LAPORAN KASUS BEDAH Orchitis
LAPORAN KASUS BEDAH Orchitis
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama
: Tn.S
2. Umur
: 24 tahun
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Suku
: Aceh
5. Agama
: Islam
6. Pekerjaan
: Petani
7. Alamat
: Nibong
8. Tanggal pemeriksaan
: 13 Agustus 2013
9. Tanggal masuk RS
: 13 Agustus 2013
10. No. MR
: 04 74 60
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal. Keluhan disertai mual tetapi muntah
disangkal. Os juga mengeluh batuk berdahak berwarna putih kadang timbul
kehijauan sejak 1 tahun yang lalu. Batuk kurang lebih 10x/hari sebanyak kira-kira
20cc. Batuk berkurang jika os minum obat yang diberikan mantri. Batuk darah (-),
sesak (-), os mengeluh berkeringat di malam hari, demam (+), dan penurunan
berat badan sejak sebulan yang lalu. Cepat lelah (+) Clubbing finger (-). BAK
tidak ada keluhan. Flatus (+).
3. Riwayat Penyakit dahulu
4. Riwayat Pengobatan
C. STATUS PRESENT
I.
KESAN UMUM
A. Keadaan Umum
: Lemah
Kesan Sakit
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat Badan : 35 kg
Lain lain
: (-)
B. Keadaan Sirkulasi
TekananDarah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Tipe
: normal
Isi
: Penuh
Irama
: Reguler
C . Keadaan Pernafasan
Frekuensi
: 32 x/menit
Corak Pernafasan
: Thorakoabdominal
: (-)
: Normocephali
2. Muka
: Simetris
3. Mata
Letak
: Ortophoria
Pergerakan
: (+/+)
Palpebra
: dbn
Reaksi Cahaya
: (+/+)
Kornea
: Jernih
Reflek kornea
: (+/+)
Pupil
Sclera
: Ikterik (-/-)
Konjungtiva
: Pucat (+/+)
4. Telinga
: Sekret (-/-)
5. Hidung
6. Bibir
: dbn
8. Lidah
9. Rongga mulut
: dbn
10.Rongga Leher
: Faring
Tonsil: dbn
11. Kelenjar Parotis
: dbn
B. LEHER
- Inspeksi
: Kelenjar Tiroid
: dbn
Pembesaran Vena
: Tidak ditemukan
Pulsasi Vena
: dbn
Refluks Hepatojugular
: Tidak ditemukan
C. KETIAK
D. THORAKS :
1. Thoraks Depan
Inspeksi
Bentuk Umum
: Simetris
Sudut Epigastrium
: Tajam
Sela Iga
: Melebar (+/+)
: dbn
Pergerakan
: Simetris
Skletal
: dbn
Kulit
: dbn
Ictus Cordis
Tumor
: (-)
Pembesaran vena
: (-)
Palpasi
Kulit
: dbn
Muskulus
: dbn
Vocal Fremitus
Mamae
: dbn
Ictus Cordis
Perkusi
Paru : Kanan
Kiri
Peranjakan
: dbn
Batas Kanan
Batas Kiri
Auskultasi
Paru
Cor
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
2. Thoraks Belakang
Inspeksi : Bentuk Umum
Pergerakan
: Simetris
: Simetris
Skletal
: dbn
Palpasi
: Vocal Fremitus
Perkusi
: Paru
: Kanan
: Kiri
Auskultasi : Paru :
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
E. ABDOMEN :
Inspeksi
Bentuk
: simetris(+)
Kulit
: dbn
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
, bruit (-).
F. LIPAT PAHA
Pembesaran Kelenjar (-), tumor (-) , Pulsasi a. Femoralis (+)
G. KAKI DAN TANGAN
Inspeksi
Bentuk
: simetris(+)
Kulit
: dbn
Pergerakan
: dbn
Udema
: (-)
Palpasi
H. SENDI
Kelainan bentuk (-), tanda radang (-), Pergerakan dbn
I. NEUROLOGIS
Reflek fisologis
Reflek patologis
: (-)
Rangsangan meningeal
: (-)
KESIMPULAN
Seorang laki-laki, 24 tahun datang dengan keluhan nyeri di seluruh lapangan
abdomen sejak 2 bulan yang lalu dengan keluhan sakit di seluruh perut sejak 2
hari SMRS. Pasien mengaku sakit perut sudah berlangsung sejak 1 bulan yang
lalu dan semakin lama semakin parah terutama sejak 1 hari SMRS. Sakit perutnya
terjadi tiba-tiba dan terus-menerus, sakit dirasakan seperti mules di seluruh perut.
Nyeri ketika makan kemudian merasa kembung nyeri menjalar ke seluruh bagian
perut. Os juga mengeluh mencret sejak 2 minggu yang lalu. Mencret kurang
lebih dari 4x sehari, kurang lebih setengah gelas aqua setiap mencret, konsistensi
cair, tidak terdapat ampas, berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan
lendir di sangkal. Keluhan disertai mual tetapi muntah disangkal. Os juga mengeluh
batuk berdahak berwarna putih kadang timbul kehijauan sejak 1 tahun yang lalu.
Batuk kurang lebih 10x/hari sebanyak kira-kira 20cc. Batuk berkurang jika os
minum obat yang diberikan mantri. Batuk darah (-), sesak (-), os mengeluh
berkeringat di malam hari, demam (+), dan penurunan berat badan sejak sebulan
yang lalu. Cepat lelah (+) Clubbing finger (-). BAK tidak ada keluhan. Flatus (+).
A. Keadaan Umum
: Lemah
Kesan Sakit
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat Badan : 35 kg
TekananDarah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 32x/menit
KEPALA
LEHER
THORAKS :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
JANTUNG :
Inspeksi : Iktus kordis
: Terlihat
Batas Kanan
Batas Kiri
Auskultasi
ABDOMEN :
Inspeksi
:simetris(+)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
, bruit (-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Urin rutin
Darah rutin
USG
CT SCAN
Peritoneskopi
10
Gambar Abdomen
E. DIAGNOSIS BANDING
-
Tb peritoneal
Tb Paru
Ileus Obstruksi
Peritonitis
F. DIAGNOSA KERJA
Tb Peritoneal + Tb Paru
G. TERAPI
Diet TKTP
IVFD 20 tts/i
Ciprofloxacin 1 fls/12jam
Metoclorpramide 1 amp/8jam
Ranitidin 1 amp/12jam
INH 300 mg 1x1
Rifamfisin 450 mg 1x1
Pirazinamid 750 mg 2x1
11
H. PROGNOSIS
Quod ad vitam
: dubia et bonam
Quod ad sanam
: dubia et malam
FOLLOW UP
Tangg
al
14
Agustu
s 2013
- Lemas
-BAB cair
frekuensi
4x/i
-batuk
berdahak
(+)
- Nyeri
perut
- perut
kembung
(+)
- tidak
mau
makan
- Mual
15
Agustu
s 2013
-BAB cair
frekuensi
3x/i
-batuk
berdahak
(+)
Sens : CM
TD : 90/60
mmHg
HR : 100x/i
RR : 38x/i
Temp : 35 C
Px Fisik
Mata CA (+/+)
Abdomen
Inspeksi : distensi
(+)
Palpasi : NT (+)
fenomena papan
catur (+)
Perkusi : Redup
di seluruh lapang
abdomen
Auskultasi :
Bising Usus (+)
Sens : CM
TD : 100/60
mmHg
HR : 120x/i
RR : 32x/i
Temp : 34 C
Tb
Diet TKTP
Periton IVFD 20 tts/i
eal + Ciprofloxacin 1
TbParu
amp/12jam
Metoclopramide 1
amp/8jam
Ranitidin 1
amp/12jam
INH 300 mg 1x1
Rifamfisin 450 mg
1x1
Pirazinamid 750 mg
2x1
Etambutol 1000 mg
2x1
- Foto thoraks
- Urin darah rutin
Tb
Diet TKTP
Periton IVFD 20 tts/i
eal + Ciprofloxacin 1
TbParu
fls/12jam
Cairan nutrisi /hari
Ranitidin 1
12
16
Agustu
s 2013
- Nyeri
perut
- perut
kembung
(+)
- tidak
mau
makan
- Mual
- Muntah
hijau >5x/i
berisi
bercampu
r makanan
- keringat
malam
dan
mengigil
-BAB cair
frekuensi
3x/i
-batuk
berdarah
(+)
- Nyeri
perut
- perut
kembung
(+)
- tidak
mau
makan
- keringat
malam
dan
mengigil
Px Fisik
Mata CA (+/+)
Abdomen
Inspeksi : distensi
(+)
Palpasi : NT (+)
fenomena papan
catur (+)
Perkusi : Redup
di seluruh lapang
abdomen
Auskultasi :
Bising Usus (+)
Sens : CM
TD : 100/60
mmHg
HR : 110x/i
RR : 34x/i
Temp : 33 C
Px Fisik
Mata CA (+/+)
Abdomen
Inspeksi : distensi
(+)
Palpasi : NT (+)
fenomena papan
catur (+)
Perkusi : Redup
di seluruh lapang
abdomen
Auskultasi :
Bising Usus (+)
amp/12jam
Metil prednisolon
1amp/12jam
INH 300 mg 1x1
Rifamfisin 450 mg
1x1
Pirazinamid 750 mg
2x1
Etambutol 1000 mg
2x1
Tb
Periton
eal +
TbParu
Diet TKTP
IVFD 20 tts/i
Cairan nutrisi /hari
Ciprofloxacin 1
fls/12jam
Ranitidin 1
amp/12jam
Metil prednisolon
1amp/12jam
INH 300 mg 1x1
Rifamfisin 450 mg
1x1
Pirazinamid 750 mg
2x1
Etambutol 1000 mg
2x1
- Pasien PAPS
16.00
13
BAB 1
PENDAHULUAN
14
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Insidensi
Tuberculosis peritoneal lebih sering dijumpai pada Wanita dibanding Pria
dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering decade ke 3 dan 4 .(4,5)
Tuberculosis peritoneal dijumpai 2% dari seluruh tuberkulosis paru dan
59,8% dari tuberculosis abdominal. (5) Di Amerika Serikat penyakit ini adalah
keenam terbanyak diantara penyakit extra paru sedangkan peneliti lain
menemukan hanya 5-20% dari penderita tuberculosis peritoneal yang mempunyai
TB paru yang aktif. Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tuberculosis peritoneal
di negara maju semakin meningkat dan peningkatan ini sesuai dengan
meningkatnya insidensi AIDS di negara maju. (1)
Di Asia dan Afrika dimana tuberculosis masih banyak dijumpai,
tuberculosis peritoneal masih merupakan masalah yang penting. Manohar dkk
melaporkan di Rumah Sakit King Edward III Durban Afrika Selatan menemukan
145 kasus tuberculosis peritoneal selama periode 5 tahun (1984-1988) sedangkan
dengan cara peritonoskopi (5). Daldiono menemukan sebanyak 15 kasus di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode 1975-1979
menemukan sebanyak 30 kasus tuberkulosa peritoneal. Begitu juga Sibuea dkk
melaporkan ada 11 kasus Tuberkulosis Peritoneal di Rumah Sakit Tjikini Jakarta
untuk periode 1975-1977. (7) Sedangkan di Medan Zain LH melaporkan ada 8
kasus selama periode 1993-1955.
15
b. Patogenese
Peritoneum dapat dikenai oleh tuberculosis melalui beberapa cara (9)
1.
2.
3.
4.
akibat penyebaran perkontinuitatum tapi sering karena reaktifasi proses laten yang
terjadi pada peritoneum yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses
primer terlebih dahulu ( infeksi laten Dorman infection).Seperti diketahui lesi
tuberkulosa bisa mengalami supresi dan menyembuh, infeksi masih dalam fase
laten dimana ia bisa menetap laten selama hidup namun infeksi tadi bisa
berkembang menjadi tuberkulosa pada setiap saat. Jika organism intraseluler tadi
mulai bermultiplikasi secara cepat.
c. Patologi
Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa:
1. Bentuk eksudatif
Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang
banyak. Gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada
bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecilkecil berwarna putih kekuning-kuningan milier, tampak tersebar di peritoneum
atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum.
2. Bentuk adhesive
16
Disebut juga bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak
dibentuk. Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan-perlengketan.
Perlengketan yang luas antara usus dan peritoneum sering memberikan
gambaran seperti tumor, kadang-kadang terbentuk fistel. Hal ini disebabkan
karena adanya perlengketan-perlengketan dinding usus dan peritoneum parietal
kemudian timbul proses nekrosis. Bentuk ini sering menimbulkan keadaan ileus
obstruksi. Tuberkel-tuberkel ini biasanya lebih besar.
3. Bentuk campuran
Bentuk ini kadang-kadang disebut bentuk kista. Pembentukan kista terjadi
melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk cairan
dalam kantong-kantong perlengketan tersebut.Beberapa penulis menganggap
bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat tindakan penyakit, dimana
pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan kemudian bentuk adhesive.
Pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy peritoneum akan memperlihatkan
jaringan granulasi tuberkulosa yang terdiri dari sel-sel epiteloid dan sel datia
langerhans, dan perkejuan umunya ditemukan.
d. Gejala klinis
Gejala klinis bervariasi, pada umunya keluhan dan gejala timbul perlahanlahan sampai berbulan-bulan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo lama keluhan
berkisar dari 2 minggu s/d 2 tahun dengan rata-rata lebih dari 16 minggu. Keluhan
terjadi secara perlahan lahan sampai berbulan-bulan disertai nyeri perut,
pembengkakan perut, disusul tidak ada nafsu makan.
17
Presentase
51%
43%
43%
33%
27%
30%
20%
13%
13%
18
63%(atas
19
ikat sedangkan bila ditemukan > 1,1gr/dl ini merupakan cairan asites akibat portal
hipertensi.
Pemeriksaan cairan asites lain yang sangat membantu, cepat dan non
invasive adalah pemeriksaan ADA ( adenosine deaminase actifity ), interferon
gama ( IFN ) dan PCR. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan CA-125. CA-125 (
Cancer antigen 125 ) termasuk tumor associated glycoprotein dan terdapat pada
permukaan sel. CA-125 merupakan antigen yang terkait karsinoma ovarium,
antigen ini tidak ditemukan pada ovarium orang dewasa normal
-Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) dapat dilihat adanya cairan
dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi ( dalam bentuk kantongkantong ) menurut Rama dan Walter B, gambaran sonografi tuberculosis yang
sering dijumpai antara lain cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga
abdomen, abses dalam rongga abdomen, massa didaerah ileosaecal dan
pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal, adanya penebalan mesenterium,
perlengketan lumen usus dan penebalan omentum, mungkin bias dilihat dan harus
diperiksa dengan seksama.
2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui
suatu gambaran yang khas, namun secara umum ditemui adanya gambaran
peritoneum yang berpasir dan untuk pembuktiannya perlu dijumpai bersamaan
dengan adanya gejala klinik dari tuberculosis peritoneal.
20
21
gambaran granuloma sebesar 85% hingga 90% dari seluruh kasus dan bila
dilakukan kultur bias ditemui BTA HAMPIR 75%. Hasil histology yang lebih
penting lagi adalah bila didapat granuloma yang lebih spesifik yaitu jika didapati
granuloma dengan pengkejuan.
Gambaran yang dapat dilihat pada tuberculosis peritoneal:
1. Tuberkel kecil ataupun besar dengan ukuran yang bervariasi yang
dijumpai tersebar luas pada dinding peritoneum dan usus dan dapat pula
dijumpai permukaan hati atau alat lain. Tuberkel dapat bergabung dan
merupakan sebagai nodul.
2. Perlengketan yang dapat bervariasi dari hanya sederhana sampai hebat
(luas) diantara alat-alat didalam rongga peritoneum. Sering keadaan ini
merubah letak anatomi yang normal. Permukaan hati dapat melengket
pada dinding peritoneum dan sulit untuk dikenali. Perlengketan diantara
usus mesenterium dan peritoneum dapat sangat ekstensif.
3. Peritoneum sering mengalami perubahan dan dengan permukaan yang
kasar yang kadang-kadang berubah gambarannya menyerupai suatu nodul.
Cairan asites sering dijumpai berwarna kuning jernih. Kadang-kadang cairan tidak
jernih lagi tetapi menjadi keruh. Cairan hemorrhagis juga dapat dijumpai
4. Laparatomi
Dahulu laparatomi eksplorasi merupakan tindakan diagnose yang sering
dilakukan, namun saat ini banyak penulis menganggap pembedahan hanya
dilakukan jika dengan cara yang lebih sederhana tidak memberikan kepastian
diagnose atau jika dijumpai indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus,
perforasi, adanya cairan asites yang bernanah.
22
Dosis (Mg/Kg
BB/Hari)
Dosis yg dianjurkan
DosisMaks
(mg)
23
Harian (mg/
kgBB / hari)
Intermitten
(mg/Kg/
BB/kali)
< 40
40-60
>60
8-12
10
10
600
300
450
600
4-6
10
300
150
300
450
20-30
25
35
750
1000
1500
15-20
15
30
750
1000
1500
15-18
15
15
Sesuai
BB
750
1000
1000
Fase Intensif
Fase Lanjutan
2 bulan
4 bulan
Atau
bulan
Harian
Harian
3x/minggu
Harian
3x/minggu
Harian
RHZE
150/75/400/275
RHZ
150/75/400
RHZ
150/150/500
RH
150/75
RH
150/150
EH
400/150
30-37
1,5
38-54
55-70
>71
dalam
manajemen
Tuberkulosis
Peritonitis.
Protokol
pengobatan
24