Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

ETOS KERJA

Disusun Oleh:
KELOMPOK SITI KHADIJAH
Anggota:
M. Dzulfiqar Mountazeri
Ninda Ayu Narassati
Rania Maghri Jodie
Resti Dwi Putri
Rizki Sukmatanti
XII-IPA-E

SMA NEGERI 5 BOGOR


2016

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, serta shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah SAW. Berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai etos kerja guna memenuhi tugas mata pelajaran Agama
Islam.
Terima kasih pula kepada guru bidang studi karena telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
guna kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Bogor, 31 Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................................i
Daftar

Isi

...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan......................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Etos Kerja...................................................................................................2


Dalil Naqli Tentang Etos Kerja......................................................................................2
Sikap Kerja Keras.........................................................................................................5
Produktivitas Kerja .......................................................................................................6
Memacu
Perubahan
Sosial
untuk
Kemajuan................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................10
B. Saran .........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama Islam yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah
saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang
berkenaan

dengan

kerja.

Rasulullah SAW bersabda: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup


selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Dalam
ungkapan lain dikatakan juga, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,Memikul
kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang
lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja. Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan
bertingkah

laku

justru

berlawanan

dengan

ungkapan-ungkapan

tadi.

Padahal dalam situasi gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan
nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran
dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
- Memenuhi syarat tugas kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
- Membuka wawasan siswa mengenai etos kerja terutama di bagian metode/model
pembelajaran.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat secara umum dari penulisan makalah ini yaitu :
- Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk pembaca.
- Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi etos kerja
- Dapat mengetahui dalil naqli yang berkaitan dengan etos kerja, sikap kerja keras
serta produktivitas kerja

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja


Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Etos berasal
dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta
keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat
kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti
pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi,
intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.
Secara terminologis kata etos, mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan
dalam tiga pengertian berbeda yaitu:

Suatu aturan umum atau cara hidup.

Suatu tatanan aturan perilaku.

Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku. Dalam
pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang
positif. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada
pengertianakhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga
dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk
mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai
kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
B. Dalil Naqli Etos Kerja
(1) Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan di


dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. al-Mujadilah (58):11)
Kandungan Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11:
a.
b.
c.
d.
e.

Dalam bekerja hendaknya membuat perencanaan tertentu


Memberikan kesempatan kepada orang lain
Mematuhi aturan yang berlaku
Bekerja dengan berbekal iman dan ilmu
Seorang muslim wajib member tempat duduk kepada rekannya apabila dalam satu

f.

majelis masih ada tempat yang lapang.


Islam tidak memperbolehkan seseorang menempati tempat duduk orang dengan

cara mengusir orang tersebut dari tempat duduknya.


g. Ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia.
h. Islam mewajibkan seseorang untuk menuntut ilmu.
i. Allah akan menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu serta beramal
j.

saleh pada derajat yang paling tinggi.


Allah mengetahui setiap yang dilakukan manusia

Penerapan Perilaku Sesuai Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11:


a. Berprilaku baik dan sopan saat di dalam suatu majelis.
b. Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.
c. Lemah lembut dan bertawaduk terhadap guru.
d. Memiliki semangat dalam menuntut ilmu agama.
e. Mengamalkan ilmu agar bermanfaat.

(2) Surah Al-Jumuah (62) ayat 9-10

Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseruuntuk melaksanakan shalat pada
hari jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabilah shalat telah
dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allh dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung.
(Q.S al-Jumuah (62): 9-10)
Kandungan Surah Al-Jumuah (62) ayat 9-10
a. Pada ayat 9, Allah swt. Menjelaskan bahwa apabila dikumandangkan azan, maka
kita wajib meninggalkan urusan atau pekerjaan, baik sebagai pedagang, karyawan,
atau usaha lainnya dan segera ke masjid untuk melaksanakan salat dengan tenang
dan tidak tergesa-gesa.
b. Pada ayat 10, Allah swt. Menerangkan bahwa setelah selesai menunaikan solat, kita
diperbolehkan melanjutkan urusan atau usaha, mencari rezki yang halal sehingga
tercapai kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan diakhirat.
c. Allah menyuruh pula agar kita mengingat Allah sebanyak-banyaknya di dalam
mengerjakan usaha agar terhindar dari kecurangan, penyelewengan, dan lainnya
karena Allah Maha Mengetahui segalanya.
d. Dalam ritual dan bekerja, islam membimbing umatnya melalui Al-Quran dan sunnah
agar selalu seimbang (tawazun) dalam segala hal.
e. Perlunya keseimbangan antara urusan dunia dan Akhirat
f. Bekerja harus selalu ingat Allah

g. Meningkatkan Produktivitas kerja


h. Tidak boleh menyerah dalam bekerja

Penerapan Perilaku Sesuai Surah Al-Jumuah : 9-10


a. Diwajibkan salat Jumat bagi orang islam laki-laki
b. Salat tepat pada waktunya lebih baik
c. Meninggalkan perniagaan ketika azan mulai berkumandang
d. Setelah melaksanakan solat Jumat diperbolekan melanjutkan jual beli atau bekerja
e. Bekerja dengan penuh rasa tanbggung jawab dan professional

f.

Mencari rezeki yang halal melalui usaha yang keras

g. Tidak diperbolehkan jual beli pada waktu azan solat Jumat

Dalil-Dalil Lain Tentang Etos Kerja


Ada beberapa dalil lain yang menjelaskan tentang pentingnya bekerja, di antaranya
ayat dengan tema sebagai berikut:
(1) Menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat
Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimana
ditegaskan dalam ayat yang berbunyi :

Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan

Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
jangalah kamu berbuat kerusakann di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qasas 28: 77)
(2) Allah meluaskan Rejeki kepada kita
Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan selalu meluaskan rejeki kepada kita.
Dengan demikian, kita tidak boleh bersikap pesimis dlam menjalani hidup.

Perhatikanlah ayat yang berbunyi :


Artinya : Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan
perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar
kamu mencari sebagian karunia-Nya,, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. anNahl
(16):14)
C. Sikap Kerja Keras
Bekerja dengan motivasi bisa melahirkan kerja keras, tegar, jujur dan
profesional. Adapun kerja yang didasari hanya dengan motivasi jabatan dan
kekayaan menjadikan seseorang bekerja ketika ada iming-iming atau konsekuensi
jabatan dan kekayaan, jika tidak ada, ia akan enggan atau bermalas-malasan. Tetapi
motivasi ibadah dalam bekerja bisa melahirkan karya dan produktivitas meski tidak
dalam

pengawasan

manusia,

meski

jauh

dari

kontrol

atasan.

Maka itu dalam bekerj kita harus memiliki sikap kerja keras, diantaranya
dimulai dengan hal-hal berikut:
Menghadirkan niat yang baik. Niat ibadah karena Allah, niat mencari rizki yang
halal, niat memakmurkan bumi Allah dan niat baik lainnya. Dengan niat ini amal

kebiasaan atau rutin seseorang bisa bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Pada satu
pagi Rasul Saw. Dan para Sahabat sedang berkumpul kemudian mereka melihat
seseorang yang kuat berjalan dengan cepat dan enerjik menuju kerja. Para
Sahabat takjub terhadap orang tersebut. Maka para Sahabat berkata: Wahai
Rasul Saw. bila saja ia berada dalam jalan Allah (fi Sabilillah) -pasti lebih baik
baginya-. Maka Rasul Saw. berkata: Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih
kecil, maka itu berarti fi Sabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orangtuanya yang
renta maka itu berarti fi Sabilillah. Dan jika ia bekerja karena riya dan
kebanggaan maka itu di jalan Setan. (HR. Atabrani).
Tidak menunda-nunda amal. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw. mendorong
Umatnya nutuk berpagi-bagi,haditsnya berbunyi: Ya Allah berkahilah Umatku di
pagi hari. (HR. Tirmidzi, Ibnu majah dan Ahmad). Dalam pepatah Arab
disebutkan: jangan tunda amal hari ini hingga esok.
Bersungguh-sungguh. Pepatah mengatakan: Siapa yang bersungguh-sungguh
dia akan dapat.
Bekerja dengan rapi. Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah SWT.
mencintai seseorang yang bekerja dengan rapi di antara kalian. (HR. Baihaqi).
Tawadhu (Rendah hati) dan syukur. Sebagus apapun pekerjaannya, seorang
Muslim dilarang untuk bersikap sombong. Rasul Saw. bersabda: Tidak masuk
Surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. (HR.
Muslim).
Tidak melupakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT. Meskipun bekerja bisa
menjadi sarana penghambaan diri kepada Allah SWT., ia tidak sepatutnya
melenakan manusia dari menunaikan kewajiban-kewajiban ibadah kepada Allah
SWT.
Meninggalkan hal-hal yang dilarang agama. Agar pekerjaan bisa bernilai ibadah
dan diterima di sisi Allah SWT. perlu ada minimal dua syarat; pertama, niat
karena Allah SWT. dan kedua, tidak bertentangan dengan aturan syariat.
Bersikap rajin, ulet dan tidak mudah putus asa
Meningkatkan inovasi dan kreativitas
Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa
datang
Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis
Berdoa dan bertawakal kepada Allah
Bekerja dengan motivasi, cara dan orientasi yang mulia menjadi perkara yang sangat
mulia di sisi Allah SWT. Amal yang menjadikan manusia sebagai wakil Allah SWT. dalam
memakmurkan bumi-Nya. Bekerja dengan model seperti ini tidak menjadikan rentang
waktu panjang yang habis, tenaga dan pikiran yang terkuras menjadi sia-sia. Sebaliknya,
sangat disayangkan siapa yang waktu, tenaga dan pikirannya banyak tercurah dalam

bekerja, namun tidak menjadi sesuatu yang mulia berupa ibadah dan manfaat kelak bagi
kehidupan masa depannya, utamanya di Akhirat sana. Wallahu alam.
D. Produktivitas Kerja
Konsep-konsep tentang produktivitas dari luar Islam berorientasi kepada materi dan
dunia semata serta menjauhkannya dari nilai-nilai ilahiyyah. Sedangkan konsep Islam
adalah penggabungan keduanya (material dan spritual). Konsep Islam mampu
menembus dimensi insaniyah sekaligus dimensi ilahiyah. Karena Islam bukanlah agama
yang hanya mengurusi masalah-masalah vertikal saja, melainkan juga membahas
masalah yang sifatnya horizontal. Islam adalah agama syamil (komplit), yang mengurusi
semua aspek kehidupan manusia.
Islam sangat memandang positif terhadap produktifitas manusia. Islam menjunjung
tinggi nilai kerja, ketika umumnya masyarakat dunia menempatkan kelas eksekutif dan
militer sebagai posisi yang tinggi. Islam menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan, pedagang, pengrajin, dan tukang sebagai profesi yang mulia. Akan tetapi
dalam Islam produktifitas tidak sekedar pada bentuk kerja atau aktifitas semata. Karena
kerja tidak murni perkara profan (perilaku duniawi), bukan sekedar menghasilkan uang,
dan bukan juga semata-mata untuk menepis gengsi agar terlepas dari tudingan sebagai
penganggur.
Dengan bekerja (beraktifitas) itulah kunci kebahagiaan (bisa menjadi kaya). Namun
demikian, beraktifitas atau bekerja harus sesuai dengan kehendak Allah SWT, sesuai
aturan main yang telah ditetapkan al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebab Allah,
Rasul Nya dan orang-orang beriman melihat karya nyata setiap orang. Artinya, kerja dan
hasil yang dikerjakan merupakan manifestasi (perwujudan) keyakinan seorang muslim
bahwa produktifitas bukan hanya untuk memuliakan dirinya atau untuk menampakkan
kemanusiaannya, tetapi juga sebagai perwujudan amal saleh yang memiliki nilai ibadah
yang sangat luhur, dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadis yang
menyatakan, Sebaik-baik kamu adalah yang memberikan manfaat kepada orang lain.
(HR. Bukhari).
Sekurang-kurangnya ada empat prinsip sebagai konsep Islam dalam membina
manusia menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi.
Pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah sekedar
menuju kematian, karena mati hanyalah perpindahan tempat, dari dunia ke alam baqa.
Sedang hidup yang sesungguhnya adalah hidup menuju kepada kehidupan yang abadi
yakni, akhirat. Hidup merupakan pekerjaan menanam benih di ladang dunia yang
hasilnya akan dituai di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi
(waktu) penyeleksian manusia dari amalan-amalannya atau produktifitasnya.

Kedua, memelihara kunci produktifitas yaitu hati. Rasulullah saw bersabda, Ingatlah
dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah
seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu
adalah hati. Hati merupakan ruh bagi semua potensi yang kita miliki. Pikiran dan tenaga
tidak akan tercurahkan serta tersalurkan dalam suatu bentuk amalan shalihan
(produktifitas) jika kondisi hati mati atau rusak. Hati yang terpelihara dan terlindungi
akan memancarkan energi pendorong untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas.
Produktifitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah. Dan tidak hanya itu,
amaliyahnya (produktifitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai ini adalah nilai
keikhlasan

yang

jauh

dari

kepentingan-kepentingan

pribadi

dan

duniawi.

Ketiga, bergerak dari sekarang. Sebuah ungkapan menyatakan, Jika engkau berada di
pagi hari maka jangan menunggu waktu sore, dan jika engkau berada di sore hari maka
jangan menunggu datangnya malam. Prinsip bergerak dari sekarang ini menunjukan
suatu etos kerja yang tinggi dan semangat beramal yang menggebu. Seorang muslim
tidak akan menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah
mahal (QS. al Ashr).
Berikut ini beberapa hikmah pentingya bekerja keras sebagai berikut:
1. Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari
ketergantungan pada orang lain.
2. Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan
keluarga
3. Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan
ikhlas sebagai pengabdian kepada Allah.
4. Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam
setiap keadaan.
E. Memacu Perubahan Sosial untuk Kemajuan
Banyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi tidak ada biji
jagung yang berisi bisa diperoleh oleh manusia tanpa bersusah payah terlebih
dahulu untuk menanamnya. Janganlah kita bermimpi hari ini akan memetik padi, jika
hari kemaren kita tidak pernah menanamnya.
Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut ini. Kebaikan
hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan kebaikan hari esok ditentukan
oleh kebaikan hari ini, Dengan demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa
memacu diri dan memanfaatkan waktu dengan pekerjaan dan perbuatan yang
bermanfaat, guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah.
Firman Allah SWT

Artinya :

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam

kerugian, kecuali orang-orang beriman dan beramal saleh dan saling menasehati
supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menepati kebenaran.
(Q.S. Al-Asyr:1-3)
Umat Islam ketinggalan dalam banyak bidang, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan

dan

teknologi,

menjadikan

tertinggal

dalam

bidang

ekonomi.

Ketertinggalan tersebut sebenarnya disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor


eksternal atau faktor luar, seperti penjajahan dengan segala bentuknya dan juga
faktor ekologi. Kedua, faktor internal. faktor yang besar pengaruhnya, seperti
kebudayaan, yaitu nilai-nilai, norma, keyakinan, dan pengetahuan umat Islam yang
masih terbelakang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pembaharuan atau
pembangunan yang mencakup mental spritual serta material. Pembangunan inilah
yang mendorong atau memacu perubahan masyarakat (sosial) menuju kemajuan
atau modren. Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan
itu pada gilirannya akan memacu umat Islam karena sebagian besar bangsa ini umat
Islam.

BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Etos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan
ridha Allah SWT. Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah

Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk


bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras

memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya.


Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,

semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.


Tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan

minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.


Professionalisme dalam setiap pekerjaan.

B. Saran
Dari paparan di atas, maka penulis memeberikan saran:

Untuk melatih berusaha, dapat dimulai dari hal kecil. Untuk itu, sebaiknya kita

melatihnya mulai sekarang


Dalam berusaha hendaknya usaha yang maksimal supaya hasilnya juga
maksimal. Untuk itu, sebaiknya kita melatih diri kita agar selalu maksimal dalam
berusaha

DAFTAR PUSTAKA
http://ghuz-unik.blogspot.co.id/2011/12/makalah-agama-etos-kerja.html

https://mukaromah278.wordpress.com/2012/10/16/hello-world/
https://www.academia.edu/5004065/etos_kerja
http://mambaululumklaten.com/hadist-kebersihan
http://www.quran30.net/2012/08/surat-al-jumuah-ayat-1-11.html
https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/
http://www.ikadi.or.id/component/content/article/689-etos-kerja-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai