Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BIOLOGI TANAMAN OBAT

TAPAK DARA

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada
Mata Kuliah Biologi Tanaman Obat
yang Diampu oleh Dr. Rini Budihastuti, M.Si

Disusun Oleh :
Elda Dheiva Amelinda

24020112140088

Dian Wahyu Kemalaputri

24020113130115

Ianatushshoimah

24020113130122

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

I.
I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Manfaat

PENDAHULUAN

II.

PEMBAHASAN

2.1 TAPAK DARA ( Catharanthus roseae )


Tapak dara merupakan salah satu jenis tanaman hias (ornamental plant) yang juga
dapat digunakan sebagai tanaman obat (medicinal plant) yang berasal dari Madagaskar
dan India. Pemberian nama tapak doro /tapak dara atau yang dikenal juga dengan sebutan
tapak dara (jejak burung dara) karena buahnya yang panjang lonjong itu tersusun duadua,
mengingatkan orang dengan jari-jari kaki (tapak) burung dara.
Seperti halnya pada tanaman-tanaman yang lain, tapak dara memiliki banyak
sebutan atau nama lokal lainnya yang berbeda-beda di setiap daerah. Seperti di
Indonesia, tanaman ini di sebut rutu-rutu, rumput jalang (Sumatera), kembang sari cina,
kembang serdadu, kembang tembaga, paku rane, tapak doro, cakar ayam, tai lantuan
(Jawa), kembang tembaga beureum (Sunda), tapak lima (Bali), sindapor (Sulawesi), dan
usia (Maluku).
Sedangkan di negara lain, tapak dara juga memiliki nama asing yang berbeda-beda,
yaitu Kemunting Cina; Rumput Jalan; Ros Pantai (Malaysia), Tsitsirika (Filipina), Hoa
Hai Dang; Dira Can (Vietnam), Chang Chun Hua (China), Soldaten Bloem (Belanda),
dan Madagascar priwinkle; Rose priwinkle; Priwinkle; Vinca; Old-Maid; Cayenne
jasmine (Inggris).
2.2 TAKSONOMI
Tanaman tapak dara atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Catharanthus
roseus ini memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/ Dikotil)
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Species : Catharanthus roseus (L.) G. Don
Sinonim : Ammocallis rosea (L.) Small; Lochnera rosea
(L.) Reich; Vinca rosea Linn.
2.3 MORFOLOGI
Tapak dara bisa tumbuh baik mulai daratan rendah sampai ketinggian 800
meter di atas permukaan laut. Pohonnya berupa semak tegak dan tingginya bisa
mencapai 1 meter. Batangnya mengandung getah berwarna putih susu dan
berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan
berambut sangat lebat. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan
diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, dan
tangkai daunnya sangat pendek.
Bunga tapak dara muncul dari ketiak daun. Bunga berwarna violet, merah
rosa, putih (var. albus), putih dengan bintik merah (var. ocellatus), ungu, kuning
pucat. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet,
dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat

telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri. Buah tapak dara berbentuk silindris,
ujung lancip, berbulu, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
Habitat tanaman tapak dara ialah tumbuh di tempat yang berpasir tapi juga
dapat tumbuh di pinggir sungai, vegetasi savanna dan tempat kering, serta di hutan.
Tapak dara merupakan tanaman yang memiliki toleransi tinggi terhadap garam
sehingga sebagian besar ditemukan di dekat laut tetapi seringkali ditemukan hingga
1500 m di atas permukaan laut. Tapak dara dapat hidup di lingkungan yang tidak
terlalu panas.
2.4 SENYAWA KIMIA AKTIF DAN EFEK FARMAKOLOGI
Tapak dara mengandung berbagai zat kimia aktif. Tanaman ini mengandung
lebih dari 200 macam alkaloid. Disamping itu mengandung flavonoid,
fenilpropanoid, saponin, tanin, antosianin, korismat, fillolquinon, antraquinon,
menaquinon, naftoquinon dan katalpalakton. Beberapa diantaranya adalah
katarantin, leurosin sulfat, loknerin, tetrahidroalstonin, vindolin dan vindolinin
(Canto-Canch, BB., et.al. 2005 dan Firdaus, RT., dkk. 2004).
Selain itu, terdapat pula alkaloid reserpin dan serpentin sebagai penenang.
Senyawa dengan struktur indol atau dihidroindol yang merupakan turunan senyawa
asam amino triptofan. Konstituen utama adalah vindolin yang mencapai 0,5 %;
senyawa mayor sebagai serpentin, katarantine, ajmalisin (raubasin), akuammin,
loknerin, dan tetrahidroalastonin. Ajmalisin dan serpentin terdapat pada akar
bahkan katarantin dan vindolin terakumulasi pada bagian aerial. Bagian aerial
mengandung 0,2-1% alkaloid. Banyak senyawa ditemukan dari Catharanthus
roseus (Canto-Canch, BB., et.al. 2005 dan Firdaus, RT., dkk. 2004).
Dua jenis alkaloid yang ditemukan pada daunnya, yaitu vinblastine dan
vincristine, merupakan anti kanker aktif yang dapat digunakan pada kemoterapi.
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan
tubuh secara tidak normal atau tidak terbatas. Sel-sel kanker akan terus
berkembang dan membelah diri tanpa batas sehingga terjadi penumpukan sel baru
yang disebut tumor ganas.
Alkoloida catharantine mengandung zat yang sama dengan plasma sel
kanker, jika dikonsumsi, sel kanker dalam tubuh akan menyerapnya. Hasilnya, inti
sel kanker akan terdesak dan menghilang. Penelitian yang dilakukan tim Ely Lilly
dari Universitas Western, Ontaria, menyatakan tanaman tapak dara bisa digunakan
sebagai pencegah dan pembasmi sel kanker.
Alkaloid yang terkandung dalam tanaman tapak dara berupa Vinblastine lah
yang digunakan untuk penderita Hodgkins disease dan vincristine digunakan
untuk anak-anak penderita leukemia. Dengan digunakannya vincristine, anak-anak
penderita leukimia yang selamat meningkat dari 20 menjadi 80 persen. Komponen
tersebut menghentikan mitosis (pembelahan) sel kanker pada metaphase dan
menghambat sintetis purin, DNA dan RNA. Vimblastin terutama untuk penyakit
hodgki"s dan chorioepithelioma, juga efektif pada kanker payudara, indung telur
(ovarium), testis dan nephroblastoma. Vinkristin lebih efektif pada leukemia
granulostik dan limfositik akut, terutama pada leukemia limfositik dan mielositik
akut pada anak-anak. Keduanya menyebabkan penekanan ringan pada sumsum
tulang (penyebab turunnya jumlah sel darah putih dan trombosit).
Leukimia merupakan penyakit berbahaya dan mematikan yang menduduki
urutan tertinggi di Indonesia. Terutama pada golongan anak kecil, karena
kurangnya pengetahuan dan penanganan masyarakat mengenai penyakit leukimia .
Sehingga hampir 60% kasusnya sudah memasuki stadium lanjut. Leukimia adalah
jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Sunsum tulang ini
dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah, diantaranya sel darah putih
yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi, sel darah merah yang

berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh, dan platelet bagian kecil sel darah
yang membantu pembekuan darah.
Gejala-gejala umum dari leukimia antara lain demam-demam atau keringatkeringat
sewaktu malam, sering kali mengalami infeksi, perasaan lemah atau lelah,
sakit kepala, perdarahan dan mudah memar (gusi-gusi yang berdarah, tanda-tanda
keungu-unguan pada kulit, atau titik-titik merah yang kecil dibawah kulit), nyeri
pada tulang-tulang atau persendian-persendian, pembengkakan atau ketidakenakan
pada perut (dari suatu pembesaran limpa), pembengkakan nodus-nodus getah
bening, terutama pada leher atau ketiak, dan kehilangan berat badan. Gejala-gejala
semacam ini bukanlah tanda-tanda yang pasti dari leukemia. Suatu infeksi atau
persoalan lain juga dapat menyebabkan gejala-gejala ini.
Senyawa yang telah di sebutkan di atas, yakni vinkristin adalah salah satu
jenis vinkaalkaloid yang sering digunakan dalam pengendalian pertumbuhan sel
kanker. Senyawa ini mempunyai fungsi yang sama dengan kolkhisin, yaitu
mengganggu dinamika mikrotubul yaitu polimerisasi dan depolimerisasi, dengan
cara mengikat tubulin . Gangguan tersebut menyebabkan penghambatan
pemisahan kromosom pada mitosis, akibatnya menghambat pembelahan sel
selanjutnya. Pada penelitian terdahulu melaporkan bahwa vinkristin 0,005%
memperlambat pembelahan sel spermatosit primer dan memperlambat pergerakan
kromosom. Vinkristin 0,005% cenderung menyebabkan kegagalan sitokinesis dan
berpotensi menyebabkan kecacatan sel.
Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker
payudara, dan tumor ganas lainnya. Selain kandungan Vindesine yang dipakai
dalam pengobatan leukemia pada anak-anak, namun juga pada penderita tumor
pigmen, dan Vinorelbine yang seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan
untuk mencegah pembelahan kelenjar. Selain vinblastine (VLB) dan vincristine
(VCR), alkaloid anti kanker lainnya adalah leurosine (VLR), vincadioline,
leurosidine, catharanthine, dan lochnerine. Sementara alkaloid berefek
hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) adalah leurosine, catharanthine,
lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine.
Namun, di samping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan tanaman tapak dara atau Catharanthus roseae sebagai obat herbal
tradisional, karena kandungan aktifnya bekerja melawan penyakit kanker tersebut
ternyata dapat memberikan beberapa pengaruh negatif terhadap tubuh. Setelah
pemakaian vinblastin (murni) biasanya terjadi penurunan sel darah putih
(leucopenia) dengan tingkatan yang bervariasi dan kembali seperti semula dalam 12 minggu setelah penghentian pemakaian obat. Dapat timbul gangguan nafsu
makan dan reaksi pencernaan lainnya seperi mual, muntah, sembelit dan beberapa
timbul gangguan neurologis, susah tidur, sakit kepala depresi dan kehilangan
reflek dalam.
Penggunaan yang berlebihan atau tidak sesuai dosis juga dapat menyebabkan
keracunan. Keracunan vinkristin (murni) bermanifestasi pada sistem syaraf dengan
gejala sensasi abnormal, rasa pada tungkai, rasa sakit, kehilangan refleks dalam,
rasa lemah, gangguan pergerakan, serak, kelumpuhan kelopak mata (ptosis)
penglihatan kembar, 20 % penderita botak (alopecia). Menghambat sistem
pembuatan sel darah, hemoglobin, platelets, dan sel darah putih menurun 1-2 mg
setelah pemakaian. Tanda-tanda yang lain adalah neuropati, kehilangan refleks
tendon, berhalusinasi, koma, sawan dan kematian. Oleh sebab itu pula, seorang
wanita hamil dilarang untuk meminum ramuan yang mangandung atau berbahan
tapak dara (Catharanthus roseae) tersebut.

2.5 RESEP TRADISIONAL


Berikut merupakan beberapa resep tradisional penggunaan tanaman tapak
dara (Catharanthus roseae) sebagai obat untuk beberapa penyakit :
Kanker / Cancer :
15 gram tapak dara segar, 30 sampai 60 gram daun pepaya segar, 30 gram
daun bayam merah, 30 gram rumput mutiara, direbus dengan 700 cc air
hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan ditambahkan madu, diminum tiga
kali sehari sebanyak 100 cc (tetap konsultasi ke dokter).
Kanker payudara/Breast cancer:
6 sampai 15 gram tapak dara kering direbus dengan 400 cc air hingga tersisa
200 cc, lalu disaring dan diminum airnya.
Kanker rahim:
15 gram bunga tapak dara, 30 gram rumput lidah ular, direbus dengan 600 cc
air hingga tersisa 200 cc dan diminum airnya.
Batu ginjal:
30 gram daun tapak dara, 30 gram daun keji beling, 15 gram daun
tempuyung, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Kemudian,
disaring dan diminum dua kali sehari.
Diabetes mellitus (sakit gula/kencing manis) :
a) 6 lembar daun tapak dara, 15 kuntum bunga tapak dara direbus dengan
800 cc air hingga tersisa 400 cc, kemudian disaring. Diminum airnya dua
kali sehari, pagi dan sore.
b) 10 - 16 lembar daun tapakdara direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 1 gelas. Setelah dingin diminum, diulangi
sampai sembuh.
c) 35 - 45 gram daun tapakdara kering dan adas pulawaras direbus dengan
3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Setelah dingin
diminum, diulangi sampai sembuh.
d) 3 lembar daun tapakdara, 15 kuntum bunga tapakdara, direbus dengan 4
gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1,5 gelas. Diminum pagi dan
sore setelah makan.
Hipertensi (tekanan darah tinggi/high blood pressure)
a) 15 gram daun atau bunga tapak dara direbus dengan 400 cc air hingga
tersisa 200 cc, lalu disaring. Diminum airnya menjelang tidur.
b) 15 - 20 gram daun tapakdara kering, 10 gram bunga krisan, direbus
dengan 2,5 gelas air sampai mendidih dan disaring. Diminum tiap sore.
c) 7 lembar daun atau bunga tapakdara diseduh dengan 1 gelas air dan
dibiarkan beberapa saat dan disaring. Diminum menjelang tidur.
Leukimia :
20-25 gram daun tapakdara kering, adas pulawaras, direbus dengan 1 liter air
dan disaring. Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Asma dan bronkhitis :
1 potong bonggol akar tapakdara direbus dengan 5 gelas air. Diminum 2 kali
sehari, pagi dan sore.
Demam/fever :
1 genggam (12 -20 gram) daun tapakdara, 3 potong batang dan akar
tapakdara, direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1,5
gelas. Diminum pagi dan sore ditambah gula kelapa.
Radang Perut dan disentri :
15 - 30 gram daun tapakdara kering direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih. Diminum pagi dan sore dan ditambah dengan gula kelapa.
Kurang darah :

4 putik bunga tapakdara putih direndam dengan 1 gelas air, kemudian ditaruh
di luar rumah semalam. Diminum pagi hari dan dilakukan secara teratur.
Tangan gemetar/shaking hand :
4 - 7 lembar daun tapakdara diseduh dengan 1 gelas air panas dan disaring.
Diminum biasa.
Gondong, bengkak, bisul dan borok :
1 genggam daun tapakdara ditumbuk halus, ditempelkan pada luka bakar.
Luka bakar :
Beberapa daun tapak dara, 0,5 genggam beras, direndam dengan air,
kemudian ditumbuk bersama-sama sampai halus, ditempelkan pada luka
bakar.
Luka baru :
2 - 5 lembar daun tapakdara dikunyah sampai lembut, ditempelkan pada luka
baru.

Anda mungkin juga menyukai