PENDAHULUAN
penyebab penyakit
dermatitis
kontak iritan
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal.Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik).dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. (Djuanda Adhi, 2010)
Dermatitis kontak adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia, atau
biologi.Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulangulang.Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-alergik terjadi
akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak alergika)
yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap alergen kontak. (arif
Muttaqin, 2011)
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada
sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis.Daerah yang paling sering
terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat.Secara definisi bahan
iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa
diketahui oleh sensitisasi.Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui,
tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
2.2 Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dariberbagai golongan
umur,ras, dan jenis kelamin.Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak alergi, jumlah
penderita dermatitis kontak iritan lebih banyak.Diramalkan bahwa jumlah dermatitis
kontak alergi maupun dermatitis kontak iritan makin bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh
masyarakat. Dahulu diperkirakan bahwa kejadian dermatitis kontak iritan akibat kerja
sebanyak 80 %, dan dermatitis kontak alergi 20 %, tetapi data baru dari Inggris dan
Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi
ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 sampai 60 %. Sedangkan dari satu
penelitian ditemukan frekuensi dermatitis kontak alergi bukan akibat kerja tiga kali lebih
sering daripada dermatitis akibat kerja.
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di
bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar :
1. Warna :
o terang (fair skin), pirang, dan hitam
o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
4
o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o Tipis : pada wajah
o Lembut : pada leher dan badan
o Berambut kasar : pada kepala
Anatomi kulit secara histopatologik
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
o Stratum Korneum (lapisan tanduk)
lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o Stratum Lusidum
terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini
lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
o Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
o Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
o Stratum Basalis
terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna
muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari
serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,
dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,
selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia,
menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut
elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang
serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat
longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada
beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3
cm).
2.4 Patofisiologi
Pada dermatitis iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bhan iritan merusak lapisan tanduk,
dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi
melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membrane lipid keratinosit maka fosfolifase akan di aktifkan dan
membebaskan asam arakidonik. Akan membebaskan prostagrandlin dan leukotrin yang
akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari factor sirkulasi dari
komplemen dan sistim kinin. Juga akan menarik neutrophil dan limfosit serta
mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histemin, prostaglandin dan leukotrin.
PAF akan mengaktifitasi platelets yang akan menyebabkan perubahan veskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediatormediator.Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatitis kontak alergi sangat tipis
yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan
yaitu :
a. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pejanan pertama pada hamper
semua orang.
b. Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan ataua mengalami kontak berulangulang. Factor konstribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
2.5 Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis ini adalah bahan yang bersifat
iritan misalnya: bahan pelarut, deterjen,
bereperan.
Faktor individu misalnya:
1) perbedaan ketebalan kulit, diberbagai tempat, menyebabkan
perbedaan permeabilitas.
2) usia ( anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah
teriritasi).
3) ras ( kulit hitam lebih tahan dari kulit putih).
4) jenis kelamin
5) penyakit kulit yang pernah atau sedang di alami ( ambang
rangsang terhadap
atopik.
2.6 Manifestasi Klinis
Dermatitis kontak iritan memiliki manifestasi klinis yang dapat
dibagi dalam beberapa kategori, berdasarkan bahan iritan dan pola
paparan. Setidaknya ada 10 tipe klinis dari dermatitis kontak iritan
yang telah dijelaskan.
1)
Reaksi iritasi
Muncul sebagai reaksi monomorfik akut yang meliputi bersisik,
eritema derajat rendah, vesikel, atau erosi and selalu berlokasi di
punggung tangan dan jari. Hal ini sering terjadi pada individu
yang bekerja di lingkungan yang lembap. Reaksi iritasi ini berakhir
atau berkembang menjadi dermatitis iritan kumulatif.
2)
Dermatitis kontak iritan akut
Biasanya timbul akibat paparan bahan kimia asam atau basa
kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak fisik.
Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan akibat
kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa
eritema, edema, vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentukan
3)
akut.
4)
Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif
8
8)
9)
2.7 Komplikasi
Pada bagian ini komplikasi yang dipaparkan merupakan komplikasi
yang dapat ditimbulkan pada Dermatitis Kontak Iritan:
aureus.
Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi
terutama pada pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau
dengan stres psikologik.Gejala berupa peradangan kulit kronis,
gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral dalam
timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis.
Hipotesis
mengenaio
pruritus
berhubungan
dengan
adanya
alergi.
Hiperpigmentasi atau hipopignemtasi post inflamasi pada area
terkena DKI.
untuk
menegakkan
diagnosa
yang
diberikan
dapat
berupa
pengobatan
topikal
dan
sistemik.
11
oleh gejala edema, papula, vesikel, serta pembesaran cairan atau sekret. Pada fase
subakut, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi
pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura, serta pengelupasan kulit. Jika
terjadi reaksi yang berulang-ulang atau bila pasien terus-menerus menggaruk kulitnya,
penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi. Invasi
bakteri sekunder timbul kemudian.
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Eritema
(Dimas Hendro)
Fissura
(Resti Amalya)
Likenifikasi
(Putri Reno Sari)
Skuama
(Nurlipta Irma)
Papula
(Novyta Meilany)
Epicutaneus
(Syafrizal)
Imunoglobulin Serum (Aisyah)
Capping Reaction (Fadillah Amaliyani)
Nyeri
(Arina Hidayati)
Hiperpigmentasi (Vilda)
Melepuh
(Istiqa Riidanti)
Alergi
(M. Eko Saputra)
Imunologi
(Nurlipta Irma)
Lesi
(M. Eko Saputra)
Gatal
(Lia Herawaty)
Vital Sign
(fadilah Amaliyani)
Tekstil
(Putri Reno Sari)
Leukosit
(Novyta Meilany)
Jawaban
1. Kulit bewarna kemerahan karena vasodilatasi.
29
2. Retakan kulit yang meluas melalui epidermis yang disebabkan oleh kekeringan /
defek kulit akibat penebalan keratin yang berlebih.
3. Penebalan kulit disertai relief kulit yang tampak lebih jelas dengan warna hitam /
penebalan dengan garis kulit yang berlebih akibat gesekan dan iritas.
4. Lapisan epidermis yang mati yang menumpuk / dapat berkembang karena inflasi /
terlepasnya stratum korneum sehingga terjadi sisik pada kulit.
5. Penonjolan pada permukaan kulit yang terdiri dari infiltrat / tonjolan lesi yang kecil
berbatas tegak dengan garis kulit berlebih.
6. Tes pada kulit yang menunjukkan adanya alergi / pemeriksaan penunjang pada kulit.
7. Sistem pertahanan tubuh yang spesifik yang berfungsi merespon antigen yang
berlebih untuk merespon antigen yang dihasilkan oleh mikroorganisme / larutan
globulin steril non porgenik yang banyak mengandung antibodi.
8. Reaksi peradangan pada kulit seperti di tusuk-tusuk.
9. Sensasi yang dirasakan orang pada saat serangan antigen / rasa sakit sepetri ditusktusuk sehingga ada rasa ketidaknyamanan yang hebat.
10. Penggelapan kulit abnormal pasca peradangan, paparan sinar matahari yang
disebabkan oleh melanin yang lebih banyak ditempat tertentu / kelebihan zat warna
yang disebabkan oleh pigmen yang meningkat atu abnormal.
11. Gelembung kecil yang berbentuk tonjolan berisi cairan plasma.
12. Kondisi dimana tubuh memiliki respon berlebih terhadap suatu zat yang mana
hipersensitifita tubuh terhadap suatu zat / kegegalan tubuh sehingga tubuh ,menjadi
sensitif karena bahan kimia.
13. Jaringan atau fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera yang mana jaringan
tersebut menjadi abnormal.
14. Spesialisasi tubuh yang berkaitan dengan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit
yang disebabkan oleh patogen.
15. Sebuah sensasi tidak nyaman pada kulit yang terasa seolah-olah ada sesuatu yang
merayap dikulit dan membuat orang ingin menggaruk daerah yang terkena.
16. Tanda-tanda vital berupa TD, HR, RR, suhu.
17. Bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan
pembuatan busana dan berbagai produk kerjianan lainya.
18. Sel darah putih yang berfungsi untuk pertahanan tubuh yang diproduksi jaringan
untuk membantu perlawanan penyakit / sela darah beriniti dengan cara
menghancurkan antigen.
30
Step 2
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik
pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologic) dan
faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.
Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan
karena penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan
bahan irirtan serta munculnya ruam dan tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis
muncul segera setelah pejanan dan tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan
kuantitas, konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut.
32
3.2
Saran
1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Dermatitis Kontak Iritan
di perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi
mahasiswa atau calon perawat.
2. Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien mampu
mengatasi masalah nya secara mandiri.
33