PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah. Sebenarnya, globalisasi belum memiliki definisi yang pasti
karena mencakup banyak aspek dan kekompleksan sifatnya, sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Sebagai bukti, ada yang menyebut globalisasi di
bidang budaya atau di bidang ekonomi, atau di bidang informasi dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, disamping memberikan manfaat bagi perekonomian
suatu negara ternyata perusahaan multinasional juga turut berperan sebagai
penghambat karena dampak negatif yang ditimbulkannya. Terlepas dari
perdebatan mana yang lebih dominan, manfaat atau kerugiannya, yang pasti harus
dipikirkan bersama cara-cara untuk menanggulangi dampak negatif dari adanya
perusahaan multinasional.
Dewasa ini pertumbuhan Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations)
semakin berkembang pesat. Eksistensi Multinational Corporations sendiri sudah
ada sejak lama, bahkan sejak sebelum Perang Dunia I dimulai. Sejak awal
kehadirannya, hingga pertengahan tahun 1980an MNC sudah tumbuh berkali-kali
lipat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perdagangan dunia. MNC atau
multinational corporation atau di dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
perusahaan multinasional adalah salah satunya. Adanya perjanjian kerjasama
secara global untuk mengadakan daerah pasar bebas (AFTA) mendorong banyak
pihak
eksternal
atau
yang
dalam
hal
ini
adalah
Multi-National
konsekuen-
si kehadiran MNCs tersebut, baik pada dimensi pekerja maupun pada dimen
si lingku-ngan hidup serta dengan kehadiran MNCs, tidak berarti negara
berkembang dengan otomatis akan mendapatkan keuntungan di segala dimensi,
akan tetapi ada dimensi lain yang justru tereksploitasi, seperti pada dimensi SDM
dan lingkungan hidup. Berkembangnya Perusahaan Multi Nasional disuatu
Negara sangatlah berpengaruh terhadap Ekonomi Negara itu sendiri dimana
pengangguran akan berkurang sehingga pendapatan Negara itu sendiri otomatis
akan bertambah. Dalam rangka membantu perubahan terhadap Negara khususnya
Indonesia perkembangan perusahaan multi Nasional merupakan prioritas utama
dalam pembangunan negara maka pembangunan ini memerlukan konsep yang
sangat bagus agar tujuan-tujuan tercapai semua. Dengan demikian unsur
pemerintahan merupakan hal yang penting sebelum mengarah kepada perusahaan
itu sendiri. Dalam perkembangannya, disamping memberikan manfaat bagi
perekonomian suatu negara ternyata perusahaan multinasional juga turut berperan
sebagai penghambat karena dampak negatif yang ditimbulkannya. Terlepas dari
perdebatan mana yang lebih dominan, manfaat atau kerugiannya, yang pasti harus
dipikirkan bersama cara-cara untuk menanggulangi dampak negatif dari adanya
perusahaan multinasional.
Persaingan bisnis makanan ketat di Indonesia begitu juga dalam bisnis makanan
seperti donut. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya bermunculan merekmerek donat yang ada di Indonesia sehingga konsumen diadapkan pada pilihan
merek yang beraneka ragam. Seperti Dunkins Donuts, J.CO Donut, Krispy
Kreme, I-Crave, dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
ke Indonesia?
1.3
Tujuan Penulisan
2.
3.
4.
Indonesia.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hidangan ini meluas cepat mencapai 140 truk namun segera menyurut pada akhir
tahun 1940an.
Pada tahun 1950 membuka The Open Kettle lalu diganti nama menjadi
Dunkin Donuts yang diambil nama dari komedi lama Red Skelton. Dan
tahun 1963, William Rosenberg mengalihkan jabatannya CEO kepada putranya
yang bernama Robert.
Di tahun 1963 mempunyai 100 toko yang menghasilkan 100 juta dolar. Dunkin
Donuts lalu menjual sahamnya kepada masyarakat tahun 1968 yang pada saat itu
telah mempunyai 334 toko menjadi 700 toko dalam waktu 3 tahun. Dengan
strateginya yang agresif dalam memperluas dia mampu mencapai 90 juta dolar
tahun 1970 dan tahun 1971 mencapai 950.000 dolar, tahun 1972 mampu
mencapai 120 juta dolar. Pada tahun 1973 menghadapi menurunan sehingga dia
harus menjual 56 toko dan perusahaan merugi hingga 1,7 juta dolar. Itu menurun
hingga 12% dari semua toko Dunkin Donuts.
Ketika dia sudah mengalami penurunan, namun dia tetap membuka usahanya
dengan memilih tempat dengan hati-hati seperti pompa bensin, bandar udara,
toko-toko diskon yang menyenangkan. Pada tahun 1989 Dunkin Donuts
berpindah tangan kepada Allied Lyson membelinya dengan harga 325 juta
dolar. Akibat kecerobohan Robert, perusahaan Dunkin Donuts mengalami
kerugian besar dan hampir memusnahkan perusahaan ini.
Dunkin Donuts ingin memperluasnya dengan melakukan analisa pasar.
Pendapatan semakin lama semakin meningkat mencapai 10-15%. Perusahaan ini
menetapkan
perusahaan yang paling stabil dan efektif dalam industri ini dan perusahaan ini
menyadari bahwa usaha tanpa staf perusahaan yang stabil dan efektif maka tidak
akan bisa maju malahan akan menghadapi ancaman.
-
Mengambil ahli pesaing yang ada dan mengubah toko mereke menjadi
Salah satunya adalah usaha toko mini, usaha toko mini ini dibuka disekitar stasiun
kereta api, terminal bus, bandar udara. Lalu daerah selanjutnya adalah pompa
bensin, pompa bensin Exxon, Citgo, Shell, dan Amoco adalah pompa bensin yang
sudah bekerja sama dengan Dunkin Donuts. Dunkin Donuts sudah mempunyai
ratusan tempat sampai 1995. Dunkin Donuts tidak hanya di dalam negri saja
namun sudah keluar negri dari Brazil sampai ke Arab Saudi, selain itu Allied
sudah mempersiapkan 4 tempat baru yaitu :
1. Amerika
2. Eropa Barat
3. Inggris Raya
4. Bagian Dunia Lainnya.
650 tempat berhasil menghasilkan 220 juta dolar. Usaha ini juga sedang diperluas
ke Spanyol, Korea dan Inggris. Perhitungan terakhir pada tanggal 29 Februari
1993 menghasilkan 1,35 milyar dolar dari 3000 tempat penjualan dalam negri.
Tahun 1992 memperoleh 1,22 milyar dolar dan 1,03 milyar dolar berasal dari
dalam negri.
Dunkin Donuts selalu mengutamakan kualitasnya dan setiap anggota selalu
bekerja sama untuk membangun Dunkin Donuts menjadi tambah berkembang.
Dunkin Donuts mampu menyediakan pasokan tepat waktu. Setiap manager
bertanggung jawab atas pengembangan, pengemasan, penelitian pasar, penetapan
harga, dan penyediaan bahan.
Ketiga golongan produk lainnya adalah donat, cairan termasuk kopi, dan sop serta
bakaran termasuk sandwich. Dunkin Donuts tidak sepenuhnya sesuai dengan
keinginan para konsumen, apalagi macam rasanya tidak mempunyai variasi maka
peminatnya berkurang. Para pelanggan menginginkan makanan lebih bergizi dan
sehat. Penjualan Dunkin Donuts dilakukan di arena penjualan setempat. Mc
Donalds dan Burger King juga memasuki perang makanan pagi / siang, sehingga
mengancam Dunkin Donuts akan mengalami kebangkrutan.
Dengan Dunkin Donuts mengeluarkan produk yang lebih beragam. Dunkin
Donuts telah mengalami proses pembelajaran dari perluasan usahanya dalam
tahun 60an, masalah berat telah dipecahkan oleh perusahaan yaitu dengan
meningkatkan penjualan tanpa terlalu memperluas usaha dan mampu memasuki
pesaingan di pasaran.
Dengan banyaknya pesaing di pasaran Dunkin Donuts mengurangi waktu
usahanya, dan Dunkin Donuts juga mengeluarkan produk menarik untuk
pelanggan. Dunkin Donuts juga mampu meyakini pelanggan bahwa Dunkin
Donuts tidak hanya membuat donut namun menyediakan sandwich dan sop.
Dalam pandangan yang sederhana, waralaba adalah inti mutlak dari
kewirausahaan dan perusahaan bebas, dan tidak diragukan lagi menjadi faktor
ekonomi paling dinamik di dunia kini. ( William Rosenberg, pendiri Dunkin
Donuts ).
2.2
Indonesia.
Sebenarnya, Dunkin Donuts bukan merupakan perusahaan donuts multinasional
pertama yang masuk ke Indonesia. Di tahun 1968, American Donut merupakan
perintis donat pertama yang digoreng dengan mesin otomatis di Pekan Raya
Jakarta. Selain membuka gerainya di pekan raya, American Donut juga
membuka gerainya di berbagai tempat di Jakarta. Selain itu, masih ada
perusahaan-perusahaan multinasional donut lainnya yang juga berusaha
mengimbangi gerak Dunkin Donuts, seperti Country Style Donuts asal Kanada,
Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme yang juga berasal dari AS, serta
masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut lainnya.
Meskipun demikian, Dunkin Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia. Dunkin Donuts telah
berhasil membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di
berbagai benua. Di Indonesia sendiri Dunkin Donuts telah membuka 200 gerai
lebih di kota-kota besar di seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta,
Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia.
DunkinDonuts telah berhasil menjadi model dalam hal pelayanan serta konsep
gerai yang dimilikinya. Bahkan DunkinDonuts terkadang dianggap sebagai
bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin Donuts
telah merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro,
hingga ke bookstore-bookstore seperti Gramedia.
2.3 Isu terkait Dunkin Donut di Indonesia
Saat ini Dunkin Donuts mengalami beberapa masalah seperti konsumen mulai
bosan
dengan
bentuk
produk
Dunkin
Donuts
yang
tebal
(Agungagriza.wordpress.com/2011/12/21).
Produk yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen juga mempunyai aspekaspek tertentu, seperti kualitas produk. Saat ini kualitas produk Dunkin Donuts
dari segi rasa kalah dari J.CO Donut, karena produk J.CO Donut lebih legit bagi
para penikmat Donat (Annisamardiana.wordpress.com/Kualitas Pelayanan dan
Kualitas Produk Dunkin Donuts/2011/12/21).
Kemudian dari perspektif konsumen kualitas minuman Dunkin Donuts tidak
mencerminkan
harganya
Donuts/2011/04/08).
(www.detik.com/Kualitas
Minuman
Dunkin
Dalam hal ini yang dimaksud adalah minuman cream float yang dimana saat
diberikan kepada konsumen creamnya tidak layak untuk diminum. Dunkin
Donuts dalam menjual produknya menggunakan cara yang tidak jujur. Hal ini
terbukti saat seorang konsumen membeli 1 lusin donut, roti keju, kopi dengan
total harga Rp86.000,00, oleh Dunkin Donuts diberikan free 1 roti tawar gratis.
Setelah dicek pada kuitansi pembayaran ternyata roti tersebut tidak gratis, karena
harus membayar sebesar Rp10.000,00 (home of veronica of tan/Hati hati ketika
membeli Dunkin Donuts/2012/01/05). Kemudian dari segi pelayanan Dunkin
Donuts tidak memahami apa yang diinginkan konsumennya. Contoh kasus
seorang konsumen memesan 1 lusin donat dengan harga Rp71.000, yang dimana
dalam paket tersebut tidak dimasukkan donat dengan rasa selai srikaya sehingga
hal ini membuat kecewa konsumen tersebut(www.detik.com/Semoga kedepan
Dunkin Donuts lebih manis lagi/2012/01/05).
PT Dunkindo Lestari selaku pemegang waralaba Dunkin Donuts di Indonesia
perlu melakukan tindakan atau usaha serius untuk meningkatkan citra merek yang
positif dibenak konsumen. Salah satu upaya yang telah dilakukan melakukan
edukasi tentang donat ke sekolah-sekolah, pembagian donat-donat ke konsumen
(pelanggan), berpromosi melalui sinetron yang didalamnya menampilkan produk
Dunkin Donuts. Citra merek merupakan refleksi dari asosiasi merek yang
terbentuk dalam ingatan konsumen, dan asosiasi merek merupakan segala hal
yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi merek yang membentuk
citra merek, merupakan pijakan konsumen dalam keputusan pembelian.
Jika disusun secara ringkas, berikut isu terkait Donkins Donuts:
1. Konsumen mulai bosan dengan bentuk produk Dunkin Donuts yang tebal.
2. Kualitas produk donat milik Dunkin Donuts dari segi rasa kalah dari J.CO
Donut, karena produk J.CO Donut lebih legit dirasakan oleh para penikmat donat
3. Kualitas produk minuman tidak sebanding dengan harganya
4. Dunkin Donut dalam menjual produknya menggunakan cara yang tidak jujur
5. Dalam hal pelayanan, Dunkin Donuts tidak memahami apa yang diinginkan
konsumennya.
Dalam menghadapi isu tersebut, tampak argument dan upaya pelayanan yang
berkembang pada Dunkin Donuts. Dari segi produk, Dunkin Donuts terus
mulai banyak bermunculan perusahaan donut lokal yang menghasilkan donutdonut berkualitas sampai dengan yang berorientasi pada bentuk resto donut dan
kopi. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, Donut Kampoeng Utami (Dku.
Donuts Indonesia), Ring Master, sampai perusahaan donut J.CO (milik penata
rambut Indonesia ternama, Johnny Andrean) yang semakin digemari para
penikmat donut. Dunkin Donuts yang merupakan restoran donut dan kopi dengan
jaringan terbesar di dunia saat ini terbukti mampu merangsang pertumbuhan
perusahaan donut lokal yang ada.
Saat
ini
bahkan
perusahaan
donut
J.CO
dinilai
mampu
menandingi
(tahun 1985), sudah ada American Donuts yang masuk terlebih dahulu pada tahun
1968. Sementara, donuts sendiri bukanlah suatu produk makanan yang baru. Ia
sudah ada dan populer di tengah-tengah masyarakat sama seperti halnya roti.
2.5
Dampak
Kehadiran
Dunkins Donuts
Terhadap
Pertumbuhan
Dan
produk yang diinginkannya. Tidak perlu lagi menunjuk produk dan meminta
pelayan untuk mengambilkannya. Konsep tersebut berhasil menghilangkan
pembatas antara customer ke produk. Dengan dilepasnya pembatas tersebut,
customer bisa punya pengalaman tersendiri.
Untuk mengaplikasikan konsep ini, Dunkin masih dalam tahap transisi. Di dua
outlet itu masih disediakan crew untuk membantu. Pada akhirnya, tidak akan ada
lagi crew yang membantu pelanggan untuk memilih donat. Rencananya, konsep
ini akan berlaku di semua outlet Dunkin yang berjumlah 200-an, dan diperkirakan
dapat terwujud dalam kurun waktu 4 tahun.
Konsep self service ini digunakan dengan tujuan meningkatkan penjualan dan
menghadapi kompetitor yang semakin gencar. Konsep ini ternyata dapat membuat
item-item produk terjual secara merata. Bahkan, untuk beberapa item produk yang
tadinya mati bisa hidup kembali. Selain self service, Dunkin juga menyediakan
fasilitas hot spot bagi pelanggannya.
Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam
praktiknya membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan bagi negara
mereka. Salah satu isu yang paling kontroversial mengenai kehadiran MNC
terutama di negara-negara berkembangadalah isu mengenai outsourcing. Selain
itu, terkadang kedaulatan nasioal juga tergadaikan dengan adanya upaya MNC
untuk masuk ke dalam negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada mulanya
diisukan sebagai keunggulan dari masuknya perusahaan multinasional di negaranegara berkembang ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih banyak lagi
reaksi-reaksi negatif lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan
multinasional di negara-negara dunia ketiga.
Namun,
terkadang
orang
menjadi
lupa
bahwa
kehadiran
Perusahaan
Multinasional sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi
negara penerima. Selain membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak,
MNC sebenarnya juga membawa dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai
MNC tidak akan berkembang jika hanya mengenai dampak negatif yang dibawa
oleh MNC saja. Kehadiran MNC sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi
berkembangnya usaha-usaha lokal sejenis yang ada bagi negara penerima. Salah
satu contoh kasus yang disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran
DunkinDonuts yang memacu hadirnya usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, ICrave, Java Donut, dan lain sebagainya.
Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa keberadaan Perusahaan
perusahaan
donut-donut
lokal.
Sehingga
kehadiran
DunkinDonuts. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, J.CO, Donut Oishii, Mister Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut lokal ini juga tidak kalah digemarinya oleh para penikmat
donut. Sebuah polling dalam sebuah situs internet baru-baru ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kegemaran para penikmat donut terhadap rasa dari jenis-jenis donut yang ada, baik lokal maupun yang dari luar.
Item
Kreme
Tidak
donat
2,7%
%
Total Voters: 37
Keterangan:
Donut Lokal = J.CO, iCrave, Donut Pasar dan Donut Kentang
Donut dari Perusahaan Multinasional = DunkinDonuts dan Krispy Kreme
Di sini terlihat bahwa jumlah para penikmat donut lokal ternyata jumlahnya
justru lebih banyak (sekitar 70%) dibandingkan jumlah penikmat donut dari
Perusahaan Multinasional seperi DunkinDonuts (30% sisanya). Hal ini karena
adanya segmentasi pasar yang berbeda selain karena adanya permasalahan
mengenai cita rasa.
Salah satu dari perusahaan-perusahaan donut lokal yang mampu bersaing dengan
Perusahaan DunkinDonuts adalah J.CO (perusahaan milik penata rambut Johnny
Andrean). J.CO mulai berdiri sejak tahun 2005. Perusahaan ini bahkan dianggap
mampu menyaingi DunkinDonuts dalam hal cita rasa dan pelayanan. J.CO pun
telah membuka gerai-gerainya di mall-mall besar di kota-kota besar di Indonesia.
J.CO dianggap sebagai salah satu perusahaan donut lokal yang mampu keluar dari
bayang-bayang Perusahaan Multinasional DunkinDonuts. Perusahaan donut J.CO
dianggap sebagai perusahaan donut lokal yang berhasil membuat gebrakan dalam
bisnis di bidang resto donut dan kopi. J.CO dianggap berhasil tampil beda
dengan para pemain sebelumnya karena berhasil menawarkan konsep gerai baru.
J.CO menggunakan konsep gerai Open Kitchen (sama seperti Bread Talk,
keduanya juga berada dalam satu payung perusahaan yang sama). Namun, bukan
hanya konsep gerai saja yang membuat J.CO dianggap lebih unggul daripada
DunkinDonuts. Kualitas jasa (tingkat pelayanan) J.CO juga dinilai lebih baik
daripada tingkat pelayanan DunkinDonuts.
Di samping itu, kualitas produk dalam hal rasa dan bahan J.CO juga dinilai lebih
baik dan lebih berkualitas. J.CO dinilai lebih legit dan lebih lembut bagi para
penikmat donut dibandingkan dengan rasa Dunkin Donuts. Bahan-bahan yang
digunakan juga dinilai baik dan sehat. Misalnya, coklat putih Belgia, yoghurt dan
susu bebas lemak, biji kopi yang dikembangkan dari Brazil dan lain sebagainya
yang memang dinilai sebagai bahan-bahan yang berkualitas. Selain itu, teknologi
mesin penggoreng yang digunakan juga diimpor langsung dari Amerika Serikat.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lokal juga mampu memiliki kualitas
dalam hal produk, pelayanan, maupun sistem manajemen yang tidak kalah dengan
Perusahaan-Perusahaan Multinasional. Ditambah lagi, perusahaan J.CO juga
memiliki wadah komunitas berupa J.CO Community dan jejaring sosial berupa
facebook. Sehingga memudahkan J.CO untuk menyalurkan info-info kepada para
pelanggannya, baik berupa launching gerai ataupun outlet baru, promosi produk,
sampai dalam hal pelayanan baru misalnya berupa Midnite Sale. Event-event
ataupun kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan tersebut, biasanya juga
diinformasikan melalui sarana media tersebut. Hal ini membuat perusahaan J.CO
semakin dekat dengan para pelanggannya.
Tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri (tingkat lokal) saja. J.CO
Donuts & Coffee Indonesia juga telah membuka cabang-cabangnya di negaranegara Asia Tenggara.seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Di Malaysia
sendiri, J.CO Donuts & Coffee telah membuka gerainya di Kuala Lumpur dan
Petaling Jaya, Selangoryang dianggap sebagai pusat kegiatan ekonomi
Malaysia. Saat ini bahkan J.CO dianggap sebagai waralaba resto Donut & Coffe
yang laju pertumbuhannya paling cepat di Asia Tenggara.
Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan lokal
terbukti juga tidak kalah bersaing dengan Perusahaan-Perusahaan Multinasional
yang berasal dari luar negeri. Bisnis di bidang pangan berupa resto Donut & Coffe
merupakan salah satu contoh kemajuan yang dimiliki oleh usaha-usaha lokal.
Masih banyak lagi usaha-usaha lokal yang juga memiliki nama di tingkat
regional bahkan global. Misalnya saja perusahaan Mustika Ratu ataupun Sari Ayu
yang merupakan produk di bidang kecantikan. Hal ini tentunya juga menjadi
pemicu bagi perusahaan-perusahaan lokal lainnya untuk turut bersaing di era
oleh
Negara
berkembang
mengenai
proses
produksi
sekaligus
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam
pelaksanaan kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai
dampak negatif yang terjadi pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang
menjadi sasaran pemasaran perusahaan multinasional ini memang adalah Negaranegara yang notabenenya adalah Negara-negara yang sedang berkembang atau
Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-negara dunia
ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menolak kekuatan daripada
perusahaan-perusahaan raksasa multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin
mereka bisa melakukan intervensi terhadap pemerintahan yang dilangsungkan
oleh Negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain Negara-negara ini
menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu lemah untuk
menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa ini
sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.
Kemudian kita juga harus menyadari bahwa perusahaan-perusahaan
mutinasional ini tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu
Negara. Perhatian mereka hanya tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan
atau tingkat hasil financial atas setiap sen modal yang mereka tanamkan.
Perusahaan-perusahaan multi nasional ini senantiasa mencari peluang ekonomi
yang paling menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi
perhatiam kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan
pengangguran. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan multinasional hanya
sedikit memperkerjakan tenaga-tenaga setempat. Operasi mereka cenderung
terpusat di sector modern yang mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal
yaitu di daerah perkotaan.
Selain tidak bisa diharapkan untuk ikut membantu mengatasi masalah
ketenagakerjaan di Negara tuan rumah, mereka bahkan seringkali memberi
pengaruh negative terhadap tingkat upah rata-rata, karena mereka biasanya
memberikan gaji dan aneka tunjangan kesejahteraan yang jauh lebih tinggi
ketimbang gaji gaji rata-rata kepada para karyawannya, baik itu yang berasal dari
Negara setempat atau yang didatangkan dari Negara-negara lain. Di atas telah
dikatakan bahwa keuatan mereka juga ditunjang oleh posisi oligopolitik yang
mereka genggam dalam perekonomian domestik atau bahkan internasional pada
sektor atau jenis-jenis produk yang mereka geluti. Hal ini bertolak berlakang dari
keyataan bahwa mereka cenderung beroperasi di pasar-pasar yang dikuasai oleh
beberapa penjual dan pembeli saja. Situasi seperti ini memberi mereka
kemampuan serta kesempatan yang sangat besar untuk secara sepihak
menentukan harga-harga dan laba yang mereka kehendaki, bersekongkol dengan
perusahaan lainnya dalam membagi daerah operasinya serta sekaligus untuk
mencegah atau membatasi masuknya perusahaan-perusahaan baru yang nantinya
dikhawatirkan akan menjadi saingan mereka.
Hal-hal tersebut mereka upayakan dengan menggunakan kekuatan yang
mereka miliki dalam penguasaan teknologi-teknologi baru yang paling canggih
dan efisien, keahlian-keahlian khusus, diferensiasi produk, serta berbagai kegiatan
periklanan secara gencar dan besar-besaran untuk mempengaruhi, kalau perlu
mengubah, selera dan minat konsumen. Kemudian walaupun dampak-dampak
awal (berjangka awal) dari penanaman modal perusahaan multinasional memang
dapat memperbaiki posisi devisa Negara yang menerima mereka (Negara tuan
rumah), tetapi dalam jangka panjang dampak-dampaknya justru negatif, yakni
dapat mengurangi penghasilan devisa itu, baik dari sisi neraca transaksi berjalan
maupun neraca modal. Neraca transaksi berjalan bisa memburuk karena adanya
impor besar-besaran atas barang-barang setengah jadi dan barang modal oleh
perusahaan multinasional itu, dan hal tersebut masih diperburuk lagi oleh adanya
pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royalty, dan biaya-biaya jasa
manajemen ke Negara asalnya. Jadi praktis pihak Negara tuan rumah tidak
memperoleh bagian keuntungan yang adil dan wajar.
Selain itu perusahaan-perusahaan multinasional berpotensi besar untuk
merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya semangat
bisnis para usahawan local, dan menggunakan tingkat penguasaan pengetahuan
teknologi mereka yang superior, jaringan hubungan luar negeri yang luas dan
tertata baik, keahlian dan agresivitas di bidang periklanan, serta penguasaan atas
berbagai berbagai jenis jasa pelengkap lainnya untuk mendorong keluar setiap
perusahaan local yang cukup potensial yang dianggap mengganggu atau
mengancam dalam kancah persaingan, dan sekaligus untuk menghalangi
munculnya perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan
mereka. Perusahaan-perusahaan multinasional juga sering menggunakan kekuatan
ekonomi mereka untuk mempengaruhi, menyuap, dan memanipulasi berbagai
kebijakan pemerintah di Negara tuan rumah ke arah yang tidak menguntungkan
bagi pembangunannya.
Dan tentu saja dampak-dampak lainnya masih banyak mengingat masalah ini
adalah masalah yang kompleks. Mulai dari politik yang mempengaruhinya, belum
lagi bidang lainnya yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik di bidang sosial,
budaya, pendidikan dan sebagainya.
Selain dampak gaya hidup, dampak positif yang paling utama adalah
mengurangi angka pengangguran dan memberdayakan produktivitas sumber daya
manusia. Bagi mereka, hal ini menjadi sebuah kesempatan dalam meningkatkan
Indonesia
dipandang
positif
sebagai
dijadikan
kesempatan
yang
manfaat yang dapat dipetik adalah dapat mengembangkan sumber daya manusia,
salah satunya dengan menciptakan lapangan kerja lebih banyak di dalam negeri,
menambah income perkapita, memberikan peluang maupun kesempatan bagi
pengusaha lokal untuk mengekspor produknya ke luar negeri, dan tentunya
memiliki prestise yang tinggi di kancah internasional. Seperti halnya J-CO yang
mulai memasarkan produknya ke berbagai negara, yaitu Filiphina, Malaysia,
Singapura dan negara-negara lainnya.
Disamping itu perusahaan lokal juga mampu memiliki kualitas dalam hal
pelayanan, maupun sistem manajemen yang tidak kalah menariknya dengan
perusahaan multinasional. Seperti halnya J-CO mulai mengembangkan segi
pemasarannya melalui media internet sebagai ajang jejaring sosial yang banyak
digemari masyarakat Indonesia. Beberapa varian produk, berikut harga dan
segmentasi pasarnya mulai dikembangkan melalui jejaring sosial ini. Bahkan
event-event yang sering diselenggarakan oleh perusahaan lokal ini mampu
meningkatkan penggemar donut di Indonesia. Hal tersebut dapat dikatakan sebuah
langkah yang baik bagi pengembangan produk dalam negeri dan juga
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan lokal terbukti tidak kalah bersaing
dengan perusahaan multinasional yang berasal dari luar negeri.
Kemudian, berkaitan dengan fakta-fakta kasus yang telah dijelaskan
diatas, penulis berusaha untuk mengkaitkannya dengan teori sistem dunia yang
dikemukakan oleh Wallerstain dimana strategi dalam proses kenaikan kelas, akan
terjadi dengan merebut kesempatan kepada beberapa negara yang telah siap,
seperti halnya Indonesia itu sendiri mampu meraih kesempatan ini dengan lebih
baik. Salah satunya dengan munculnya produk makanan Dunkin Donuts ini
sangat mempengaruhi pengusaha lokal ke arah positif dalam berkreasi
mengembangkan bisnisnya di dalam negeri. Tidak hanya produk makanan seperti
Dunkin Donuts, alat perangkat mesin canggih yang digunakan Indonesia pun
telah mulai dikembangkan sendiri. Mungkin pada awalnya negara Indonesia
mengimpor alat canggih teknologi dari luar negeri dalam mengolah produknya.
Namun hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia dengan mencoba untuk
merakit kembali teknologi tersebut, dengan membongkar komponen-komponen
khusus yang ada di dalamanya. Sehingga masyarakat akan lebih mempelajari
lebih dalam terkait alat canggih tersebut. Sehingga ketika alat canggih tersebut
mengalami kerusakan ataupun gangguan, mereka tidak perlu lagi membeli mesin
yang baru. Mereka bisa memperbaikinya sendiri karena telah mempelajari mesin
tersebut. Dari sini mereka bahkan bisa merakit dan memproduksi mesin tersebut
(produksi lokal) tanpa perlu membeli lagi dari luar. Hal ini mungkin patut
dicontoh sebagai usaha alih-alih transfer teknologi yang dipromosikan sebagai
keuntungan masuknya perusahaan asing.
2.6 Penanggulangan Dampak Negatif Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional, seperti halnya perusahaan komersial lainnya
akan tetap dan selalu bersifat profit oriented. Disini akan timbul suatu masalah
dalam
kaitannya
multinasional.
dengan
penanggulangan
Program-program
dampak
penanggulangan
negative
dampak
perusahaan
negative,
bisa
dicontohkan asuransi kesehatan pegawai, pajak lingkungan hidup (di luar negeri),
jamsostek, reservasi lingkungan, akan dianggap sebagai suatu inefisiensi karena
sifat profit orientednya tadi, dimana perusahaan berusaha mencari keuntungan
yang
sebesar-besarnya
sebagai
bentuk
pertanggungjawabannya
terhadap
shareholder. Sehingga tidak akan tercapai titik temu antara tujuan perusahaan
dengan tujuan masyarakat. Disinilah pemerintah mengambil peranannya.
Namun, tidak selamanya hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah apalagi
pemerintah yang korup. Demi peningkatan usaha penanggulangan dampak negatif
MNC, harus dicari akar masalah dari hambatan atas penanggulangan ini. Ekonom
dan peraih nobel, Joseph E stiglitz dalam bukunya Making Globalization Works
(2006) mengemukan 4 dilema yang dialami perusahaan sehingga mereka
sebenarnya tidak mau melakukan usaha penanggulangan dampak negatif atas
aktivitas yang mereka lakukan.
ekonomi
dan
politik,
mengingat
kekuatan
peusahaan
Dari akar masalah di atas paling tidak bisa dirumuskan 3 pendekatan dalam
menanggulangi masalah di atas sebagai berikut:
baik hal ini. Perusahaan yang berbisnis dengan standar tinggi, dalam
menjalankan praktiknya akan memperhatikan etika berbisnis (code of
conduct). Peraturan dan legislasi akan melindungi perusahaan tersebut
terhadap kompetisi yang tidak fair dari perusahaan yang tidak memenuhi
standar yang sama. Pentingnya peraturan dan hukum ini, seperti dikatakan
oleh stiglitz, tanpa tekanan peraturan pemerintah dan masyarakat,
korporasi enggan melindungi dampak lingkungan secara memadai.
Sejatinya mereka memiliki motivasi untuk merusak lingkungan hidup jika
hal tersebut dapat menyelamatkan uang mereka
2. Pendekatan sosial dan etika. Pendekatan lainnya untuk menjamin
pertanggungjawaban publik perusahaan multinasional ialah melalui
berbagai macam tekanan sosial dan etik masyarakat. Paling tidak ada 4
kelompok yang dapat mengadakan presure antara lain, konsumen,
investor, pekerja dan LSM. Menurut Wegner-Tsukamoto, kelompok ini
dapat menciptakan apa yang disebut ethical capital yang artinya nilai
yang merasuki empat kelompok tadi untuk melakukan gerakan moral
secara aktif. Contoh nyatanya adalah boikot yang dilakukan Gandhi, tentu
saja diikuti pengikutnya, atas perusahaan kapas kolonialis Inggris di India,
kemudian boikot partai solidaritas buruh di Glasgow atas perusahaan
galangan kapal. Kemudian, contoh dari LSM yang memberikan tekanan
adalah yang sering didengar tentang kampanye blood diamond di Sierra
atau Dirty Oil di Nigeria yang cukup efektif menarik perhatian dunia
sehingga perusahaan multinasional yang bersangkutan tidak bisa
seenaknya sendiri. Kasus di Indonesia yang terkenal adalah kasus Freeport
di mana LSM bentukan masyarakat/ suku lokal bernama LEMASA
(Lembaga Masyaraka Adat Komoro) mengajukan gugatannya di
pengadilan New Orleans, kota dimana kantor pusat Freeport berada.
3. Rahmad Paul, master pada Conflict Transformation di Center for Justice
and Peacebuilding Eastern Mennonite University, US menyarankan
pendekatan melalui transformasi konflik. Konflik itu seperti pedang
bermata dua, di satu sisi bisa menghambat tetapi jika dikelola dengan baik
dapat menjadikannya sesuatu yang konstruktif. Kalau dinamika konflik
dikelola secara tepat akan berdampak pada perubahan sosial yang
transformative dan significant bagi kepentingan rakyat banyak. Negosiasi
dan mediasi konflik merupakan cara pendekatan yang berprinsip pada
persepsi
dan
kepentingan
dan
secara
bersama-sama
Adapun Nopirin,
tingkat pajak yang lebih tinggi terhadap anak atau cabang perusahaan asing,
termasuk perusahaan patungan, dengan jumlah saham yang dikuasai warga
Kanada kurang dari 25%. India secara ketat membatasi sector-sektor industry
yang boleh menerima penanaman modal asing secara langsung. Beberapa negara
berkembang bahkan tidak memperbolehkan perusahaan yang sahamnya dikuasai
100% oleh pihak asing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewasa ini pertumbuhan Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations)
semakin berkembang pesat. Eksistensi Multinational Corporations (selanjutnya
disebut MNC)sendiri sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum Perang Dunia I
dimulai. Sejak awal kehadirannya, hingga pertengahan tahun 1980an MNC sudah
tumbuh berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perdagangan
dunia. MNC memiliki jenis-jenis yang beragam, mulai dari perusahaan eksplorasi
tambang migas dan mineral, perusahaan-perusahaan manufaktur, hingga ke
bidang pendidikan serta gerai-gerai pangan seperti kafe. Salah satu Perusahaan
Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai pangan
adalah Dunkin Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD.
Meskipun demikian, Dunkin Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia. Dunkin Donuts telah
berhasil membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di
berbagai benua. Di Indonesia sendiri Dunkin Donuts telah membuka 200 gerai
lebih di kota-kota besar di seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta,
Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia.
DunkinDonuts telah berhasil menjadi model dalam hal pelayanan serta konsep
gerai yang dimilikinya. Bahkan DunkinDonuts terkadang dianggap sebagai
bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin Donuts
telah merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro,
hingga ke bookstore-bookstore seperti Gramedia.
Dunkin Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai
pertamanya di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin Donuts
bukan merupakan perusahaan donut multinasional pertama yang masuk ke
Indonesia. Di tahun 1968, American Donut merupakan perintis donat pertama
yang digoreng dengan mesin otomatis di Pekan Raya Jakarta. Selain membuka
gerainya di pekan raya, American Donut juga membuka gerainya di berbagai
tempat di Jakarta. Selain itu, masih ada perusahaan-perusahaan multinasional
donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin Donuts, seperti
Country Style Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme
yang juga berasal dari AS, serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut
lainnya.
Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang banyak polemik dari
berbagai kalangan, terutama mengenai kehadirannya di Negara-Negara Dunia
Ketiga. Perusahaan-perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman bagi
usaha-usaha lokal di negara tempat ia berada. Namun, meskipun demikian,
pemerintah negara-negara tersebut tetap saja saling berlomba-lomba (bidding
wars) untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di negara mereka
dalam bentuk Foreign Direct Investment.Kehadiran MNC terkadang memang
membawa keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara
pihak-pihak yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di
negara mereka.
Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam
terkadang
orang
menjadi
lupa
bahwa
kehadiran
Perusahaan
Multinasional sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi
negara penerima. Selain membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak,
MNC sebenarnya juga membawa dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai
MNC tidak akan berkembang jika hanya mengenai dampak negatif yang dibawa
oleh MNC saja. Kehadiran MNC sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi
berkembangnya usaha-usaha lokal sejenis yang ada bagi negara penerima. Salah
satu contoh kasus yang disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran
DunkinDonuts yang memacu hadirnya usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, ICrave, Java Donut, dan lain sebagainya.
Secara sosial, pengaruh yang dibawa oleh perusahaan DunkinDonuts tidak
membawa dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Ada yang
berpendapat bahwa kehadiran MNC dapat mengubah pola hidup masyarakat
menjadi lebih konsumtif.
Masyarakat
dinilai
(mengonsumsi)
akan
produk
saling
dari
berlomba-lomba
Perusahaan
dalam
Multinasional
menggunakan
tersebut
untuk
bidang Manajemen dan Pelayanan. Hal ini justru membawa dampak yang positif
bagi masyarakat, yaitu yang paling pokok adalahmengurangi angka pengangguran
dan memberdayakan produktivitas sumber daya manusia. Selain itu, bagi
masyarakat pribadi, hal ini dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam
bidang manajemen dan pemasaran ditambah lagi dengan perluasan jaringan kerja
(work networking).
Sedangkan secara ekonomi, kehadiran dan keberadaan DunkinDonuts tidak
sampai mengancam eksistensi (keberadaan) usaha-usaha donut lokal yang ada.
Buktinya saja sampai saat ini kita masih menjumpai penjual-penjual yang
menjajakan donut buatan industri rumah tangga ataupun industri kecil. Baik di
pasar-pasar tradisional, sekolah-sekolah maupun kantor, warung, serta pedagangpedagang keliling. Kehadiran DunkinDonuts dianggap sebagai salah satu varian
dari jenis-jenis donut yang ada. Selain itu, adanya segmentasi pasar tersendiri dari
Dunkin Donut, membuat eksistensi usaha-usaha donut lokal yang ada tetap
terjaga.
Di samping itu, saat ini pun sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan
donut lokal yang mampu menghasilkan produk-produk donut berkualitas. Bahkan
sebagian dari mereka sudah mempunyai nama ataupun membuka gerai berkonsep
resto donut dan kopi seperti halnya DunkinDonuts. Sebut saja donut I-Crave,
Java Donut, J.CO, Donut Oishii, Mister Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut
lokal ini juga tidak kalah digemarinya oleh para penikmat donut. Sebuah polling
dalam sebuah situs internet baru-baru ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kegemaran para penikmat donut terhadap rasa dari jenis-jenis donut yang ada,
baik lokal maupun yang dari luar.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini tentang Perusahaan Frienchise Dunkin Donuts,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.