Anda di halaman 1dari 3

http://hizbut-tahrir.or.

id/2015/08/31/peran-ibu-dalam-menjaga-kesehatan-keluarga/
31 August 2015

Peran Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Keluarga


Nabi saw. pernah bersabda, Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan.
Sesungguh-nya setelah nikmat keimanan tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan
kepada seseorang selain nikmat sehat. (HR Hakim).
Hadis ini telah memberikan penjelasan, bahwa Islam memberikan perhatian yang sangat luar
biasa terhadap kesehatan. Hal ini tampak saat Islam menyandingkan kesehatan dengan
keimanan, nikmat keimanan dan nikmat kesehatan. Rasulullah saw. juga bersabda yang
artinya, Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang
lemah. (HR muslim).
Peran Ibu
Islam telah sangat jelas mengatur bahwa negara bertanggung jawab dalam menjaga
kesehatan rakyatnya. Namun, Islam pun memberikan tatacara individu rakyat untuk menjaga
kesehatannya berdasarkan syariah. Ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam menjaga
kesehatan anggota keluarganya, terutama ibu, karena tugasnya sebagai ummu wa rabbatulbayt. Ibu berperan besar dalam menjaga kesehatan keluarganya sebagaimana telah diatur oleh
syariah di antaranya:
1. Menyusui anaknya sampai si anak berusia dua tahun.
Siapa pun memahami bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi anak, terutama dalam 6 bulan
pertama sejak kelahiran sang bayi. Anak membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan otak mereka dan keterampilan anak sehingga mereka menjadi
lebih mahir dalam menghapal atau mengingat sesuatu. Karena itu asupan gizi yang seimbang
mestinya sudah tersedia dalam jumlah yang cukup semenjak anak menyusu kepada ibunya
dalam bentuk ASI. Pada saat menyusui, seorang ibu juga sesungguhnya sedang membentuk
inteligensia dan emosional anaknya. Melalui proses menyusui, terwujud kedekatan antara bayi
dan ibu, muncul ikatan emosional antara anak dan ibu. Karena itu tepatlah ketika Islam
memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya hingga si anak berusia dua tahun (Lihat:
QS al-Baqarah [2]: 233).
2. Membiasakan anggota keluarga menjaga kebersihan diri.
Menjaga kebersihan badan merupakan amalan yang baik. Islam memerintahkan kepada kita
untuk menjaga kebersihan badan. Rasulullah saw., Ath-Thuhru syatr al-man (Bersuci adalah
setengah (sebagian) dari iman. (HR Ahmad, muslim dan at-Tirmidzi).
3. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan tempat tinggal merupakan tempat keluarga berkumpul dan menghabiskan waktu
bersama. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersih sehingga tidak menjadi sarang
kuman dan bibit penyakit yang bisa mengganggu kesehatan keluarga. Kenyamanan untuk
berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat bisa membuat keluarga lebih harmonis karena
dapat membuat seluruh anggota keluarga betah untuk menghabiskan waktu di rumah. Bahkan
rumah yang bersih dan nyaman akan memberikan aura yang positif bagi siapapun. Rasulullah
saw. bersabda, Sesungguhnya Allah SWT adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan
mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai
kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai
orang Yahudi. (HR at-Tirmidzi).
4. Menanamkan perilaku hidup sehat kepada seluruh anggota keluarga sejak
dini.

Islam memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan. Islam pun menganjurkan kita untuk
hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan perilaku yang
harus ditanamkan sejak anggota keluarga masih kecil. Di sinilah ibu memiliki peran yang
sangat besar.
Islam telah memerintahkan kepada orangtua untuk mengkhitan anak-anaknya, menganjurkan
untuk makan tidak berlebihan sehingga kekenyangan. Islam melarang kita untuk makan dan
minum sambil berdiri dan sebagainya. Di sinilah pentingnya peran ibu untuk membiasakan
hidup sehat kepada anak-anaknya. Rasulullah saw. bersabda, Janganlah kalian minum sambil
berdiri. Siapa lupa sehingga minum sambil berdiri maka hendaklah ia berusaha untuk
memuntahkannya. (HR Ahmad).
Beliau pun bersabda, Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut.
Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya.
Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan,
sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.
5. Menyediakan makanan yang halal, baik dan bergizi bagi anggota keluarganya.
Membuat dan menyediakan makanan yang sehat, bergizi dan tetap enak untuk dinikmati serta
sesuai dengan standar dari pola hidup sehat merupakan amalan yang disukai Allah SWT.
Apalagi jika dalam anggota keluarga tersebut terdapat anak kecil atau orangtua yang
membutuhkan makanan khusus sesuai dengan umur dan kondisi tubuh mereka (Lihat: QS alBaqarah [2]: 172).
6. Memiliki pengetahuan tentang pengobatan walaupun sedikit.
Hal ini penting terutama berkaitan dengan pertolongan pertama. Ibu juga harus memiliki
keyakinan yang kuat bahwa Allahlah Yang Maha Penyembuh (QS asy-Syuara [26]: 80) serta
memahami bahwa berobat adalah sunnah hukumnya. Rasul saw. bersabda, Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit dan obatnya serta menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya.
Karena itu berobatlah kalian, tetapi jangan dengan yang haram. (HR Abu Dawud).
Penutup
Demikianlah, Islam memerintahkan orangtua, terutama ibu, untuk berperan dalam menjaga
kesehatan keluarganya. Kondisi ini akan bisa terlaksana dengan baik ketika sistem Islam
diterapkan secara sempurna dalam institusi Khilafah.
Sayang, kondisi kita saat ini sangat jauh dari ideal karena saat ini kita hidup dalam sistem
kapitalis yang bertentangan dengan Islam. sistem kapitalis memandang bahwa kesehatan
bukan hak setiap individu, melainkan menjadi hak istimewa bagi seseorang yang sanggup
membayar biaya kesehatan.
Negara tidak berfungsi sebagai penjamin kebutuhan rakyat.
Negara hanya perantara bagi penyedia layanan kesehatan untuk dijual. Karena itu biaya
dokter tinggi, harga obat mahal, biaya pengadaan dan pemeliharaan alat-alat dan sarana
kesehatan dibebankan kepada konsumen. Layanan kesehatan menjadi diskriminatif, bukan
lagi menjadi hak bagi setiap orang. Mereka yang miskin tidak akan sanggup membayar
layanan kesehatan yang berkualitas. Pada akhirnya rakyat dibiarkan untuk menanggung
kesehatan keluarganya.
Bagaimanapun kesehatan merupakan hal yang penting bagi siapapun. Karena itu Islam
menempatkan pelayanan kesehatan sebagai hak setiap warga negara. Oleh karena itu, ketika
saat ini negara abai terhadap pelayanan kesehatan bagi rakyatnya, maka kesulitanlah yang
dialami oleh rakyatnya, baik individu maupun keluarga.
Seorang ayah maupun ibu dalam keluarga tentu saja tidak bisa untuk tidak perduli akan kondisi
kesehatan anak-anaknya atau anggota keluarga yang lainnya. Seorang ayah maupun ibu
tidak akan leluasa menjalankan perannya sebagai orang yang bertanggung jawab bagi
kesehatan anggota keluarganyasaat negara menyerahkan seratus persen urusan kesehatan
rakyat kepada individu.

Karena itu tidak ada alasan lagi untuk tetap melanggengkan penerapan sistem kapitalis yang
telah menyengsarakan rakyatnya karena pengabaian mereka terhadap urusan rakyat. Tidak
ada pilihan lain kecuali segera berusaha menegakkan Khilafah yang melayani kebutuhan asasi
rakyatnya dengan cuma-cuma dan berkualitas. Hidup dalam naungan Khilafah adalah pilihan
logis selain menjadi kewajiban bagi umat untuk mewujudkannya.
WalLhu alam bi ash-shawwb. [Najmah Saiidah; (Lajnah Tsaqafiyah DPP MHTI)]
Najmah Saiidah; (Lajnah Tsaqafiyah DPP MHTI)
Baca juga :
1.

Peran Moskow Dalam Menjaga Rezim Vampir di Suriah

2.

TALK SHOW TANTANGAN KELUARGA SAKINAH ABAD 21, KHILAFAH MENJAGA KELUARGA SAKINAH DARI
KEHANCURAN

3.

Motivasi Ramadhan Kelima belas: Hanya Khilafah Yang Menjaga Islam, Menjaga Tanah Air, Menjaga Nyawa,
Kehormatan dan Harta Benda Rakyat, Baik Muslim maupun non-Muslim

4.

Komite Kesehatan Mesir Izinkan Aborsi Dalam Kondisi Kemiskinan

5.

Peran Dunia Pendidikan dalam Menyelamatkan Generasi Muda dari Pergaulan Bebas

Anda mungkin juga menyukai