Makalah Agama Etos Kerja
Makalah Agama Etos Kerja
ETOS KERJA
Disusun Oleh:
KELOMPOK SITI KHADIJAH
Anggota:
M. Dzulfiqar Mountazeri
Ninda Ayu Narassati
Rania Maghri Jodie
Resti Dwi Putri
Rizki Sukmatanti
XII-IPA-E
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, serta shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah SAW. Berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai etos kerja guna memenuhi tugas mata pelajaran Agama
Islam.
Terima kasih pula kepada guru bidang studi karena telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
guna kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Bogor, 31 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................................i
Daftar
Isi
...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan......................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama Islam yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah
saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang
berkenaan
dengan
kerja.
laku
justru
berlawanan
dengan
ungkapan-ungkapan
tadi.
Padahal dalam situasi gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan
nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran
dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
- Memenuhi syarat tugas kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
- Membuka wawasan siswa mengenai etos kerja terutama di bagian metode/model
pembelajaran.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat secara umum dari penulisan makalah ini yaitu :
- Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk pembaca.
- Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi etos kerja
- Dapat mengetahui dalil naqli yang berkaitan dengan etos kerja, sikap kerja keras
serta produktivitas kerja
BAB II
PEMBAHASAN
Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku. Dalam
pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang
positif. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada
pengertianakhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga
dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk
mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai
kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
B. Dalil Naqli Etos Kerja
(1) Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11
Artinya :
f.
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseruuntuk melaksanakan shalat pada
hari jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabilah shalat telah
dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allh dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung.
(Q.S al-Jumuah (62): 9-10)
Kandungan Surah Al-Jumuah (62) ayat 9-10
a. Pada ayat 9, Allah swt. Menjelaskan bahwa apabila dikumandangkan azan, maka
kita wajib meninggalkan urusan atau pekerjaan, baik sebagai pedagang, karyawan,
atau usaha lainnya dan segera ke masjid untuk melaksanakan salat dengan tenang
dan tidak tergesa-gesa.
b. Pada ayat 10, Allah swt. Menerangkan bahwa setelah selesai menunaikan solat, kita
diperbolehkan melanjutkan urusan atau usaha, mencari rezki yang halal sehingga
tercapai kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan diakhirat.
c. Allah menyuruh pula agar kita mengingat Allah sebanyak-banyaknya di dalam
mengerjakan usaha agar terhindar dari kecurangan, penyelewengan, dan lainnya
karena Allah Maha Mengetahui segalanya.
d. Dalam ritual dan bekerja, islam membimbing umatnya melalui Al-Quran dan sunnah
agar selalu seimbang (tawazun) dalam segala hal.
e. Perlunya keseimbangan antara urusan dunia dan Akhirat
f. Bekerja harus selalu ingat Allah
f.
Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
jangalah kamu berbuat kerusakann di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qasas 28: 77)
(2) Allah meluaskan Rejeki kepada kita
Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan selalu meluaskan rejeki kepada kita.
Dengan demikian, kita tidak boleh bersikap pesimis dlam menjalani hidup.
pengawasan
manusia,
meski
jauh
dari
kontrol
atasan.
Maka itu dalam bekerj kita harus memiliki sikap kerja keras, diantaranya
dimulai dengan hal-hal berikut:
Menghadirkan niat yang baik. Niat ibadah karena Allah, niat mencari rizki yang
halal, niat memakmurkan bumi Allah dan niat baik lainnya. Dengan niat ini amal
kebiasaan atau rutin seseorang bisa bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Pada satu
pagi Rasul Saw. Dan para Sahabat sedang berkumpul kemudian mereka melihat
seseorang yang kuat berjalan dengan cepat dan enerjik menuju kerja. Para
Sahabat takjub terhadap orang tersebut. Maka para Sahabat berkata: Wahai
Rasul Saw. bila saja ia berada dalam jalan Allah (fi Sabilillah) -pasti lebih baik
baginya-. Maka Rasul Saw. berkata: Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih
kecil, maka itu berarti fi Sabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orangtuanya yang
renta maka itu berarti fi Sabilillah. Dan jika ia bekerja karena riya dan
kebanggaan maka itu di jalan Setan. (HR. Atabrani).
Tidak menunda-nunda amal. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw. mendorong
Umatnya nutuk berpagi-bagi,haditsnya berbunyi: Ya Allah berkahilah Umatku di
pagi hari. (HR. Tirmidzi, Ibnu majah dan Ahmad). Dalam pepatah Arab
disebutkan: jangan tunda amal hari ini hingga esok.
Bersungguh-sungguh. Pepatah mengatakan: Siapa yang bersungguh-sungguh
dia akan dapat.
Bekerja dengan rapi. Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah SWT.
mencintai seseorang yang bekerja dengan rapi di antara kalian. (HR. Baihaqi).
Tawadhu (Rendah hati) dan syukur. Sebagus apapun pekerjaannya, seorang
Muslim dilarang untuk bersikap sombong. Rasul Saw. bersabda: Tidak masuk
Surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. (HR.
Muslim).
Tidak melupakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT. Meskipun bekerja bisa
menjadi sarana penghambaan diri kepada Allah SWT., ia tidak sepatutnya
melenakan manusia dari menunaikan kewajiban-kewajiban ibadah kepada Allah
SWT.
Meninggalkan hal-hal yang dilarang agama. Agar pekerjaan bisa bernilai ibadah
dan diterima di sisi Allah SWT. perlu ada minimal dua syarat; pertama, niat
karena Allah SWT. dan kedua, tidak bertentangan dengan aturan syariat.
Bersikap rajin, ulet dan tidak mudah putus asa
Meningkatkan inovasi dan kreativitas
Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa
datang
Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis
Berdoa dan bertawakal kepada Allah
Bekerja dengan motivasi, cara dan orientasi yang mulia menjadi perkara yang sangat
mulia di sisi Allah SWT. Amal yang menjadikan manusia sebagai wakil Allah SWT. dalam
memakmurkan bumi-Nya. Bekerja dengan model seperti ini tidak menjadikan rentang
waktu panjang yang habis, tenaga dan pikiran yang terkuras menjadi sia-sia. Sebaliknya,
sangat disayangkan siapa yang waktu, tenaga dan pikirannya banyak tercurah dalam
bekerja, namun tidak menjadi sesuatu yang mulia berupa ibadah dan manfaat kelak bagi
kehidupan masa depannya, utamanya di Akhirat sana. Wallahu alam.
D. Produktivitas Kerja
Konsep-konsep tentang produktivitas dari luar Islam berorientasi kepada materi dan
dunia semata serta menjauhkannya dari nilai-nilai ilahiyyah. Sedangkan konsep Islam
adalah penggabungan keduanya (material dan spritual). Konsep Islam mampu
menembus dimensi insaniyah sekaligus dimensi ilahiyah. Karena Islam bukanlah agama
yang hanya mengurusi masalah-masalah vertikal saja, melainkan juga membahas
masalah yang sifatnya horizontal. Islam adalah agama syamil (komplit), yang mengurusi
semua aspek kehidupan manusia.
Islam sangat memandang positif terhadap produktifitas manusia. Islam menjunjung
tinggi nilai kerja, ketika umumnya masyarakat dunia menempatkan kelas eksekutif dan
militer sebagai posisi yang tinggi. Islam menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan, pedagang, pengrajin, dan tukang sebagai profesi yang mulia. Akan tetapi
dalam Islam produktifitas tidak sekedar pada bentuk kerja atau aktifitas semata. Karena
kerja tidak murni perkara profan (perilaku duniawi), bukan sekedar menghasilkan uang,
dan bukan juga semata-mata untuk menepis gengsi agar terlepas dari tudingan sebagai
penganggur.
Dengan bekerja (beraktifitas) itulah kunci kebahagiaan (bisa menjadi kaya). Namun
demikian, beraktifitas atau bekerja harus sesuai dengan kehendak Allah SWT, sesuai
aturan main yang telah ditetapkan al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebab Allah,
Rasul Nya dan orang-orang beriman melihat karya nyata setiap orang. Artinya, kerja dan
hasil yang dikerjakan merupakan manifestasi (perwujudan) keyakinan seorang muslim
bahwa produktifitas bukan hanya untuk memuliakan dirinya atau untuk menampakkan
kemanusiaannya, tetapi juga sebagai perwujudan amal saleh yang memiliki nilai ibadah
yang sangat luhur, dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadis yang
menyatakan, Sebaik-baik kamu adalah yang memberikan manfaat kepada orang lain.
(HR. Bukhari).
Sekurang-kurangnya ada empat prinsip sebagai konsep Islam dalam membina
manusia menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi.
Pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah sekedar
menuju kematian, karena mati hanyalah perpindahan tempat, dari dunia ke alam baqa.
Sedang hidup yang sesungguhnya adalah hidup menuju kepada kehidupan yang abadi
yakni, akhirat. Hidup merupakan pekerjaan menanam benih di ladang dunia yang
hasilnya akan dituai di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi
(waktu) penyeleksian manusia dari amalan-amalannya atau produktifitasnya.
Kedua, memelihara kunci produktifitas yaitu hati. Rasulullah saw bersabda, Ingatlah
dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah
seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu
adalah hati. Hati merupakan ruh bagi semua potensi yang kita miliki. Pikiran dan tenaga
tidak akan tercurahkan serta tersalurkan dalam suatu bentuk amalan shalihan
(produktifitas) jika kondisi hati mati atau rusak. Hati yang terpelihara dan terlindungi
akan memancarkan energi pendorong untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas.
Produktifitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah. Dan tidak hanya itu,
amaliyahnya (produktifitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai ini adalah nilai
keikhlasan
yang
jauh
dari
kepentingan-kepentingan
pribadi
dan
duniawi.
Ketiga, bergerak dari sekarang. Sebuah ungkapan menyatakan, Jika engkau berada di
pagi hari maka jangan menunggu waktu sore, dan jika engkau berada di sore hari maka
jangan menunggu datangnya malam. Prinsip bergerak dari sekarang ini menunjukan
suatu etos kerja yang tinggi dan semangat beramal yang menggebu. Seorang muslim
tidak akan menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah
mahal (QS. al Ashr).
Berikut ini beberapa hikmah pentingya bekerja keras sebagai berikut:
1. Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari
ketergantungan pada orang lain.
2. Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan
keluarga
3. Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan
ikhlas sebagai pengabdian kepada Allah.
4. Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam
setiap keadaan.
E. Memacu Perubahan Sosial untuk Kemajuan
Banyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi tidak ada biji
jagung yang berisi bisa diperoleh oleh manusia tanpa bersusah payah terlebih
dahulu untuk menanamnya. Janganlah kita bermimpi hari ini akan memetik padi, jika
hari kemaren kita tidak pernah menanamnya.
Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut ini. Kebaikan
hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan kebaikan hari esok ditentukan
oleh kebaikan hari ini, Dengan demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa
memacu diri dan memanfaatkan waktu dengan pekerjaan dan perbuatan yang
bermanfaat, guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah.
Firman Allah SWT
Artinya :
kerugian, kecuali orang-orang beriman dan beramal saleh dan saling menasehati
supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menepati kebenaran.
(Q.S. Al-Asyr:1-3)
Umat Islam ketinggalan dalam banyak bidang, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
menjadikan
tertinggal
dalam
bidang
ekonomi.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Etos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan
ridha Allah SWT. Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah
B. Saran
Dari paparan di atas, maka penulis memeberikan saran:
Untuk melatih berusaha, dapat dimulai dari hal kecil. Untuk itu, sebaiknya kita
DAFTAR PUSTAKA
http://ghuz-unik.blogspot.co.id/2011/12/makalah-agama-etos-kerja.html
https://mukaromah278.wordpress.com/2012/10/16/hello-world/
https://www.academia.edu/5004065/etos_kerja
http://mambaululumklaten.com/hadist-kebersihan
http://www.quran30.net/2012/08/surat-al-jumuah-ayat-1-11.html
https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/
http://www.ikadi.or.id/component/content/article/689-etos-kerja-dalam-islam.html