Anda di halaman 1dari 2

Tragedi Berdarah di Tanah Roma

Judul buku

: Julius Caesar

Pengarang

: William Shakespeare

Penerjemah

: Asrul Sani

Penerbit

: PT Dunia Pustaka Jaya

Tahun terbit

: 1992

Cetakan

: Kedua

Tebal buku

: 130 halaman

Anda pasti pernah mendengar nama William Shakespeare. Beliau merupakan seorang
penulis drama sandiwara serta sastrawan asal Inggris yang telah mendunia. Hampir semua
karya miliknya seperti Romeo & Julia, Othello, Hamlet, dan lain-lain, telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia dan sering sekali dipentaskan di panggung. Beliau
banyak menulis drama-drama tragedi. Salah satunya adalah Julius Caesar. Julius Caesar
mengangkat cerita tentang tragedi pahlawan, negarawan, dan diktator Roma, Julius Caesar,
yang dibunuh oleh sahabat-sahabatnya sendiri dan pertumpahan darah besar di tanah Roma
yang terjadi setelahnya.
Warga Roma sedang hiruk-pikuk menjelang penobatan raja yang baru. Dukungan
rakyat tertuju pada Julius Caesar, terutama setelah insiden penolakan mahkota yang
ditawarkan oleh Mark Antonius sehingga seolah-olah Caesar tidak menginginkan jabatan itu.
Di sisi lain, ada pihak yang tidak suka dengan Caesar. Cassius, yang merasa bahwa Caesar
tidak layak menjadi raja, mempengaruhi Brutussalah seorang orang terdekat seperjuangan
Caesaruntuk mencegah penobatan Caesar pada pertengahan Maret. Dengan menyanjung-

nyanjung Brutus, Cassius menyatakan bahwa Brutus dapat menjadi raja yang lebih baik
dibandingkan Caesar.
Rencana konspirasi pun disusun, sementara tanda-tanda bahaya sudah tampak di
sekitar Caesar, yang sayangnya diabaikan olehnya. Pada hari tersebut, para konspirator
membunuh Caesar, yang diakhiri dengan tikaman dari Brutus. Konspirasi selanjutnya adalah
bagaimana memenangkan dukungan rakyat Roma. Mark Antonius yang merasa sedih dengan
terbunuhnya Caesar meminta untuk diberi kesempatan berpidato di pemakaman Caesar.
Brutus mengemukakan pidatonya tentang alasannya membunuh Caesar. Pidato dari Antonius
pun tak kalah dalam mencari simpati rakyat. Setelah itu perang pun terjadi, antara kubu
Antonius dan kubu Brutus. Peperangan yang tidak hanya dipenuhi oleh pembunuhan, tetapi
juga diwarnai oleh pengkhianatan, danlebih tragisbunuh diri. Sebagaimana genre drama
ini, tragedi, pengkhianatan dan perebutan kekuasaan adalah hal yang biasa dalam politik.
Dari segi jalan cerita, konflik antara tokoh-tokoh pengkhianat, yaitu Brutus dan
Cassius dengan tokoh pengikut Julius Caesar, yaitu Octavius dan Antonius, digambarkan
dengan baik melalui dialog antartokoh. Meskipun dalam dialog tersebut banyak digunakan
bentuk pengandaian tetapi hal tersebut tidak mengurangi daya tarik konflik yang disuguhkan.
Persaingan antara Brutus dan Antonius dalam membangun kekuatan sangat menarik karena
keduanya sama-sama menggunakan kata-kata manis dalam pidatonya untuk mencari
dukungan dan simpati dari rakyat Romawi.
Watak tokoh-tokoh yang muncul dalam drama ini sangat relevan dengan keadaan
zaman sekarang. Tokoh Brutus misalnya. Brutus yang pada mulanya adalah sahabat
seperjuangan dan teman dekat Julius Caesar, akhirnya terhasut untuk membunuh Julius
Caesar karena tergoda dengan kekuasaan dan kedudukan yang dimiliki oleh Caesar. Rasa iri
dan dengki membuatnya lupa diri dan memulai konspirasi bersama para senator (majelis
perundingan kerajaan) lainnya untuk membunuh sang penguasa. Hal ini tentu mengingatkan
kita pada keadaan pemerintahan dan politik di negara kita sekarang. Akhir tragis dari kisah
ini membawa pesan moral yang bagus. Iri, dengki, hawa nafsu, dan keserakahan hanya akan
membawa keburukan dalam hidup.
Dengan segala kekurangan dan keunggulannya, kisah ini patut untuk dibaca.
Konspirasi dibalik pembunuhan Julius Caesar dan rangkaian konflik yang mengikutinya
dituliskan secara apik. Ditambah dengan perwatakan yang menarik, drama ini menyuguhkan
sebuah kisah tragis yang membawa kesan mendalam.

Anda mungkin juga menyukai