Konsepsi Psikologis Manusia
Konsepsi Psikologis Manusia
Psikioanalisis,
Behaviorisme,
Psikologi Kognitif, dan
Humanistis
Hubungan antara keempat teori tersebut dapat di lihat dalam table di bawah ini.
Teori
Psikioanalisis
Konsepsi tentang
Tokoh-
Kontribusi pada
Manusia
Homo Volens (Manusia
tokohnya
Freud, Jung, Adler,
Psikologi Sosial
Perkembangan
Berkeinginan)
Abraham, Horney,
kepribadian
Bion
Sosialisasi identifikasi
agresi kebudayaan dan
perilaku
Kognitif
Lewin, Heider,
Berfikir)
Festinger, Piaget,
berfikir
Kohlberg
Dinamika kelompok
Propaganda
Persepsi Interpersonal
Behaviorisme
Konsep Diri
Mesin)
Dollard, Rotter,
Eksperimen
Sklinner, Bandura
Sosialisasi
Kontrol social
Ganjaran dan Hukuman
Humanisme
Konsep Diri
Bermain)
Snygg, Maslowl,
Transaksi Interpersonal
Libido
2.
kebutuhannya. Id, bersifat egoitis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id
adalah tabiat hewani manusia.
Subsistem yang kedua adalah ego, yang berfungsi menjembatani tunuttan Id dengan
realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional
dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan
hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi normal). Ia bergerak berdasarkan prinsip
realitas (reality principle)
Unsur moral dalam pertimbangan yang terakhir disebut Freud sebagai superego.
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial yang cultural
masyarakatnya. Secara singkat dalam psikoanalisis perliaku manusia merupakan interaksi antara
komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).
berbagai gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis
yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat (life space). Ruang hayat terdiri dari tujuan
dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Dari Lewin terkenal
rumus : B = f (P,E), artinya Behavior (perilaku) adalah hasil interaksi antara persons (diri orang
itu) dengan environment (lingkungan psikologisnya).
Heider dan Festinger membawa psikologi kognitif ke dalam psikologi sosial. Secara
singkat kita akan melihat perkembangan pengaruh psikologis kognitif ini dalam psikologis
sosial, terutama untuk menggambarkan perkembangan konsepsi manusia dalam mahzab ini.
Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap
dengan kerangaka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif (The Person as
Consistency Seeker). Di sini, manusia dipandang sebagai mahluk yang selalu berusaha menjaga
keajengan dalam sestem kepercayaannya, dan di antara sister kepercayaan dengan perilaku.
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang
mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah disonansi.
Awal tahun 1970-an, teori desonansi di kritik, dan muncul konsepsi manusia sebagai
pengolah informasi (The Person as Information Processor). Dalam konsepsi ini, manusia
bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara
sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia di pandang sebagai produk strategi pengolahan
informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan
informasi. Contoh perspektif ini adalah teori atribusiyang diuraikan sebagai Sistem Komunikasi
Interpersonal. Teori atribusi menganggap manusia sebagai ilmuan yang naf (nave scientists),
yang memahami dunia dengan metode ilmiah yang elementer.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidaklah serasional dugaan di atas. Seringkali
malah penilaian orang didasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan kurang begitu
rasional.penilaian didasarkan pada data yang kurang, lalu dikombinasikan dan diwarnai oleh
prakonsepsi. Manusia menggunakan prinsip-prinsip umum dalam menetapkan keputusan.
Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya cognitive heuristics (dalil-dalil kognitif).
Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik di anggap sebagai revolusi ketiga dalam psiklogi. Revolusi pertama
dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme manusia hanyalah mesin
yang di bentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri
primitifnya. Keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat
menjelaskan aspek ekstensi manusia yang positifdan menentukan, seperti cinta, kreatifitas, nilai,
makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik.
Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan humanisme sebagai berikut (di pinjam
dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33) :
1. Setiap manusia dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia sang Aku, ku,
atau diriku menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya yang bersifat
fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal. Medan keseluruhan
pengalaman subjektif saorang manusia, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan
Ku dan pengalaman yang bukan aku
2. Manusia berprilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya ia
bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan oleh dunianya dan dengan cara yang
sesuai dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa
penyempitan dan pengkakuan persepsidan perilaku penyesuaian serta penggunaan
mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecenderungan betiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi
yang normal ai berprilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju
pengembangan dan aktualisasi diri.