Anda di halaman 1dari 4

Nama : Riyana Sefterina Uar

Nim

: I4052161010
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK SEREBRI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Definisi
Etiologi
Faktor resiko
Klasifikasi
Komplikasi
Patofisiologi
Pemeriksaan Diagnostik
Tata Laksana
Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1. Definisi
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dana dekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang di suplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
2. Etiologi
Semua Infark serebri yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit arteromatosa arterial yang
memperdarahi otak diistilahkan sebagai infark serebral thrombosis dan infark trombo- embolik.
Arterosklerosis biasanya terdapat pada arteri besar terutama melibatkan lapisan (tunika) intima
berupa suatu plak fibromuskuloelastik yang terdiri dari akumulasi endotel, sel intima, sel otot
polos dan lipid ( kolesterol dan kolesterol ester). Plak ini akan menyebabkan penyempitan lumen
arteri atau bahkan dapat menyumbat secara total kaibat gumpalan bekuan darah yang stagnasi di
lokasi tersebut, sehingga akhirnya menjadikan suatu infark pada ujung distalnya.
3. Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebral berasal dari jantung:
a. Penyakit arteri koronaria
b. Gagal jantung kongestif
c. Hipertofi ventrikel kiri
d. Abnormalitas irama
e. Penyakit jantung
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas

5. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebri


6. Diabetes
7. Kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen tinggi)
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10. Konsumsi alcohol
4. Klasifikasi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari . tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umum
baik.
5. Komplikasi
1. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis;
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung , dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
6. Patofisiologi

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis klien sperti :
1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti pendarahan arteriovena
atau adanyaruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukan adanya
hemoragik pada subarachnoid atau perdarah pada intracranial.
3. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia, serta posisisnya secarapasti
4. Magnetic Imaging Resonance (MRI)
Untuk menetukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
6. EEG

Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan
impuls listrik dalam jaringan otak
8. Tata Laksana
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering dilakukan pengisapan lender ,
oksigenansi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernapasan.
b. Mengontrol takanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha memperbaiki
hipotensid an hipertensi.
2. Berusahan menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Menepatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin. Posisi klien
harus di ubah tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
9. Diagnosa keperawatan dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan :
1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keseimbangan dan koordinasi.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan dan kelemahan
4. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
Intervensi :
1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
Intervensi :
1. kaji adanya alergi makanan
R/. untuk mengetahui agak tidak terjadi kesalahan dalam pemberian makanan
2. lakukan oral hygiene
R/. kebersihan mulut merangsang nafsu makan
3. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
R/. agar kalori dan nutrisi dapat terpenuhi.
4. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan refleks batuk
R/. untuk menentapkan jenis makanan yang diberikan pada klien.
5. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
R/. agar tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keseimbangan dan koordinasi.
1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
R/. untuk memverbalisasi perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah.
2. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien pada saat latihan.
R/. untuk melihat peningkatan dalam latihan fisik
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan dan kelemahan
1. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
R/. untuk melihat apakah klien mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan
aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.

2. Kaji kemampuan klien dalam perawatan diri hygiene oral


R/. untuk mengetahui kemampuan klien dalam merawat mulut dan gigi secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
3. Kaji kemampuan klien dalam perawatan diri mandi dan hiegenie
R/. untuk mengetahui kemampuan klien dalam membersihkan tubuh secara mandiri
dengan atau tanpa lat bantu.
4. Kaji kemampuan klien dalam perawatan hiegenie
R/. untuk mengetahui apakah klien mampu mempertahankan kebersihan dan penampilan
yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
4. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh
R/. untuk mencegah faktor risiko yang dapat memicu jatuh dilingkungan individu.
2. Memantau kemampuan untuk mentransfer dari tempat tidur ke kursi dan demikian pula
sebaliknya.
R/. untuk memudahkan klien dalm pengendalian risiko jatuh

Referensi :
Aplikasi Asuhan Keperawatan bedasarkan diagnose medis dan nanda nic-noc edisi revisi jilid 3.
Jogja: Mediaction.publishing, 2015
Muttaqin Arif, 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta: Sememba Medika
Satyanegara,2010. Buku Ilmu bedah syaraf satyanegara edisi IV. Jakarta : PT gramedia pustaka
utama

Anda mungkin juga menyukai