Anda di halaman 1dari 13

Mengenal Hak Perlindungan Anak

Hak perlindungan anak di Indonesia telah diatur dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Selain itu, secara umum juga telah termuat dalam UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Sebelum mengenal lebih lanjut tentang hak perlindungan anak, perlu kita pahami dulu
pengertian dari hak, anak, dan perlindungan anak. Hak menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki beberapa arti yang salah satunya adalah "kewenangan"; dan "kekuasaan
untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb)".
Sedangkan anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
memiliki arti sebagai "seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan". Pengertian anak dalam UU ini sesuai dengan yang termuat
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Perlindungan anak, menurut UU No 23 Tahun 2002, adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Secara sederhana, Hak Perlindungan Anak dapat diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh
setiap anak
(usia 18 tahun ke bawah) untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.
Perlindungan anak memiliki tujuan (sebagaimana pasal 3 UU No. 23 Tahun 2002) untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Macam-Macam Hak Perlindungan Anak


Hak-hak anak menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dimuat dalam pasal 4 hingga pasal 18. Hak-hak tersebut antara lain :
1. hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
2. hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
3. hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
4. hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

5. hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual, dan sosial.
6. hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi
anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
7. Hak Hidup Lebih Layak; seperti berhak atas kasih sayang orangtua, mendapatkan

ASI ekslusif, memiliki akte kelahiran, dll.


8. Hak Tumbuh dan Berkembang; seperti hak atas pendidikan yang layak, memiliki

waktu istirahat, bermain, dan belajar, makan makanan yang bergizi, dll.
9. Hak Perlindungan; seperti dilindungi dari kekerasan dalam rumah tangga, dari

pelecehan seksual, tindak kriminal, dari pekerjaan layaknya orang dewasa, dll.
10. Hak Partisipasi; seperti hak untuk menyampaikan pendapat, memiliki suara dalam

musyawarah keluarga, punya hak berkeluh kesah atau curhat, memilih pendidikan
sesuai minat dan bakat, dll.

Macam, Contoh dan Penggolongan Tanda Pengenal

Tanda pengenal Gerakan Pramuka digolongkan menjadi lima kelompok tanda dengan macam
dan contoh tanda sebagai berikut:

Tanda Umum;

Tanda Umum adalah tanda yang dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka
yang telah dilantik. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Umum diantaranya adalah:
1. Tanda Tutup Kepala
2. Setangan Leher (Hasduk)
3. Tanda Pelantikan
4. Tanda Harian
5. Tanda Kepramukaan Sedunia

Tanda Satuan

Tanda Satuan adalah tanda yang menunjukkan satuan, tempat atau lokasi tempat tinggal
pemakainya. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Satuan diantaranya adalah:
1. Tanda Barung, Tanda Regu, Tanda Sangga, dan Tanda Satuan terkecil lainnya.
2. Tanda Gugus depan, Kwartir dan Majelis Pembimbing.
3. Tanda Krida dan Tanda Satuan Karya.
4. Lencana Daerah dan Tanda Wilayah.
5. Tanda Satuan Pramuka Luar Biasa.

Tanda Jabatan

Tanda Jabatan adalah tanda yang menunjukkan jabatan dan tanggung jawab yang disandang
dalam lingkup Gerakan Pramuka. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Jabatan diantaranya
adalah:
1. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin : Barung, Regu, Sangga, dan lain-lain.
2. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin Krida dan Satuan Karya.
3. Tanda Keanggotaan Dewan Kerja Penegak dan Pandega.
4. Tanda Pembina dan Pembantu Pembina : Siaga, Penggalang, Penegak dan
Pandega, serta Tanda Pembina Gugusdepan.
5. Tanda Pelatih Pembina Pramuka
6. Tanda Andalan dan Pembantu Andalan

Tanda Kecakapan

Tanda Kecakapan adalah tanda yang menunjukkan kecakapan, keterampilan, ketangkasan,


kemampuan, sikap dan usaha seorang Pramuka dalam bidang tertentu, sesuai dengan
golongan usianya. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Kecakapan diantaranya adalah:
1. Tanda Kecakapan Umum, meliputi:
Untuk Pramuka Siaga : Tingkat Mula, Bantu dan Tata

Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Ramu, Rakit, dan Terap

Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Bantara dan Laksana

Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Pandega

Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Mahir Dasar dan Lanjutan.

2. Tanda Kecakapan Khusus, meliputi:

Untuk Pramuka Siaga : Tidak ada tingkatan

Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama

Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama

Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama

Untuk Instruktur : Muda dan Dewasa

Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Dasar dan Lanjutan.

3. Tanda Pramuka Garuda, meliputi:

Untuk Pramuka Siaga

Untuk Pramuka Penggalang

Untuk Pramuka Penegak

Untuk Pramuka Pandega

Tanda Kehormatan

Tanda Kehormatan adalah tanda yang menunjukkan jasa atau penghargaan yang diberikan
kepada seseorang, atas jasa, darma bakti, dan lain-lainnya, yang dianggap cukup bermutu dan
berguna bagi Gerakan Pramuka, Gerakan Kepramukaan Sedunia, masyarakat, bangsa, negara,
dan umat manusia.
1. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk
peserta didik, yaitu :
Tanda Penghargaan (termasuk Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong,
Tanda Ikut Serta Kegiatan dan lain-lainnya).

Bintang Tahunan

Lencana Wiratama

Lencana Teladan

2. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk


orang dewasa, yaitu :

Bintang Tahunan

Lencana Pancawarsa

Lencana Wiratama

Lencana Jasa :

Dharma Bakti

Melati

Tunas Kencana

3. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan atau jasa dari badan di luar
Gerakan Pramuka, misalnya dari :

Organisasi Kepramukaan maupun badan lainnya, di dalam atau di luar


negeri sepanjang hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, serta peraturan
perundang-undangan Negara Republik Indonesia yang berlaku.

Pemerintah Negara Lain

Pemerintah Republik Indonesia.

Alfabet dengan kode morse berkebalikan


Berikut adalah huruf-huruf yang memiliki sandi morse berkebalikan.
Alfabe
t

Mors
e

Alfabe
t

Mors
e

Alfabe
Morse Alfabet Morse
t

..

M K

-- -.-

.-.

...

---..-

.--.

....

KH

----

Alphabet dengan kode morse yang berlawanan


Berikut adalah huruf-huruf yang memiliki sandi morse berlawanan.

Alfabe
Morse Alfabet Morse
t

.-

-.

..-

-..

...-

-...

Alfabe
Morse Alfabet Morse
t

.--

..-.

-.--

Alfabet

--.

Morse

-.-.

.---

--..

.-..

--.-

Sejarah bendera merah putih


Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292
oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari
(1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang memakai tahun 1216
Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan tentang
digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu
pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M.
Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang
menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi
dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan
Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.
Dalam suatu kitab Tembo Alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab
yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam.
Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam
abad ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah
bermakna warna hulubalang (yang menjalankan perintah). Warna Putih bermakna warna
agama (alim ulama). Warna Hitam bermakna warna adat Minangkabau (penghulu adat).
Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat
pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya,
yang menurunkan raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan
bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah
bendera Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.
Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih.
Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna
merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar
merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang
Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka rajaraja Sisingamangaraja I-XII.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang-pejuang Aceh telah menggunakan bendera
perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan
gambar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera


Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu
dikenal dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambang keberanian, kewiraan sedangkan
warna Putih merupakan lambang kesucian.
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan
bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng di tengah-tengahnya. Tujuan
perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang
diterbitkan.
Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923
untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit/jilid buku
peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.
Pada tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala
banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah
putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu
berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan
menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian di kenal sebagai
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, Pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa
bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak ditetapkannya
UUD 1945, Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah
Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat
Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah
Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara
bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno pada tahun 1944.
Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah
kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu
digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera
tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969,
bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka.
Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm.
Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur
dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama
dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan
RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan
namun ia hanya menyaksikan dari dalam kotak penyimpanannya.
Adapun kiasan dari warna bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti
berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih
melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk
Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih
mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan
warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan
Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna
panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu
warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan
bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah
sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua Garba. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
Indonesia, bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial
Belanda menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.
Selain mengetahui dan dapat menjelaskan sejarah serta kiasan warna bendera Merah
Putih

seorang

calon

anggota

Penggalang

Ramu

dituntut

pula

dapat

menggunakan/mengibarkan dan menurunkan bendera merah putih dengan baik dan benar.

Jumlah petugas pengibar atau penurunan bendera merah putih itu jumlahnya bervariasi, yaitu
yang paling sedikit 3 orang dan sampai yang paling banyak yaitu pasukan 17, 8, 45 atau
jumlah totalnya 70 orang.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa bendera merah putih adalah lambang Negara,
sehingga status dari bendera itu menjadi terhormat, dan kita sebagai anggota Pramuka
khususnya, masyarakat pada umumnya harus memberikan Salam Penghormatan ketika
mengetahui/melihat bendera akan dikibarkan atau diturunkan.
Dalam menggunakan bendera merah putih tidak bisa sembara-ngan, contohnya
bendera tersebut tidak boleh menyentuh tanah, tidak boleh terinjak atau diinjak-injak,
terbakar, dijadikan sebagai permainan dalam bentuk apapun.
Tatacara penggunaan benderapun ada prosedurnya, hal ini gunanya untuk
membedakan fungsi dalam penggunaannya. Bila saat suasana duka kita mengenal bendera
setengah tiang. Kalu pada saat upacara biasa maupun upacara hari besar Negara tentu
pengibarannya satu tiang penuh.
Bendera juga dipakai saat prosesi upacara pemakaman, khususnya buat mereka yang
dianggap berjasa kepada Negara, seperti mantan presiden dan wakilnya, mantan pejabat
Negara baik sipil atau militer, para pejuang dan veteran.
Adapun ketentuan ukuran Bendera Negara yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

200 cm X 300 cm untuk penggunaan di lapangan Istana kepresidenan.


120 cm X 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum.
100 cm X 150 cm untuk penggunaan di dalam ruangan.
36 cm 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan wakil Presiden.
30 cm X 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat Negara.
20 cm X 30 cm untuk penggunaan di mobil/kendaraan umum.
100 cm X 150 cm untuk penggunaan di kapal laut dan kereta api.
30 cm X 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara.
10 cm X 15 cm untuk penggunaan di meja.
Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di :

1.
2.
3.
4.
5.
1.

Istana Presiden dan wakil Presiden.


Gedung atau kantor lembaga Negara.
Gedung atau kantor lembaga pemerintah.
Gedung atau kantor lembaga pemerintah non kementrian.
Gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah.

Lambang Negara RI terbagi atas 3 bagian yaitu


Burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus kesebelah kanannya.
Perisai berupa jantungnya yang digantung dengan rantai pada leher Garuda.
Semboyan ditulis diatas pita yang dicengkram oleh Garuda.

Warna:
Warna Merah : MHB (RGB) : merah 255, hijau 000, dan biru 000
Warna Putih : MHB (RGB) : merah 255, hijau 255, dan biru 255
Warna Kuning Emas : MHB (RGB) : merah 255, hijau 255, dan biru 000
Warna Hitam : MHB (RGB) : merah 000, hijau 000, dan biru 000
Perbandingan Ukuran:
Jarak A B = 12
Jarak C D = 13
Jarak E F = 16
Jarak G H = 15
Jarak I J = 17
2.

Ketentuan warna pada lambang negara RI.


Burung Garuda, bintang, padi, kapas, Rantai .....kuning emas.
Ruang Perisai, kiri atas kanan bawah .....merah.
Kanan atas kiri bawah ......putih.
Dasar bintang berbentuk perisai......hitam.
Kepala Banteng ......hitam.
Pohon beringin .......hijau.

3. Arti warna dan lukisan pada lambang negara Republik Indonesia.


a. Warna
1. Emas (dipakai untuk seluruh burung Garuda) warna kemegahan emas bermaksud kebesaran bangsa atau
keluhuran negara
2. Merah Putih didapat pada ruang perisai ditengah tengah.
3. Warna warna pembantu dilukiskan dengan hitam atau meniru seperti yang sebenarnya dalam alam.
b. Lukisan
1. Burung Garuda yang digantungi perisai dengan memakai paruh, ekor dan cakar ialah lambang tenaga
pembangunan (creatif vermogen ). burung garuda dari mytologi menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan
burung Elang Rajawali.
2. Perisai atau tameng dikenal oleh kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai senjata dalam perjuangan
mencapai tujuan dengan melindungi diri,
3. Sayap Garuda berbulu 17 dan ekornya berbulu 8 tanggal 17 dan bulan Agustus.
4. Garis tengah : menimbulkan peresaan bahwa republik Indonesia ialah satu satunya negara asli yang
merdeka berdaulat terletak dikhatulistiwa yang melewati Sumatera. Kalimantan, Sulawesi dan Irian.
5. Mata bulatan dalam rantai menunjukkan bahwa perempuan digambar berjumlah sembilan. Mata persegi
yang digambar bagian laki laki. Rantai yang bermata hijau 17 itu sambung menyambung tidak putus-putuanya
sesuai dengan yang bersifat turun menurun.
6. Kedua tumbuhan kapas dan padi itu sesuai dengan hymne yang memuji pakaian ( sandang dan makanan
pangan ).
7. Tulisan Bhineka itu ialah gabungan dua perketaan Bhineka dan Ika. Kalimat itu dapat disalin : berbeda beda

tetapi tetap satu jua. Pepatah ini dalam sekali artinya, karena menggambarkan persatuan atau kesatuan nusa dan
Bangsa Indonesia, walaupun keluar memperlihatkan perbedaan atau kelainan.
8. Lima buah ruang pada perisai masing masing mewujudkan dasar Pancasila.
a. Dasar ketuhanan Yang Maha Esa terlukis dengan Nur Cahaya di ruang tengah berbentuk bintang yang
bersudut lima.
b. Dasar Kerakyatan dilukiskan dengan kepala banteng sebagai lambang tenaga rakyat.
c. Daser Kebangsaan dilukiskan dengan Pohon beringin tempat berlindung.
d. Dasar Perikemanusiaan dilukiskan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi.
e. Dasar Keadilan Sosial dilukiskan dengan kapas dan padi sebagai tanda tujuan kemakmuran.
III. PENUTUP
Penggunaan Lambang negara Republik Indonesia Garuda Pancasila, Pemasangan penggunaan lambang negara
Republik Indonesia dengan Prinsipnya, adalah harus selaras dengan kedudukannya sebagai lambang
kedaulatan dan tanda kehormatan negara.
1. negara diberi tempat yang paling sedikit sama utamanya. Digedung gedung negeri pada tempat yang pantas
dan menarik perhatian.
2. Diluar gedung pada rumah jabatan Presiden, Wakil Presiden, menteri menteri kepala daerah, gedung kabinet
lembaga tertinggi dan tinggi negara.
3. Ditempat diadakannya peristiwa resmi, gapura dan bangunan lain yang pantas.
4. Apabila dalam suatu ruangan. lambang negara ditemukan bersama sama dengan gambar presiden dan atau
wakil presiden, maka kepada lambang negara diberi tempat yang paling sedikit sama utamanya.
.

Anda mungkin juga menyukai