Anda di halaman 1dari 5

Nama : Davindra Rasyid Fahmi

NIM : J3B114043

Wisata Budaya dan Spiritual

Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Sejarah Ternate pada masa pra-Islam masih belum dapat dijelaskan secara panjang
lebar, kecuali dalam aspek adat-istiadat dan kepercayaan yang hingga kini masih dihayati
oleh sebahagian masyarakat Ternate, yang dapat kita jadikan petunjuk yang meyakinkan
bahwa semasa pra-Islam, Ternate telah mempunyai sejarah sendiri. Peninggalan Ternate pada
zaman pra-Islam tidak ditemukan dalam bentuk tulisan maupun artevak. Sebelum agama
Islam masuk, di Ternate telah terdapat 4 kelompok masyarakat, yaitu ;
1. Tubo, (yang mendiami kawasan puncak/lereng sebelah utara pTernate)
2. Tobona, (yang mendiami kawasan lereng sebelah selatan di Foramadiyahi).
3. Tabanga, (yang mendarat kawasan pantai bagian utara) dan
4. Toboleu. (yang menempati kawasan pesisir pantai timur di Ternate)
Masyarakat Ternate yang sejak dahulu sejak dari Raja pertama Kolano Cico alias
Masyhur Malamo (1257) hingga Sultan yang ke-48 sekarang ini Sri Sultan Mudaffar Syah-II,
telah mengalami perjalanan panjang yang merupakan mata rantai kelangsungan sebuah
komunitas yang tentunya dikikis dan dipoles oleh jaman yang dilaluinya hingga saat ini
Ternate menjadi pusat pemerintahan Propinsi Maluku Utara.

Gambar 1 Sultan Mudaffar Syah II, Sultan Ternate ke-48 (1975-2015).


Tiap kelompok masyarakat pada zaman pra-Islam di Ternate mendiami suatu tempat
tinggal, yang mereka sebut dengan istilah Gam (Kampung), warganya terdiri dari beberapa
keluarga/kerabat yang dalam istilah daerah disebut dengan sebutan Soa (Marga) yang
dipimpin oleh seorang Fanyira, singkatan dari kata Ngofa ma-nyira. (Baca artikel terkait;
Stratifikasi Sosial Masyarakat Adat di Ternate). Kepala Soa dipimpin oleh seorang Momole
(Kepala Kampung) yang bergelar; Kimelaha, Fanyira dan Sangadji. Disamping sebutan untuk
seorang kepala Soa untuk tiap-tiap Soa, kata momole terambil dari kata Tomole yang
mempunyai arti; Kesaktian atau Kehebatan, yakni orang yang menjadi pemimpin karena
mempunyai kelebihan dan kesaktian dalam berbagai hal.

Nama : Davindra Rasyid Fahmi


NIM : J3B114043

Wisata Budaya dan Spiritual

Gambar 2 Momole (Kepala Kampung)


Kelompok masyarakat waktu itu masih menjalankan kepercayaan primitif, dan kadangkadang sering terjadi pertentangan dan saling bermusuhan dalam hal memperebutkan
hegemoni. Dengan demikian maka, di Ternate pada zaman pra-Islam terdapat 4 orang
Momole. Seorang Momole diangkat berdasarkan kharisma yang ada padanya. Setelah
masuknya agama Islam, maka sistem pemerintahan Momole berubah. Keempat Momole
tersebut, bergabung dan dipimpin oleh seorang Kolano. Pada masa awal sistem ini, struktur
kepemimpinan masih sangat sederhana.
Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Ternate, maka
berkembang pula sistem pemerintahan Kolano, seperti juga di Tidore, Bacan dan Jailolo. Keempat Kolano ini kemudian membentuk konfederasi persekutuan antara empat kerajaan
tersebut di Taunane Pulau Moti (Moti Verbond), yang kemudian dikenal dengan sebutan
persatuan Moloku Kie Raha. Ternate waktu itu dipimpin oleh Kolano ke-7, yang bernama
Kolano Sida Arif-ma-Lamo.
Sida Arif ma-Lamo ditunjuk sebagai Kolano Ma-Dopolo yang pemimpin persekutuan
ini. Dinobatkan sebagai Kolano Ternate tahun 1322 dan memerintah selama 9 tahun (13221331). Dalam sistem ini, struktur kepemimpinannya lebih disempurnakan. (F.S.A. de Clerq).
Pada perkembangannya selanjutnya , sejak tahun 1486, disaat penobatan Kolano ke-19,
Zainal Abidin, yang pertama kali memakai gelar SULTAN yang memerintah dari tahun
1486 1500, adalah merupakan masa peralihan dari bentuk Kolano ke bentuk Kesultanan.
Beliau diberi gelar ; Paduka Sri Sultan Zainal Abidin.
Dalam struktur kepemimpinan kesultanan, dibentuk lembaga-lembaga tradisional.
Pelaksanaan tugasnya, Sultan dibantu oleh badan-badan dan pejabat seperti :
1. KOMISI NGARUHA, (fungsinya disamakan dengan Dewan Pertimbangan Agung).
2. BOBATO MA-DOPOLO, yaitu suatu Dewan Pembantu Sultan, anggotanya terdiri :
a) Jogugu, sebagai wakil Sultan merangkap kepala Bobato. Jogugu adalah singkatan dari
Jou Kolano ma-gugu yaitu wakil Sultan bidang Pemerintahan , yang berkuasa dan
bertanggung jawab atas seluruh kebijakan kesultanan tertinggi dibawah Sultan, yang

Nama : Davindra Rasyid Fahmi


NIM : J3B114043

b)

c)

d)

e)

Wisata Budaya dan Spiritual

dijabat oleh bangsawan Senior di kalangan kerabat keluarga terdekat Sultan.


(disamakan dengan Perdana Menteri).
Kapita Lao, yang bertanggung jawab dalam masalah yang bertalian dengan
peperangan, yang dijabat oleh bangsawan Senior di kalangan kerabat Sultan.
(disamakan dengan Panglima Armada Laut).
Hukum Soa Sio, adalah seorang pejabat yang bertanggung jawab dan menangani halhal yang berhubungan dengan urusan di dalam negeri. (disamakan dengan Menteri
Dalam Negeri).
Hukum Sangadji, adalah seorang pejabat yang bertanggung jawab dan menangani
masalah-masalah luar negeri termasuk daerah takluk-kan. (disamakan dengan Menteri
Luar Negeri).
Tuli Lamo, sebagai juru tulis kesultanan, (disamakan dengan Menteri Sekretaris
Negara).

3. BOBATO NYAGI MOI SE-TUFKANGE, yaitu Dewan 18 yang anggotanya terdiri dari
delapan belas Orang. Mereka terdiri dari :
a) Berasal dari Soa-Sio sebanyak 9 orang, yaitu :
1) Pejabat berpangkat Kimelaha, sebanyak 5 orang.
2) Pejabat berpangkat Fanyira, sebanyak 4 orang.
b) Berasal dari Pejabat berpangkat Sangaji, sebanyak 9 orang, yang merupakan wakil
utusan dari wilayah seberang.
Dalam struktur kepemimpinan tradisional di kesultanan Ternate, terdapat semacam
Dewan Rakyat, yang disebut dengan GAM RAHA, yang wakilnya terdiri dari pejabat
perwakilan keempat wilayah yang terdiri dari :
1) SOA-SIO, (Komunitas masyarakat yang terdiri dari 9 kelompok Soa/distrik yang berada
di di wilayah pusat Kesultanan).
2) SANGADJI, (Komunitas beberapa distrik di negeri seberang/wilayah taklukkan).
3) HEKU, (Komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya mulai dari Ake Santosa
(sekarang Kelurahan Salero) ke utara hingga ke pulau Hiri termasuk Halmahera muka).
4) CIM, (Komunitas masyarakat dari Ake Santosa ke salatan hingga mencapai batas desa
Kalumata).
Gam Raha berfungsi mensahkan calon sultan yang menurut tradisi ditunjuk dari anak
lelaki putera sultan, (bukan putra tertua saja tapi bisa adik-laki2-nya). Meskipun telah
ditetapkan adat, calon Sultan itu harus disahkan oleh Gam Raha. Calon diajukan oleh pihak
Soa-Sio dan Sangaji, selanjutnya apabila calon tersebut ditolak oleh pihak Heku dan Cim,
maka harus diganti. Sistem ini merupakan keunikan dan ciri khas Demokrasi ala Ternate,
dimana sistem pemerintahan adalah berbentuk Monarki tetapi pewaris kekuasaan dilakukan
melalui pemilihan/penunjukan dari Gam Raha berdasarkan kriteria tertentu. Tidak seperti
biasanya setiap kerajaan, putera tertua dari Raja dan Permaisuri mutlak harus menjadi
pewaris takhta.

Nama : Davindra Rasyid Fahmi


NIM : J3B114043

Wisata Budaya dan Spiritual

Gambar 3 Perkumpulan Gam Raha


Pejabat penting lainnya yang dalam kepemimpinan wilayah adalah seorang Salahakan.
Pejabat ini adalah merupakan perwakilan Sultan di daerah-daerah otonomi yang jauh. Dalam
sejarah Ternate, pernah diangkat Salahakan di Tabukan (Sangir Talaud), Banggai (Sulawesi),
Sula Taliabu. Selain Salahakan dikenal juga Utusan Sultan yang dikirim ke perbatasan untuk
menangani soal keamanan. Ia juga bertugas sebagai koordinator para sangaji di daerah itu.
Diketahui pernah ada tiga utusan yang pernah ditetapkan dalam kesultanan Ternate,
yaitu; Utusan Kayoa yang berbatasan dengan kesultanan Bacan, Utusan Galela untuk
mengamankan perbatasan dengan kesultanan Mindanao-Sulu, Utusan Dodinga untuk
mengawasi perbatasan wilayah darat dengan kesultanan Tidore di daratan pulau Halmahera.
Masyarakat Ternate saat ini masih menjunjung tinggi sistem kekerabatan kesultan.
Sistem kekerabatan selain yang di atas terdapat juga sistem pemimpin dalam setiap
kelompok-kelompok desa. Berikut adalah sistem golongan kesultanan di ternate :

Jou, merupakan sebutan untuk golongan istana. Terdiri dari sultan dan keluarganya,
sampai tiga turunan satu garis lurus langsung. Sebutan bagi seorang pemangku
golongan ini, adalah Jou Kolano (Yang Mulia Sultan). Sedangkan sebutan untuk
permaisuri Sultan adalah Jo-Boki, (singkatan dari kata Jou ma-Boki). Sementara
sebutan untuk anak putra Sultan adalah Kaicili Putra, dan Boki Putri (Putri Sultan).
Dano, merupakan sebutan untuk golongan keluarga cucu sultan. Serta anak-anak
yang dilahirkan dari putri sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau dari
kalangan masyarakat biasa. Golongan ini juga termasuk keturunan dari kakak
maupun adik kandung Sultan.
Bala, atau terkadang disebut Bala Kusu se-Kano-Kano, adalah mereka yang berada
di luar kedua golongan di atas, alias rakyat biasa.

Nama : Davindra Rasyid Fahmi


NIM : J3B114043

Wisata Budaya dan Spiritual

Gambar Pakaian Golongan Juo


Ketiga golongan tersebut dibedakan trah golongan seseorang, bisa dilihat dari penutup
kepala yang digunakan. Golongan seseorang diatur dalam ritus-ritus yang berbau adat, ketika
masyarakat berpakaian adat. Penutup kepala berwatna putih (Tuala Bubundo) hanya dipakai
oleh golongan Jou. Golongan pejabat umum kesultanan mengenakan penutup kepala yang
disebut Kapita/Fanyra. Sementara golongan rakyat menggunakan penutup kepala yang
disebut Tuala Kuraci.

Anda mungkin juga menyukai