PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pancasila adalah salah satu mata kuliah Dasar Umum (MKDU) tingkat
perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan disampaikan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
pada akhirnya adalah menumbuhkan sikap mental peserta didik yang cerdas dan penuh tanggung
jawab. Disertai perilaku beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, disiplin dalam
bermasyarakat, rasional, dinamis, sadar akan hak-kewajiban warga negara, profesional, dan aktif
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bangsa dan negara. Salah satu
bagian dari kopetensi pendidikan kewarganegaraan adalah memiliki wawasan warga negara.
Dalam hal ini penulis mengambil satu topik wawasan warga negara, yaitu kewarganegaraan
Republik Indonesia. Hal ini dirasa penting, mengingat wawasan ini akan berimbas pada
perlakuan negara terhadap warga negara.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini adalah seputar kewarganegaraan Republik
Indonesia. Diantaranya:
1.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MKPK
2.
Identitas Nasional
3.
Negara dan konstitusi
4.
Hubungan Negara dan warga Negara
5.
Demokrasi Indonesia
C. Tujuan
Tujuan pembahasan tentang kewarganegaraan adalah memberikan informasi yang
singkat dan jelas mengenai warga negara dan hubungannya dengan status kewarganegaraan,
mengingat status kewarganegaraan tersebut akan berpengaru terhadap hak dan kewajiban saat
hidup dalam wilayah Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Dasar Kelompok MPK
A. Pentingnya Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan hakekatnya sebagai upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah suatu
Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya selaku warga
masyarakat, bangsa dalam Negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi
hari depan dengan dinamika perubahannya karena adanya pengaruh global.
Untuk menjawab itu dibutuhkan pembekuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamann dan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat menjadi pedoman
hidup warga Negara.
Keanekaragaman suku, adapt-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak
dalam Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi
konflik yang negative, oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan
adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan visi Negara melalui wawasan nusantara
sekaligus akan menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional menyebutkan
bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan. Itu berarti bahwa materi instruksional Pendidikan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi harus terus-menerus ditingkatkan, metodologi pengajarannya dikembangkan
kecocokannya dan efektifitas manajemenpembelajarannya termasuk kwalitas dan prospek karir
pengajarnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan adalah:
- Terbentuknya sikap prilaku dan cara berpikir dari cara berpikir sektoral pada acra
berpikir komperhensif integral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
- Menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga rela berkorban untuk membela tetap
tegaknya Negara dan keutuhan bangsa.
B.
1.
UU No. 2, 1989 tentang system pendidikan nasional dalam pasal 39 yang memuat klosul
jenis-jenis kurikulum pendidikan antara lain kurikulum pendidikan kewarganegaraan.
2.
b.
3.
UU No. 20, 1989 tentang Pokok-Pokok Negara, dalam pasal 17, 18 ataupun pada UU No.
3 tahun 2000 memberikan penjelasan tentang kewajiban warga Negara untuk membela
Negara melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang terbagi dalam dua tahapan,
yaitu:
4.
a.
b.
b.
GBPP
pendidikan
kewiraan
menjadi
GBPP
poendidikan
kewarganegaraan.
5.
Kurikulum inti merupakan kelompokbahan kajian pelajaran yang harus dicakup dalam
satu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional.
Kurikulum instutional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan
bagian dari kurikulum pendidikn tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dan
kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan
serta cirri khas perguruan tinggi yang bersangkutan.
KUTI, MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan
dan Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Prilaku
Berkarya), MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat)
KUNAL : Keseluruhan atau sebagian dari KUTI
6.
b.
Pemahaman Kenegaraan
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara NKRI ini diharapkan mampu:
Mempertahankan jatidiri bangsa yang berjiwa patriotic dan cinta tanah air didalam
perjuangan nonfisik sesuai dengan prospesinya masing-masing.
3. Identitas Nasional
PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL
Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciriciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya. Nilai- nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus
direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.
Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham kebangsaan (nasionalisme) di Indonesia yang
berawal dari berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908)
yang berbasis subkultur Jawa, Sarekat Dagang Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang
bersifat ekstrovet dan politis dan sebagainya yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu
pergerakan nasional yang berjati diri Indonesianess dengan mengaktualisasikan tekad
politiknya dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi
terkristalisasi suatu core culture yang kemudian menjadi basis eksistensi nation-state Indonesia,
yaitu nasionalisme. Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan
biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau nasionalisme. Rakyat dalam konteks
kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang berada pada status sosial yang rendah
akan tetapi mencakup seluruh struktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir dan merasa
bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa, wawasan kita tidak terbatas
pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi tentang suatu komunitas yang hidup saat ini,
melainkan juga mencakup mereka yang telah meninggal dan yang belum lahir. Dengan perkataan
lain dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan
kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam
adalah
Pancasila
yang
aktualisasinya
tercermin
berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta
UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi serta mitos,
ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam
tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.
KONSEP BANGSA INDONESIA
Identitas nasional berkaitan dengan konsep bangsa. Apakah bangsa itu? Pengertian
bangsa (nation) dalam konsep modern, tidak terlepas dari seorang cendekiawan Prancis, Ernest
Renan (1823-1892), seorang filsuf, sejarahwan dan pemuka agama dalam esainya yang
terkenal Quest-ce quune nation? yang disampaikan dalam kuliah di Universitas Sorbonne
pada tahun 1882. Dalam esainya tersebut dia menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok
manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu. Menurut Renan,
faktor utama yang menimbulkan suatu bangsa adalah kehendak bersama dari masingmasing warga untuk membentuk suatu bangsa (Soeprapto, 1994:115) Lain halnya dengan Otto
Bauer (1881-1934) seorang legislator dan seorang theoreticus, menyebut bahwa bangsa adalah
suatu persatuan karakter/perangai yang timbul karena persatuan nasib. Otto Bauer lebih
menekankan pengertian bangsa dari karakter, sikap dan perilaku yang menjadi jatidiri
dengan
bangsa
yang
lain.
Karakter
ini
terbentuk
bangsa
Lalu apakah bangsa Indonesia itu? Perkembangan masyarakat yang kini menyebut dirinya
sebagai bangsa Indonesia telah melalui suatu jarak waktu yang panjang, yaitu ketika masyarakat
itu masih bertegak dan hidup dalam negara atau kerajaan-kerajaan Nusantara (Gonggong,
2000:x). Tentang hal ini amatlah menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz
(2000), antropolog kondang yang dianggap sebagai ahli Indonesia sebagaimana dikemukakan
oleh Gonggong (2000:x) berikut:
Ketika kita menyaksikan panorama Indonesia saat ini, rasanya kita sedang menyusun suatu
sinopsis masa lalu yang tanpa batas, seperti kalau kita melihat benda-benda peninggalan sejarah
(artefak) dari bermacam-macam lapisan dalam situs arkeologis yang lama mengeram, yang
dijajarkan di atas sebuah meja sehingga sekali pandang bisa kita lihat kilasan sejarah manusia
sepanjang ribuan tahun. Semua arus kultural yang sepanjang tiga milennia, mengalir berurutan,
memasuki Nusantara dari India, dari Cina, dari Timur Tengah, dari Eropa terwakili di tempattempat tertentu: di Bali yang Hindu, di permukiman Cina di Jakarta, Semarang atau
Surabaya, di pusat-pusat Muslim di Aceh, Makasar atau Dataran Tinggi Padang; di daerahdaerah Minahasa dan Ambon yang Calvinis, atau daerah-daerah Flores dan Timor yang
Katolik.
Lebih lanjut, Geertz menunjukkan fakta tentang situasi masyarakat
Indonesia, sebagai berikut:
Rentang struktur sosialnya juga lebar, dan merangkum: sistem-sistem kekuasaan MelayuPolynesia di pedalaman Kalimantan atau Sulawesi, desa-desa tradisional di dataran rendah di
sepanjang sungai Jawa Tengah dan Jawa Timur; desa-desa nelayan dan penyelundupan yang
berorientasi pasar di pantai-pantai Kalimantan dan Sulawesi; ibu-ibu kota provinsi yang
kumuh dan kota-kota kecil di Jawa dan pulau-pulau seberang; dan kota-kota metropolitan yang
besar, terasing, dan setengah modern seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar.
Keanekaragaman bentuk perekonomian sistem-sistem stratifikasi, atau aturan kekerabatan juga
melimpah ruah.
Bahkan menurut Geertz (1996) sebagaimana dikemukakan F Budi Hardiman (2005:viii)
dalam pengantarnya untuk buku Kewarganegaraan Multikultural karya Will Kymlicka,
menyatakan sebagai berikut:
Indonesia ini sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan anatominya secara
persis. Negara ini bukan saja multi-etnis (Dayak, Kutai, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Batak,
Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), tetapi juga menjadi medan pertarungan pengaruh multimental dan ideologi (India, Cina, Belanda, Portugis, Hinduisme, Budhisme, Konfusianisme,
Islam, Kristen, Kapitalisme, dan seterusnya). Indonesia demikian tulisnya, adalah sejumlah
bangsa dengan ukuran, makna dan karakter yang berbeda-beda yang melalui sebuah narasi
agung yang bersifat historis, ideologis, religius atau semacam itu disambung-sambung menjadi
sebuah struktur ekonomis dan politis bersama.
Kusumohamidjojo (2000:16) melukiskan kebhinnekaan Indonesia, yang kenyataannya
sudah diketahui dan ditandai ketika para penjelajah mancanegara mulai mendarati pantai-pantai
kepulauan Nusantara itu ke dalam dua dimensi, geografis dan etnografis.
Pertama, dimensi geografis sebagaimana merupakan hasil pengamatan dari Alfred Wallace
dan Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Geografi sebagai Garis Wallacea yang
membentang dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga ke Selat Lombok di selatan,
dan Garis Weber yang membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara melalui Laut
Seram hingga ke Laut Timor di selatan. Garis Wallacea dan Weber secara fisiko-geografis
membedakan Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang meliputi pulau-pulau Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi pulau-pulau
Sulawesi dan sebagian pulau-pulau Nusa Tenggara sebelah Barat), dan dari Dangkalan Sahul di
sebelah timur (yang meliputi kepulauan Halmahera, Aru dan Papua). Kebedaan itu merupakan
akibat dari proses perkembangan fisiko- geografis yang ditinggalkan oleh akhir Zaman Es.
Kebedaan
geografis
itu berakibat menentukan pada kebedaan dunia flora dan fauna dari
wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara bersama di wilayah nusantara dari ujung Barat
(Sabang) sampai ujung Timur (Merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (kehendak
bersama, pendapat
Ernest
Renan)
dan
Charactergemeinschaft
(persatuan
karakter,
menurut Otto Bauer) yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42). Tilaar (2007:38)
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai
suku bangsa yang mendiami wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan.
Seorang merupakan bangsa Indonesia kalau dia itu menganggap bagian dari nation
Indonesia, yaitu suatu kesatuan solidaritas dari seseorang tehadap tujuan bersama masyarakat
Indonesia. Kesatuan solidaritas itu berasal dari nation-nation yang
sudah
lama
ada
di
kepulauan nusantara, seperti bangsa Jawa, bangsa Minang, bangsa Minahasa, bangsa
Papua. Demikian pula suku bangsa yang lainnya di nusantara termasuk suku-suku keturunan
Cina, Arab, dan lainnya yang telah menganggap kepulauan nusantara ini sebagai tanah airnya.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia (Winarno,
2007:42) adalah sebagai berikut:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
4.
Keanggotaan seseorang sebagai bangsa Indonesia bukan berarti ia melepaskan keanggotaan dari
suatu kesatuan sosial lainnya seperti keanggotaannya sebagai suku Jawa, sebagai umat
penganut dari suatu agama. Menurut Tilaar (2007:32), seseorang termasuk bangsa Indonesia
adalah seseorang yang memiliki perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaanperasaan tertentu yang merupakan jati diri (identitas) bangsa Indonesia.
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL
Kelima, sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Keenam, perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan
profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan
saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile
Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti
Amerika Utara dan Eropa Barat.
Terakhir, lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga- lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul
dan
golongannya
dalam
masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu
bangsa.
IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
Identitas nasional merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari masa lalu dan dirasakan
sebagai pemilikan bersama, sehingga tampak kelihatan di dalam keseharian
seseorang dalam
identitas-identitas
sifatnya
nasional
tingkah
laku
merujuk
pada
Bersifat buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga
bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena identitas
nasional lahir belakangan dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah
dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu,
warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu perjuangan panjang di
antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan identitas nasional adalah
hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dapat terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju
degan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok bangsa lainnya. Setiap kelompok
bangsa di dalam negara, umumnya mengingingkan identitasnya dijadikan atau diangkat sebagai
identitas nasional yang tentu saja belum tentu diterima oleh kelompok bangsa lain.
Inilah yang menyebabkan sebuah negara-bangsa yang baru merdeka mengalami pertikaian
intern yang berlarut-larut demi untuk saling mengangkat identitas kesukubangsaan menjadi
identitas nasional.
Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apa- apa yang dapat menjadi
identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil dalam membentuk
identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideologi Pancasila sebagai identitas
nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di antara warga bangsa.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang
kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai
identitas nasional Indonesia.
2. Sang merah putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti berani dan putih berarti
suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama
kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
3. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya pertama kali
dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II.
4. Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai lambang
negara.
5. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu
jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan
untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas
nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi)
bangsa.
7. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945 merupakan
hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan
perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
9. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
10. Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah
diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok
bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.
Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah diawali
dengan adanya kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negara- negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh
kuat dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.
2. Berisi norma-norma, aturan atau ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan.
3. Merupakan perudangan-undangan yang tertinggi dan berfungsi sebagai alat control terhadap
norma-norma hukum yang lebih rendah.
4. Memuat aturan-aturan pokok yang bersifat singkat dan supel serta memuat hak asasi manusia,
sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman.
A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
Sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945, dikenal tujuh
kunci pokok system pemerintahan Negara yang dibagi dua kelompok yaitu system dasar dan
system pelaksana.
Sistem Negara Hukum
Yaitu Negara yang berdasarkan atas hukum ( Rechtsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaaan belaka (Machtsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa Negara termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga Negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi
oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas system kontitusi (hukum dasar), tidak bersifat absulitisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan ketegasan bahwa cara pengendalian
pemerintah dibatasi ketentuan-ketentuan konstitusi serta ketentuan-ketentuan hukum lain yang
merupakan produk konstitusional seperti GBHN dan UU. Dengan landasan kedua system itu,
system Negara hukum dan system konstitusioanal, diciptakan system mekanisme hubungan
tugas dan hukum antara lembaga-lembaga Negara yang dapat menjamin terlaksananya system itu
sendiri serta dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.
Sistem Pelaksana
Lembaga Negara yang tercantum dalam system pelaksana pemerintahan ada tiga lembaga
Negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan Negara yang Tertinggi di tangan rakyat
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasalpasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45
tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan
dasar negara.
HUBUNGAN PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa.Pada masa lalu timbul suatu
permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan
suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup.Hal ini
dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar konstitusi. Pancasila
disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori
Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai
validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang
mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.Teori Nawiaky
disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut teori
tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu
Staatsfundamental
norma
adalah
sebagai
syarat
bagi
berlakunya
suatu
konstitusi.
Dari segi tata bahasa kata Amandemen sama dengan amandement. Secara harfiah
amandement dalam bahasa Indonesia berarti mengubah. Mengubah maupun perubahan berasal
dari kata dasar ubah yang berarti lain atau beda. Mengubah mengandung arti menjadi lain sedang
perubahan diartikan hal berubahnya sesuatu; pertukaran atau peralihan. Dapat kita jabarkan
bahwa perubahan yang oleh John M Echlos dan Hasan Shadily juga disebut amandemen tidak
saja berarti menjadi lain isi serta bunyi ketentuan dalam UUD, akan tetapi juga mengandung
sesuatu yang merupakan tambahan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD yang sebelumnya
tidak terdapat didalamnya. Menurut KC Wheare konstitusi itu harus bersifat kaku dalam aspek
perubahan. Empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan Konstitusi dengan
jalan mempersulit perubahannya adalah:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untukmenyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan.
3. Agar kekuasaan Negara serikat dan kekuasaan Negara bagian tidak diubah
semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
4. Agar supaya hak-hak perseorangan atau kelompok, seperti kelompok minoritas
agama atau kebudayaannya mendapat jaminan.
menyalurkan Aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif. Sistem demokrasi ini
menandakan bahwa Indonesia sangat menghargai Warga Negaranya sebagai mahluk ciptaan
Allah SWT dan mengakui persamaan derajat Manusia. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945,
Tujuan Negara Republik Indonesia :
-
Warga Negara merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya Negara. Warga Negara dan
Negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan
memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang berupa hubungan timbal balik. Warga negara
mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara
mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dan
penghidupan yang layak dari negara, sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan
pembelaan dan penjagaan nama baik dari Warga Negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak
negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak
warga negara. Selain itu, tentunya kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, memiliki
banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk Negara. Diantaranya yang terpenting adalah
mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara membuat suatu peraturan dan hukum, pasti
bertujuan yang baik untuk kelangsungan hidup dan tertatanya suatu Negara. Hukum di Indonesia
jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2 :
a. Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP)
b. Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres, Adat).
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus diperintah dapat
berperan aktif dalam melaksanakan bela Negara. Membela Negara tidak harus dalam wujud
perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
seperti :
1
2
3
4
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu dengan melakukan kegiatankegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air
Indonesia. Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya (pemerintah) sangat
diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan NKRI yang tercantum di UUD 1945.
Apabila warga negara mematuhi hukum dan peraturan negara, dan negara (pemerintah)
menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya, maka terwujudlah
Indonesia yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah kita saling menghargai satu sama
lain demi Indonesia.
2.Marxis Teori Marxis berpendapat bahwa negara adalah serangkaian institusi yang dipakai
kaum borjuis untuk menjalankan kekuasaannya. Dari pandangan ini, sangat jelas perbedaannya
dengan teori pluralis. Kalau teori pluralis melihat dominasi kekuasan pada warga negara,
sedangkan teori Marxis pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia, Antonio Gramsci, yang
memperkenalkan istilah hegemoni untuk menjelaskan bagaimana negara menjalankan
penindasan tetapi tanpa menyebabkan perasaan tertindas, bahkan negara dapat
melakukan kontrol kepada masyarakat (Wibowo, 2000: 15).
3.Sintesis Pandangan yang menyatukan dua pandangan tersebut adalah teori
strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Ia melihat ada kata kunci
untuk dua teori di atas yaitu struktur untuk teori Marxis dan agensi untuk Pluralis.
Giddens berhasil mempertemukan dua kata kunci tersebut. Ia berpandangan bahwa
antara struktur dan agensi harus dipandang sebagai dualitas (duality) yang selalu
berdialektik, saling mempengaruhi dan berlangsung terus menerus. (Wibowo, 2000:
21). Untuk menyederhanakan pandangan Giddens ini saya mencoba mengganti
istilah struktur sebagai negara dan agensi sebagai warga negara. Negara
mempengaruhi warga negara dalam dua arti, yaitu memampukan ( enabling ) dan
menghambat (constraining ). Bahasa digunakan oleh Giddens sebagai contoh.
Bahasa harus dipelajari dengan susah payah dari aspek kosakata maupun
gramatikanya. Keduanya merupakan rules yang benar-benar menghambat. Tetapi
dengan menguasai bahasa ia dapat berkomunikasi kepada lawan bicara tanpa
batas apapun. Contoh yang lebih konkrit adalah ketika kita mengurus KTP. Harus
menyediakan waktu khusus untuk menemui negara (RT, RW, Dukuh, Lurah dan
Camat) ini sangat menghambat, namun setelah mendapatkan KTP kita dapat
melamar pekerjaan, memiliki SIM bahkan Paspor untuk pergi ke luar negeri
(Wibowo, 2000, 21-22) Namun sebaliknya, agensi (warga negara)
juga dapat
Oleh karena itu dalam teori strukturasi yang menjadi pusat perhatian bukan struktur, bukan pula
agensi, melainkan social practice (Wibowo, 2000: 22). Tiga teori ini kalau digunakan untuk
melihat hubungan negara dan warga negara dalam konteks hak dan kewajiban sebagaimana yang
tertuang dalam UUD 1945, maka lebih dekat dengan teori strukturasi. Meskipun dalam UUD
1945 tidak secara eksplisit menyebutkan hak negara, namun secara implisit terdapat dalam pasalpasal tentang kewajiban warga negara. Negara memiliki hak untuk ditaati peraturannya dan hal
itu terlihat dalam social practice-nya. Negara dan warga negara masing-masing memiliki hak dan
kewajiban sesuai porsinya. Negara memiliki kewenangan untuk mengatur warga negaranya,
namun warga negara juga memiliki fungsi kontrol terhadap negara. Contoh yang bisa
menggambarkan situasi tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan Bahan Bakar
Minyak (BBM). Beberapa kali pemerintah menaikkan BBM karena alasan pertimbangan
menyelamatkan APBN, namun pada kesempatan lain atas desakan kuat dari masyarakat
akhirnya kenaikan BBM dibatalkan.
3 Asas, Sifat, Wujud Hubungan Negara dan Warga Neagara
1) Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara Asas hubungan warga negara dengan negara
ada 2 yaitu, asas demokrasi dan asas kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi:
1.
2.
3.
4.
Pancasila
Pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV
UUD 1945
Pasal 33 UUD 1945
Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan Jiwa kekeluargaan dalam hukum
adat dan pembangunan 2) Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara a) Hubungan yang
bersifat hukum Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah sesuai dengan elemen
atau ciri-ciri negara hukum Pancasila , yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
terakhir.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
(Hadjoen, 1987: 90) Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di sesuaikan juga
dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu ... Memelihara dan mengembangkan budi
pekerti kemanusiaan serta cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang maha
esa (Klili Rasjididan Arief Sidharta, 1988: 172). b) Hubungan yang bersifat politik. Kegiatan
poliik (Peran politik) warga negara ldama bentuk partisipasi (mempengaruhi pembuatan
kebijaksanaan) dan dalam bentuk subyek (terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya :
Menerima perauran yang telah di tetapkan. Sifat hubungan politik antara warganegara dengan
pemerintah di Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat menunjang terwujudnya
pengambilan keputusan politik secara musyawarah mufakat, sehingga kehidupan politik yang
dinamis dalam kestabilan juga masih terwujud. 3) Wujud Hubungan Warga Negara dengan
Negara a) peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan perudnang-undangan yang
berlaku sebagai cermin dari seorang warga negara yang taat dan patuh kepada negara. Contoh :
membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas. b) Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga
negara untuk ikut serta mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara Contoh :
memberikan Hak suara pada saat pemilu c) Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga
negara untuk meminta pelayanan dari negara / pemerintah sebagai konskeuensi dari fungsi
pemerintah sebagai pelayanan umum (public service) Contoh : mendirikan lembaga sosial
masyarakat LSM) d) Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk menolak
campr tangan pemerintah dalma persoalan yang bersifat pribadi. Contoh : Kebebasan warga
negara untuk memeluk ajaran agama yang diyakininya.
4. Hubungan Peran Warga Negara Dan Demokrasi Politik
Demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, karena nilai yang terkandung di
dalamnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara
yang baik. Demokrasi di pandang penting karena merupakan alat yang dapat di gunakan untuk
mewujudkan kebaikan bersama atau masyarakat dan pemerintahannya yang baik ( good society
and good goverment ). Nilai-nilai Demokrasi memang sangat menghargai martabat manusia,
namun pilihan apakah demokrasi liberal atau demokrasi yang lain yang akan di terapkan hal ini
tidak dapat lepas dari konteks masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai demokrasi menurut
Sigmund Neuman (Miriam Budiardjo, ed, 1980:156) adalah : Sebagai zoon politikon, Setiap
generasi dan masyarakat harus menemukan alannya sendiri yang berguna untuk sampai kepada
kekuasaan. Kebesaran domokrasi terletak dalam hal ia memberikan setiap hari kepada manusia
untuk mempergunakan kebebasannya serta dapat memenuhi kewajiban sehingga menjadikan
pribadi yang baik. Henry B Mayo mengajukan beberapa nilai demokrasi antara lain :
DEMOKRASI POLITIK
Literatur ilmu politik pada umumnya memberikan konsep dasar demokrasi. Apapun label yang
di berikan kepadanya, Konsep demokrasi selalu merujuk pada pemerintahan oleh rakyat.
Menurut Henry B Mayo Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijakan umum di
tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang di awasi oleh rakyat dalam
pemilihan- pemilihan berkala yang di dasarkan atas prinsip kesamaan politik dan di
selenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
1. Persamaan Mengandung 5 ( lima ) ide yang terpisah dalam kombinasi yang berbeda yaitu
persamaan politik di muka umum, kesempatan,ekonomi, sosial atau hak.
2. Kebebasan atau Kemerdekaan
Mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan
pengengkangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu kemerdekaan biasanya mengacu
kepada kebebasan sosial dan politik. Sumber hak dapat bersifat alamiah ( hak
asas ) dan yang berasal dari pemerintah ( hak sipil ).
Hak-hak sipil antara lain mencakup :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
5.Demokrasi Indonesia
Pengertian demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi secara bahasa Demokrasi adalah
Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup bernegara antara abad
ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikan pada waktu itu adalah demokrasi
langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan
karena yunani pada waktu itu berupa Negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada
sebuah kota dan daerah sekitarnya, yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Meskipun ada
keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan
budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di
mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik di selenggarakan oleh warga
Negara melalui wakil-wakil yang di pilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada
mereka melalui proses pemilihan yang bebas.
Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu system pemerintahan dalam mana mayoritas
anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar system perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintahan akhirnya bmempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas.
Menurut Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat
keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu di pilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur, dan berkala dan di dalam system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara
dan hamper semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Negara
tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.
A.
mereka
harapkan.
Elit-elit
politik
mengejar
jabatan
bukan
untuk mencapai
kepentingan politik yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu tetapi untuk mendapatkan
keuntungan dari jabatannya seperti kekuasaan, penghargaan, dan penghasilan. Tetapi untuk
mendapatkan dukungan mayoritas suara mereka harus menumbuhkan kepercayaan dari para
pemilih. Mereka hanya akan berhasil apabila para pemilih menentukan pilihan yang sesuai
dengan kepentingannya dan program yang di tawarkan oleh elit politik tersebut cocok dengan
keinginan mayoritas pemilih. Para elit yang bersaing pada prinsipnya bersedia menawarkan
semua program kepada masyarakat pemilih melalui kampanye terbuka. Selain itu mereka juga
berusaha melaksanakan program-program tersebut dengan sebaik- baiknya sehingga bisa meraih
suara mayoritas dalam pemilihan berikutnya.
Dalam konteks teori ini hanya pasar suara yang di jamin oleh system demokratis, yang
memberikan jaminan bahwa kepentingan masing-masing pemilih akan di perhatikan oleh
pemimpin politik demi mencapai kekuasaannya. Menurut teori ini hal-hal seperti sikap
demokratis para pemilih dan elit, luasnya partisipasi warga pada pembentukan kehendak politik
dan pengawasan terhadap pelaksanaan kekuasaan tidak diperlukan untuk mrnciptakan demokrasi
yang baik. Yang terpenting bagi teori ini hanya system pemilihan umum yang mengamankan
pasar politik dan masyarakat bebas yang menjamin arus informasi.
Demokrasi langsung muncul dari pengalaman bahwa wakil-walkil politik maupun lembagalembaga politik seperti partai, pemerintah dan parlemen pada umumnya berusaha untuk
memisahkan diri dari kepentingan rakyat. Mereka hanya memperjuangkan kepentingannya
sendiri dan kemudian secara perlahan mengabaikan kepentingan rakyat yang di wakilinya.
Demokrasi langsung berkeyakinan bahwa pada akhirnya tidak perlu ada pemisahan antara
pemerintahan dan rakyat demi mencapai tujuan demokrasi.
Masyarakat
yang
dapat
mengatur
kehidupannya
sendiri
secara
demokratis
dapat
mempraktekan demokrasi langsung dan tidak memerlukan lembaga-lembaga atau organisasiorganisasi sebagai perantara. Dalam demokrasi langsung waraga masyarakat dapat
merumuskan kepentingan bersama dan menemukan alternative pemecahan masalah serta
melaksanakanya dalam semangat kebersamaan. Menurut pandangan ini masyarakat sipil
merupakan satu-satunya wadah pembuat keputusan politik yang memadai untuk semua masalah
politik. Dengan demikian kehendak rakyat dapat diwujudkan dalam praktek keputusan politik
tanpa perantara dan tanpa manipulasi.
pusat kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh baik dalam pembentukan pemerintahan
maupun penyusunan undang-undang.
Sesuai dengan budaya politik dalam pengalaman sebuah masyarakat, maka demokrasi
presidensial secara lebih kuat dapat menciptakanunsur kesinambungan dan stabilitas dalam
proses politik.Demokrasi presidensial memerlukan pembatasan kekuasaan yang jelas, untuk
menghindari terjadinya konsentrasi kekuasaan yana hamper menyerupai dictator. Jika
lembaga-lembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat sipil
lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat merosot secara tak terkendali dan bahkan pada
akhirnya menjadi sebuah kediktatoran.
perwakilan
mempercayakan
sepenuhnya
pengambilan
keputusan
ditingkat
parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi langsung akan mengalihkan sebanyak
mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum, jajak
pendapat rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan
ketingkat komunitas local. Norma-norma dan aturan dasar demokrasi bersifat universal tetapi
cara pelaksanaanya harus diputuskan secara pragmatis sesuai dengan preferensi masyarakat
tertentu.
Demokratisasi
Sebelum kita berbicara mengenai negara demokrasi, kita harus mengenal terlebih dahulu
istilah demokratisasi, yaitu suatu penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang
bercirikan demokrasi. Demokratisasi melalui beberapa tahap:
1. Tahapan pertama adalah penggantian dari penguasa non demokrasi ke penguasa demokrasi.
2. Tahapan kedua adalah pembentukkan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.
3) Demokrasi Pancasila
Pada hakikatnya Demokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan yang tertinggi ada di
tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai
dengan hati nurani yang luhur. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga mencapai mufakat. Perwakilan adalah prosedur peran serta rakyat dalam pemerintahan
yang dilakukan melalui badan perwakilan.
Dari uraian di atas demokrasi Pancasila dapat diartikan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beadab, Persatuan Indonesiaserta untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
bersumberkan pada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Ciri-ciri Negara Demokrasi menurut Bingham Power Jr, yaitu :
1. Legitimasi pemerintah
2. Pengaturan organisasi secara teratur dalam negara paling tidak terdapat 2 partai politik
3. Setiap warga negara sudah memenuhi syarat berhak dalam pemilu
4. Setiap warga negara dalam pemilu dijamin kerahasiaannya
5. Masyarakat dijamin kebebasannya
Masalah-masalah dalam Negara demokrasi
1. Demokrasi dan ekonomi
Menurut persepsi liberal klasik, ekonomi adalah wilayah di luar kewenangan negara. Meskipun
negara harus menciptakan jaminan dan syarat-syarat bagi berjalannya ekonomi tersebut, tetapi
Negara tidak bertanggung jawab secara langsung dan tidak memiliki kewenangan sah untuk
melakukan intervensi atau kontrolterhadap ekonomi. Teori ini tidak dapat dipertahankan dari
sudut pandang model demokrasi yang berdasarkan kedaulatan hukum. Oleh karena itu, negara
demokrasi yang mengakui kedaulatan hukum memiliki komitmen dan diberi wewenang untuk
melakukan intervensi dalam ekonomi dengan maksud untuk melindungi dan membentuk
kondisi-kondisi ekonomi rakyat dan implikasinya.
Negara juga berkewajiban untuk menjamin stabilitas nilai tukar mata uang dan kondisi kerja
yang manusiawi. Selain itu Negara juga harus mencegah penyalahgunaan kekuasan ekonomi
terhadap pekerja perusahaan-perusahaan bisnis terhadap politik serta kekuatan-kekuatan lainnya.
Kalau pasar dibiarkan berjalan menurut kekuatannya sendiri, maka perekonomian akan
mengalami siklus kegairahan atau pertumbuhan ekonomi, depresi dan krisis. Dengan demikian
akan muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja dan ketersediaan
lapangan kerja. Selain itu negara juga mengalami kesulitan dalam hal pemungutan pajak.
2.Kemerosotan Demokrasi
Demokrasi yang sedang merosot memang ditandai dengan adanya basis demokrasi
yang penting dengan diperkenalkannya hak suara yang sama untuk semua orangdalam pemilihan
umum. Tetapi dalam berbagai aspek penting lainnya bentuk demokrasi tersebut tidak
memenuhi norma-norma demokrasi. Kalaupun norma-norma dipenuhi tingkatannya sangat tidak
memadai.
3. Musuh-musuh Demokrasi
Sistem politik negara demokrasi memiliki beberapa cirri yang tidak disukai
penentangnya. Ciri- ciri tersebut mencakup pembatasan kekuasaan politik baik oleh waktu
maupun tindakan politik tertentu. Diseluruh dunia musuh demokrasi adalah pihak yang
takut bahwa pengakuan terhadap aturan-aturan demokrasi akan menghambat pencapaian
kepentinagan politik dan sosial mereka. Mereka juga khawatir system yang demokrasi akan
menimbulkan berbagai kerugian terhadap kepentingan mereka.
4.Pandangan kedepan
Demokrasi tidak bisa bertahan dalam jangkan panjang tanpa adanya jumlah pendukung
demokrasi yang memadai. Pendukung-pedukung tersebut benar-benar mengenal lembagalembaga dan pilihan-pilihan demokrasi. Mereka mendukung demokrasi dengan sepenuh hati
berdasarkan keyakinannya tentang prinsip tersebut. Mereka bahkan memberikan nafas hidup
bagi demokrasi melalui keterlibatannya secara nyata dalam demokrasi.
Demokrasi juga ditopang oleh kemampuannya untuk senantiasa menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapin oleh masyarakat secara menyakinkan dan efektif. Dengan demikian
demokrasi memerlukan perhatian terus menerus dari para democrat bahkan di negara-negara
yang sudah memiliki lembaga-lembaga yang dapat diandalkan. Demokrasi menjadi kuat karena
tahan uji dan dapat mengelola konflik kepentingan dan nilai yang bisa menhancurkan
kediktatoran. Demokrasi menjadi rentan karena tidak dapat bertahan kalau orang tidak
menaruh kepercayaan terhadap demokrasi.
Selain itu demokrasi tersebut juga diterima demi kepentingan seluruh warga Negara dengan
menggunakan instrument kekuasaan yang sah. Dalam dunia zaman ini tugas demokrasi untuk
masa depan terletak dalam perluasannya menjangkau arena global.
Indonesia
merupakan
salah
satu
Negara
demokrasi
yang
dalam
pemerintahan telah ditentukan dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menggunakan demokrasi
pancasila. Mengenai mekanisme atau pelaksanaan demokrasi pancasila sudah diatur dalam UUD
1945, baik yang bertalian dengan pelaksanaan demokrasi pancasila pada lembaga- lembaga
konstitusional ditingkat pusat maupun yang bertalian dengan pelaksanaan demokrasi pancasila
pada lembaga-lembaga konstitusional ditingkat daerah.
Mekanisme Pada Lembaga-lembaga Konstitusional Tingkat Pusat
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada lembaga-lembaga pusat menurut UUD 1945, harus
mengikuti prinsip-prinsip yang termuat dalam UUD 1945. Beberapa prinsip mekanisme
demokrasi Pancasila :
1. Cita-cita Kenegaraan Kekeluargaan
2. Faham Unitarisme atau Kesatuan
3. Faham Negara Hukum
4. Faham konstitusionalisma
5. Supremasi MPR
6. Pemerintah yang Bertanggung Jawab
7. Pemerintah Berdasarkan Perwakilan
8. Sistem Pemerinyahan Presidensial
9. Pengawasan Parlemen terhadap Pemerintah
Sekarang ini banyak kalangan menghendaki Pendidikan Kewarganegaraan baik sebagai mata
pelajaran di sekolah maupun mata kuliah di perguruan tinggi mengemban misi sebagai
pendidikan nasional.
Tuntutan demikain tidak salah oleh karena secara teoritis, pendidikan kewarganegaraan adalah
salah satu ciri dari pemerintah yang demokratis. International Commission of Jurist sebagai
organisasi ahli hokum internasionaldalam konferensinya di Bangkok 1965 mengemukakan
bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of
Law ialah sebagai berikut :
1. Perlindungan konstitusionil, dalam arti konstitusi, selain menjamin hak-hak individu,
harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals)
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasidan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud warga negara Indonesia adalah warga yang bermukim di Indonesia maupun
yang berada di luar wilayah Indonesia yang memiliki kewarganegaraan Republik Indonesia
yang diakui oleh Undang-Undang Republik Indonesia. Prinsip kewarganegaraan itu sendiri ada
dua, yakni ius soli (berdasarkan tanah kelahiran) dan ius sanguinis (berdasarkan ikatan darah
atau keturunan). Indonesia sendiri menganut prinsip keturunan, yakni ius sanguinis. Warga
negara asing yang ingin mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia bisa mengajukan
diri kepada instansi terkait, yang dimaksud dengan istilah pewarganegaraan atau naturalisasi.
B. Saran
Penjelasan singkat dalam makalah ini semoga bisa menjadi gambaran yang jelas bagi
pembaca, sekaligus memperdalam wawasan kewarganegaraan pembaca. Sehingga apabila di
kemudian hari menemui permasalahan terkait kewarganegaraan, pembaca dapat dengan yakin
dan jelas menentukan sikap dan solusi atas permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Republik
Indonesia. Asshiddiqie, Jimly. -. Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Fara. (2012, 20 Februari). Hakikat Warga Negara dan Pewarganegaraan Indonesia [online].
Tersedia:
https://faradina96.wordpress.com/2012/02/20/hakikat-warga-negara-dan-
Nurrohman. (2012, 31 Mei). Persamaan Kedudukan Warga Negara dan Hak dan Kewajiban
[online]. Tersedia: http://nurrohman99.blogspot.com/2012/05/persamaan-kedudukan-warganegara-dan.html [29 November 2014]
TUGAS
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
OLEH:
NOAFRIDA PURWANINGSIH
(1434010134)
DOSEN PENGAMPU:
Ir. MULYANTO