Askep Ansietas
Askep Ansietas
PSIKOSOSIAL: ANSIETAS
MAKALAH
Oleh
Kelompok 1B
MAKALAH
Oleh:
Dita Oktaviana
Raras Rahmatichasari
Retno Puji Astuti
NIM 112310101039
NIM 122310101011
NIM 122310101027
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial: Ansietas dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV-B.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1
Ns. Emy Wuri Wuryaningsih, M. Kep. selaku dosen pembimbing mata kuliah
kuliah Keperawatan Klinik VIII;
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Contoh Kasus................................................................................................ 3
2.2 Pengertian......................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Ansietas..........................................................................
2.4 Bagan Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis........................................
2.5 Psikopatologi/ Psikodinamika (Pengkajian Stres Adpatasi Stuart).........4
2.6 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan.............................................12
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................13
2.8 Implementasi................................................................................................
2.9 Evaluasi.........................................................................................................
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 19
3.2 Saran.............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 20
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus faktor
penyebabnya. Menurut Freud (1933) dalam Semiun (2006) menyatakan bahwa
kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai
dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang.
Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat,
tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. Jadi, kecemasan merupakan respon
emosional yang tidak menyenangkan disertai perasaan afektif dan sensasi fisik secara
subjektif dipengaruhi alam bawwah sadar.
Tindakan untuk masalah psikososial ini dapat diatasi dengna meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan
keperawatan psikososial yang membahas mengenaipenyakit terminal, penyakit kronis,
kehilangan, ansietas dan masalah kritis lainnya. Dengan demikian keterkaitan masalah
psikososial keyakindengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia
diberikan pelayanan keseehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi aspek spiritual
agar tidak mengalami masalah psikososial seperti distress spiritual.
2
Masalah psikososial yang nantinya akan timbul pada kondisi-kondisi yang
disebutkan tadi akan menimbulkan masalah psikososial baru seperti aspek kehilangan.
Hal ini lebih banyak melibatkan emosi dan perasaan. Sehingga tim kesehatan
melakukan tindakan keperawataan membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dan masalah psikososial lain dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka berlanjut. Untuk itu asuhan yang dapat diberikan dalam mengatasi
masalah-masalahpsikosial tersebut untuk menjaga keseimbanga atau balance antara
stress dan mekanisme koping serta menghindari ketidakseimbangan kondisi tersebut.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
2.2 Pengertian
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atai tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2012).
Menurut Stuart (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai
kecemasan. Teori tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id meewakili dorongan insting dan impuls
primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan
dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
4
c. Teori perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain mengangga kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan
depresi.
e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamaaminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang berhubungan
dengan kecemasan.
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Ketakutan suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Ketakutan memiliki nilai yang
positif. Menurut Stuart dan Laraia (2006) aspek positif dari individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerk maju perkembangan dan pengalaman mengatasi
kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan takut dapat mengganggu kehidupan
seseorang.
Menurut Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain
sebagai berikut.
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,
lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan
ringan mempunyai
karakteristik:
1. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2. Kewaspadaan meningkat.
3. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
5
4. Dapat menjadi motivasi posotif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5. Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat
sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.
6. Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi
pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk
melakukan tindakan.
7. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan,
dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi
yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung
dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan
yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah
dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai karakteristik seperti:
1. Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering
berkemih, dan letih.
2. Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna
mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari
luar tidak mampu diterima.
3. Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara
banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak
6
dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk
menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
Kecemasan berat mempunyai karakteristik :
1. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain.
2. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan
sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3. Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak
pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
4. Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi
menjadi terganggu (verbalisasi cepat).
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik mempunyai karakteristik seperti:
1. Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2. Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi
terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami
situasi.
3. Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriakteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu),
perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri
dan atau orang lain.
7. Mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam
peristiwa hidup
8. Agitasi
9. Mengintai
10. Tampak waspada
b. Afektif
1. Gelisah
2. Kesedihan yang mendalam
3. Distress
4. Ketakutan
5. Perasaan tidak adekuat
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Peningkatan kewaspadaan
8. Iritabilitas
9. Gugup
10. Senang berlebihan
c. Fisiologis
1. Wajah tegang
2. Tremor tangan
3. Peningkatan keringat
4. Peningkatan ketegangan
5. Gemetar
6. Tremor
7. Suara bergetar
d. Simpatik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskuler
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
9. Peningkatan refleks
10. Peningkatan frekuensi
pernapasan
11. Pupil melebar
12. Kesulitan bernafas
13. Vasokontriksi superficial
14. Kedutan pada otot
15. Lemah
e. Parasimpatik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
7. Mual
8. Gangguan tidur
9. Kesemutan pada ekstremitas
10. Sering berkemih
11. Anyang-anyangan
12. Dorongan segera berkemih
f. Kognitif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
belajar
7. Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
14.
15.
16.
17. 2.5 Psikopatologi/ Psikodinamika (Pengkajian Stres Adaptasi Stuart)
18.
Biologi :
-19. Trauma fisik/kepala
- Penyakit kronis
-20. Post stroke
21.
Psikologis:
Perasaan kehilangan
stigma
Sosial budaya :
Diskriminasi ras
Intimidasi lingkungan
Konflik
FAKTOR PRESDISPOSISI
22.
23.
- Biologi
seperti
24.
kelelahan fisik,
operasi
atau
25.
cedera.
26.
- Sosial kultur
seperti status
kasta, status
ekonomi.
27.
FAKTOR PRESIPITASI
28.
29.
30.
31.
Kognitif:
32.
- Gelisah
- Ekspresi
33.
khawatir
34.
- Waspada
35.
Afektif:
Distress
Ketakutan
Bingung
Tidak percaya diri
36.
Fisiologis:
- Tremor dan
berkeringat
dingin
- Wajah tegang
Simpatik dan
parasimpatik:
- Palpitasi
- Kesulitan
bernafas
- Gangguan tidur
- Nyeri abdomen
37.
38.
39.
Personal
Abillity:
40.
- Latihan tarik
41.
nafas dalam
42.
Social Support:
- Dukungan keluarga
dan lingkungan
tidak memicu
timbulnya stressor
Material Assets:
- Status keuangan
klien yang
belum bekerja
Positive
beliefs:
Mempertahan
kan keyakin
berspiritual
43.
44.
45.
Kontruksif: melakukan
tarik nafas dalam
SUMBER KOPING
Destruktif: ketidakmampuan
mengontrol diri
46.
47.
10
48.
MEKANISME KOPING
49.
50.
51.
LANJUTAN MEKANISME KOPING:
Maladaptif respon
52.
53.
54.
Anxietas berat
55.
Ketakutan
56.
57.
58. 2.6 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
59. Diagnosa medis: koping individu tidak efektif
60. Diagnosa keperawatan:
1. Ansietas berat ditandai dengan perasaan gelisah menghadapi ujian nasional
2. Ketakutan ditandai dengan klien takut tidak lulus ujian
3. Gangguan pola tidur ditandai dengan klien mengalami susah tidur tiap malam
karena memikirkan ujian nasional
61.
62.
63. 2.7 Penatalaksanaan
64.
65. Diagnos
66. NOC
67. NIC
a
68. Diagnosa
medis:
73. Setelah
74.
dilakukan
Peningkatan koping
1. hargai
pemahaman
klien
69. koping
tindakan
individu tidak
keperawatan,
konsep diri
efektif
klien
akan 2. hargai
dan
diskusikan
70.
mampu
71. Pengertian:
menunjukkan
situasi
72. Ketidakmamp
uan
untuk
membentuk
efektif
dengan
kriteria hasil:
dari
stressor,
anggota 5. gunakan
pemilihan
keluarga
respon
tidak
adekuat,
dalam
c. mengekspresikan
ketidakmamp
dan
untuk d. mampu
menggunakan
sumber-
support social
sumber
yang
informasi
actual
perasaan
menggunakan
pendekatan
dan/atau
uan
dan
fleksibilitas peran
b. melibatkan
peran
hubungan
perubahan
dan prognosis
penggunaan
yang
klien
untuk
mengidentifikasi
tersedia
positif
strategi
untuk
mengatasi
76.
77. Ansietas
klien
75. Diagnosa Keperawatan
81. Setelah
82. Anxiety Self-Control
berat
dilakukan
ditandai
tindakan
dengan
keperawatan,
2. Bangun kepercayaan.
perasaan
cemas
3. Bantu
gelisah
dapat berkurang
mengidentifikasi
mengha
dengan
dapi
hasil:
ujian
nasional
78.
perubahan
klien
kriteria
a. mampu mengontrol
kecemasan
b. mampu
klien
situasi
ansietas.
4. Instruksikan
mengunakan
klien
untuk
teknik
79. Pengerti
an:
menggunakan teknik
relaksasi
80. Ansietas
adalah
untuk
mengurangi
kecemasan
dan non-verbal.
5. Identifikasi
12
level
ketika
ansietas berubah.
6. Kontrol stimulus yang dapat
menyebabkan
tidak
intensitas kecemasan
rangsangan cemas
kekhaw
atiran
e. mampu
memonitor
ansietas
informasi
yang
yang
samar
disertai
perawatan prognosis.
respons
9. Ajarkan
teknik
relaksasi,
autonom
(sumber
sering
Diazepam,
kali
tidak
Amitriptilin.
spesifik
atai
tidak
diketahu
i
oleh
individu
);
perasaan
takut
yang
disebab
kan oleh
antisipas
Lorazepam,
i
terhadap
83.
bahaya.
84. Ketakut
88. Setelah
an
dilakukan
ditandai
tindakan
dengan
keperawatan,
klien
klien
takut
mengendalikan
mendemonstrasikan
tidak
perasaan
lulus
dengan
ujian
hasil:
85.
an:
87. Takut
ketakutan
adalah
menurunkan
ansietas
ketakutan
yang
disebab
positif
klien
perilaku
mengurangi takut
sumber
ketakutan
b. Menggunakan teknik
relaksasi
penguatan
apabila
3. Jauhkan
a. Menghindari sumber
86. Pengerti
2. Berikan
terhadap situasi.
untuk 5. Gunakan
c. Mengendalikan
respons ketakutan
kan oleh
pendekatan
tenang.
6. Dukung
klien
menyatakan
yang
13
dalam
perasaan,
sesuatu
7. Ajarkan
yang
teknik
relaksasi,
dikenali
secara
sadar
dan
bahaya
90.
3
nyata.
91. Ganggu
94. Setelah
an pola
dilakukan
tidur
tindakan
ditandai
keperawatan,
95. Environment
management
1. Ciptakan lingkungan yang
aman untuk klien.
dengan
klien
dengan
mengala
hasil:
mi susah a. Jumlah
kriteria
jam
tidur
tiap
setiap hari)
malam
5. Atur pencahayaan.
karena
6. Batasi pengunjun.
ujian
nasional
diindikasikan.
96.
97.SLEEP ENHACEMENT
92.
93. Pengerti
2. batasi
an:
aktivitas
sebelum
tidur.
keadaan
dimana
4. identifikasi
kemungkinan
individu
mengala
mi atau
tidur klien.
beresiko
6. Diskusikan
pada
mengala
kemungkinan
mi suatu
perubah
an
faktor
klien
lain
dalam
kuantita
tidur.
atau
8. Monitor
kenyamanan
kualitas
lingkungan,
pola
sebelum tidur.
istirahat
nya
9. Ajarkan
relaksasi.
cahaya,
klien
dll
tehnik
yang
menyeb
tidur
abkan
rasa
tidak
nyaman
atau
mengga
nggu
gaya
hidup
yang
diingink
an
98.
99.
100. 2.8 Implementasi
101. 102. Diagn
N
103. Implementasi
104. P
osa
105. Diagnosa
medis:
106. koping
individu tidak
efektif
107.
108. 24 februari
2015,
109. 07.30 wib
ar
1. Menghargai pemahaman klien tentang
proses penyakit dan konsep diri.
2. Menghargai dan diskusikan alternative
respon terhadap situasi
3. Menghargai
sikap
klien
terhadap
penggunaan
mekanisme
af
110.
positif
untuk
mengatasi
15
klien
beradaptasi
dan
112. 24
februari
Lorazepam,
obat
Alprazolam,
2015,
2. Membangun kepercayaan.
10.00
wib
113.
pemberian
stimulus
yang
dapat
informasi
dengan
yang
benar
diagnosis,
pemberian
Lorazepam,
obat
Alprazolam,
114.
115.
2
116. 24
februari
2015,
14.00
wib
117.
118.
3. Menjauhkan
sumber
ketakutan
16
klien
apabila memungkinkan.
4. Mendiskusikan
respons
alternative
terhadap situasi.
5. Menggunakan pendekatan yang tenang.
6. Mendukung
klien
dalam
menyatakan
120. 24
februari
2015,
16.00
wib
121.
napas dalam.
122. Environment Management
125.
satu
ruangan
jika
diindikasikan.
123.
124.
SLEEP ENHACEMENT
kenyamanan
lingkungan,
130. Diagnosa
131. Evaluasi
132. P
ar
133. Diagnosa medis:
137.
af
141.
intervensi
berhasil
sebagian
142. 143. 24 februari 2015,
1
11.05 wib
144.
melakukan
teknik
149.
147. A:
intervensi
berhasil
sebagian
150. 151. 24 februari 2015,
2
14.45 wib
152.
sudah
tidak
157.
takut
18
17.10 wib
160.
intervensi
berhasil
sebagian
164. P: intervensi dilanjutkan
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
165.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190. BAB 3. PENUTUP
191.
192.
1
Kesimpulan
193.
Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
Saran
196.
yang dijelaskan diatas dengan lebih banyak keterampilan dalam berkomunikasi. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya pemahaman yang salah dari klien dan
keluarga sehingga dapat tercipta pelayanan kesehatan yang berkualitas.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
20
208.
209.
210. DAFTAR PUSTAKA
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.