca. Sehingga apabila di
kemudian hari menemui permasalahan terkait kewarganegaraan, pembaca dapat dengan yakin
dan jelas menentukan sikap dan solusi atas permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik
Indonesia. Asshiddiqie, Jimly. -. Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Fara. (2012, 20 Februari). Hakikat Warga Negara dan Pewarganegaraan Indonesia [online].
Tersedia:

https://faradina96.wordpress.com/2012/02/20/hakikat-warga-negara-dan-

pewarganegaraan indonesia/ [29 November 2014]

Nurrohman. (2012, 31 Mei). Persamaan Kedudukan Warga Negara dan Hak dan Kewajiban
[online]. Tersedia: http://nurrohman99.blogspot.com/2012/05/persamaan-kedudukan-warganegara-dan.html [29 November 2014]

TUGAS
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH:
NOAFRIDA PURWANINGSIH

(1434010134)

DOSEN PENGAMPU:
Ir. MULYANTO

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKTIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
2016

Anda mungkin juga menyukai