SINDROM NEFROTIK
Disusun oleh :
Irvianna Hamdja
Noni Frista Al Azhari
Nurul Setiawan
G4A013078
G4A013079
G4A013080
2015
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SINDROM NEFROTIK
Disusun oleh :
Irvianna Hamdja
Noni Frista Al Azhari
Nurul Setiawan
G4A013078
G4A013079
G4A013080
2015
Dokter Pembimbing :
BAB 1
PENDAHULUAN
akibat
dari
suatu
penyakit
sistemik
seperti
Systemic
Lupus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Insidensi
GNLM
didapatkan
pada
44,7%,
GNMsP
(GN
mesangioproliferatif) pada 14,2%, GSFS pada 11,6%, GNMP pada 8,0% dan
GNMN pada 6,5% (Sudoyo, 2006).
yang
dikumpulkan
di
Jakarta
antara
1990-1999
dan
Glomerulonefritis primer
-
Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranoproliferatif
Glomerulosklerosis fokal
2.
Infeksi
-
Tuberkulosis, lepra
b.
Keganasan
Adeno karsinoma paru, Adeno karsinoma payudara, Adeno
karsinoma kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multiple, karsinoma
ginjal
c.
d.
e.
Lain-lain
DM, amiloidosis, pre-eklamsia, refluks vesikoureter, sengatan lebah
(Sudoyo, 2006)
4
a
Patogenesis
Proteinuria
Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
epitel
visceral
glomerulus
terlepas
dari
MBG
sehingga
Hipoalbuminemia
Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein,
Edema
Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan
overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan
faktor kunci terjadinya edema pada SN. Hipoalbuminemia menyebabkan
penurunan tekanan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari
intravaskuler ke jaringan intertisium dan terjadi edema. Akibat penurunan
tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan
plasma terjadi
ANP
aldosteron
EDEMA
Patofisiologi
Antigen
Antigen-Antibodi
Aktivasi komplemen
C3-Antigen-Antibodi
Permeabilitas MBG
terganggunegative ion pada lapisan sialo-protein gromerulu
hilangnyafixed
Proteinuria
Hipoproteinemia
defisiensi nutrisi
Hipoalbumin
apolipoprotein plasma
produksi
albumin+ VLDL oleh sel hepar
tekanan onkotik
plasma
Volume plasma
Ekstravasasi cairan plasma ke ruang intertisial
Sekresi renin
edema
Retensi Na+H2O
VLDL
LDL
aktivitas lipase
degradasi lemak
hiperlipidemia
Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah (Mansjoer A.,dkk., 2001):
1
Proteinuri >3.5 g/ hari pada dewasa atau 0.05 g/ kg BB/ hari pada anakanak.
Hipoalbuminemia < 30 g/ l
Ada
yang
berpendapat
bahwa
proteinuria,
terutama
Penegakan Diagnosis
Anamnesis, didapatkan :
a. Menurunnya nafsu makan
b. Malaise
c. Bengkak seluruh tubuh
d. Sesak napas, dapat terjadi karena adanya cairan di rongga pleura ataupun
akibat tekanan abdominal yang meningkat karena ascites.
e. Produksi urin dapat menurun
Pemeriksaan fisik, didapatkan :
a. Tekanan darah umumnya tinggi
b. Bengkak pada kelopak mata, kedua tangan, kedua kaki, perut, alat
genital.
c. Hepatomegali, dapat terjadi karena terjadinya sintesis protein yang
meningkat.
Pemeriksaan penunjang :
a. Urinalisis (proteinuria 3,5 gr/hari)
b. Albumin serum<2,5gr/dL
c. Kolesterol yang meningkat
d. Trigliserida
Tatalaksana
a. Pengobatan spesifik
Terapi kortikosteroid
Pengobatan dengan kortikosteroid dibedakan antara pengobatan
inisial dan pengobatan relaps. Regimen penggunaan kortikosteroid pada
sindrom nefrotik bermacam-macam. Pada orang dewasa menggunakan
prednisone/prednisolone 1-1,5 mg/kgBB/hari selama 4-8 minggu diikuti
1 mg/kgBB selang 1 hari selama 4-12 minggu, tapering off di 4 bulan
berikutnya.
Respon klinis terhadap kortikosteroid dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
1) Remisi lengkap
Proteinuria minimal (< 200 mg/hari), albumin serum > 3 g/dL,
kolesterol serum < 300 mg/dL, diuresis lancar, dan edema hilang.
2) Remisi parsial
Proteinuria < 3,5 g/hari), albumin serum > 2,5 g/dL, kolesterol serum
< 350 mg/dL, diuresis kuranglancar, dan edema belum hilang.
3) Resisten
Klinis dan hasil laboratorium tidak memperlihatkan perbaikan
setelah pengobatan selama 4 bulan dengan kortikosteroid.
simvastatin,
pravastatin,
lovastatin
dapat
menurunkan
Komplikasi
1. Chronic Kidney Disease dengan penurunan GFR, dari perlukaan
glomerulus dan pembuangan protein yang berlebihan melalui nefron
2. Hiperlipidemia dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan
ischemic heart disease
3. Imunosupresi dapat meningkatkan risiko infeksi
4. Hiperkoagulasi meningkatkan risiko terjadinya Deep Vein Thrombosis
(DVT), emboli pulmonal, dan trombosis vena renalis (Stevenson, 2003).
10 Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebab, usia pasien, dan jenis
kerusakan ginjal yang diketahui dari pemeriksaan mikroskopik dengan cara
biopsi. Prognosis biasanya baik jika penyebabnya memberikan respon yang
baik terhadap kortikosteroid (Rauf, 2002). Prognosis dapat bertambah buruk
jika terjadi peningkatan insidensi gagal ginjal dan komplikasi sekunder
sindrom nefrotik termasuk episode trombotik dan infeksi, serta kondisi terkait
pengobatan seperti komplikasi infeksi dari pemberian imunosupresan (Wirya,
2002).
BAB III
STATUS PENDERITA
A. Identitas Penderita
Nama
: Sdr. A
No. CM
: 00042863
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 22 tahun
Alamat
: Kalibagor
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama
: Islam
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
: 24 Januari 2015
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
: Bengkak-bengkak
2. Keluhan tambahan
wajah, dan kedua kaki. Awalnya bengkak dirasakan muncul pada kedua
kelopak mata lalu semakin lama bengkak merambah ke seluruh wajah dan
kedua kaki.
Selain bengkak, pasien juga mengeluhkan buang air kecil sedikit
dan berwarna coklat keruh. Pasien tidak merasakan sakit sebelum, saat, dan
sesudah buang air kecil. Sejak 4 hari sebelum periksa ke RSMS, pasien
buang air kecil sebanyak 2x/hari dengan jumlah air yang dikeluarkan
sedikit.
Pasien juga mengeluh demam. Demam dirasakan sejak 1 minggu
sebelum periksa ke RSMS. Demam sering muncul pada malam hari dan
mulai turun sejak pagi sampai sore, setelah itu demam muncul lagi pada
malam harinya. Pasien tidak mengeluhkan sakit perut dan buang air besar
dalam batas normal. Akan tetapi pasien pada awal demam mengeluh
tenggorokannya sakit khususnya saat digunakan untuk menelan makanan.
Ketika pasien periksa ke RSMS, keluhan tersebut sudah sembuh.
Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri di pinggang sebelah kiri.
Nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum periksa ke RSMS. Awalnya nyeri
dirasakan hilang timbul, tetapi semakin lama nyeri dirasakan terus menerus
dan terasa seperti tertusuk jarum. Nyeri tersebut tidak hilang walaupun
pasien beristirahat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa
pasien berumur 14 tahun
b. Riwayat opname
tahun 2006
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
g. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
b. Riwayatmondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
g. Riwayat asma
: disangkal
h. Riwayat alergi
: disangkal
i. Riwayat keganasan
: disangkal
b. Home
kedua kakaknya.
c. Occupational
d. Personal habbit
minum alkohol
e. Diet
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Tanda Vital
: sedang
: compos mentis
a. Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
b. Nadi
: 84 x/menit
c. RR
: 22 x/menit
d. Suhu
: 36, 7oC
4. Status Generalis
a. Kepala
anemis (+/+), skera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+),
exopthalmus (-/-), lensa keruh (-/-), gerak dan tekanan bola mata
normal, nistagmus (-/-)
c. Telinga
d. Hidung
discharge (-/-)
e. Mulut
f. Leher
angkat (-)
3) Perkusi : batas jantung kanan atas di SIC II LPSD, kanan bawah di
SIC IV LPSD, kiri atas di SIC II LPSS, kiri bawah di SIC V 2 jari
medial LMCS
4) Auskultasi : S1> S2, regular, murmur (-), gallop (-)
c. Abdomen
1) Inspeksi : datar, venektasi abdomen (-)
2) Auskultasi : bising usus (+) normal
: akral hangat, capillary refill time < 2 detik, turgor kulit < 1
detik
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Klinik
Hasil pemeriksaan
11,6
12710 (H)
31
4,2 x 106
344000
73,1
27,8
38,0
0,6
0,7
1,0
57,8
28,3
6,4
46,2 (H)
1,56 (H)
131
4,0
100
8,8
Hasil pemeriksaan
Warna
Kejernihan
Bau
Kimia
Berat Jenis
PH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Sedimen
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Bakteri
Trikomonas
Jamur
Kuning
Keruh
Khas
1,015
6,5
Negatif
Negatif
350 (H)
Normal
Negatif
Normal
Negatif
50 (H)
2-4
1-2
1-2
Negatif
Negatif
Negatif
3. Pemeriksaan Albumin
Diperiksa tanggal 24 Januari 2015
Pemeriksaan
Total Protein
Albumin
Hasil pemeriksaan
3,24 (L)
2,99 (L)
4. Pemeriksaan Kolesterol
Diperiksa tanggal 24 Januari 2015
Pemeriksaan
Kolesterol Total
Trigliserid
HDL kolesterol
Hasil pemeriksaan
299 (H)
481 (H)
23,9 (L)
E. Diagnosis Kerja
Sindrom Nefrotik
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
-
2. Non Farmakologi
-
Tirah baring
G. Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Ketepatan Diagnosis
Diagnosis : Sindrom Nefrotik
Jawaban :
Penegakkan diagnosis sudah tepat, dilihat dari :
1. Anamnesis :
a. Pasien mengeluhkan bengkak pada kelopak mata, wajah, dan kedua
kaki
b. Pasien mengeluhkan frekuensi BAK yang sedikit per harinya, yaitu
2x/hari dengan warna air seni coklat keruh.
c. Pasien juga mengeluh demam dan nyeri pinggang sebelah kiri
2. Pemeriksaan fisik :
Ditemukan adanya nyeri tekan (+) di regio hipochondriaca sinistra
posterior dan nyeri ketok kostovertebrae sinistra (+). Selain itu, didapatkan
edem palpebra (+/+) disertai edem pada ekstrimitas inferior (+/+)
3. Pemeriksaan penunjang :
Didapatkan adanya proteinuria masif sebanyak 350mg, hipoalbuminemia
(albumin 2,99), hiperkolesterolemia (kolesterol 299), dan kadar trigliserida
yang tinggi (481).
B. Ketepatan tatalaksana
Pada saat perawatan di bangsal, pasien mendapat terapi :
-
Jawaban :
Pemberian IVFD D5% 20 tpm dilakukan pada pasien dengan oliguria ringan
sampai sedang. Pada pasien ini, terdapat oliguria karena frekuensi buang air
kecil hanya 2x/hari dengan jumlah air seni yang keluar sedikit. Pemberian
injeksi Impugan 1x2 ampul IV dan furosemid 2x1 tablet per oral berfungsi
untuk mengontrol dan mengatasi edem yang terdapat pada pasien. Pemberian
obat captorpil 2x6,25 mg yang merupakan obat jenis angiotensin converting
enzyme inhibitor dengan dosis kecil dimaksudkan untuk menjaga agar
tekanan darah tetap stabil dan tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang
berakibat munculnya komplikasi. Pada pasien ini tekanan darahnya normal
yaitu 120/80. Pemberian simvastatin yang merupakan obat golongan statin,
obat penurun lemak, dilakukan pada pasien ini untuk menurunkan kolesterol
total dan kadar trigliserid serta meningkatkan kolesterol HDL. Pada pasien
ini, terjadi peningkatan kolesterol dan kadar trigliserida, sedangkan kolesterol
HDL mengalami penurunan. Oleh karena itu, pemberian obat-obatan pada
pasien ini dinilai sudah tepat (Prodjosudjadi, 2006).
BAB V
KESIMPULAN
dengan
edema
anasarka,
proteinuria
massif
3,5
g/hari,
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., dan Ernst, M.E., 2012. Koda-Kimble and Youngs
Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. Lippincott Williams &
Wilkins
Alpers, A. 2006. Sindrom Nefrotik dalam Buku Ajar Pediatrik Rudolph Edisi ke20. Jakarta: EGC.
Behrman, R.E., Kliegman, R., dan Jenson, H.B., 2004. Nelson Textbook of
Pediatrics 17th Eddition, 17th ed. Elseviers Health Science, USA.
Cohen E.P., 2009. Nephrotic Syndrome. www.emidicine.com.
Effendi I.& Pasaribu R., 2006. Edema Patofisiologi dan Penanganan dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal.513-15
Gulati, A., et al. 2010. Efficacy and safety of Treatment with Rituximab for
Difficult Steroid-Resistant and Dependent Nephrotic Syndrome: Multicentric
Report. Clin J Am Soc Nephrol. 5 (12):2207-12
Handayani, I., Rusli, dan Hardjoeno, 2007. Gambaran Kadar Kolesterol Albumin
dan Sedimen Urin Penderita Anak Sindroma Nefrotik. Indonesian Journal
of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 13: 4952.
Himawan S., 1979. Patologi Anatomi . Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 264-65
Mansjoer A., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiek S.,(Ed). 2001. Sindrom
nefrotic dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta.
Penerbit Media Aesculapius FKUI. Hal. 525-27
Prodjosudjadi, wiguna. 2006. Sindrom Nefrotik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV.Jakarta : PAPDI.
Rauf, S. 2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK Universitas Hasanudin.
Silbernagil, S., Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Stevenson, F, Shreelata Datta. 2003. Crash Course Renal and Urinary System
Second Edition. Philadelphia: Elsevier.
Sudoyo, A.W., Bambang S, Idrus A, Marcellus S.K., Siti S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI.