A. KASUS
Skenario 1
B. KATA KUNCI
1. Laki-laki 20 tahun
2. Bintil merah pada wajah dan leher
3. Sejak 3 minggu
4. Muncul saat enghadapi ujian
5. Riwayat ayah memiliki keluhan yang sama
C. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan definisi dari bintil merah
2. Jelaskan anatomi, fisiologi, dan histologi organ terkait ?
3. Jelaskan eflorosensi/ klasifikasi kelainan kulit ?
4. Sebutkan dan jelaskan penyebab bintil merah ?
5. Jelaksan tentang patofisiologi dari bintil merah ?
6. Jelaskan hubungan stress, usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga
terhadap timbulnya bintil merah pada wajah dan leher ?
7. Jelaskan langkah-langkah mendiagnosis penyakit kulit ?
8. Apa saja DD yang berhubungan dengan bintil merah dikulit ?
9. Jelaskan integrasikeislaman terkait skenario ?
Lesi kemerahan pada kulit atau yang disebut skin rash dapat berbentuk
bermacam – macam mulai dari bentuk bintik, bercak hingga kemerahan
yang meluas di seluruh tubuh. Umumnya bercak kemerahan ini
diakibatkan adanya proses radang pada kulit namun dapat juga disebabkan
oleh penyakit sistemik yang mempunyai gambaran kelainan pada kulit.
Lesi merah ini dapat timbul di seluruh bagian tubuh dan dapat
menimbulkan gejala maupun tidak. Gejala yang dapat timbul antara lain
gatal, terasa seperti benjolan, terasa hangat hingga dapat menimbulkan
nyeri.
Lesi kulit ini umumnya tidak berdiri sendiri namun sering diakibatkan
oleh adanya iritasi, adanya infeksi maupun adanya kelainan sistemik yang
mendasarinya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk
mengetahui penyebab dari lesi kemerahan ini. Penyebab tersering adanya
lesi kemerahan pada kulit adalah adanya alergi makanan maupun obat,
adanya infeksi oleh jamur maupun bakteri, adanya iritasi oleh gerakan, zat
kimia maupun oleh panas, hingga kecemasan.
Lesi berbentuk bintik kemerahan yang sering ditemukan terutama
pada anak – anak adalah contohnya biang keringat, manifestasi dari suatu
alergi, penyakit campak, cacar air, gigitan serangga hingga manifestasi
dari suatu penyakit demam berdarah dengue Penyebab lainnya adalah
kelainan autoimun seperti lupus, berbagai macam tumor pada kulit,
bermacam – macam bentuk dermatitis, sifilis pada kulit, iritasi pada kulit,
bentuk awal dari jerawat, hingga infestasi dari kutu.
Kemerahan terjadi akibat proses inflamasi yang menandai bahwa
sistem imunitas bekerja yang mana sistem imunitas terbagi 2 yaitu :
Fisiologi kulit
Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga
melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak
menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian
kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula
dengan karbondioksida yang dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran
darah dibandingkan dengan yang diembuskan langsung ke udara.
Histologi kulit
Epidermis
Dermis
A. Efloresens Primer (terjadi pada kulit yang semula normal/ kelainan yang
pertama) :
o Makula : perubahan warna pada kulit tanpa perubahan bentuk
o Papula : penonjolan padat di atas permukaan kulit, diameter < 0.5
cm
c) Infeksi penyakit
Bintil merah mungkin disebabkan oleh sejumlah infeksi jamur,
virus, dan bakteri. Beberapa penyakit tersebut meliputi sitomegalovirus
(CMV), endokarditis (infeksi lapisan dalam jantung), meningococcemia,
mononukleosis, rocky mountain spotted fever, demam berdarah, sepsis,
dan sakit tenggorokan.
Penyakit lainnya yang menjadi penyebabnya antara lain vaskulitis
(pembengkakan pembuluh darah), trombositopenia (jumlah trombosit
rendah), leukemia, scurvy (kekurangan vitamin C), dan kekurangan
vitamin K.
d) Cedera dan terbakar sinar matahari
Cedera yang melibatkan pembekuan darah bisa menyebabkan
bintil merahdi wajah dan mata. Bekas gigitan dan pukulan juga bisa
menyebabkan kondisi ini. Cedera akibat luka bakar bisa mengakibatkan
ruam merah pada wajah, leher, dan dada. Paparan sinar matahari yang
berlebihan juga kadang bisa memunculkan ruam merah akibat kondisi ini.
e) Hormon
Di masa kehamilan, sebagian wanita merasakan gatal pada bagian
perut, lengan, paha, dan payudara karena perubahan hormon dan juga
Menopause : perubahan hormon saat menopause bisa menyebabkan gatal-
gatal.
f) Kondisi psikologis seperti depresi dan kecemasan.
g) Stress
Bintik merah Mungkin hal ini terdengar aneh, namun kulit bisa
menjadi barometer pengukur apakah Anda sedang penuh beban pikiran
atau tidak. Stres bisa menimbulkan munculnya ruam atau bintik merah di
Pemeriksaan Dermatologis
Beberapa hal yang dinilai saat melakukan pemeriksaan kulit :
Warna kulit
Teknik diagnostik:
1. Biopsi kulit
2. Preparat koh
3. Sediaan apusan tzanck
4. Diaskopi
5. Sinar wood (lampu wood)
6. Tes tempel (patch tests)
A. ACNE VULGARIS7,8,9
DEFINISI
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat sembuh
sendiri. Berupa peradangan kronis folikel pilosebasea dengan
penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa komedo, papul,
pustule, nodus, serta kista.1
EPIDEMIOLOGI
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka
sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.
Baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem.
3. Kolonisasi P.acnes
PA merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan di
daerah infra infundibilum dan PA dapat mencapai permukaan kulit
dengan mengikuti aliran sebum. P.acnes akan meningkat
jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah trigliserida dalam
sebum yang merupakan nutrisi bagi PA.
4. Proses Inflamasi
P.acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi
pada AV dengan menghasilkan faktor karnotaktik dan enzim lipase
yang akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas, serta
dapat menstimulasi aktivasi jalur klasik dan alternatif komplemen.
GEJALA KLINIS
3. Acne konglobata
Selain klasifikasi di atas, klasifikasi yang sering digunakan
untuk berbagai macam penelitian AV adalah klasifikasi menurut
Lehmann dan kawan-kawan, yaitu:
NO Derajat Kriteria
1 Akne Ringan Ringan Jumlah komedo tertutup dan
komedo terbuka <20 buah/wajah, atau
Jumlah lesi inflamasi (papul, nodul,
pustul) <15 buah/wajah, atau Jumlah
total lesi (jumlah komedo dan lesi
inflamasi) <30 buah/wajah
Akne Sedang sedang Jumlah komedo tertutup dan
komedo terbuka < 20-100 buah/wajah,
atau Julah lesi inflamasi (papul, nodul,
pustul) < 15-50 buah/wajah, atau
Jumlah total lesi (jumlah komedo dan
lesi inflamasi) < 30-125 buah/wajah
Akne Berat Jumlah kista >5 buah/wajah Jumlah
komedo tertutup dan komedo terbuka
>100 buah/wajah, atau Jumlah lesi
inflamasi (papul, nodul, pustul) >50
buah/wajah, atau Jumlah total lesi
(jumlah komedo dan lesi inflamasi)
>125 buah/wajah
Gambar 3. AV berat
DIAGNOSIS
Diagnosis Acne Vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau
sakit, tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat
• Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan ekskohleasi sebum = pengeluaran sumbatan sebum
dengan komedo ekstraktor (sendok unna).
-Pemeriksaan histopatologis: sebukan sel radang kronis di sekitar
folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel.
-Pemeriksaan mikrobiologi
-Pemeriksaan susunan dan kada lipid permukaan kulit
-Pemeriksaan laboratorium: Androgen pada paasien dengan kecurigaan
menderita hiperandrogen.
TATA LAKSANA
Tata Laksana Umum: Mencuci wajah minimal 2x sehari.1
Tata Laksana Medikamentosa:4
-Berdasarkan gradasi (berat-ringan) akne (lihat tabel 2)
-Diikuti dengan terapi pemeliharaan/pencegahan
Terapi Topikal:
Terapi topikal merupakan standar penanganan akne derajat
ringan sampai sedang. Pemilihan bentuk sediaan topikal yang tepat
akan menurunkan efek samping dan meningkatkan kepatuhan
pasien serta memberi hasil yang lebih baik. Secara umum, prinsip
terapi topikal pada AV dikaitkan dengan tiga hal, yaitu: etio-
patogenesis, tipe lesi dan derajat keparahan, serta keadaan kulit
penderita. Obat berbentuk gel, sabun, dan solusio menimbulkan
kering pada kulit dan baik digunakan pada kulit berminyak. Bentuk
lotion, krim, dan salep baik digunakan pada kulit kering tetapi
mudah mengiritasi kulit. Terapi topikal ini pada umumnya
membutuhkan waktu enam sampai delapan minggu untuk melihat
efek kerjanya.
Terapi Sistemik:
Tetrasiklin merupakan lini pertama terapi antibiotik oral
pada akne, tetapi penggunaannya harus tetap dibatasi dan tidak
boleh diberikan sebagai monoterapi
dikarenakan alasan resistensi. Respon antibiotik oral biasanya
terlihat setelah terapi selama enam minggu. Penggunaan terapi
kombinasi, sekali lagi, lebih disarankan, misalnya pemberian terapi
retinoid topikal dengan antibiotik oral bisa mempercepat respon
penyembuhan.
Agen hormonal ternyata juga efektif sebagai terapi lini
kedua pada wanita dengan akne tanpa melihat adanya kelainan
hormonal. Terapi hormonal yang dipakai terutama adalah
kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung estrogen dan
progestin. Komponen estrogen menurunkan produksi testosteron
dan hormon androgen lain. Beberapa kandungan progestin dapat
memperparah kejadian akne. Progestin yang dipilih adalah yang
mengandung norgestimat, desogestrel, atau drosiperon untuk
mengurangi efek tersebut. Penggunaan terapi hormonal ini perlu
PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari acne vulgaris adalah
sebagai berikut:
a. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet
rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk
membersihkan permukaan kulit dari kotoran.
b. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat,
cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan
kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya
minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.
KOMPLIKASI
- Hiperpigmentasi post inflamasi (terutama pada ras berkulit hitam)
- Pembentukan skar/jaringan parut.1
PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang
menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga perlu di
rawat inap di rumah sakit.
B. MILIARIA4,10,11,12,13
DEFINISI
Kelainan kulit berupa erupsi papulovesikular multiple non
folikular (1-3 mm) yang disebabkan oleh keluarnya keringatke
epidermis atau dermis akibat pecahnya duktus kelenjar keringat
ekrin yang tersumbat. PredileksI : Daerah yang tertutup pakaian,
tempat tekanan, atau gesekan dengan pakaian.
EPIDEMIOLOGI
Miliaria kristalina terjadi pada 4,5% neonates dengan usia rata-
rata 1 minggu, miliaria rubra pada 4% neonates dengan usia rata-
rata 11-14 hari. Sebuah penelitian di iran tahun 2006 menunjukkan
terjadinya miliaria pada 1,3% bayi baru lahir, secara global terjadi
pada daerah iklim tropis dan pada orang-orang yang pindah dari
suatu daerah ke daerah yang lebih panas dan lembab, 30% terjadi
pada orang dewasa di iklim tropis.
ETIOPATOGENESIS
Telah diakui oleh banyak peneliti bahwa blok mekanik oleh
keratotik-plug dari maserasi stratum korneum akibat keringat yang
MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan letak sumbatannya dalam saluran ekrin, gambaran klinis
miliaria dibagi menjadi 3 grup :
1. Miliaria Kristalina (Sudamina)
3. Miliaria Profunda
TATA LAKSANA
Tujuan pengobatan pada miliaria adalah menghilangkan gejala
dan mencegah terjadinya hiperpireksia dan gejala heat exhaustion.
Dengan demikian, harus menghindari hal-hal yang menyebabkan
tersumbatnya muara kelenjar keringat ekrin. Misalnya, mengontrol
panas dan kelembaban serta pembatasan aktivitas terutama pada
udara panas sehingga tidak merangsang keluarnya keringat, regular
showering, memakai pakaian tipis yang menyerap keringat, berada
di lingkungan yang dingin agar tidak timbul keringat yang
berlebihan, dan hindari pemakaian obat topical dengan heavy
cream atau powder. Dapat diberi losio yang mengandung kalamin,
asam borat, atau mentol. Pada neonatus, dianjurkan memakai super
absorbent disposable diaper yang mengandung gel absorben.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada miliaria adalah infeksi
sekunder dan heat intolerance. Infeksi sekunder sebagai impetigo
atau abses multipel yang diskret. Umumnya, heat intolerance
berkembang pada pasien dengan miliaria profunda dan dalam
bentuk berat yang dikenal sebagai tropical anhydrotic asthenia.
PROGNOSIS
Kebanyakan pasien dengan miliaria membaik dalam beberapa
minggu setelah berada dalam lingkungan yang sejuk.
C. DERMATITIS PERIORAL3
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ETIOPATOGENESIS
Pada fase awal, akibat penggunaan obat topikal pada wajah akan
menginduksi gangguan fungsi lapisan epidermis. Hal ini akan
menyebabkan pembengkakan stratum korneum yang disertai gangguan
minimal pada fungsi lapisan kulit dan meningkatnya kehilangan cairan
transepidermal (transepidermal water loss). Kemudian dapat
menyebabkan lapisan kulit menjadi lebih tegang dan kering yang
mendesak jaringan sekitarnya akibat kompensasi penggunaan obat
topikal.
GAMBARAN KLINIS
Gejala khas yang sering terlihat adalah sensasi nyeri atau terbakar.
Kadang pasien juga merasakan sensasi tegang pada kulit. Pada dermatitis
perioral yang lama dapat terjadi kolonisasi bakteri yang ditandai adanya
papulopustul.
TATALAKSANA
PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara membersihkan wajah minimal 2x
sehari menghidari faktor-fsktor yang dapat memicu kembali
penyakit dermatitis perioral seperti menghentikan pemakaian
KOMPLIKASI
I. KESIMPULAN
Setelah dilakukan diskusi pada 2 pertemuan PBL untuk
memecahkan skenario masalah maka kelompok kami mendapatkan DD
sebagai berikut:
SARAN :
Kami harapakan agar PBL berikutnya lebih banyak membaca
serta tetap menkondusifkan diskusi serta lebih berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah dan memperbaiki serta meningkatkan tata krama
berdiskusi.
DAFTAR PUSTAKA