Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Warga Republik Indonesia. Pada saat ini, Bahasa
Indonesia dipergunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa
pertama yang digunakan, selain bahasa daerah, seperti bahasa jawa atau bahasa sunda.
Kita sebagai warga bangsa Idonesia yang mengaku berbahasa Indonesia terkadang tidak tahu
bagaimana sebenarnya sejarah bahasa Indonesia.
Di seluruh dunia terdapat + 1500 jenis bahasa. Bahasa sebanyak itu dibagi menjadi 4
rumpun, yaitu : rumpun bahasa Indogerman, rumpun bahasa Semit, rumpun Bahasa Altai, dan
rumpun bahasa Austria. Rumpun bahasa Indogerman, yaitu segala bahasa yang terdapat di benua
Eropa, kecuali bahasa ongaria, Rusia, dan Armenia. Sedangkan rumpun bahasa Semit, yaitu
bahasa yang dipakai oleh bangsa Arab, Yahudi, dan Abessinia. Selain itu, rumpun bahasa Altai
yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa Turki, Mongolia, Mansyuria, Jepang, dan yang terakhir
yakni rumpun bahasa Austria, yakni bahasa yang dipakai oleh bangsa-bangsa asli daratan Asia
Tenggara.
Rumpun bahasa Austria terbagi menjadi dua kelompok bahasa, yaitu bahasa Austro-Asia
dan Bahasa Austronesia. Bahasa Austronesia (Melayu Polinesia) juga dapat dibagi atas dua
golongan, yaitu bahasa Austronesia di sebelah timur dan bahasa Austronesia di sebelah barat.
Dari berbagai macam rumpun bahasa di dunia yang telah disebutkan, bahasa-bahasa yang
ada di Republik Indonesia termasuk ke dalam rumpun bahasa Austria golongan bahasa
Austronesia di sebelah barat. Republik Indonesia memiliki keraneka ragama bahasa yang
tersebar di setiap daerahnya. Selain dari bahasa-bahasa daerah di Republik Indonesia itu,
menurut sejarah, di abad ke-7 saat zaman keemasan kerajaan Sriwijaya, dijumpai prasasti
bertuliskan bahasa Melayu yang merupakan bahasa di sekitar Selat Malaka dan yang sekarang
disebut sebagai bahasa Indonesia Lama.
Sejak berabad-abad yang lampau bahasa Melayu dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan/pergaulan atau Lingua franca. Dengan bantuan pedagang, bahasa Melayu ini
tersebar hampir di seluruh daerah pesisir pulau-pulau Nusantara. Setelah lama menjadi Lingua
franca di kawasan tanah air, dan karena bahasa Melayu mudah dipelajari dilihat dari
kesederhanaan system tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat, akhirnya bahasa Melayu diangkat
menjadi bahasa persatuan. Selain alasan itu, kesadaran dari seluruh bangsa yang ada di Indonesia
akan pentingnya kesatuan dan persatuan dan adanya kesanggupan pada bahasa Melayu untuk
dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti luas, dan akan berkembang menjadi bahasa yang
sempurna merupakan hal-hal yang memungkinkan pengangkatan bahasa melayu menjadi bahasa
persatuan.
Bila kita perhatikan susunan kalimat bahasa Indonesia saat ini nampak persamaannya
dengan bahasa Melayu, lebih-lebih dalam perbendaharaan kata-katanya, dengan itu jelas sudah
bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang mendasari Bahasa Indonesia.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928, yang berbunyi Kita berbangsa satu Bangsa Indonesia, Kita berbahasa
satu Bahasa Indonesia, Kita bertanah air satu Tanah air Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu
yang demokratis atau tidak mengenal tingkatan-tingkatan, menjadi bahasa Indonesia. Dalam
perkembangannya kemudian diperkaya oleh bahasa-bahasa daerah di Nusantara, sehingga
terdapat hubungan saling mengisi dengan bahasa daerah.
Pada awalnya, Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan
Belanda. Selepas tahun 1972, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicandangkan. Dengan EYD,
ejaan dua bahasa serumpun, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia semakin
distandardkan.
Perbendaharaan kata dari bahasa Indonesia kini tidak hanya berisi kata-kata yang
disempurnakan dari bahasa melayu, tetapi diperkaya juga dengan kata-kata yang diserap atau
diambil dari hasil hubungan kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa lain bahkan dari
agama yang ada di Indonesia. Contohnya yaitu kata-kata yang diserap dari bahasa yang
digunakan dalam agama hindu (sanskerta), dalam agama Islam (bahasa Arab), dan kata-kata
yang diambil dari hasil penjajahan yang terjadi di atas bumi pertiwi Indonesia, yaitu bahasa
Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis. Selain itu bahasa Indonesia juga meminjam
perbendaharaan kata dari bahasa cina.
Sejarah dari bahasa Indonesia yang telah dijelaskan, cukup jelas juga menyebutkan apa
fungsi dan bagaimana kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Fungsi dari bahasa
Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pemersatu suku-suku bangsa di Republik
Indonesia yang beraneka ragam. Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung nilai adat dan
bahasa daerahnya masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya dalam sebuah bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan memandang akan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia menerima bahasa Indonesia
sebagai bahasa Nasional. Selain itu, fungsi dari bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa ibu yang
dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi yang yang tidak bisa bahasa daerah. Seiring
perkembangan zaman, sebagian besar warga negara Indonesia melakukan transmigrasi atau
pindah dari daerah dia berasal ke daerah lain di Indonesia, sehingga di sinilah peran dan fungsi
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi antar suku bangsa yang berbeda, agar mereka tetap
dapat saling berinteraksi.
Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia itu selain sebagai bahasa
persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa
Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang ada di
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa
Indonesia itu adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa bagi seluruh bangsa
Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu
merupakan bagian dari budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau pembeda dari bangsa
yang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari mulai dari interaksi intrapersonal, interpersonal, maupun
yang meluas pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang peran utama. Peran
tersebut meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu hingga suatu masyarakat yang
luas memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara umum,
yaitu sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial, memberikan perannya.
Dalam mengembangkan diri, seorang individu akan berusaha untuk beradaptasi dengan
bahasa yang ada di lingkungannya. Penelitian Chomsky tentang gen dan bahasa mengungkapkan
bahwa seorang individu memiliki kemampuan alami untuk memahami bahasa secara umum yang
akan beradaptasi untuk lebih spesifik memahami bahasa yang digunakan di lingkungannya.
Proses adaptasi bahasa dalam seorang individu memandunya untuk mengidentifikasikan dirinya
pada kelompok yang memiliki bahasa yang sama dengan dirinya. Maka dari itu proses alamiah
tersebut perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dengan individu yang lain dalam
sebuah kelompok masyarakat.
Proses pengidentifikasian kelompok yang terus berjalan dalam individu membentuk suatu
bentuk warna kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan Prof. Anthony melalui kajian
semantik dan etimologi kata mengenai bahasa yang merupakan cerminan dari watak,sifat,
perangai, dan budi pekerti penggunanya.
Berbeda dengan proses adaptasi bahasa pada individu, dalam tingkatan masyarakat
proses adaptasi berjalan lebih kompleks, dengan waktu yang lebih panjang pula. Masyarakat
yang merupakan sekumpulan dari individu-individu dalam suatu wilayah tertentu pada awalnya
akan membuat kesepakatan-kesepakatan dalam mengungkapkan makna serta berkomunikasi.
Selanjutnya proses ini secara terus menerus mengalami perubahan sehingga membentuk suatu
sistem, atau yang disebut Hugo Warami sebagai sistem kesepakatan-kesepakatan. Sistem
kesepakatan dalam masyarakat ini bukanlah suatu hasil akhir melainkan terus mengalami
perubahan sesuai dengan kealamiahan dari berdinamikanya masyarakat beserta individu dalam
merespon ransang dari luar. Proses yang berlangsung dalam masyarakat tersebut akan
membentuk karakteristik masyarakat seperti warna kepribadian dalam individu.
Salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian masyarakat di dunia adalah bahasa
Melayu. Dalam perkembangannya bahasa Melayu berhasil menjadi bahasa yang paling
berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai jumlah penutur
terbesar. Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat Negara: Brunei, Indonesia,
Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting. Peran bahasa Melayu
meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa pengantar dalam pendidikan. Menurut
Koentjaraningrat, pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia secara historis
dikarenakan enam hal. Pertama, berkembangnya suasana kesetiakawanan yang mencapai
momentum puncak yang menjiwai pertemuan antara pemuda cendekiawan Indonesia yang penuh
idealisme pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedua, adanya anggapan bahwa bahasa Melayu sejak
lama merupakan lingua franca, bahasa perdagangan, bahasa komunikasi antarorang Indonesia
yang melintas batas sukubangsa, dan bahasa yang digunakan untuk penyiaran agama. Ketiga,
adanya pengaruh media massa dalam bahasa Melayu. Keempat, berkembangnya kebiasaan
penggunaan bahasa Melayu dalam rapat-rapat organisasi gerakan nasional. Kelima, tidak adanya
rasa khawatir dalam diri warga suku non-Jawa terhadap risiko terjadinya dominasi kebudayaan
dari sukubangsa mayoritas. Keenam, karena para cendekiawan Jawa sendiri mengecam struktur
bahasanya sendiri.
Disepakatinya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia menjadi
landasan kokoh bagi terbentuknya integrasi dan identifikasi sosial/nasional. Sebagai salah satu
bentuk fisik dari identitas nasional, bahasa Indonesia memiliki potensi untuk mempersatukan
rakyat Indonesia. Potensi tersebut dikarenakan bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa
nasional, yaitu sebagai lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda-beda kebudayaan, adat istiadat, dan bahasanya; serta sebagai alat perhubungan
antardaerah dan antarbudaya.
Tantangan pembentukan identitas nasional melalui bahasa di Indonesia terdiri dari
tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini harus menghadapi realita
bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan budaya. Sehingga dalam proses sosialisasinya
bahasa Indonesia harus menuntaskan kegamangan antara menampilkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang dapat digunakan seluruh masyarakat tanpa melenyapkan bahasa daerah. Hal ini
diperumit dengan suatu kondisi dimana beberapa bahasa daerah terancam punah diakibatkan
sosialisasi bahasa Indonesia yang tidak mengindahkan perawatan bahasa daerah sebagai bahasa
ibu yang harus dilestarikan. Sehingga pada daerah yang masih tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan
karena tidak lebih prestise dibandingkan bahasa Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia juga
harus menghadapi realita bahwa penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau mempelajari kaidah
bahasa yang baik dan benar.
Menurut pendapat Amran Halim (lihat Kompas, 8 Maret 1995, halaman 16) setelah 67
tahun BI dikukuhkan sebagai bahasa persatuan, situasi kebahasaan ditandai oleh dua tantangan.
Tantangan pertama, yakni perkembangan bahasa Indonesia yang dinamis, tetapi tidak
menimbulkan pertentangan di antara masyarakat. Pada saat bersamaan bangsa Indonesia sudah
mencapai kedewasaan berbahasa. Sekarang tumbuh kesadaraan secara emosional bahwa perilaku
berbahasa tidak terkait dengan masalah nasionalisme. Buktinya, banyak orang yang lebih suka
memakai bahasa Asing, demikian Amran Halim.
Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Tantangan kedua ini
yang menimbulkan prasangka yang tetap diidap ilmuwan kita yang mengatakan bahwa bahasa
Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu menyediakan sepenuhnya padanan istilah
yang terdapat dalam banyak disiplin ilmu, teknologi, dan seni. Menurut Moeliono (1991: 15)
prasangka itu bertumpu pada pendirian apa yang tidak dikenal atau diketahui, tidak ada dalam
bahasa Indonesia.
Selain tantangan internal seperti di atas, bahasa Indonesia juga harus menghadapi
gempuran dari bahasa asing. Hal yang serupa dengan tantangan internal mengenai bahasa daerah,
bahasa Indonesia oleh sebagian masyarakat dipandang tidak lebih prestise dibandingkan dengan
bahasa asing. Hasilnya penggunaan kaidah bahasa Indonesia tidak banyak menjadi sorotan
penting. Percampuran antara bahasa Indonesia dan bahasa asing menjadi sesuatu yang lumrah.
Bahasa gaul mulai merebak di masyarakat, bahkan yang berpendidikan tinggi hingga pejabat dan
media massa. Jika hal ini terus dibiarkan maka bahasa Indonesia akan menjadi minoritas dan
punya istilah tamu di rumahnya sendiri.
Saat ini tantangan terhadap bahasa Indonesia, baik internal maupun eksternal, merupakan
hal yang tidak hanya mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Konsekuensi ancaman tersebut
tidak hanya sebatas mengancam eksistensi bahasa Indonesia, namun menjadi sangat penting
karena berkaitan dengan bahasa sebagai identitas dan kepribadian bangsa. Jika dihayati dari
prosesnya, awalnya masyarakat merubah gaya bahasanya lalu mempengaruhi tingkah lakunya
sehingga akan mengalami kegamangan norma dan kepribadian berkaitan dengan identitas sosial.
Fenomena tingginya angka kriminalitas dan kenakalan remaja menjadi sebuah bukti dari
kegamangan tersebut. Hal itu tidak terlepas dari pandangan manusia sebagai substansi dan
manusia sebagai makhluk yang mempunyai identitas (Verhaar, 1980: 11).
Kemudian kegamangan kepribadian tersebut membuat kesadaran bersatu meluntur.
Tantangan disintegrasi bangsa semakin tinggi. Fenomena tawuran antar desa hingga antar suku
merupakan salah satu jawaban yang dapat menyingkap kurang mengakarnya peran bahasa
Indonesia sebagai penyatu bangsa. Dalam konteks kesadaran bersatu inilah kita dapat belajar dari
kepemimpinan Orde Baru dalam mengopinikan persatuan meskipun caranya yang represif
harus di evaluasi.
Selama ini usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sudah
banyak dilakukan. Hal ini terlihat dari mulai membaiknya badan perencanaan bahasa yang ada di
Indonesia. Bahkan badan tersebut berjejaring dengan badan perencanaan di Malaysia dan Brunei,
karena sama-sama berbahasa Melayu, yang sudah melakukan berbagai penelitian dan melakukan
perencanaan internasional. Namun usaha tersebut masih dalam tataran struktural dan politis,
belum merambah akar rumput yang merupakan basis kultural dan mengakar. Kesadaran dari
pemerintah, media, dan masyarakat terhadap konsep bahasa persatuan masih rendah. Usaha para
budayawan dan ahli bahasa Indonesia belum didukung penuh oleh kebijakan strategis dan
merakyat dari pemerintah. Ditambah lagi peran media yang semakin luas tidak diimbangi oleh
usaha sosialisasi bahasa Indonesia yang baik dan benar membuat masyarakat kini lebih merespon
stimulasi dari asing serta semakin jauh dari kaidah berbahasa yang benar. Bukannya masyarakat
harus tertutup dari pengaruh asing, namun kemampuan untuk menyaring informasi, gaya bahasa,
dan perilaku inilah yang menjadi pokok masalah terjadinya kegamangan identitas.
Dinamika antara potensi dan tantangan atau realita yang dialami bahasa Indonesia saat ini
merupakan suatu data yang dapat dijadikan sumber prediksi bagi eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan di masa depan. Dalam konteks bahasa Melayu, Collins menyatakan
bahwa peran bahasa Melayu akan semakin berkembang, baik di kawasan Asia Tenggara maupun
di belahan bumi yang lain. Di luar Asia Tenggara bahasa Melayu dipelajari di delapan Negara
Eropa dan dua Negara di Amerika. Jumlah penutur bahasa Melayu dalam waktu dekat ini akan
terus meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestise di kalangan para penuturnya yang
kemudian akan mempengaruhi sikapnya untuk lebih positif terhadap bahasa Melayu. Terlebih
menurut prediksi dari Collins, pengaruh bahasa Inggris belum begitu jelas di Asia Tenggara pada
masa depan.
Pengaruh secara global bahasa Melayu tersebut tentunya akan juga berpengaruh di
Indonesia meskipun akan membutuhkan proses yang sangat lama. Pengaruh tersebut berkaitan
juga tingkat kesadaran pemerintah, media, dan masyarakat Indonesia tentang pentingnya bahasa
Indonesia sebagai pemersatu. Kesadaran ini tidak hanya pada bagian luar pemahaman saja,
namun selayaknya menjadi penghayatan dan pengidentifikasian seluruh masyarakat sebagai satu
bangsa.
REFERENSI
- Badudu, J. S. 1996. Bahasa Indonesia: Anda Bertanya? Inilah Jawabannya. Bandung: Pustaka
Prima
- Collins, James. 2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia : Sejarah Singkat. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
- Malna, Afrizal. 2000. Sesuatu Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Pengertian
Bahasa
Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
sangat berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia
telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan
ilmiah
seperti
makalah
dan
skripsi.
Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan sempurna atau berjalan
dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana komunikasi
batasan atau pengertian
dalam
menyampaikan
ide
dan
perasaan
secara
lisan
atau
tulis.
Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang
tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa
yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam
suatu
sistem.
Kaidah
bahasa
dalam
sistem
tersebut
mencakup
beberapa
hal
berikut.
1. Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.
2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional.
3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya (arbitrer)
4. Sistemlambang yang terbatas itu (AZ: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan
kata, frasa, klausa, dan kalimat yan tidak
5.
Sistem
lambang
itu
(fonemis)
sama
dengan
sistem
lambang
6.
bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)
7.
Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga
menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat.
Sejarah
Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan
kedudukannya
sebagai
bahasa
nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara
ialah
bahasa
Indonesia
(Bab
XV,
Pasal
36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua
franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan
itu
ialah
dengan
ditemukannya
prasasti
di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka
tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa
Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli)
juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942
yang
juga
menggunakan
bahasa
Melayu
Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di
Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara
lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159),
Kou-luen (I-Tsing:183), Kouen-louen (Ferrand, 1919), Kwenlun (Alisjahbana, 1971:1089).
Kunlun (Parnikel, 1977:91), Kun-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan
Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan
Nusantara,
yaitu
bahasa
Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan
Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh,
berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah
Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena
bahasa
Melayu
tidak
mengenal
tingkat
tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara
dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap
kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan
bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi
dan
dialek.
kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan
bahasa
Indonesia.
dan
Kedudukan
Bahasa
Indonesia
Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu
fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun.
Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut:
1.
fungsi
2.
ekspresi
fungsi
dalam
komunikasi
3.
fungsi
adaptasi
4.
fungsi
kontrol
bahasa
dalam
bahasa
dan
integrasi
dalam
bahasa
sosial
(direktif
dalam
bahasa)
Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain
sebagai
1.
pelengkap
Fungsi
2.
3.
fungsi
lebih
Fungsi
Fungsi
utama
tersebut.
mengenal
lebih
belajar
mengamati
Fungsi
kemampuan
memahami
dunia,
tambahan
bidang
diri
orang
ilmu
di
itu
adalah:
sendiri.
lain
sekitar
dengan
cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik
6.
Fungsi
mengembangkan
Fungsi
kemungkinan
kecerdasan
ganda:
ekspresi
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan
oleh
penulis
atau
pembicara
sebagai
eksistensi
diri
dengan
maksud
a.
b.
Menarik
perhatian
Membebaskan
c.
d.
Melatih
diri
diri
Menunjukkan
orang
dari
untuk
lain
semua
(persuasif
tekanan
dalam
menyampaikan
keberanian
dan
suatu
(convidence)
diri
ide
provokatif),
seperti
emosi,
dengan
baik,
penyampaikan
ide.
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya
berkembang
dari
masa
anak-anak,
remaja,
mahasiswa,
Fungsi
dan
dewasa.
Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika
ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik
bila ekspresi berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.
Fungsi
integrasi
dan
adaptasi
sosial
Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam
lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu
menyatakan
hidup
bersama
dalam
suatu
ikatan
(masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan
orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan
bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri
sebagai
Fungsi
anggota
suatu
kontrol
masyarakat.
sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang
dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat
melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima
dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa
prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat
seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan
penanam
rasa
keterlibatan
Fungsi
(sense
of
belonging)
pada
membentuk
Fungsi
membangun
Fungsi
menciptakan
bahasanya.
karakter
dan
berbagai
masyarakat
diri
mengembangkan
kreativitas
baru
profesi
(Widiono,
diri
2005:
11-18)
Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa
dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia.
Kedudukan
Bahasa
Indonesia
masingmasing
seperti
berikut:
Bahasa
Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan
antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi
pemersatu
ini
(heterogenitas/kebhinekaan)
Pemuda
sudah
dicanangkan
28
dalam
Sumpah
Oktober
1928.
Bahasa
Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar
Indonesia.
Fungsi
bahasa
1.Lambang
kebanggaan
2.Identitas
nasional
3.Sarana
4.
hubungan
Pemersatu
Bahasa
lapisan
antarwarga,
masyarakat:
nasional
ini
dirinci
atas
bagian
kebangsaan
Indonesia
dimata
antardaerah,
sosial,
budaya,
berikut:
internasional
dan
suku
antar
bangsa,
budaya,
dan
dan
bahasa.
negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai
aktivitas
dengan
1.
Fungsi
rincian
bahasa
sebagai
berikut:
administrasi
kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara
Indonesi
sebagai
negara
berkembang
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)
Bahasa
Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan sangat
resmi.
1.
2.
Fungsi
bahasa
Pemersatu
Penanda
3.
Penambah
4.
Penanda
baku
itu
sosial,
acuan
sebagai
budaya,
kepribadian
kewibawaan
berfungsi
bersuara
sebagai
ilmiah
dan
dan
pejabat
dan
berikut:
dan
penuisan
bahasa,
berkomunikasi,
intelektual,
tulisan
ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antar
unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan merupakan jati
diri
Bangsa
Indonesia
yang
kokoh
dan
mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat
regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi
bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif.
Indonesia tercatat sebagai Negara dengan suku bangsa terbanyak didunia, yang memiliki
1.128 suku bangsa dengan 750 bahasa daerah. dimana masing masing suku yang ada saling
berinteraksi dengan bahasa yang berbeda-beda, karena perbedaan itulah Bahasa indonesia
sebagai bahasa nasional hadir menjadi wujud pemersatu atas keanekaragaman yang dimiliki
bangsa ini tanpa menghilangkan tutur bahasa daerahnya masing masing. Bahasa Indonesia
sendiri merupakan bahasa yang berakar pada dialek bahasa melayu yang telah ada jauh sebelum
kemerdekaan negeri ini diproklamasikan, sebagai bahasa perhubungan yang luas yang semakin
berkembang sejak dilarangnya penggunaan bahasa belanda pada masa penjajahan jepang di
Indonesia.
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional pada Sumpah Pemuda (28 oktober
1928). Yang menyatakan dengan tegas sebagai bahasa nasional melalui isi kandungan dari
sumpah pemuda yaitu Kami Poetra Poetri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.Disamping itu bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan pada acara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
diperkuat UUD 45 Pasal 36 yang menyatakanBahasa resmi negara adalah bahasa
Indonesia.
Disamping bahasa Indonesia, Bendera Merah Putih memiliki andil tersendiri dalam hal
persatuan bangsa Indonesia, yang memberikan suar dan pemersatu nusantara sebagai lambang
kesetiaan untuk tetap satu yang diisyaratkan melalui warna merah yang berarti darah dan tubuh
manusia Indonesia, dan warna putih yang mewakili jiwa manusia Indonesia, kedua warna saling
mengisi dan menyempurnakan satu sama lain, secara garis besar bisa diartikan sebagai semangat
perjuangan jiwa dan raga demi kesatuan republik Indonesia meskipun lahir dari bebagai macam
suku yang berbeda.
Konon, ketika majapahit berkuasa dinusantara, para prajuritnya diwajibkan untuk bersumpah
setia jiwa dan raga untuk melindungi keberadaan bendera merah putih dimana pun bendera ini
berada, mengingat pentingnya hal ini pemerintah Indonesia membuat dasar hukum tersendiri,
seperti tercantum dalam UUD 45 pasal 35 serta Peraturan Pemerintah No. 40/1958 tentang
keberadaan Bendera Kebangsaan Republik Indonesia.
Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan
dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi.
Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api,
bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa
bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang
lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat
diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah
merupakan simbol atau pelambang
Aspek Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang
terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa
bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi,
setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap
lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi nasi
melambangkan konsep atau makna sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok.
Dan bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah
yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu
mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.
Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,
dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang
diwakilinya itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang
diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi
yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain).
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan digunakannya bahasa
indonesia dalam
bitir-butir Sumpah Pemuda.
Sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia mempunyai fungsi :
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi :
Bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya bahasa
Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa
Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan
maupun tulis.
Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi
pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini
akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa
media massa, pendukung sastra Indonesia, pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa Indonesia itu
adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa bagi seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan
bahasa Indonesia sebagai budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu merupakan bagian dari
budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau pembeda dari bangsa yang lain.
kuat ketika kesadaran nasionalisme menandai pertumbuhan beberapa organisasi masa (Siregar
dalam Dardjowidjodjo (Ed.), 1996:11).
Tahukah kamu ada lebih dari 1.000 suku di Indonesia dengan lebih dari 700 bahasa daerah
yang digunakan? Coba bayangkan bagaimana kita, warga negara Indonesia, saling berinteraksi
dengan bahasa yang berbeda-beda. Maka dari itu, perlu adanya bahasa pemersatu, bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku, Agama,
ras, adat istiadat dan budaya.
Salah satu manfaat terbesar mempelajari Bahasa Indonesia adalah sebagai alat
berkomunikasi sesama pengguna bahasa Indonesia. Karena di Indonesia bahasa utamanya adalah
bahasa Indonesia, maka untuk berkomunikasi antar warga negara Indonesia harus menguasai
bahasa Indonesia, meskipun tidak hanya warga Indonesia yang mampu mengerti dan
menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, mempelajari bahasa Indonesia juga agar kita tahu apa
saja aturan yang ditetapkan pada penggunaan bahasa itu sendiri. Seperti, penggunaan kosa kata,
kata kiasan, perumpamaan, dan lainnya. Kehidupan manusia tidak mungkin dilepaskan dari
kegiatan berkomunikasi. Apa pun bidang kegiatan yang akan diterjuni seseorang, pastilah dia
tidak bisa menghindar untuk tidak berkomunikasi.
Untuk memastikan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yaitu :
1. Bahasa adalah bagian dari budaya.
2. Bahasa adalah indeks budaya.
3. Bahasa menjadi s i m b o l b u d a y a .
Oleh karena itu, para antropolog budaya menilai
t e r j a d i n y a pergeseran makna budaya dapat menimbulkan pergeseran fokus, dari konsepsikonsepsi yang mementingkan peran bahasa sebagai sistem formal
a b s t r a k s i kategori-kategori budaya ke strategi-strategi linguistik yang dipakai membangun
status, identitas, dan hubungan-hubungan sosial. Kenyataan, setiap bangsa memiliki jati diri
budayanya yang khas yang antara l a i n t a m p i l d a l a m b a h a s a y a n g d i g u n a k a n n y a .
J a t i d i r i b u d a y a s e b u a h b a n g s a terbentuk melalui berbagai proses kejadian yang
menimpa bangsa tersebut dalam waktu yang relatif panjang. Jati diri budaya tidak bisa terbentuk
dalam waktu singkat d a n t i b a - t i b a , s e l a l u a d a p r o s e s p a n j a n g y a n g
m e n g i r i n g i n y a , s e h i n g g a s e b u a h budaya dapat begitu mengakar di setiap jiwa
masyarakat sebuah bangsa.
Sumber : http://clubbing.kapanlagi.com/threads/109039-Sejarah-Bahasa-Indonesia-Sebagai-BahasaPersatuan
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-danfungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2093709-pengertian-bahasa-indonesia/
http://google.com
Balas