Hukum Perdagangan Internasional
Hukum Perdagangan Internasional
"
#
"
"
"
"
"
%
&
"
'
"
"
#
) *
#
+
#
,
#
"
-$
" !!+
.//0
iii
Daftar Isi
BAB I PENGANTAR HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar dan Definisi
1. Definisi
a. Definisi Schmitthoff
b. Definisi Rafiqul Islam
c. Definisi Michelle Sanson
d. Definisi Hercules Booysen
2. Pendekatan Hukum Perdagangan Internasional
a. Hubungan Hukum Perdagangan Internasional dan Bidang Hukum
Lainnya
b. Hukum Perdagangan Internasional bersifat Interdisipliner
B. Prinsip-prinsip Hukum Perdagangan Internasional
1. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak
2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda
3. Prinsip Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase
4. Prinsip Kebebasan Komunikasi (Navigasi)
C. Eksistensi dan Tujuan Hukum Perdagangan Internasional
D. Perkembangan Hukum Perdagangan Internasional
E. Unifikasi dan Harmonisasi Hukum Perdagangan Internasional
1.
Perlunya
Unifikasi
dan
Harmonisasi
Hukum
Perdagangan
Internasional
2. Lembaga-lembaga Yang Bergerak dalam Unifikasi dan Harmonisasi
Hukum
a. World Trade Organization (WTO)
b. The International Institute for the Unification of Private Law
(UNIDROIT)
c. The United Nations Commission on International Trade Law
(UNCITRAL)
d. Kamar Dagang Internasional (ICC)
F. Penutup
BAB II. SUBYEK HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
B. Negara
1. Peran Negara
2. Imunitas Negara
C. Organisasi Perdagangan Internasional
D. Individu
1. Perusahaan Multinasional
2. Bank
E. Penutup
BAB III. SUMBER HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
iv
A. Pengantar
B. Sumber Hukum Perdagangan Internasional
1. Perjanjian Internasional
2. Hukum Kebiasaan Internasional
3. Prinsip-prinsip Hukum Umum
4. Putusan Badan Pengadilan dan Doktrin
5. Kontrak
6. Hukum Nasional
C. Penutup
BAB IV. ATURAN-ATURAN HUKUM PERDAGANGAN MENURUT GATT
A. Pengantar
B. Sejarah GATT
C. Ketentuan-ketentuan Perdagangan dalam GATT
D. Prinsip-prinsip GATT
E. Garis-garis besar Ketentuan GATT
F. Penutup
BAB V. LETTER OF CREDIT DALAM HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
B. Bentuk-bentuk Pembiayaan Perdagangan Internasional
1. Kredit Berdokumen (Documentary Credit)
2. Bentuk Khusus Kredit Berdokumen
C. Penutup
BAB VI. E-COMMERCE MENURUT UNCITRAL MODEL LAW ON ELECTRONIC COMMERCE
1996
A. Pengantar
B. Masalah Hukum: Pengawasan
C. UNCITRAL Model Law
1. Pengantar
2. Penerapan Persyaratan Hukum terhadap Pesan Data
3. Kekuatan Pembuktian Pesan Data
4. Penyimpanan Pesan Data
5. Komunikasi Pesan Data
6. Bentuk dan Keabsahan Kontrak
7. Pengakuan terhadap Pesan Data
8. Pengakuan Penerimaan
9. Waktu dan Tempat Pengiriman dan Penerimaan Pesan Data
10. Bagian II: Obyek tertentu: Pengiriman Brg
11. Dokumen Pengangkutan (Bill of Lading)
12. Tanda Tangan Digital dan Pejabat Verifikasi
D. Penutup
BaAB VII. PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
v
A. Pengantar
B. Para Pihak dalam Sengketa
C. Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa
1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus)
2. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa
3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum
4. Prinsip Itikad Baik (Good Faith)
5. Prinsip Exhaustion of Local Remedies
D. Forum Penyelesaian Sengketa
1. Negosiasi
2. Mediasi
3. Konsiliasi
4. Arbitrase
5. Pengadilan (Nasional dan Internasional)
E. Hukum Yang Berlaku
1. Pengantar
2. Kebebasan Para Pihak
F. Pelaksaan Putusan Sengketa Dagang
1. Pengantar
1. Pelaksanaan Putusan APS
2. Pelaksanaan Putusan Arbitrase (Asing)
3. Pelaksanaan Putusan Pengadilan
G. Penutup
BAB I
PENGANTAR HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar dan Definisi
Hukum perdagangan internasional adalah bidang hukum yang
berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas.
Hubungan-hubungan
dagang
yang
sifatnya
lintas
batas
dapat
barter,
pertanian,
jual
beli
perkebunan,
barang
dan
atau
komoditi
sejenisnya),
(produk-produk
hingga
hubungan
atau
sedikit
(khususnya
hubungan
banyak
teknologi
atau
transaksi
dagang
disebabkan
oleh
adanya
informasi).
Sehingga,
internasional
jasa
teknologi
transaksi-transaksi
halangan
dalam
bertransaksi.
Bahkan
dengan
pesatnya
(pelaku
internasional.
dalam
Yang
perdagangan)
menjadi
melakukan
fakta
adalah
transaksi
bahwa
dagang
perdagangan
dan
jayanya
negara-negara
di
dunia
tidak
terlepas
internasional.
Sebagai
satu
contoh,
kejayaan
Cina
dengan nama Silk Route atau jalan suteranya. Silk Route tidak
lain adalah rute-rute perjalanan yang ditempuh oleh saudagar-
saudagar
Cina
untuk
berdagang
dengan
bangsa-bangsa
lain
di
dunia.
dengan
Spanish
British
Empire-nya
Conquistadors-nya,
(beserta
perusahaan
Inggris
dengan
multinasionalnya
The
yang
dll.
kebijakan
Kejayaan
pemerintahnya
negara-negara
untuk
ini
tidak
melakukan
terlepas
transaksi
dari
dagang
internasional.
Kesadaran
untuk
melakukan
transaksi
dagang
internasional
ini juga telah cukup lama disadari oleh para pelaku pedagang di
tanah air sejak. Adalah Amanna Gappa, seorang kepala suku Bugis
yang
sadar
kesejahteraan
akan
pentingnya
sukunya.
dagang
Keunggulan
suku
(dan
bugis
pelayaran)
dalam
bagi
berlayar
suatu
kebebasan
kebebasan
berdagang.
ini
fundamental
siapa
Kebebasan
saja
ini
(fundamental
harus
tidak
memiliki
boleh
freedom).3
kebebasan
dibatasi
oleh
Dengan
untuk
adanya
1. Definisi
ini
terdapat
berbagai
definisi
yang
satu
sama
lain
dikeluarkan
oleh
berbeda.
a. Definisi Schmitthoff
Definisi
pertama
adalah
definisi
yang
Definisi
perdagangan
mengatur
internasional
hubungan-hubungan
adalah
sekumpulan
komersial
yang
aturan
sifatnya
hukum perdata,
2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi
yang berbeda negara.
Definisi
di
atas
menunjukkan
dengan
jelas
bahwa
aturan-
bidang
hukum
ini
tidak
termasuk
hubungan-hubungan
atau
perilaku
negara-negara
dalam
mengatur
perilaku
kata
lain,
internasional
Schmitthoff
tidak
menegaskan
termasuk
atau
wilayah
hukum
terlepas
dari
aturan-aturan hukum internasional publik yang mengatur hubunganhubungan komersial. Misalnya, aturan-aturan hukum internasional
yang mengatur hubungan dagang dalam kerangka GATT atau aturanaturan
yang
mengatur
blok-blok
perdagangan
regional,
aturan-
lingkup
cakupan
hukum
dagang
internasional.
Schmitthoff
dagang
(agency);
(iii)
Pengaturan
penjualan eksklusif;
6
2) Surat-surat berharga
3) Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku mengenai
perdagangan internasional
4) Asuransi
5) Pengangkutan
melalui
darat
dan
kereta
api,
laut,
udara,
definisi
hukum
perairan pedalaman
6) Hak milik industri
7) Arbitrase komersial.9
b. Definisi M. Rafiqul Islam
Dalam
upayanya
memberi
batasan
atau
antara
(financial
perdagangan
relations).
internasional
Dalam
hal
ini
dan
hubungan
Rafiqul
keuangan
Islam
memberi
finansial
keterkaitan
terkait
erat
ini
erat
dengan
tampak
karena
perdagangan
hubungan-
Dengan
adanya
keterkaitan
erat
antara
perdagangan
perdagangan
transnasional
dan
sistem
pembayarannya,
pemerintah
atau
antar
negara,
yang
diatur
oleh
hukum
lingkup
hukum
13
internasional publik.
Dari
perdagangan
kajian
batasan
tersebut
internasional
bidang
hukum
ini
tampak
sangat
bahwa
14
luas.
sifatnya
ruang
Karena
adalah
ruang
lintas
lingkup
batas
atau
adalah
sarjana
Australia
Sanson.
Sanson
memberi
batasan
perdagangan
internasional
menurut
definisi
Sanson
12
involved
in
the
exchange
of
goods,
services
and
technology
15
between nations.
yaitu
interntional
hukum
trade
perdagangan
law)
dan
internasional
hukum
publik
perdagangan
(public
internasional
international
dagang
secara
trade
orang
law
adalah
perorangan
hukum
yang
(private
mengatur
traders)
di
17
ada
pembedaan
ini,
namun
para
sarjana
mengakui
bahwa batas-batas kedua istilah ini pun sangat sulit untuk dibuat
garis batasnya. Sanson menyatakan bahwa the modern development
is that the distinction between publik and privat international
trade law has less meaning.18
15
sarjana
tegas.
Afrika
Beliau
Selatan
menyadari
tidak
bahwa
ilmu
memberi
definisi
hukum
sangatlah
hukum
perdagangan
internasional,
sangatlah
sulit
dan
20
jarang tepat.
may
also
be
regarded
as
specialised
branch
of
international law).
(2) Hukum perdagangan internasional adalah aturan-aturan hukum
internasional yang berlaku terhadap perdagangan barang, jasa
dan
perlindungan
hak
atas
kekayaan
intelektual
(HAKI).
and
Bentuk-bentuk
19
the
hukum
protection
perdagangan
of
intellectual
internasional
property).
seperti
ini
misalnya
saja
multilateral
GATT,
adalah
mengenai
perjanjian
aturan-aturan
perdagnagan
mengenai
WTO,
mengenai
perdagangan
perjanjian
barang
di
seperti
bidang
jasa
lingkup
semata-mata
definisi
pelaku
internasional.
ini
diakui
utama
Negara
bahwa
dalam
lebih
negara
bidang
berperan
bukanlah
perdagangan
sebagai
regulator
aturan-aturan
transaksi
nyata
pedagang
(international
international
yang
internasional
law
bersifat
internasional
law
merchants
mengenai
transaksidari
merchants).
ini
adalah
para
Karenanya,
bagian
dari
hukum
22
perdagangan internasional.
aturan
undangan
hukum
yang
nasional
seperti
ekstrateritorial
itu
adalah
(the
perundang-
extraterritorial
23
legislation).
Dari
(empat)
definisi
di
atas
tampak
semuanya
ada
antara
internasional
hukum
perdagangan
publik.
Memang
internasional
sekilas
tampak
dengan
bahwa
hukum
dampak
dan
pengaruh
ini
dapat
berdampak
cukup
luas
terhadap
beberapa
aspek
dari
hukum
perdagangan
internasional.
Hal
ini
yang
mengatur
aspek-aspek
24
perdagangan internasional.
24
perdata
dari
transaksi
perdagangan
tampak
luasnya
internasional.
bidang
cakupan
Di
hukum
bagian
awal
perdagangan
tulisan
ini
internasional
hukum
ekonomi
internasional,
hukum
transaksi
bisnis
25
perdagangan
dengan
bidang-bidang
hukum
lain
disebut
di
ini
pendekatan
yang
ditempuh
untuk
membedakan
kedua bidang hukum ini adalah melihat subyek hukum yang tunduk
kepada kedua bidang hukum tersebut. Hukum ekonomi internasonal
lebih banyak mengatur subyek hukum yang bersifat publik (policy),
seperti
misalnya
hubungan-hubungan
di
bidang
ekonomi
yang
25
hukum perdagangan internasional lebih menekankan kepada hubunganhubungan hukum yang dilakukan oleh badan-badan hukum privat.
Dalam kenyataannya pendirian tersebut tidak begitu valid.
Hukum
ekonomi
internasional
kegiatan-kegiatan
atau
dalam
kenyataannya
transaksi-transaksi
juga
badan
mengatur
hukum
privat
dan
nasionalisasi
atau
ekspropriasi
perusahaan
hukum
publik
atau
negara,
namun
aturan-aturan
dengan
pembayaran
dalam
perdagangan
lainnya.
Hal
ini
membutuhkan
bantuan
dan
pemahaman
dengan
perdagangan
itu
sendiri
akan
terkait
ilmu
lainnya
yang
terkait
lainnya
yaitu
bagaimana
kebijakan
politik
suatu
negara
yang
perdagangan
internasional
Profesor
Aleksancer
Goldtajn.
pertama,
kebebasan
berkontrak,
sebenarnya
adalah
menanggapi
secara
positif
kebebasan
pertama
28
29
Prinsip
kedua,
mensyaratkan
bahwa
pacta
sunt
servanda
kesepakatan
atau
adalah
kontrak
prinsip
yang
yang
telah
ketiga,
agak
ganjil.
menyebut prinsip
dalam
prinsip
penggunaan
arbitrase
tampaknya
demikian
pengakuan
Goldtajn
Namun
perdagangan
internasional
forum
Arbitrase
penyelesaian
menguraikan
kelebihan
dan
alasan
mengapa
samping
tiga
prinsip
dasar
tersebut,
prinsip
dasar
pihak
siapa
pun
30
untuk
juga
berkomunikasi
dengan
melalui
untuk
keperluan
berbagai
sarana
dagang
dengan
navigasi
atau
komunikasi,
baik
darat,
laut,
elektronik.
Kebebasan
perdagangan
internasional.
ini
sangat
udara,
atau
esensial
Aturan-aturan
melalui
bagi
hukum
sarana
terlaksananya
(internasional)
pihak
tidak
boleh
dibatasi
oleh
sistem
ekonomi,
sistem
ekonomi
dan
politik
dalam
kaitannya
dengan
hukum
perdagangan internasional:
The law governing trade transactions is neither capitalist
nor socialist; it is a means to an end, and therefore, the
fact that the beneficiaries of such transactions are
different in this or that country is no obstacle to the
development
of
international
trade.
The
law
of
international trade is based on the general principles
accepted in the entire world.33 (Huruf miring oleh
penulis).
Pernyataan terakhir Goldtajn di atas, yaitu bahwa hukum
perdagangan
internasional
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
umum
32
ada
sejak
lama.
perdagangan
internasional
Hubungan-hubungan
ini
antar
sudah
negara
ada
sejak
adanya negara-negara dalam arti negara kebangsaan, yaitu bentukbentuk awal negara dalam arti modern. Perjuangan negara-negara
ini
untuk
memperoleh
kemandirian
dan
pengawasan
(kontrol)
pandang
ini
sedikit
banyak
dilatarbelakangi
dan
mula
lahir
berpendirian
adalah
teori
perdagangan
merkantilisme.
internasional
Para
merkantilis
sebagai
instrumen
kebijakan nasional. Mereka menekankan pentingnya ekspor sebesarbesarnya dan menekan impor serendah-rendahnya. Keuntungan dari
selisih ekspor - impor merupakan keuntungan bagi negara (yang
waktu itu diwujudkan dalam bentuk emas).
Reaksi dari aliran itu adalah teori keunggulan komparatif
yang
diperkenalkan
oleh
David
Ricardo
(1772-1823).
Ricardo
internasional
sebagai
salah
satu
bagian
dari
35
menyatakan
bahwa
untuk
menjadi
pemain
utama
dalam
36
perdagangan,
faktor
yang
penting
bukanlah
ukuran,
tetapi
37
kekuatan
negeri
ini
manajemen
berhasil
dalam
perdagangan
menjadikannya
sebuah
internasionalnya,
negara
yang
paling
internasional
melaksanakan
yang
stabil
perdagangan
untuk
internasional
memberikan
modal
untuk
tersebut.
Karena
itu,
menyelenggarakan
konperensi
Bretton
Woods
guna
keuangan
ini
semata-mata
untuk
menjaga
agar
sistem
jangka
pembayaran
yang
pendek
guna
disebabkan
39
ekspor-impor negara-negara.
menanggulangi
oleh
adanya
kesulitan
defisit
neraca
perdagangan
upaya
negara-negara
ini
meningkatkan
pertumbuhan
ini
pun
peran
perjanjian
internasional
menjadi
semakin penting.40
37
Semakin
pentingnya
peran
perjanjian-perjanjian
di
bidang
hukum
perdagangan
internasional
sebenarnya
tidak
Tariffs and
mencapai
menghindari
perdagangan
internasional
kebijakan-kebijakan
dan
yang
stabil
dan
praktek-praktek
(e) untuk
mengembangkan
sistem
perdagangan
multilateral,
bukan
pemanfaatan
sumber-sumber
kekayaan
dunia
dan
dan
juga
pada
keamanan
analisis
akhirnya
internasional.
Hal
akan
ini
menciptakan
antara
lain
dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri AS, Hull. Tesis ini tampaknya
41
42
benar.
Manakala
dua
bertransaksi
dagang
perdagangan
tersebut,
banyak
lebih
baik.
atau
dan
lebih
mereka
otomatis
Artinya,
negara
berhubungan
memperoleh
keadaan
situasi
keuntungan
dunia
dan
menjadi
kondisi
dan
dari
sedikit
dunia
akan
semakin kondusif.
Sebenarnya tesis Hull tersebut sudah lama dikumandangkan
oleh Immanuel Kant, yang selama ini dikenal juga sebagi bapak
hukum
internasional.
Dalam
tulisannya
berjudul
On
Eternal
hukum
dagang
adalah
untuk
mencegah
persaingan
memajukan kerjasama
45
di
di antara
Terjemahan saduran
hukum
pelayaran
dan
dagangnya
tergambarkan
sebagai
berikut:
One of thse chiefs was Amanna Gappa (=father of Gappa) who
headed his countrymen at Makassar. Most probably he was a
very intelligent and energetic man and he may have been the
first to realize the great importance of navigation and
trade for his people as the only fields of endeavour in
which they could earn a living. We may assume that this was
the bacground of his taking initiative in inviting his
colleagues from other parts of Indonesia in order to
collect the different rules which were in force in their
respective regions and to compile a uniform navigation and
trade law. By doing so he tried to prevent heavy
competition among his countrymen and to stimulate cooperation for their own welfare.46 (Huruf miring oleh
kami).
43
Meskipun
adanya
tujuan
bagus
tersebut
di
atas,
hukum
klausul-klausul
'penyelamat'
yang
bersifat
memperlonggar
perdagangan
internasional
sebagian
besar
bersifat
perdagangan
'memaksakan'
internasional
negara-negara
kurang
untuk
obyektif
tunduk
pada
di
dalam
hukum.
Dalam
memanfaatkan
perdagangan
sebagai
sarana
kebijakan
internasional
bersifat
politisnya.
(b) Aturan-aturan
mendamaikan
hukum
dan
perdagangan
persuasif
(tidak
memaksa).
Kelemahan
ini
47
uraian
di
atas
tampak
bahwa
hukum
perdagangan
yang
cukup
pesat
sesuai
dengan
perkembangan
hubungan-hubungan perdagangan.
Dilihat
dari
perkembangan
sumber
hukumnya
(dalam
arti
aturan-aturan
yang
timbul
dari
kebiasaan
dalam
kebiasaan-kebiasaan
yang
timbul
dari
praktek
tahap
perkembangan
ini,
negara-negara
mulai
sadar
undang-undang hukum (perdagangan internasional) mereka. Aturanaturan tersebut sedikit banyak adalah aturan-aturan yang mereka
adopsi dari lex mercatoria. Misalnya saja Perancis membuat Kitab
Undang-undang Hukum Dagang-nya (code de commerce) tahun 1807,
Jerman menerbitkan Allgemeine Handelsgezetbuch tahun 1861, dll.50
(3) Lahirnya aturan-aturan hukum perdagangan internasional dan
Munculnya
Lembaga-lembaga
Internasional
yang
mengurusi
Perdagangan Internasional.
Dalam
perkembangan
ketiga
ini,
aturan-aturan
hukum
semakin
banyaknya
ditandatangani
baik
berbagai
secara
perjanjian
bilateral,
internasional
regional,
yang
maupun
51
multilateral.
Secara
setelah
khusus
tahap
berakhirnya
ketiga
Perang
ini
Dunia
muncul
II.
secara
signifikan
satu
perjanjian
Salah
telah
penting.
berkembang
Bahkan
dalam
dan
mengalami
putaran
pembangunan
perundingan
tahun
yang
cukup
1986-1994,
perdagangan
internasional.
Alasannya,
bidang
pengaturan
hak
kekayaan
intelektual,
penanaman
modal,
lingkungan,
dll.53
Ciri
kedua
munculnya
dalam
organisasi
menonjol
adalah
perkembangan
tahap
ketiga
internasional.
Salah
satu
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(PBB).
ini
yakni
badan
yang
Sebetulnya
1:3
mencapai
Piagam
PBB,
kerjasama
yakni
aturan
internasional
tentang
di
tujuan
dalam
PBB
yakni
antara
lain
Negara-negara
anggota
PBB
mendirikan
the
United
Nations
serta dalam
khusus
negara-negara
sedang
berkembang
54
ini.
dengan
langkah
Majelis
Umum
PBB
mengesahkan
the
53
Uraian tentang perkembangan dari GATT ke WTO, lihat antara lain: Ray
August, Internatoinal Business Law: Text, Cases and Readings, New
Jersey: Prentice Hall, 3rd.ed., 2000, hlm. 355-360.
54
Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 6.
Dokumen-dokumen
penting
ini
pada
pokoknya
mengakui
dan
ketiga
yang
juga
menonjol
adalah
disepakatinya
Blok
perdagangan
regional
yang
mula-mula
membawa
pengaaruh cukup luas adalah the European Single Market (1992) dan
segera diikuti oleh blok perdagangan Amerika Utara (The North
American Free Trade Agreeement atau NAFTA) (1994).
Di
kawasan
Asia
Tenggara,
negara-negara
ASEAN
mengikuti
sisi
regional
positif.
tersebut
Namun
di
sisi
menimbulkan
lain
organisasi-organisasi
kekhawatiran
dari
masyarakat
ketentuan-ketentuan
umum
yang
terdapat
dalam
GATT/WTO.
55
56
Huala
Adolf,
Hukum
atas
dikemukakan
atuaran-aturan
hukum
bahwa
negara-negara
mencantumkan
perdagangan
internasional
dalam
hukum
ini
karenanya
menjadi
sumber
hukum
yang
cukup
kemungkinan
Perbedaan
ini
dapat
kemudian
berbeda
antara
dikhawatirkan
satu
akan
sama
juga
lainnya.
mempengaruhi
ini
di
sebelumnya
dunia,
sudah
termasuk
cukup
lama
organisasi
disadari
dunia
PBB.
oleh
Dalam
dilakukan.
Pertama,
negara-negara
sepakat
untuk
tidak
nasional
yang
akan
berlaku
dapat
digunakan
melalui
58
internasional.59
Teknik
ketiga
ini
dipandang
cukup
atau
sistem
proses
hukum
menyeragamkan
yang
ada.
substansi
pengaturan
Penyeragaman
tersebut
sistemmencakup
kedua
kata
tersebut.
tersebut
Dalam
terletak
unifikasi
hukum,
pada
derajat
penyeragaman
yang
mencakup
indikasi
ketentuan
geografis,
mengenai
disain
hak
industri,
cipta,
merek
paten,
dll.,
meletakkan kewajiban kepada negara anggota untuk membuat aturanaturan HAKI nasionalnya yang sesuai dengan substansi perjanjian
TRIPS/WTO.
Harmonisasi
hukum
tidak
sedalam
unifiksi
hukum.
Tujuan
karenanya
mendalami
hanya
atau
dapat
menguasai
dicapai
oleh
perbandingan
para
hukum.
ahli
hukum
yang
Upaya
ini
dapat
yang
hendak
diupayakan
unifikasi
dan
harmonisasi
hukumnya.
Dalam
upaya
esensialnya
unifikasi
adalah
bagaimana
dan
harmonisasi
metode
yang
hukum,
akan
masalah
diterapkannya.
bahasa
yang
terdapat
dalam
berbagai
sistem
hukum
Schmitthoff,
dalam
metode
komparatif,
dikenal
atau
adalah
pemberlakuan
cara
yang
perjanjian
paling
banyak
atau
konvensi
digunakan
dalam
mencapai
unifikasi
hukum.
Cara
ini
dipandang
tepat
untuk
Jual
Beli
Barang
Internasional.
Konvensi
ini
dapat
negara
perjanjian
untuk
atau
mengikatkan
konvensi
diri
internasional
atau
meratifikasi
tersebut.
Dalam
seragam
tidak
lain
adalah
model-model
hukum
yang
tersebut
mencakup
keleluasaan
kepada
negara
yang bersangkutan apakah akan menerapkan secara penuh aturanaturan substantif Model Law. Kemungkinan lain, negara tersebut
memutuskan untuk menerapkannya dengan melakukan beberapa revisi
atau menerapkan beberapa pengecualian terhadap aturan-aturan di
dalamnya.
Sifat
hukum
persuasif.
Karena
seragam
itu
tidak
derajat
mengikat.
pengadopsian
Ia
hanya
atau
bersifat
penerapannya
perjanjian
atau
konvensi
internasional,
meratifikasi
maka
pada
seragam
lebih
rendah
tingkatannya
daripada
lainnya
adalah
klausul
standar
(baku)
yang
baik
nasional
maupun
asing.
Klausul-kluasul
standar
unifikasi
dan
harmonisasi
dapat
bekerja,
agak
standardisasi
di
sini
mengacu
kepada
suatu
tahap
Standar
hanya
mencakup
prinsip-prinsip
hukum
(legal
65
Internasional,
Jakarta:
principles),
bukan
atau
tidak
aturan-aturan
hukumnya
(legal
68
rules).
Upaya
serius
unifikasi
dilakukan
dan
khususnya
harmonisasi
oleh
the
hukum
World
ini
Trade
telah
cukup
Organization
Law
(UNCITRAL)
dan
the
United
Nations
Conference
on
dan
International
Law
Association
(ILA
atau
68
69
dari
keputusan
para
mengenai
perwakilan
kebijakan
dari
yang
semua
anggota
berkaitan
dengan
WTO.
Semua
perdagangan
Badan
Penyelesaian
sengketa
(Dispute
Settlement
Body).
Fungsi kedua, sebagai badan peninjau kebijakan perdagangan negaranegara anggota GATT (Trade Policy Review Body).
Selain itu, badan ini juga bertugas mengamati masalah-masalah
perdagangan yang akan dicakup oleh WTO. Ia akan menetapkan tiga
badan subsider yakni The Council for Trade in Goods, Council for
Trade in Services, dan Council for TRIPs.
The Council for Trade in Goods mengawasi pelaksanaan dan
berfungsinya semua perjanjian mengenai perdagangan barang (Annex
1A Perjanjian WTO) meskipun sebetulnya untuk perjanjian-pejanjian
badan
tersebut
adalah
the
Committee
on
Trade
and
Development, yakni badan yang bertanggung jawab untuk masalahmasalah yang terdapat di negara-negara sedang berkembang. Kedua,
the
Committee
on
Balance
of
Payments
bertanggung
jawab
untuk
dalam
mengatur
masalah-masalah
keuangan
dan
anggaran
WTO.70
Di samping badan-badan tersebut, WTO membentuk pula badanbadan
khusus
plurilateral
perdagangan
yang
(yang
pesawat
mengawasi
pelaksanaan
sifatnya
sukarela),
udara
sipil,
badan
perjanjian-perjanjian
yakni
untuk
badan
untuk
pengadaan
barang
khusus ini
seorang
Direktur
Jenderal
(Diretor
General)
dan
orang
konsensus
ini
gagal,
maka
putusan
akan
70
diambil
melalui
WTO
diperlukan
untuk
mengesahkan
suatu
penafsiran
Conference
yang
untuk
dikenakan
memutuskan
terhadap
suatu
penanggalan
negara
suatu
oleh
suatu
perjanjian multilateral.
Ketiga,
keputusan
untuk
merubah
ketentuan
perjanjian
hanyalah
berlaku
bagi
negara-negara
yang
menerimanya
saja.
Keempat,
suatu
mayoritas
2/3
dari
negara
anggota
WTO
mana
unifikasi
aturan-aturan
atau
hukum
perdagangan
with
its
obligations
as
provided
in
the
annexed
WTO
pasal
tersebut
mewajibkan
aturan-aturan
menjadi
indikator
negara-negara
atau
hukum
penting
anggotanya
untuk
perdagangannya
dengan
menyesuaikan
administrative
procedures-nya
(birokrasi)
Inspection;
and
Rules
Countervailing
of
Origin;
Measures;
Import
Licensing;
Safeguards;
General
Property
Rights
(TRIPS);
Dispute
Settlement
Understanding.
Sebenarnya di samping unifikasi hukum, WTO juga berupaya
mendorong harmonisasi hukum, termasuk harmonisasi standar-standar
teknis-nya.
Upaya
harmonisasi
ini
telah
lama
diupayakan
GATT
mengharmonisasikan
standar-standar
produk
domestiknya.
lainnya
hukum
adalah
'Plurilateral
yang
dapat
digolongkan
perjanjian-perjanjian
Agreement'(Annex
yang
ke
dalam
berada
Perjanjian
di
WTO).
(Annex
(b));
(a));
Agreement
International
Dairy
on
Government
Agreement
Procurement
(Annex
(c));
72
badan
pelengkap
bubar,
UNIDROIT
suatu
perjanjian
Liga
dibentuk
Bangsa-Bangsa
kembali
multilateral
pada
(LBB).
tahun
yakni
Sewaktu
1940
Statuta
LBB
berdasarkan
UNIDROIT
(the
mengharmonisasi
dan
mengkoordinasikan
hukum
UNIDROIT
terbatas
hanya
untuk
negara-negara
ini
UNIDROIT
memiliki
59
negara
anggota,
yakni:
Czech,
Denmark,
Mesir,
Estonia,
Federasi
Rusia
utama
UNIDROIT
aturan-aturan
mengingat
sebenarnya
hukum
perkembangan
privat.
teknologi
adalah
Upaya
baru,
mempersiapkan
ini
dipandang
praktek-praktek
pedagangan,
dll
aturan-aturan
memerlukan
baru
aturan
hukum
juga
dibuat
tersebut
yang
baru.
oleh
Biasanya
negara-negara.
perlu
diharmonisasi,
atau
bahkan
diunifikasi
guna
bergantung
kepada
keinginan
dan
kerelaan
negara-negara
memiliki
organsiasi
menerapkan
yang
menyadari
antar
kedudukannya
pemerintah.
pemberlakuan
mensyaratkan
adanya
yang
Dalam
konvensi
penerimaan
kesulitan
tersebut,
menguntungkan
kaitan
atau
dari
upaya
ini,
perjanjian
sebagai
UNDIROIT
internasional
negara-negara
anggotanya.
suatu
aturan
konvensi
oleh
negara
akan
jauh
berdiri
UNIDROIT
telah
melakukan
lebih
dari
70
(4) Convention
providing
Uniform
Law
on
the
Form
of
an
on
Agency
in
the
International
on
International
Sale
of
Goods
(Geneva, 1983);
(6) UNIDROIT
Convention
Financial
Leasing
(Ottawa, 1988);
(7) UNIDROIT
Convention
on
International
Factoring
(Ottawa,
1988);
(8) UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural
Objects (Rome, 1995);
(9) Convention
on
International
Interests
in
Mobile
Equipment
to
the
Convention
on
International
Interests
in
c.
The
United
Nations
Commission
on
International
Trade
Law
73
(UNCITRAL)
1. Pengantar
1.
Resolusi
Majelis
Umum
PBB
Nomor
2205
(XXI)
tanggal
17
Desember 1966.
Tugas utamanya adalah mengurangi perbedaan-perbedaan hukum
di antara negara-negara anggota yang dapat menjadi rintangan bagi
perdagangan
UNCITRAL
internasional.
berupaya
Untuk
memajukan
melaksanakan
perkembangan
tugas
tersebut
harmonisasi
dan
harmonization
and
unification
of
the
law
of
international trade).
Sejak
berdiri
UNCITRAL
telah
mempersiapkan
berbagai
kata
harmonisasi
dan
unifikasi
di
atas
memiliki
dan
ini
berlangsung
"unification"
dimaksudkan
secara
agar
lancar.
hukum
perdagangan
perdagangan
internasional
Hal
ini
penting
mengingat
predictable
governing
law),
hukum
yang
ada
sudah
tidak
73
Karena
membuat
itu
produk
memberi
upaya
atau
badan
ini
instrumen
kebutuhan
hukum
tidak
hukum
untuk
lain
yang
adalah
modern
memperlancar
berupaya
yang
dapat
perdagangan
negara-negara
tertentu
saja
yang
merupakan
wakil
dari
75
region-regiona di dunia.
Pihak
lain
yang
juga
dapat
turut
serta
dalam
proses
antar
pemerintah
yang
berminat.
Keputusan
untuk
74
hukum
texts
yang
umumnya
dirancang
berupa
UNCITRAL
Konvensi.76
bisa
Legislative
berupa
texts
Convention
on
International
Bills
of
Exchange
and
of
Goods
by
Sea,
1978
(Hamburg);
United
Nations
merupakan
Negara
instrumen
anggota
bebas
yang
untuk
tidak
mengikat
mengikui
atau
negara
tidak
anggota.
mengikuti
UNCITRAL
Notes
on
Organizing
Arbitral
Proceedings;
usaha
dengan
memajukan
perdagangan,
penanaman
modal,
membuka pasar untuk barang dan jasa, serta memajukan aliran modal
(to serve world business by promoting trade and investment, open
markets for goods and services, and the free flow of capital).
Selama
ini
ICC
dipandang
sebagai
corongnya
dunia
usaha
dunia
kebijakan
saat
atau
ini.
Negara-negara
keputusan-keputusan
di
yang
dunia
dapat
kerap
membuat
mempengaruhi
forum
penyelesaian
sengketa
khususnya
melalui
78
arbitrase;
77
http://www.iccwbo.org/home/menu_what_is_icc.asp;
op.cit., Commercial Law, hlm. 24-25.
78
Schmitthoff,
aturan-aturan
hukum
dagang
internasional
di
antara
teknik-teknik
dalam
pelatihan-pelatihan
kontrak
serta
dan
keahlian-keahlian
praktis
lainnya
ditempuhnya
standar
(Rules
adalah
and
memberikan
Standards)
aturan-aturan
di
bidang
dan
hukum
standar-
perdagangan
tangan
menjadi
penguasa
penguasa
(pemerintah).
seperti
itu.
Ia
ICC
karenanya
berpendirian,
tidak
biarlah
mau
dunia
usaha saja yang mengatur atau membuat aturan bagi mereka sendiri.
Dana
turan-aturan
termasuk
yang
aturan-aturan
sifatnya
yang
atau
dibuat
yang
datang
dari
ICC,
haruslah
luar,
bersfiat
sukarelah saja.
Namun demikian aturan-aturan ICC (termasuk standar-standar
ICC) ini memiliki pengaruh yang cukup tinggi. Bahkan beberapa
aturan (Rules)-nya telah diikuti dengan sukarela dan seksama oleh
para pelaku dagang, seperti misalnya perbankan. Bahkan standarstandar
yang
dikeluarkan
oleh
ICC telah
banyak
dimasukkan
ke
sektor
swasta.
Para
ahli
ini
terdiri
berbagai
bidang
lain
perpajakan,
mencakup
hukum
teknis-teknis
persaingan,
perbankan
telekomunikasi,
(jasa
HAKI,
keuangan),
teknologi
Para
ahli
dalam
komisi-komisi
tersebut
berperan
cukup
yang
digunakan
atau
diterapkan
terhadap
perdagangan
mempermudah
perusahaan-perusahaan
atau
para
pedagang
di
<http://www.iccwbo.org/home/statements_rules/menu_rules.asp>
and
Practice
for
Documentary
Credits
memuji
merumuskan
unifikasi
menyatakan
bahwa
peran
hukum
(ICC)
badan
ini
perdagangan
contribution
dalam
upayanya
internasional
to
the
dengan
unification
of
catatan
akhir
dari
bagian
ini,
penting
pula
mengutip nasihat Schmitthoff. Beliau melihat keberadaan lembagalembaga internaisonal yang berupaya mengunifikasi aturan-aturan
perdagangan
internasional
ini
adalah
positif.
Namun
beliau
80
81
F. Penutup
Dari
uraian
internasional
di
adalah
atas
tampak
bidang
hukum
bahwa
yang
hukum
perdagangan
sangat
luas
ruang
perkembangannya,
ini
yang
kekurangannya
manusia
orang
dalam
mulai
sederhana:
sudah
sudah
ada
sejak
pemenuhan
berdagang.
barter
tersirat
atau
Metode
mulai
menerapkan
Untuk
awalnya
Dalam
bidang
merasakan
hidupnya.
transaksi
menukar.
dengan
pertumbuhan
manusia
kebutuhan
tukar
transaksi
pula
itu
sangatlah
perkembangannya,
teknologi
canggih:
perkembangan
cepat
ini
melalui
aturan-aturan
hukum
nasional
hukumnya
untuk
sudah
barang
mengatur
tentu
sangat
terbatas
transaksi-tansaksi
lintas
itu,
upaya-upaya
internasional
sedikit
internasional
baik
banyak
yang
pengaturan
bergantung
sifatnya
antar
pada
perdagangan
peran
negara,
organisasi
misalnya
WTO,
pada
upaya
harmonisasi
hukum
daripada
upaya
unifikasi
perdagangan
mengkristalisasi
internasional
aturan
hukum
yang
cukup
perdagangan
progresif.
Upaya
internasional
dalam
akhir
adalah
dari
tujuan
hukum
dari
perdagangan
eksistensi
internasional
hukum
perdagangan
Eksistensi
dan
Tujuan
Hukum
Perdagangan
Internasional),
yang
terdengar
sangat
positif,
yaitu
antara
lain,
mencapai
dibarengi
tujuan
dengan
positif
pemahaman
tersebut
terhadap
mau
hukum
tidak
mau
harus
perdagangan
itu
DAFTAR PUSTAKA
Ademuni-Odeke,
1999.
The
Law
of
International
Trade,
London:
Blackstone,
August, Ray, Internatoinal Business Law: Text, Cases and Readings, New
Jersey: Prentice Hall, 3rd.ed., 2000.
Chia-Jui
Cheng
(ed.),
Clive
M.
Schmitthoff's
Select
Essay
on
International
Trade
Law,
Doredrecht/Boston/London:
Martinus
Nijhoff & Graham & Trotman, 1988.
David, Rene, Arbitration in International Trade, The Hague: Kluwer,
1985.
Goldtajn, Aleksander, The New Law of Merchant, (1961) JBL 12.
Hermann, Gerold, United Nations Commission on International Trade
Law,
dalam:
R.
Bernhardt
(ed.),
Encyclopedia
of
Public
International Law: Instalment 5, 1983.
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta: Rajagrafindo,
cet. 3, 2003.
Huala
Jakarta:
Trade:
Law
and
Practice,
Bath:
BAB II
SUBYEK HUKUM DALAM HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
Dalam aktivitas perdagangan internasional terdapat beberapa
subyek hukum yang berperan penting di dalam perkembangan hukum
perdagangan internasional. Maksud subyek hukum di sini adalah:
(1)
(2)
mampu
dan
berwenang
untuk
merumuskan
aturan-aturan
dapat
tergolong
ke
dalam
lingkup
hukum
perdagangan
bank.
Uraian
berikut
akan
menganalisa
lebih
lanjut
tiga
dalam
hukum
merupakan
subyek
hukum
terpenting
di
hukum
yang
paling
sempurna.
Pertama,
ia
satu-satunya
Law
on
Goods
and
Services,
2
... a state can absolutely determine whether anything from
outside the state. The state would also have the power to
determine the conditions on which the goods may be imported
into the state or exported to another country. ... Every
state would have the power to regulate arbitrarily the
conditions of trade.2
Dengan
atribut
kedaulatannya
ini,
negara
antara
lain
hukum
yang
terjadi
di
dalam
wilayahnya,
termasuk
perdagangan, di wilayahnya.
Kedua,
tidak
negara
langsung
(perdagangan)
UNCITRAL,
berperan
dalam
baik
di
dunia,
Organisasi-organisasi
internasional
secara
pembentukan
internasional
dll.4
perdagangan
juga
inilah
yang
langsung
maupun
organisasi-organisasi
misalnya
WTO,
internasional
kemudian
UNCTAD,
di
bidang
berperan
dalam
peran
penting
bersama-sama
dengan
internasional
guna
mereka.
Contoh
negara
negara
mengatur
perjanjian
lainnya
lain
transaksi
seperti
adalah
negara
juga
mengadakan
perjanjian
perdagangan
di
ini
adalah
antara
perjanjian
dikelola
untuk
kebutuhan
di
dalam
negeri
juga
3
diperdagangkan
(dijual)
ke
subyek
hukum
lainnya
yang
memerlukannya.
Dalam
melaksanakan
fungsinya
ini,
tidak
jarang
negara
mengeksplorasi,
mengeksploitasi
dan
memasarkan
hasil
daya
air
untuk
kepentingan
rakyat
negara
mendirikan
suatu
institusi
yang
besar,
negara
membutuhkan
teknologi, infrastruktur, kendaraan, pesawat kenegaraan, sumbersumber kebutuhan yang dibutuhkan rakyatnya (pengadaan barang dan
jasa
atau
membelinya
procurement).
dari
para
Untuk
pihak
yang
memenuhi
semua
menyediakannya
ini,
negara
(penjual
atau
transaksi.
Manakala
negara
bertransaksi
dagang
dengan
6
7
4
2. Imunitas Negara
Salah satu masalah yang kerap timbul dalam kaitannya dengan
negara adalah atribut kedaulatan negara itu sendiri. Prinsip umum
yang
diakui
adalah
bahwa
dengan
atribut
kedaulatan,
negara
untuk
mengklaim
kekebalannya
terhadap
tuntutan
(klaim)
perkembangannya,
konsep
imunitas
ini
mengalami
pembatasan
dagang,
oleh
hukum
hukum
internasional.
internasional
meskipun
Dalam
mengakui
on
State
Immunity
(16
Mei
1972).
Konvensi
prinsip-prinsip
hukum
internasional
antara
lain
menyatakan bahwa:
5
... states have the duty to co-operate with one another,
irrespective of the difference in their political, economic
and social system,...10
Kedua, pembatasan oleh hukum nasional. Dewasa ini beberapa
negara
memiliki
UU
mengenai
imunitas
yang
sifatnya
membatasi
Australia
(Foreign
States
Serikat
(Foreign
Sovereign
Canada (State
Immunity
Immunities
Act
Act
Immunity Act
1985),
1976),
dan
Amerika
Inggris
(b)
sengketa-sengketa
yang
lahir
dari
adanya
kontrak
yang
(d)
perbuatan
melawan
hukum)
untuk
menuntut
ganti
benda,
di
mana
tindakan
tersebut
terjadi
di
Inggris;
(e)
10
6
(f)
sengketa-sengketa
yang
terkait
dengan
klaim-klaim
sengketa-sengeta
yang
terkait
dengan
perpajakan
atau
cukai.11
Ketiga,
Pembatasan
pembatasan
ini
dianggap
secara
terjadi
diam-diam
manakala
dan
suatu
sukarela.
negara
secara
untuk
mengadiri
persidangan
dan
negara
tersebut
arbitrase
yang
dipilihnya
untuk
menyelesaikan
sengketa
dagangnya.13
Dengan
adanya
pembatasan-pembatasan
tersebut,
kekebalan
11
doktrin
dan
aturan-aturan
mengenai
imunitas
ini
7
apabila di kemudian hari ternyata putusan pengadilan tidak dapat
dilaksanakan.
Berdasarkan
tidak
dapat
hukum
menyita
internasional,
harta
milik
negara
suatu
lain
badan
peradilan
atau
memaksakan
sedang
menyandar
di
pelabuhan
suatu
negara
asing
atau
Houtte,
pelaksanaan
terhadap
aset-aset
tidak
dibutuhkan
untuk
putusan
yang
pengadilan
negara
melaksanakan
hanya
asing
yang
fungsi-fungsi
pelayanan publik.16
14
(Pendapat
ini
juga
mengutip
8
C. Organisasi Perdagangan Internasional
1. Organisasi Internsional Antar Pemerintah (Publik)17
Organisasi
perdagangan
internasional
internasional
yang
memainkan
bergerak
peran
di
yang
bidang
signifikan.
mendirikan
suatu
dasar
suatu
hukum
organisasi
yang
internasional
biasanya
adalah
perlu
perjanjian
struktur
organisasi
perdagangan
internasional
yang
bersangkutan.
Biasanya peran organisasi internasional dalam perdagangan
internasional
kurang
internasional
membeli
begitu
signifikan.
Memang
kebutuhan-kebutuhannya
organisasi
dari
penjual
procurement
organisasi
internasional
tidak
terlalu
kapasitasnya
mengeluarkan
18
guidelines.
ini
organisasi
peraturan-peraturan
internasional
yang
bersifat
lebih
banyak
rekomendasi
dan
17
9
Di antara berbagai organisasi internasional yang ada dewasa
ini, organisasi perdagangan internasional di bawah PBB,20 seperti
UNCITRAL atau UNCTAD. UNCITRAL adalah organisasi internasional
yang berperan cukup penting dalam perkembangan hukum perdagangan
internasional.
Badan ini didirikan pada tahun 1966 berdasarkan Resolusi
Majelis Umum PBB Nomor 2205 (XXI), 12 Desember 1966. Tujuan atau
mandat utama badan ini adalah mendorong harmonisasi dan unifikasi
hukum perdagangan internasional secara progresif.
Dalam
upayanya
tersebut
UNCITRAL
disyaratkan
juga
untuk
International
Sale
of
Goods
(1980);
Convention
on
the
bidang
perdagangan
yang
juga
cukup
penting,
antara
lain
10
ke-38
pasalnya
semula
hanya
mengatur
tarif
dan
perdagangan.
WTO,
bidang
pengaturannya
menjadi
sangat
luas.
11
samping
organisasi
internasional
antar
pemerintah
di
atas, terdapat subyek hukum lainnya yang juga cukup penting yaitu
NGO (Non-Governmental Organization) swasta (non-pemerintah atau
yang kerap kali disebut pula dengan LSM internasional).
NGO Internasional dibentuk oleh pihak swasta (pengusaha)
atau
asosiasi
dagang.
aturan-aturan
dipandang
Chamber
dengan
of
berhasil
hukum
sebelah
merancang
dan
penting
perdagangan
NGO
Misalnya,
atau
Kamar
Dagang
dan
melahirkan
keuangan
dalam
internasional
mata.
Commerce
perdagangan
Peran
ICC
mengembangkan
tidak
(International
Internasional),
berbagai
internasional,
dapat
bidang
misalnya:
telah
hukum
INCOTERMS,
acuan
hukum
sangat
penting
bagi
pengusaha
dalam
dan
dihormati
oleh
sebagian
besar
pengusaha-pengusaha
besar di dunia.
Gambaran
lainnya
adalah
ICC
Arbitration
Rules.
Banyak
menyelesaikan
klausul-klausul
sengketa-sengketa
kontrak
dagang
dagang
internasional,
mereka.
para
Dalam
pengusaha
ICC
Arbitration
Rules
untuk
hukum
acara
badan
21
arbitrasenya.
21
12
D. Individu
Individu
perdagangan
atau
perusahaan
internasional.
adalah
Adalah
pelaku
individu
utama
yang
pada
dalam
akhirnya
itu,
memiliki
aturan-aturan
tujuan
untuk
hukum
yang
memfasilitasi
dibentuk
oleh
perdagangan
negara
internasional
dengan
negara
atau
organisasi
internasional,
sifat
hukum
perdata
(legal
persons
of
private
law
23
nature).
Individu itu sendiri hanya (akan) terikat oleh ketentuanketentuan hukum nasional yang negaranya buat. Karena itu individu
tunduk
pada
hukum
nasionalnya
(tidak
pada
aturan
hukum
individu.
Umumnya
kesepakatan
negara-negara
hanya
komitmen
negara-negara
anggotanya
saja.
Dalam
hukum
individu
terganggu
merasa
atau
bahwa
hak-hak
dirugikan,
maka
dalam
yang
bidang
dapat
ia
negara
yang
merugikannya
ke
hadapan
badan-badan
13
peradilan internasional. Mekanisme seperti ini misalnya tampak
pada GATT/ WTO dan Mahkamah Internasional.
Hanya dalam keadaan-keadaan tertentu saja suatu individu
dapat
mempertahankan
hak-haknya
berdasarkan
suatu
perjanjian
ICSID
mengakui
hak-hak
individu
untuk
menjadi
terbatas.
sengketa-sengketa
Pertama,
di
sengketanya
bidang
penanaman
hanya
modal
dibatasi
yang
untuk
sebelumnya
1965).
Persyaratan
ini
sifatnya
mutlak.
RI
telah
individu
sebagai
subyek
hukum
perdagangan
bidang
perdagangan
yang
mereka
buat
sendiri
kadang-kadang
for
diundangkan
pengusaha
Documentay
sebagaimana
sangat
Credit
(UCP).
layaknya
menghormati
hukum
dan
Meskipun
nasional,
menaati
UCP
tidak
namun
para
ketentuan-ketentuan
dalam UCP.
Disebutkan
dengan
sifat
di
hukum
atas
bahwa
perdata
individu
(legal
adalah
persons
of
subyek
a
hukum
private
law
14
1 Perusahaan Multinasional
Perusahaan
Corporations)
berperan
multinasional
telah
penting
lama
dalam
diakui
(MNCs
atau
sebagai
perdagangan
Multinational
subyek
hukum
internasional.
Peran
yang
ini
finansialnya,
hukum
(perdagangan)
internasional
berupaya mengaturnya.
Pasal 2 (2) (b) Piagam Hak dan Kewajiban Ekonomi Negaranegara antara lain menyebutkan bahwa MNCs tidak
boleh campur
atau
MNCs
di
Telecommunication
bidang
telekomunikasi,
(Singtel
yang
ABC,
memiliki
CNN,
saham
perlu
aturan-aturan
untuk
yang
mengontrol
menjembatani
aktivitas
perbedaan
MNCs
kepentingan.
25
26
15
biasanya
adalah
mengharapkan
masuknya
MNCs
ke
dalam
wilayah
perspektif
MNCs
berbeda.
Sebagaimana
halnya
yaitu
mendapatkan
keuntungan
sebesar-besarnya.27
Karena itu agar kedua kepentingan ini pada titik tertentu dapat
bertemu, maka perlu aturan-aturan hukum untuk menjembataninya.28
2. Bank
Memang agak mengherankan bahwa para sarjana memasukkan bank
sebagai subyek hukum dengan kategori private law nature. Sama
seperti individu atau MNCs, bank dapat digolongkan sebagai subyek
hukum perdagangan internasional dalam arti yang terbatas. Bank
pun tunduk pada hukum nasional di mana bank tersebut didirikan.
Yang membuat subyek hukum ini penting adalah:
(a) peran bank dalam perdagangan internasional dapat dikatakan
sebagai pemain kunci. Tanpa bank, perdagangan internasional
mungkin tidak dapat berjalan.29
(b) Bank menjembatani antara penjual dan pembeli yang satu sama
lain mungkin saja tidak mengenal karena mereka berada di
negara yang berbeda. Perannya di sini adalah peran bank dalam
memfasilitasi pembayaran antara penjual dan pembeli.
(c) Bank berperan penting dalam menciptakan aturan-aturan hukum
dalam perdagangan internasional khususnya dalam mengembangkan
hukum
perbankan
internasional.
Salah
satu
instrumen
hukum
perdagangan
internasional.
Misalnya
adalah
16
E. Penutup
Uraian
di
atas
menggambarkan
stake-holders,
aktor,
atau
internasional
dan
individu
(yang
terdiri
dari
hukum
tersebut
di
atas
menunjukkan
Hukum
nasional,
hukum
internasional,
dan
penundukan
paling
unik
adalah
keuangan.
Ia
bukan
Fungsinya
menjembatani
bank.
pelaku
dan
Bank
utama
hanyalah
perdagangan
memfasilitasi
suatu
lembaga
internasional.
pembayaran
antara
kebiasaan
di
bidang
perdagangan
yang
mengikat
stake-
17
DAFTAR PUSTAKA
Booysen, Hercules, International Trade Law on Goods and Services,
Pretoria: Interlegal, 1999.
Curmi, George, The Role of the Internatonal Chamber of
Commerce, dalam J. Reuvid (ed.), The Strategic Guide to
International Trade, London: Kogan Page, 1997.
Houtte, Hans Van, The Law of International Trade, London: Sweet
and Maxwell, 1995.
Islam, Rafiqul, International Trade Law, NSW: LBC, 1999.
Meerhaeghe, M.A.G., International Economic Institutions, The
Netherlands: Kluwer, 1998, 7th.ed., 1998.
Ryan, Michael P., W.C. Lenhardt and K. Tamai, International
Governmental
Organization:
Knowledge
Management
for
Multilateral Trade Law Making, 15 Am. U.J.Intl.L. Rev
1360 (2000).
Sheldrick, Andrew W., Capacity, sovereign immunity and acts of
state, dalam: Lew and Stanbrook, Interational Trade: Law
and Practice, Bath: Euromoney, 1983.
The Economist, The Worlds View of Multinationals, 29 January
2000.
BAB III
SUMBER HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
Sumber hukum perdagangan internasional merupakan bab yang
penting. Dari sumber hukum inilah
sumber-sumber
lapangan
ini,
hukum
yaitu:(1)
internasional
perjanjian
yang
dikenal
internasional;
(2)
dalm
hukum
pengadilan
dan
publikasi
sarjana-sarjana
dalam
bidang
bidang
hukum
hukum
lainnya
perdagangan
yang
juga
internasional,
berperan
terdapat
penting
dalam
lebih
dibandingkan
ke-4
sumber
hukum
yang
tersebut
atau
tahap
awal
suatu
pihak
akan
memulai
transaksi-
internasional
adalah
salah
satu
sumber
hukum
internasional
atau
multilateral
adalah
membentuk
umum
internasional
di
yang
suatu
antara
pengaturan
para
memberikan
pihak.
perdagangan
Ada
kekuasaan
juga
tertentu
yang
perjanjian
di
bidang
regional
adalah
kesepakatan-kesepakatan
di
misalnya,
perjanjian-perjanjian
seperti
ini
adalah
perjanjian
hanya
mengikat
adalah
hanya
bilateral
dua
subyek
manakala
hukum
perjanjian
internasional
perjanjian
beberapa
persahabatan
preferensi
atau
bilateral,
perlakuan
kedua
khusus
negara
tertentu
perjanjian
perdagangan
internasional
mengikat
halnya
perjanjian
perdagangan
internasional
internasional
pun
hanya
pada
akan
umumnya,
mengikat
nasionalnya.
Perjanjian
internasional
yang
telah
untuk
pengaturan
sebaliknya,
perjanjian
tidak
atau
suatu
internasional
menerapkan
pasal
dari
perjanjian
atau
membolehkan
mengecualikan
perjanjian
beberapa
internasional.
internaisonal
tidak
suatu
Atau
mengijinkan
Hans Van Houtte, , The Law of International Trade, London: Sweet and
Maxwell, 1995, hlm. 3.
5
Hans Van Houtte, op.cit., hlm. 3. Untuk kumpulan perjanjian-perjanjian
internasional (Konvensi, Protokol, dll., dalam hukum perdagangan
internasional), lihat: Indira Carr and Richard Kidner, Statutes and
Convention on International Trade Law, London: Cavendish, 1993, hlm.
263-446).
tersebut
didepositkan
berwenang,
misalnya
Sekjen
mengikatkan
dirinya
PBB),
dengan
cara
kepada
suatu
badan
yang
suatu
negara
dapat
saja
mengadopsi
muatan
suatu
perlu
pula
diingat
bahwa
penundukan
diri
secara
internasional
tersebut
memberikan
hak-hak
(konsesi)
tertentu kepada suatu negara anggotanya, dan tidak kepada nonanggota. Negara-negara non-anggota yang berupaya secara diam-diam
untuk menundukan dirinya kepada aturan tersebut karenanya tidak
akan efektif.
GATT,
Misalnya,
adalah
suatu
kesepakatan
umum
yang menjadi
di
bidang
anggota harus
muatan
yang
terkandung
di
dalamnya,
perjanjian
yang
memuat
liberalisasi
perdagangan
adalah
perjanjian
rintangan
internasional
pengaturan
atau
berupaya
kebijakan
menanggalkan
(negara)
berbagai
yang
dapat
menghambat
atau
mengganggu
kelancaran
transaksi
perdaganagn
internasional.
2) Integrasi ekonomi
Perjanjian
Negara-negara
berupaya
seperti
anggota
mencapai
ini
berkembang
dalam
suatu
suatu
integrasi
belum
perjanjian
ekonomi
begitu
lama.
internasional
melalui
pencapaian
(free
(economic
trade
zone),
union).
atau
Perjanjian
bahkan
suatu
seperti
ini
kesatuan
biasanya
ekonomi
memberi
utama
harmonisasi
hukum
hanya
berupaya
mencari
dari
berbagai
sistem
hukum
yang
ada
(yang
akan
diharmonisasikan).6
4) Unifikasi Hukum
Dalam
dan
unifikasi
penggantian
suatu
hukum,
sistem
penyeragaman
hukum
mencakup
dengan
sistem
penghapusan
hukum
yang
yang
mencakup
indikasi
ketentuan
geografis,
mengenai
disain
hak
industri,
cipta,
merek
paten,
dll.,
meletakkan kewajiban kepada negara anggota untuk membuat aturanaturan HAKI nasionalnya yang sesuai dengan substansi perjanjian
TRIPS/WTO.
5) Model Hukum dan Legal Guide
Pembentukan Model Hukum dan Legal Guide sebenarnyat idak
terlepas dari upaya harmonisasi di atas. Bentuk hukum seperti ini
biasanya ditempuh karena didasari sulitnya bidang hukum yang akan
6
7
disepakati atau diatur. Karena itu mereka membuat Model Hukum ini
yang sifatnya tidak mengikat. Pembuat atau perancang Model Hukum
berharap, meski namanya model hukum atau legal guide, negaranegara dapat mengacu muatan aturan-aturan model hukum atau legal
guide ini ke dalam hukum nasionalnya.
Dengan
(semakin)
banyaknya
negara
yang
mengadopsi
model
terkenal
Model
Hukum
seperti
ini
adalah
UNCITRAL
di
perundangannya
di
Dengan
diadopsinya
dalam
arbitrase
hukum
mengundangkan
komersial
arbitrase
ini
peraturan
internasional.
diharapkan
akan
c. Standar Internasional
Standar
untuk
ada
di
internasional
dalam
adalh
perjanjian
norma-norma
yang
internasional,
disyaratkan
yang
merupakan
negara
untuk
berpartisipasi
di
dalam
transaksi
ekonomi
internasional. Syarat-syarat dasar tersebut adalah: i. Minimumstandard or equitable treatment; ii. Most-favoured nation clause;
iii. Equal Treatment; dan iv. Preferential Treatment.
ad. i. Minimum-standard atau equitable treatment
Minimum-standard atau equitable treatment adalah norma atau
aturan dasar yang semua negara harus taati untuk dapat turut
serta
dalam
transaksi-transaksi
perdagangan
internasional.8
di
bidang
perlindungan
Works.
Konvensi
ini
hak
kekayaan
intelektual.
Protection of
Literary and
meletakkan
persyaratan
standar
Most-Favoured
Nation
(MFN)
adalah
klausul
yang
lainnya.
Perlakuan
ini
diberikan
karena
masing-masing
preferensi
kepada
suatu
negara,
maka
perlakuan
tersebut
Peran
memberikan
dalam
klausul
suatu
hubungan
ini
penting.
derajat
ekonomi
Klausul
perlakuan
sama
internasional.
ini
menurut
(equitable
Dengan
Houtte,
treatment)
klausul
ini,
reciprocal
(timbal
balik),
artinya
pemberian
MFN
ini
unconditional
lainnya
(tidak
dalam
suatu
bersyarat),
artinya
perjanjain
berhak
negara
atas
anggota
perlakuan-
juga
treatment
(perlakuan
disyaratkan
harus
sama)
ada
adalah
dalam
klausul
lainnya
perjanjian-perjanjian
praktek
perjanjian
antar
negara.13
Memang,
sulit
untuk
negara
asing.
Adalah
kewajiban
suatu
negara
untuk
11
12
13
misalnya
arbitrase
internasional.
Misalnya
pasal
18
UNCITRAL
berada
di
bawah
judul
Equal
Treatment
of
Parties,
18
ini
menggambarkan
prinsip
universal
mengenai
terhadap
para
pihak
yang
bersengketa.
Mereka
pun
harus
Prinsip
yang
prinsip
khusus
ini
memiliki
ini
biasanya
hubungan
suatu
yang
negara
lebih
diterapkan
politis
atau
dapat
saja
menguntungkan
di
antara
ekonomis.
memberikan
(preferential
juga
keterkaitan
diberikan
sejarah
kepada
sebelumnya.
negara-negara
Misalnya,
yang
memiliki
negara-negara
eks
keputusan-keputusan
tidaklah
mengikat.
berupa
Daya
resolusi-resolusi
mengikat
yang
resolusi-resolusi
14
10
kadang
terkenal
kala
yang
juga
mengikat.
dipandang
Salah
soft-law
oleh
satu
contoh
negara-negara
dan
Kewajiban
Rights
and
Ekonomi
Duties
of
Negara-negara
States
atau
(Charter
CERDS).
on
the
Sepertiga
bagian (11 pasal) dari dari keseluruhan pasal Piagam ini mengatur
mengenai perdagangan internasional.
Meskipun CERDS bersifat soft law, namun jiwa dan nilainilai hukum yang
cukup luas
15
11
suatu
sumber
hukum,
hukum
kebiasaan
perdagangan
justru
lahir
dari
adanya
praktek-praktek
para
yang
berulang-ulang
dengan
waktu
yang
relatif
lama
yang
bagi
mula-mula
mereka
untuk
menciptakan
aturan
transaksi-transaksi
hukum
dagang
yang
mereka.
kebiasaan
tidak
selamanya
menjadi
mengikat
dan
ini
diterima
sebagai
mengikat
(opnio
iuris
sive
necessitatis).
Ketentuan
Lex
Mercatoria
dapat
ditemukan
antara
lain
di
16
12
kontrak-kontrak
perdagangan
internasional,
misalnya
berupa
dirancang
atau
oleh
klausul
asosiasi
kontrak
atau
perdagangan
organisasi
yang
perdagangan
tertentu (misalnya oleh ICC, FIDIC, dll) dan diikuti oleh anggota
dari organisasi atau asosiasi tersebut.
Kebiasaan-kebiasaan perdagangan memiliki peran yang sangat
penting
di
dalam
Misalnya,
sesuatu
kebiasaan
transaksi
tersebut
perdagangan
terkodifikasi
internasional.
dalam
kontrak
dapat
dimaklumi,
bagi
para
pedagang
atau
pelaku
bagi
mereka.
Mereka
secara
sukarelah
menaati
dan
ini.
Pasal
1339
tentang
akibat
suatu
perjanjian
misalnya menyatakan:
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan
oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. (Huruf
miring oleh penulis).
Bunyi pasal di atas secara tegas mengakui kebiasaan. Tetapi
khusus
untuk
mengambil
seperti
kebiasaan
jarak.
ini,
keabsahannya.
Bahkan
pengadilan
internasional,
untuk
tidak
kebiasaan
jarang
banyak
negara
dagang
internasional
masih
yang
mempertanyakan
13
Pendirian
perdagangan
ini
antara
internasional,
lembaga-lembaga
Internasional,
lain
meskipun
internasional
UNCITRAL,
disebabkan
terkodifikasi
seperti
dll.,
karena
ICC
bukanlah
atau
kebiasaan
oleh
Kamar
bersifat
upaya
Dagang
perjanjian
mengikat.18
Karena
sifatnya
itu
pula,
UCP
tidak
pernah
18
Hal ini logis saja karena ICC adalah lembaga yang anggotanya adalah
swasta, bukan negara. Lihat pula: Clive Schmitthoff, op.cit., hlm. 27.
19
Di negara-negara sedang berkembang yang pengadilannya masih kental
menganut aliran positif hukum, kerap kali memandang bahwa setiap aturan
yang tidak dibuat sesuai dengan konstitusi, misalnya melalui proses
pengundangan suatu ketentuan secara formal, misalnya melalui pengumuman
di lembaran negara, bukanlah hukum dan karenanya tidak mengikat. Uraian
lebih lanjut mengenai lex mercatoria lihat: Huala Adolf, Arbitrase
Komersial Internasional, Jakarta: Rajawali pers, cet. 3., 2003.
14
biasanya
diyakini
lahir
baik
dari
sistem
hukum
nasional
hukum
ini
akan
(internasional)
mulai
dan
berfungsi
hukum
manakala
kebiasaan
hukum
internasional
tidak memberi jawaban atas sesuatu persoalan. Karena itu prinsipprinsip hukum umum ini dipandang sebagai sumber hukum penting
dalam upaya mengembangkan hukum,20 termasuk sudah barang tentu
hukum perdagangan internasional.
Beberapa contoh dari prinsip-prinsip hukum umum ini antara
lain adalah prinsip itikad baik, prinsip pacta sunt servanda, dan
prinsip ganti rugi.21 Ketiga prinsip ini terdapat dan diakui dalam
hampir semua sistem hukum di dunia,22 dan terdapat pula dalam
hukum (perdagangan) internasional.
20
15
pengadilan
dalam
hukum
perdagangan
dikenal
Statusnya
dalam
sedikit
sistem
banyak
hukum
sama
Common
seperti
Law
yang
(Anglo
kita
Saxon).
kenal
dalam
hanya
untuk
dipertimbangkan.
Jadi
ada
semacam
putusan-putusan
pengadilan
sebelumnya
(dalam
putusan
on
pengadilan
Alcoholic
ini
ditegaskan
Beverages
yang
dalam
diputus
sengketa
oleh
Badan
internasional).
Peran
dan
fungsinya
cukup
penting
23
manakala
sumber-sumber
hukum
sebelumnya
ternyata
juga
16
tidak jelas atau tidak mengatur sama sekali mengenai suatu hal di
bidang perdagangan internasional.25
25
17
5. Kontrak
Sumber
merupakan
hukum
sumber
perdagangan
utama
dan
internasional
terpenting
adalah
yang
sebenarnya
perjanjian
atau
pula
(pedagang)
kita
atau
internasional
dalam
sadari
bahwa
stake-holders
melakukan
para
dalam
pelaku
perdagangan
hukum
perdagangan
transaksi-transaksi
perdagangan
hukum
kontrak,
kita
mengenal
penghormatan
dan
autonomy).
Syarat-syarat
perdagangan
dan
hak
serta
kebebasan
para
pihak
sangatlah
esensial,
namun
yang
melingkupinya.
Pertama,
pembatasan
yang
utama
26
Cf., Alinea pasal 1 Pasal 1338 KUH Perdata: Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
27
Sudargo Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Bandung: Alumni, 1976
(Gautama menyatakan bahwa kontrak dengan orang asing adalah kontrak
yang terdapat unsur asing atau foreign element).
18
meskipun
di
bidang
perdagangan
internasional,
sedikit
banyak
mengikat
para
pihak
adalah
kesepakatan-kesepakatan
atau
Daya
mengikat
kesepakatan-kesepakatan
sebelumnya
28
29
19
6. Hukum Nasional
Signifikansi
hukum
hukum
perdagangan
nasional
internasional
sebagai
tampak
sumber
dalam
hukum
uraian
dalam
mengenai
sengketa
sebagai
pelaksanaan
dari
kontrak.
Dalam
hal
klausul
pilihan
hukum
dalam
kontrak
untuk
menentukan
kontrak
dagang
internasional.
Peran
signifikan
dari
ada
pengecualian
lain,
maka
kekuasaan
itu
tidak
dapat
diganggu gugat.
Jurisdiksi atau kewenangan tersebut adalah kewenangan suatu
negara untuk mengatur segala (a)
peristiwa hukum,
(b) subyek
atas
peristiwa
hukum
di
sini
dapat
berupa
negara
dapat
ketenaga-kerjaan,
kesehatan,
mencakup
persaingan
perlindungan
HAKI
hukum nasional
hukum
sehat,
perpajakan,
yang dibuat
kepabeanan,
perlindungan
(intellectual
property
konsumen,
rights),
bentuk-bentuk
perusahaan
beserta
syarat-syaratnya,
20
Kewenangan
suatu
negara
untuk
mengatur
atas
suatu
benda
dianggap
membahayakan
moral,
kesehatan
manusia,
tanaman,
21
C. Penutup
Sumber-sumber hukum perdagangan internasional adalah materi
bahasan
menemukan
yang
penting.
hukum
Dari
sumber-sumber
perdagangan
internasional.
inilah
Dari
kita
dapat
sumber-sumber
dengan
sumber-sumber
hukum
konvensional
hukum
internasional,
dalam
hukum
dalam
internasional
dapat
ditemui
sumber-sumber
yang
yang
perdagangan
dibuat
secara
perdagangan
Pertama,
kontrak
internasional
sebagai
salah
mencerminkan
dua
satu
hukum
sumber
hal
berikut.
perdagangan
kontrak
sebagai
salah
satu
sumber
dari
hukum
hukum
internasional,
modal, dll.
kontrak
hukum
internasional
ekonomi
di
internasional,
samping
hukum
hukum
penanaman
22
DAFTAR PUSTAKA
Booysen, Hercules Booysen, International Trade Law on Goods and
Services, Pretoria: Interlegal, 1999.
Carr, Indira and Richard Kidner, Statutes and Convention on
International Trade Law, London: Cavendish, 1993.
DAmato,
Anthnoy,
dan
Doris
Estelle
Long,
International
Intellectual Property Law, The Hague: Kluwer, 1997.
Houtte, Hans Van, The Law of International Trade, London: Sweet
and Maxwell, 1995.
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta: Rajawali
pers, cet. 3., 2003.
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar,
Jakarta: Rajawali Pers, cet. 3, 2003.
Sanson, Michelle, Essential International Trade Law, Sydney:
Cavendish, 2002.
Schmitthoff, Clive M., Commercial Law in a Changing Economic
Climate, London: Sweet and Maxwell, 1981.
Sudargo Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Bandung: Alumni,
1976.
1
BAB IV
ATURAN-ATURAN HUKUM PERDAGANGAN MENURUT GATT
A. Pengantar
Salah
satu
sumber
hukum
yang
penting
dalam
hukum
Perdagangan
GATT).
Muatan
kebijakan
tertentu
(General
di
Agreement
dalamnya
perdagangan
aturannya
tidak
antar
menyangkut
on
saja
negara
pula
Tariff
and
penting
tetapi
aturan
Trade
dalam
juga
atau
mengatur
dalam
perdagangan
taraf
antara
serta
untuk
menciptakan
liberalisasi
perdagangan
yang
Olivier Long, Law and Its Limitations in the GATT Multilateral Trade
System, Martinus Nijhoff Publishers, 1987, hlm. 101.
2
2) meningkatkan kesempatan kerja;
3) meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam dunia; dan
4) meningkatkan produksi dan tukar menukar barang.
Ada
tiga
fungsi
utama
GATT
dalam
mencapai
tujuannya:
itu,
GATT
mengupayakan
agar
aturan
atau
praktek
pasar
nasional
atau
melalui
penegakan
dan
perundingan
tersebut,
keputusan-keputusan
mengenai
materi-materi yang penting khususnya yang menyangkut ketentuanketentuan atau pasal-pasal GATT, keputusannya dibuat berdasarkan
mayoritas
biasa
keputusan
demikian
pengambilan
(Pasal
putusan
XXV).
Namun
diambil
tanpa
yang
formal:
pada
harus
umumnya
mengikuti
umumnya
keputusansuatu
keputusan
cara
diambil
berdasarkan konsensus.2
Sejak
berdiri,
GATT
perundingan-perundingan
dengan
istilah
perundingan
ini
telah
utama/pokok
putaran
(rounds).
bertujuan
untuk
mensponsori
yang
berbagai
biasanya
Tujuan
dari
mempercepat
disebut
putaran
macam
juga
atau
liberalisasi
perdagangan internasional.
Putaran perundingan perdagangan ini mempunyai keuntungankeuntungan sebagai berikut:
3
Pertama,
perundingan
perdagangan
memungkinkan
para
pihak
para
pihak
perdagangan
akan
di
lebih
suatu
mudah
putaran
membahas
komitmen-
perundingan
daripada
sistem
perundingan
dan
perdagangan
akan
lebih
multilateral
dalam
menguntungkan
lingkup
negara-negara
suatu
sedang
penurunan
tarif.
Penurunan
tarif
ini
sudah
berlangsung
sejak pembentukan GATT pada tahun 1947. Sejak tahun 1947, putaran
yang telah dilaksanakan adalah Putaran Jenewa (1947 diikuti
oleh 23 negara);
13 negara);
Proses
liberalisasi
perdagangan
ini
terus
berlanjut
oleh
dumping),
62
negara
Putaran
Tokyo
yang
khusus
(1973-1979,
membahas
tarif
diikuti
102
dan
anti-
negara)
dan
sebagai
suatu
percobaan
pertama
yang
berupaya
4
Seperti
umumnya
putaran-putaran
perdagangan
GATT
progresif.
Di
akhir
perundingan,
negara-negara
sepakat
untuk memotong 1/3 dari tingkat tarif yang berlaku pada waktu
itu. Putaran Tokyo mengalami kegagalan dan beberapa kesepakatan.
Kegagalan
yang
dialaminya
antara
lain,
tidak
tercapainya
pertanian
dan
kegagalan
untuk
membuat
rumusan
aturan
serangkaian
kesepakatan
aturan-aturan
GATT,
dan
mengenai
daging
olahan
(Bovine
Meat
Arrangement);
8) Perdagangan
dalam
pesawat
udara
sipil
(Trade
in
Civil
Aircraft).
Pada waktu putaran Tokyo dirampungkan, hanya sedikit negara
yang
mengikatkan
diri
kepada
perjanjian-perjanjian
atau
5
kesepakatan hasil putaran Tokyo tersebut. Itu pun umumnya adalah
negara-negara maju saja.
Di putaran Uruguay, sebagian dari kesepakatan tersebut di
atas
telah
mengalami
kesepakatan
mengenai
pembahasan
subsidi
dan
dan
perluasan.
Kesepakatan-
countervailing
measures,
tersebut.
barang-barang
bagi
Sedangkan
pemerintah
kesepakatan
(government
mengenai
pengadaan
procurement),
bovine
meat, dairy products dan pesawat udara sipil masih tetap berada
di bawah kesepakatan plurilateral yang sifatnya terbuka bagi
negara anggota WTO untuk tunduk atau tidak (sukarela) terhadap
kesepakatan-kesepakatan
ketiga
GATT
adalah
yang
disebut
sebagai
suatu
terakhir
tersebut.
pengadilan
Fungsi
internasional
penyelesaian
pengaturannya
dikemukakan
mengenai
di
mengalami
atas,
perdagangan
sengketa
ini
perkembangan
GATT
semula
internasional.
sifatnya
yang
hanyalah
GATT
penting
menarik.
aturan
bukan
dan
Telah
kesepakatan
lembaga
khusus
B. Sejarah GATT
GATT
dibentuk
sebagai
suatu
dasar
(atau
wadah)
yang
sifatnya sementara setelah Perang Dunia II. Pada masa itu timbul
6
kesadaran masyarakat internasional akan perlunya suatu lembaga
multilateral di samping Bank Dunia dan IMF.4
Kebutuhan
akan
adanya
suatu
lembaga
multilateral
yang
khusus ini pada waktu itu sangat dirasakan benar. Pada waktu itu
masyarakat internasional menemui kesulitan untuk mencapai kata
sepakat mengenai pengurangan dan penghapusan berbagai pembatasan
kuantitatif
untuk
serta
mencegah
diskriminasi
perdagangan.
terulangnya
praktek
Hal
ini
dilakukan
proteksionisme
yang
disebutkan
di
muka,
pada
waktu
pembentukannya,
Organization
(Organisasi
Perdagangan
Internasional)
yang
tersebut
ketentuan-ketentuan
dimaksudkan
atau
bukan
aturan-aturan
saja
dalam
untuk
memberikan
perdagangan
dunia
persetujuan
komoditi,
praktek-praktek
restriktif
1941.
Salah
satu
tujuan
dari
piagam
ini
adalah
tujuan
tersebut,
serangkaian
pembahasan
dan
Amerika
Serikat,
Inggris
dan
Kanada.
Pada
tanggal
itu,
adalah
untuk
menciptakan
liberalisasi
perdagangan
7
secara
bertahap,
memerangi
monopoli,
memperluas
permintaan
menyatakan
keinginannya
untuk
menyelenggarakan
suatu
komisi
persiapan.
Persidangan-persidangan
komisi
Desember
Komisi
berhasil
mengeluarkan
pertemuan
ini
gagal
suatu
Rancangan
kata
sepakat
untuk
membentuk
Serikat,
Benelux.
Tugas
suatu
Kanada,
komisi
komisi
perancang
Inggris,
ini
adalah
yang
beranggotakan
dan
negara-negara
Perancis
mencari
rumusan
baru
untuk
Lake
Succes,
New
York
dari
tanggal
20
Januari
sampai
25
penting
diselenggarakan
di
Jenewa
dari
bulan
Agustus,
rancangan
Oktober,
panitia
Piagam
ITO,
persiapan
dan
dari
perundingan-perundingan
melanjutkan
tanggal
10
bilateral
tugasnya
April
membuat
sampai
berlangsung
30
antar
8
Hasil perundingan mengenai konsesi timbal balik (reciprocal
tariff concession) dicantumkan ke dalam GATT yang ditandatangani
pada tanggal 30 Oktober 1947. Hasil perundingan tersebut berisi
pula
suatu
perdagangan
kodifikasi
di
antara
sementara
mengenai
negara-negara
hubungan-hubungan
penandatangan.
Berdasarkan
penting
keempat
berlangsung
di
Havana
(21
delegasi
dari
66
negara.
Pertemuan
berhasil
mengesahkan
ini
lebih
disebabkan
karena
Amerika
Seriakt,
pelaku
tidak
akan
meratifikasi
Piagam
tersebut.
Sejak
itu
tidak
menyebabkan
GATT
menjadi
tidak
berlaku.
Para
the
protokol
Protocol
of
(perjanjian)
(provisional).
Sejak
Provisional
yang
Application,
memberlakukan
dikeluarkannya
GATT
yaitu
untuk
protokol
suatu
sementara
inilah,
GATT
perubahan
protokol
yang
penting
yang
merubah
bagian
terjadi.
1
dan
Pertama,
Pasal
XXIX
dikeluarkannya
dan
XXX
dan
10
11
9
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1968. Sedangkan protokol kedua
mulai berlaku sejak tanggal 28 November 1957.
Pada tahun 1965, GATT mendapat tambahan bagian baru, yaitu
bagian keempat. Bagian ini berlaku secara de facto tanggal 8
Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal 27 Juni 1965.
Bagian
ini
khusus
mengatur
kepentingan
perluasan
ekspor
bagi
(Tokyo
mencakup
Round
1973-1979)
anti-dumping,
adalah
subsidi
dan
ketentuan-ketentuan
ketentuan
non-tarif
yang
atau
ini
terbatas
sifatnya,
yaitu
berkisar
30-an
negara,
namun
12
13
10
Yang
ketiga
arrangements.
adalah
Ketentuan
ketentuan
ini
mengenai
merupakan
multi
pengecualian
fibre
terhadap
D. Prinsip-prinsip GATT.
Untuk
mencapai
tujuan-tujuannya,
GATT
berpedoman
pada
tanpa
produk
syarat
yang
(immediately
berasal
atau
yang
and
unconditionally)
diajukan
kepada
semua
terhadap
anggota
kepada
diskriminasi
negara
terhadapnya.
lainnya
Prinsip
atau
ini
melakukan
tampak
tindakan
dalam
pasal
sama
kata,
dan
semua
semua
negara
negara
harus
menikmati
diperlakukan
atas
dasar
keuntungan
dari
suatu
11
prinsip
ini
mendapat
pengecualian-pengecualiannya,
khususnya
GATT
itu
sendiri
dan
sebagian
lagi
ada
yang
suatu
penanggalan
(waiver)
dan
prinsip-prinsip
GATT
(frontier
traffic
advantage),
tidak
boleh
dikenakan
perlakuan
preferensi
di
wilayah-wilayah
tertentu
tetap
boleh
terus
dilaksanakan
namun
tingkat
Free
Trade
Area
yang
memenuhi
persyaratan
negara-negara
yang
membentuk
pengaturan-
persyaratan
pengecualian
dengan
Pasal
XXIV,
menggunakan
dapat
alasan
membentuk
penanggalan
12
dalam keadaan yang sulit, dapat memohon pengecualian dari
kewajiban tertentu yang ditetapkan oleh GATT.
(d)
pemberian
prefensi
tarif
olef
negara-negara
maju
negara-negara
developed)
melalui
yang
kurang
fasilitas
beruntung
Generalised
(least
System
of
lainnya
pengamanan
adalah
apa
(safeguard
yang
rule).
disebut
dengan
Pengecualian
ini
safeguard
kebijakan
keadaan-keadaan
membatasi
atau
ini
yang
demikian
tertentu
saja.
menangguhkan
diatur
namun
Suatu
suatu
dalam
hanya
negara
konsesi
Pasal
XIX,
dipakai
dalam
anggota
dapat
tarif
pada
produk-
yang juga
yang
cukup
hangat
dibahas
dalam
Putaran
Uruguay
yakni
perdagangan tekstil.
VERs adalah cara 'halus' negara maju untuk menekan negara
sedang berkembang yang umumnya adalah penghasil tekstil. Untuk
membatasi masuknya produk tekstil ke dalam pasar dalam negerinya,
negara
maju
secara
halus
menyatakan
kepada
negara
berkembang
16
negara
maju
menekankan
bahwa
pembatasan
jumlah
tersebut
13
semata-mata haruslah sukarela sifatnya yang datang atau berasal
dari kehendak negara berkembang.
national
treatment
dan
prinsip
MFN
merupakan
Kedua
prinsip
diberlakukan
pula
dalam
the
General
upaya-upaya
tertentu
(specific
measures)
yang
pada
maksud
tersebut,
manakala
suatu
negara
meminta
14
setiap lima tahun. Pembebasan dari penerapan kewajiban MFN ini
hanya boleh dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun.
Prinsip national treatment merupakan suatu kewajiban dalam
GATS yang mana negara-negara secara eksplisit harus menerapkan
prinsip ini terhadap jasa-jasa atau kegiatan jasa-jasa tertentu.
Oleh
karena
itulah
prinsip
national
treatment
atau
perlakuan
15
3. Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif.
Yang menjadi ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi
kuantitatif
yang
merupakan
rintangan
terbesar
terhadap
GATT.
lisensi
impor
atau
ekspor,
pengawasan
pembayaran
Hal
ini
disebabkan
karena
praktek
demikian
mengganggu
kuantitatif
dewasa
ini
tidak
begitu
meluas
di
yang
kebanyakan
berasal
dari
negara-negara
sedang
demikian
dalam
pelaksanaannya,
hal
tersebut
dapat
dilakukan dalam hal: pertama, untuk mencegah terkurasnya produkproduk esensial di negara pengekspor; kedua, untuk melindungi
pasal dalam negeri khususnya yang menyangkut produk pertanian dan
perikanan;
ketiga, untuk mengamankan, berdasarkan escape clause (Pasal XIX),
meningkatnya impor yang berlebihan (increase of imports) di dalam
negeri
sebagai
upaya
untuk
melindungi,
misalnya,
terancamnya
untuk
melindungi
neraca
pembayaran
(luar
negerinya)
(Pasal XII).
Meskipun demikian restriksi tersebut tidak boleh diterapkan
di luar yang diperlukan untuk melindungi neraca pembayarannya.
Restriksi
itu
pun
secara
progesif
harus
dikurangi
bahkan
adanya
pengakuan
sebagaimana
diatur
dalam
Pasal
kuantitatif
mereka
yang
untuk
mencegah
disebabkan
oleh
terkurasnya
adanya
valuta
asing
permintaan
untuk
16
impor yang diperlukan bagi pembayaran atau karena mereka sedang
mendirikan atau memperluas produksi dalam negerinya.
Bagi kepentingan negara tersebut, GATT menyelenggararakan
konsultasi
secara
reguler
yang
diadakan
dengan
negara
yang
Pasal
XIII,
restriksi
kuantitatif
ini,
meskipun
masuk)
dan
tidak
melalui
upaya-upaya
perdagangan
lainnya
melalui
tarif
ini
menunjukan
dengan
jelas
kebijakan
untuk
mengatur
pengenaan tarif
Negara-negara
GATT
umumnya
masuknya
barang
ekspor
menggunakan
cara
ini
tarif
ini
maksudnya
adalah
tingkat
tarif
dari
19
20
ia
sepakati,
kecuali
diikuti
dengan
negoisasi
mengenai
17
pemberian mengenai kompensasi dengan mitra-mitra dagangnya (Pasal
XXVII).
Perlu dikemukakan di sini bahwa negoisasi tarif di antara
negara-negara
merupakan
salah
satu
pekerjaan
GATT
(yang
juga
sekarang dilanjutkan oleh WTO). Tujuan GATT dalam hal ini adalah
berupaya
menurunkan
tingkat
tarif
terbentuk
pada
ke
titik
atau
level
yang
serendah-rendahnya.
Ketika
GATT
tahun
1948
sampai
dengan
putaran
pasar
yang
Uruguay,
lebih
komitmen
besar
negara-negara
dicapai,
antara
terhadap
lain,
melalui
penurunan suku bunga yang dilakukan oleh lebih dari 120 negara.
Komitmen
negara-negara
ini
dituangkan
dalam
22.500
halaman
pengurangan
pengurangan
terhadap
tersebut
produk-produk
tarif
dapat
ini,
WTO
diturunkan
industri
di
mensyaratkan
sampai
40%
negara-negara
agar
(khususnya
maju)
untuk
untuk
menerapkan
prinsip
transparansi.
Prinsip
ini
transparansi
ini
mensyaratkan
keterbukaan
atau
18
WTO memuat prinsip transparansi yang mensyaratkan negara-negara
anggotanya
untuk
mengumumkan
pada
lingkup
nasional
dengan
ini
ini
merupakan
tampak
pada
prinsip
fundamental
preambule
GATT
dan
dalam
GATT.
berlaku
dalam
into
arrangements
reciprocal
directed
to
and
the
mutually
substantial
advantageous
reduction
of
21
19
6. Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang.
Sekitar
dua
pertiga
negara-negara
anggota
GATT
adalah
baru
dalam
bagian
tersebut
dimaksudkan
untuk
Tiga
mendorong
melarang
negara-negara
maju
untuk
membuat
rintangan-
balasan
penghilangan
dalam
tarif
perundingan
dan
mengenai
penurunan
rintangan-rintangan
lain
atau
terhadap
waktu
dan
Putaran
mengeluarkan
Tokyo
1979
putusan
berakhir,
mengenai
negara-negara
pemberian
perlakuan
sedang
clause).
berkembang
berkembang
Keputusan
juga
dalam
tersebut
adalah
perdagangan
dunia
mengakui
bahwa
yang
permanen
pelaku
(enabling
negara
sedang
dalam
sistem
industri
Preferences
untuk
atau
sedang berkembang.
sistem
memberikan
preferensi
GSP
(Generalized
umum)
kepada
System
of
negara-negara
20
E. Garis-garis Besar Ketentuan GATT22
GATT memiliki 38 pasal. Secara garis besarnya, dari pasalpasal tersebut dibagi ke dalam 4 bagian:
Bagian Pertama mengandung dua pasal, yaitu:
a) Pasal I, berisi pasal utama yang menetapkan prinsip
utama
GATT,
menerapkan
yaitu
klausul
keharusan
most
negara
favoured
anggota
nation
untuk
treatment,
II
berisi
tentang
penurunan
tarif
yang
negeri
atau
penerbitan
persyaratan-persyaratan
penjualan,
penawaran
Undang-undang,
administratif
pembelian,
peraturan
yang
pengangkutan,
atau
mempengaruhi
distribusi
atau
penggunaan produk.
Berdasarkan prinsip perlakuan nasional ini, semua produk
impor yang sudah memenuhi aturan-aturan kepabeanan harus mendapat
perlakuan yang sama seperti halnya produk-produk dalam negeri di
negara tersebut.
Pasal IV berada di bawah judul ketentuan-ketentuan khusus
mengenai
film
sinematografi
(cinematograph
film).
Pasal
ini
membolehkan suatu negara untuk menetapkan kuota terhadap filmfilm melalui peraturan tentang pembatasan film. Namun demukian
pembatasan-pembatasan atau kuota ini harus tetap tunduk kepada
22
21
negoisasi
dengan
pihak-pihak
yang
terpengaruh
oleh
adanya
mengatur
adanya
kebebasan
sarana
angkutan
dengan
kebebasan
transit
lainnya
menggunakan
transit.
Pasal
barang-barang,
melalui
rute-rute
wilayah
yang
ini
termasuk
suatu
digunakan
mengakui
perahu
dan
negara
anggota
untuk
transit
bea-bea
ke
dan
dan
dari
menetapkan
peraturan-peraturan
wilayah-wilayah
negara
anggota
terhadap
lainnya.
memperhatikan
keadaan-keadaan
atau
kondisi
dari
lalu
VI
mengatur
anti-dumping
dan
bea
masuk
tambahan.
Pasal ini berperan cukup penting dan cukup banyak digunakan oleh
negara-negara
berkembang.
(tertentu)
maju
terhadap
Negara
telah
maju
produk-produk
menuduh
memasukkan
negara
barangnya
ke
negara
sedang
pasar
sedang
berkembang
mereka
dengan
b.
manakala
tidak
ada
petunjuk
mengenai
harga
tersebut
atau
c.
yang
ditunjuk
biaya
atau
produksi
diekspor
untuk
produk
ke
negara
tersebut
22
Apabila suatu negara menemukan bukti-bukti positif bahwa
suatu produk tertentu adalah dumping, maka negara tersebut dapat
mengenakan bea masuk anti dumping dan bea masuk tambahan atas
produk tersebut.
Pasal
atas
VII
barang
(valuation
impor
untuk
for
custom
purposes
maksud-maksud
atau
kepabeanan).
penilaian
Pasal
ini
(bea
cukai)
dari
negara-negara
anggota
GATT
ini
mensyaratkan
bahwa
nilai
barang-barang
impor
atau
pada
nilai
yang
tanpa
dasar
atau
dibuat-buat
and
formalities
VIII
berada
di
bawah
judul
fees
ekspor
serta
pajak
yang
diatur
dalam
pasal
III)
yang
1)
menyederhanakan
pengaturan
dan
rumitnya
formalitas-
pungutan,
formalitas
dan
persyaratan-persyaratan
yang
23
dikenakan oleh pejabat-pejabat pemerintah berkaitan dengan impor
dan ekspor, termasuk:
a) transaksi-transaksi konsuler, seperti faktur-faktur dan
sertifikat konsuler; b) pembatasan kuantitatif; c) lisensi;
d)
pengawasan
statistik;
devisa
f)
(exchange
dokumen,
control);
dokumentasi
dan
e)
jasa-jasa
sertifikasi;
g)
IX
mengatur
tanda
asal
(marks
of
origin).
Pada
dengan
dari
persyaratan
negara-negara
asal
anggota
barang
ini
seperti
terhadap
halnya
semua
perlakuan
regional
atau
geografis
dari
produk
suatu
negara
mengatur
pengaturan-pengaturan
Undang-undang,
dan
persyaratan
perdagangan.
peraturan-peraturan,
administratif
mengenai
publikasi
Pasal
dan
ini
administrasi
menegaskan
putusan-putusan
klasifikasi
atau
bahwa
pengadilan
penilaian
produk
pemrosesan,
wajar
sehingga
penggunaan,
para
negara
dll.,
harus
anggota
dipublikasikan
dan
para
pedagang
mengetahuinya.
Pasal
XI
kuantitatif.
sampai
Restriksi
adalah pengenaan
XV
mengatur
kuantitatif
restriksi
yang
atau
sering
pembatasan
dipraktekkan
atau upaya
XI
menegaskan
bahwa
praktek
seperti
ini
dilarang.
24
pembatasan masuknya produk impor demi untuk mengamankan neraca
pembayarannya (restriction to safeguard the balance of payment).
Pasal
XIII
mensyaratkan
bahwa
penerapan
restriksi
harus juga
XIV
mengatur
pengecualian-pengecualian
penerapan
XVI
mengatur
negara-negara
subsidi.
yang
masih
Pasal
ini
memberikan
mengakui
subsidi
adanya
terhadap
pasar
internasional.
Namun
pasal
ini
mewajibkan
negara
perkembangan
pengaturan
GATT
sebagaimana
kemudian
23
25
ekonomi).
Pasal
ini
mengakui
bahwa
negara-negara
sedang
XIX
mengatur
tindakan
darurat
atas
impor
produk-
produk tertentu. Pasal ini memberi hak atau pembenaran bagi suatu
negara
untuk
menangguhkan
sebagian
atau
seluruh
kewajibannya
serius
mensyaratkan
produsen
negara
dalam
yang
negerinya.
hendak
Ayat
menerapkan
pasal
pasal
ini
ini
untuk
pengecualian-pengecualian
yang
dimungkinkan
untuk
kehidupan
atau
kesehatan
manusia,
hewan
atau
tanaman;
(c) impor atau ekspor emas atau perak;
(d) perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual;
(e) produk-produk yang berasal dari hasil kerja para narapidana;
(f) perlindungan
kekayaan
nasional,
kesenian,
sejarah
atau
purbakala;
(g) konservasi kekayaan alam yang dapat habis;
(h) dalam kaitannya dengan adanya kewajiban-kewajiban yang timbul
dari perjanjian-perjanjian komoditi antar pemerintah; dll.
26
Pasal XXI GATT membenarkan suatu negara untuk menanggalkan
kewajibannya
berdasar
GATT
dengan
alasan
keamanan
(security
exeption).
Pasal
XXII
dan
XXIII
mengatur
penyelesaian
sengketa
di
dalam GATT.
Bagian
ketiga
berisi
11
pasal.
Pasal
XXIV
mengatur
terhadap
prinsip
most-favored-nation.
diperbolehkannya
beberapa
pengecualian
(waiver)
terhadap
aturan GATT.
Pasal XXVI sampai XXXV adalah pasal-pasal berisi tentang
pemberlakuan
GATT,
GATT
XXVI);
(Pasal
anggota
(Pasal
berupa
status
XXVII);
penerimaan
(kondisi)
ketentuan
dan
berlakunya
tarif
untuk
dari
ketentuan
negara
perundingan
bukan
tarif
dan
diterapkannya
beberapa
aturan
GATT
di
antara
anggota-
khusus
negara-negara
sedang
Berkembang
di
tindakan
bersama
oleh
para
anggota
untuk
membantu
27
F. Penutup
Uraian di atas menyiratkan beberapa catatan berikut.
GATT sebagai aturan perdagangan yang dibuat pada tahun 1947
ternyata masih relevan bahkan masih terus relevan untuk masa yang
akan datang. Aturan dan prinsip yang diaturnya memuat aturanaturan yang dapat diterima oleh hampir banyak negara (meskipun
dari keanggotaannya masing-masing negara memiliki sistem hukum
yang
berbeda).
Khususnya
prinsip
non-diskriminasi
merupakan
dapat
memanfaatkannya,
khususnya
bagi
negara
sedang
meningkatkan
pemanfaatan
kekayaan
alam
dunia;
dan
memberi
aturan
yang
negara-negara
para
antara
pesertanya.
Bagi
GATT
hak
tampaknya
dan
negara
telah
kewajiban
sedang
bagi
berkembang,
meskipun
aturannya
tidak jelas dan tidak memberi muatan yang jelas, tetapi yang
penting aturan khusus untuk negara sedang berkembang sudah ada.24
Tujuan
penting
itu
menyiratkan
satu
hal
penting.
Tujuan
bersangkutan
memahami
aturan-aturan
GATT.
Pemahaman
yang
kekurang-pahaman
sulitnya
pemanfaatan
perdagangan
negara
aturan-aturan
aturan-aturan
yang
GATT
akan
tersebut
bagi
bersangkutan.
Artinya,
24
28
Daftar Pustaka
Departemen Perdagangan RI, GATT dan Uruguay Round, Seri Informasi
Perdagangan Internasional no. 14, 1993/1994.
Jackson, John H. Jackson, et.al., The Legal Problems of International
Economic Relations,.St Paul Minn.: West, 1995.
Jaenicke, Gunther, General Agreement om Tariffs and Trade (1946),
dalam Bernhard (ed)., Encyclopedia of Public International Law,
Instalment 5 (1983).
Long, Olivier, Law and Its Limitations in the GATT Multilateral Trade
System, Martinus Nijhoff Publishers, 1987.
Meerghaeghe, M.A.G. Van, International Economic
Netherlands: Kluwer, 1987.
WTO, The Roots of the WTO, No. Publ., 1996.
institutions,
The
BAB V
LETTER OF CREDIT DALAM HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
Perdagangan internasional terwujud karena adanya kesepakatan
antara penjual dan pembeli yang mereka tuangkan dalam kontrak.
Dalam kontrak ini biasanya mereka juga cantumkan bagaimana cara,
sistem atau klausul pembayarannya.
Sistem pembayaran ini merupakan salah satu hal yang penting
dalam transaksi perdagangan. Dalam transaksi dagang yang sifatnya
terbatas di mana penjual dan pembeli berada dalam wilayah atau
tempat
yang
dilakukan
sama,
secara
pembayaran
langsung.
dan
Lain
penyerahan
halnya
barang
dengan
dapat
perdagangan
lebih
pembiayaan
berjalan
(kredit)
lancar
bagi
dengan
jual-beli
tersedianya
barang
dalam
fasilitas
perdagangan
internasional.1
Dalam
perdagangan
Internasional,
pembeli
dan
penjual
terpisah oleh jarak yang jauh. Mereka juga acap kali memiliki
praktek pembiayaan yang berbeda di masing-masing negara.
Di samping itu pula, terdapat kepentingan para pihak yang
berbeda
dalam
perdagangan
internasional.
Penjual
berupaya
dan
Hans Van Houtte, The Law of International Trade, London: Sweet and
Maxwell, 1995, 257; Amir M.S., Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor
Impor, Jakarta: PPM, Edisi 2, Juli 2001, hlm. 2.
cara
Demikian
pembayaran
yang
juga
pembeli
bagi
akan
digunakan
mengalami
oleh
pembeli
kesulitan
untuk
Dalam
hal
ini
Bank
memberi
jaminan
kelaikan
kredit
pembiayaan
berbagai
sistem
dalam
yang
perdagangan
cukup
banyak
internasional.
tersebut,
Di
antara
berikut
adalah
komersial
jangka
pendek,
menengah
dan
panjang
pembiayaan
techniques),
terutama:
(Intenasional
factoring);
khusus
(i)
(ii)
(Particular
factoring
financing
internasional
Forfaiting;
dan
(iii)
adalah
kredit
berdokumen
ini
lebih
banyak
digunakan
menggunakan
kredit
berdokumen
ini
3
telah
lama
Pengaturannya pun
dengan
kontrak.
Penjual
(eksportir)
juga
tidak
akan
ini
dapat
menjadi
hambatan
bagi
perdagangan
internasional.
Namun dengan lahirnya sistem kredit berdokumen (documentary
credits),
yang
juga
dikenal
dengan
Letters
of
Credit
(L/C),
penting
sangat
penting
untuk
membayar
barang-barang
kaitannya
dengan
perdagangan
internasional,
L/C
penting
dalam
perdagangan
internasional.6
Pengadilan
dana
yang
disediakan
importir
untuk
membayar
barang impor;
Amir M.S., Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor, Jakarta: PPM,
Edisi 2, Juli 2001, hlm. 1 Ramlan Ginting, Letter of Credit: Tinjauan
Aspek Hukum dan Bisnis, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000, hlm 1.
(Ramlan Ginting menyebutkan pula bahwa L/C ini adalah primadona dalam
pembayaran transaksi ekspor-impor. Dari sini tergambar bahwa L/C
mempunyai fungsi sebagai suatu sistem pembayaran).
6
Chia-Jui Cheng (ed.), Clive M. Schmitthoff's Select Essays on
International Trade Law, London: Martinus Nijhoff Publ., 1988, hlm. 574.
7
Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 574.
suatu
memudahkan
instrumen
lalu
lintas
yang
ditawarkan
pembiayaan
dalam
bank
devisa
transaksi
untuk
dagang
internasional.
dan
pembeli
dalam
bertransaksi
dagang
secara
lintas
Amir M.S., Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor, Jakarta: PPM,
edisi 2, Juli 2001, hlm. 1; M. Rafiqul Islam, International Trade Law,
Sydney: LBC, 1999, hlm. 340-341.
9
Amir M.S., op.cit., hlm. 2.
10
Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 18
11
Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 18
b. Batasan
Hans van Houtte mendefinisikan kredit berdokumen ini sebagai
berikut:
"... an arrangement in which the bank, acting for and on
behalf of the buyer (customer), undertakes to pay the seller
(beneficiary) a sum of money or to accept a bill of exchange
drawn by the seller, or to authorize another bank to do so
on presentation by the seller of specified document and on
condition that all other credit terms are met."12
Amir M.S. menggambarkan L/C sebagai berikut:
"L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa
atas permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan
dan ditujukan kepada eksportir di luar negara yang menjadi
relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan
bahwa eksportir penerma L/C diberi hak oleh importir untuk
menarik wewel (surat perintah untuk melunasi utang) atas
importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebut dalam
surat
itu.
Bank
yang
bersangkutan
menjamin
untuk
megnakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik tersebut
asal sesuai dan memenuhi semua syarat yang tercantum di
dalam surat itu."13
UCP (Pasal 2 UCP 500) memberi definisi L/C sebagai berikut:
"L/C adalah janji membayar dari bank penerbit kepada
penerima yang pembayarannya hanya dapat dilakukan oleh bank
penerbit jika penerima menyerahkan kepada bank penerbit
dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C.14
12
Hans Van Houtte, 258. Definisi ini disarikan beliau dari batasan yang
terdapat dalam Pasal 2 the Uniform Customs and Practice for Documentary
Credits (UCP) yang berbunyi sebagai berikut: "Any arrangement, however
named or described, whereby a bank (the Issuing Bank), acting at the
request and on the instructions of a customer (the Applicant) or on its
own behalf,
(i) is to make a payment to or to the order of a third party (the
Beneficiary), or is to accept and pay bills of exchange (draft(s)) drawn
by the Beneficiary; or
(ii) authorises another bank to effect such payment, or to accept and
pay such bills of exchange (draft(s)); or
(iii) authorises another bank to negotiate;
against stipulated document(s), provided that the terms and conditions
of the Credit are complied with."
13
Amir M.S., op.cit., 2001, hlm. 1.
14
Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 11 (Ramlan Ginting juga memberikan
aneka definisi yang diberikan oleh para sarjana, op.cit., hlm. 11 dst.
Teks inggris Pasal 2 UCP berbunyi: "For the purposes of these articles,
the expressions "Documentary /credit(s)" and "Standby Letter(s) of
Credit" (hereinafter referred to as "Credit(s)", means any arrangement,
however, named or described, whereby a bank (the "issuing bank") acting
yang
disyaratkan
dapat
berupa
dokumen
pembayaran
(pembeli),
dan
sudah
tentu
pembayaran
itu
dilakukan
atas
dilaksanakan
nama
bila
Buyer
dokumen-
dokumen-dokumen
tersebut
mewakili
barang,
maka
atas
pemilikan
barang-barang
yang
dikapalkan
tersebut.
(e) Karena Kredit Dokumenter (L/C) merupakan jaminan bank, maka
segera
setelah
pembayaran
dari
pengapalan
Bank,
barang,
bukan
Seller
mengandalkan
akan
meminta
kemampuan
dan
antara
Seller
dan
Buyer
untuk
L/C
adalah
membuat
dan
penjualan
tersebut
biasanya
mencantumkan
pula
berdokumen
juga
konstruksi
internasional
investasi.16
Pasal
UCP
dikeluarkan
jangka
untuk
proyek-proyek
dan
proyek-proyek
panjang
memberlakukan
kredit
berdokumen
ini
terhadap bukan saja untuk barang tetapi juga terhadap jasa dan
bentuk-bentuk
lainnya
('services
and/or
other
performances'),
sendiri
L/C
adalah
sebagai
dokumen
suatu
kontrak.
Namun
demikian,
aplikasi
L/C,
bank
penerbit
(issuing
bank)
tidak
16
L/C
telah
terpenuhi.19
Hal
inilah
yang
disebut
juga
sebagai
19
20
Pada
umumnya,
para
pihak
yang
terlibat
dalam
pembukaan
kesepakatan
atau
perjanjian
tentang
permintaan
21
dokumen-dokumen
pengapalan
(bill
of
lading
atau
konosemen). Bank, jika menurutnya diperlukan, menahan dokumendokumen ini sampai klien telah membayar.22
(2) Bank Penerbit dan Penerima
Bank penerbit menandatangani L/C untuk kepentingan penjual.
L/C di dalamnya mengandung persyaratan dari Bank untuk membayar
atau menerima atau menegosiasikan suatu bill of exchange segera
setelah
dokumen
diperlihatkan.
L/C
yang
dipersyaratkan
menetapkan
tanggal
dalam
jatuh
kontrak
tempo
dan
dasar
tempat
23
negara-negara
Amerika
Serikat),
Common
hubungan
Law
(misalnya
hukum
antara
hukum
bank
Inggris
dan
penerbit
dan
24
prestasi
bank
bersifat
kontraktual,
maka
dalam
hal
menerima
usulan
tersebut.
Eksportir
atau
penjual
dapat
telah
membayar
sejumlah
uang
kepada
penerima
sesuai
dengan
(wesel)
mandatnya,
yang
atau
ditarik
telah
oleh
maka
ia
berhak
atas
penerima,
bank
penerus
seolah-olah
bertindak
bank
lain
menjadi
Confirming
Bank
(Bank
27
Hans Van Houtte, op.cit., 264; lihat pula Ramlan Ginting, op.cit.,
hlm. 89.
28
Hans Van Houtte, op.cit., 264; lihat pula Ramlan Ginting, op.cit.,
hlm. 92.
29
Hans Van Houtte, op.cit., 264.
e. Pembukaan L/C
1). Aplikasi (Application)
Segera setelah penjual dan pembeli menandatangani kontrak
penjualan.
Dalam
kontrak
tersebut
memuat
kesepakatan
bahwa
yang
harus
tercantum
dalam
formulir
aplikasi
terdiri dari:
(1) Nama dan alamat Beneficiary;
(2) Nama dan alamat pembeli/pemohon;
(3) Nilai
L/C
yang
dibuka
dengan
shipping
terms
yang
talah
disetujui (FOB/CIF/C&F);
(4) Jenis L/C (Revocable/Irrevocable);
(5) Syarat pembayaran (Sight/Usance);
(6) Uraian barang;
(7) Dokumen-dokumen yang diperlukan, baik jenis maupun jumlahnya;
(8) Masa
berlakunya
L/C
(Validity
of
the
Credit)
dengan
membuka
dan
penerima,
yang
isinya
menerbitkan
sesuai
L/C
benar
yang
dengan
ditujukan
apa
kepada
yang
telah
yang
ditambahkan
oleh
bank
penerbit
(1) Syarat
pengapalan,
seperti:
larangan
terhadap
penggunaan
tentang
endorsement
terhadap
dokumen-
pengiriman
dokumen,
ke
mana
dan
berapa
kali
pengiriman,.
3) Syarat-syarat L/C
L/C yang dibuka oleh suatu bank harus memenuhi syarat-syarat
umum yaitu:
(1) Menyebutkan nama dan alamat penerima dan pemohon dengan jelas;
(2) Menyebutkan masa berlakunya L/C;
(3) mencantumkan nama bank penerus (advising bank) yang dituju;
(4) Mencantumkan dengan tegas jenis L/C;
(5) Uraian barang harus jelas dan tegas;
(6) Ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat dalam L/C harus jelas
tidak berbelit-belit dan tidak mensyaratkan hal-hal yang tidak
mungkin dipenuhi oleh penerima (beneficiary); dan
(7) Menyatakan bahwa L/C tunduk pada UCPDC dengan mencantumkan
klausul yang berbunyi: This credit is subject to Uniform
Costums and Practice for Documentary Credit 1993 revision, ICC
Publication 500.
berdokumen
digunakan
untuk
membiayai
transaksi
sendiri
demikian,
dapat
guna
saja
mengatur
antara
Kredit
Dokumenter.
Dalam
hal
ditempuh.
Salah
adalah
dengan
mengacu
satu
pemecahan
kepada
yang
acapkali
prinsip-prinsip
ditempuh
hukum
perdata
juga
keinginan
agar
hukum
yang
mengatur
kredit
uraian
berdokumen
ini
di
atas,
adalah:
aturan
(1)
hukum
yang
mengatur
Ketentuan-ketentuan
Hukum
berikut
adalah
yang
biasanya
berlaku
dalam
praktek:
(a) Dalam hubungan antara nasabah dan bank penerbit (the issuing
bank), jika kesepakatan atau perjanjian kredit memuat klausul
pilihan hukum, maka hukum yang dipilih para pihaklah yang akan
berlaku terhadap kontrak.
30
Bila tidak ada hukum yang dipilih, maka hubungan hukum antara
nasabah dan bank penerbit (the issuing bank) pada umumnya
diatur oleh hukum di negara di mana 'the most characteristic
performance'
(pelaksanaan
kontrak
yang
paling
melaksanakan
performance
(prestasi)
berdomisi,
yaitu
penerus
(the
beneficiary),
maka
adivising
hukum
yang
bank)
berlaku
dan
penerima
adalah
hukum
(the
yang
33
dipilih mereka.
Bila tidak ada hukum yang dipilih, maka hukum yang berlaku
adallah hukum di negara di mana kredit tersebut dicairkan. Hal
ini adalah hukum di (negara) mana penerima (beneficiary) atau
penjual
menerima
dokumen
dan
menerima
pembayaran,
yaitu
bank)
diatur
oleh
hukum
di
mana
bank
penerbit
31
Ramlan Ginting, op.cit., hlm. 25; Hans Van Houtte, op.cit., 265.
Hans Van Houtte, op.cit., 264. Di negara-negara Common Law, penerapan
hukum perdata internasional menunjukkan bahwa dalam hubungan hukum antar
para pemohon (nasabah) dengan bank penerbit prinsip hukum perdata
interansional yang akan diterapkan adalah the law of the closest
connection and most real connection (Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm.
580.
33
M. Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 350 (mengaskan bahwa ... the parties
to the underlying transaction specify a choice of law and forum and
submit themselves to the law and jurisdictions of that country in the
case of a dispute); Lihat pula Ramlan Ginting, op.cit., 25.
34
Hans Van Houtte, op.cit., 265.
32
telah
menerbitkan
ketentuan
mengenai
kredit
merupakan
kodifikasi
dari
praktek-praktek
perdagangan
perkembangan
teknologi,
perkembangan
teknik
dan
500
memuat
ketentuan-ketentuan
dan
penjelasan
35
Kesepakatan
kesepakatan
ketentuan
para
dari
para
pihak
UCP.
pihak
dapat
Hal
tetap
berlaku.
Bahkan
mengenyampingkan
beberapa
aturan
manakala
mereka
ini
masih
dapat
terjadi
yang
mengatur
L/C.40
Dalam
kaitan
ini
Ellinger
menyatakan bahwa:
... it would appear advisable to regard the Code ... as being
applicable by reason of its incorporation in documentary
credit transaction. It would, thus, constitute a contractual
document and would not enjoy the status of a set of norms
consecreated by usage.41
(2) UCP
tidak
mengatur
masalah
penipuan
dalam
transaksi
L/C.
bank
penerbit
atau
kuasanya
untuk
menolak
melakukan
bahwa
hukum
nasional
terjadinya
negara-negara
yang
konflik
pun
mengatur
hukum,
kadang
kredit
UCP
tidak
kala
memiliki
berdokumen.
memuat
aturan
Dalam
aturan
hal
tegas
mengenai penyelesaiannya.
39
g. Klasifikasi L/C
(1). Jenis-jenis L/C.
(1) Revocable L/C
Jenis L/C dapat berupa Irrevocable L/C dan Revocable L/C.43
Menurut UCP, para pihak harus menegaska apakah suatu L/C adalah
Revocable atau Irrevocable.44
Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan
oleh
penerbit
secara
sepihak
tanpa
persetujuan
dari
pihak
or
cancelled
by
the
Issuing
Bank
at
any
moment
and
hal
ini,
kedudukan
penerima
lemah.
Ia
menanggung
resiko yang tidak ringan. Hal ini antara lain karena sifatnya,
maka L/C tersebut tiba-tiba dibatalkan atau diubah oleh penerbit.
Namun demikian UCP tetap melindungi penerima (bank penerima) yang
beritikad
membayar
baik.
L/C
Bank
penerima
(negotiating
bank)
kepada
penerima
sebelum
diberitahu
ia
yang
telah
adanya
penerbit.
Pembayaran
L/C
dapat
dilakukan
dengan
cara
(negotiation),
dan
pembayaan
kemudian
(deferred
ii.
43
44
45
for
any
payment,
acceptance
or
negotiation made by such bank prior to receipt by it
of notice of amendment or cancellation against
documents which appear on their face to be in
compliance with the terms and conditions of the
Credit;
reimburse another bank with which a revocable Credit
has been made available for deferred payment, if such
a bank has, prior to receipt by it of notice of
amndment or cancellation, taken up documents which
diubah
secara
disukai
oleh
sepihak,
maka
jenis
dan
bank
penerima
46
47
L/C
ini
(bank
yang
penerima
paling
yang
L/C
mendapatkan
adalah
konfirmasi
Irrevocable
sebuah
bank
apabila
L/C
pengkonfirmasi
tersebut
(Confirming
Jika
bank
penerbit
tidak
melakukan
pembayaran
atas
demikian
demikian
biasanya
dituliskan
dengan
korfirmasi
tersebut,
dan
jika
bank
yang
diminta
secara
tunai
segera
setelah
dokumen-dokumen
yang
pembayaran
dokoumen-dokumen
kepada
negotiating
pengapalan
yang
bank
dengan
diperlukan
menyerahkan
disertai
dengan
wesel/draf-nya.
Atas
pembayaran
(negotiating
bank)
yang
dilakukan,
segera
melakukan
maka
bank
penegosiasi
penagihan/reimbursement
pula
melakukan
dokumen tersebut.
pembayaran
pada
saat
menerima
dokumen-
Standby
L/C
merupakan
kewajiban
utama
dari
bank
penerima
(beneficiary)
setelah
berhasil
dibuktikan
48
L/C
ini
diatur
dalam
pasal
48
UCP.
Pasal
ini
menyatakan:
A transferable Credit is a Credit under which the
Beneficiary (First Beneficiary) may request the bank
authorised to pay, incur a deferred payment undertaking,
accept or negotiate (the Transferring Bank or in the case
of a freely negotiable Credit, the bank specifically
authorised in the Credit as a Transferring Bank, to make the
Credit available in whole or in part to one or more other
Beneficiary(ies) (Second Beneficiary(ies)).
53
54
pemohon.
Ia
bertanggung
jawab
penuh
terhadap
induk
dan
L/C
anak
masing-masing
terpisah,
meskipun
anak.
L/C
Induk
memiliki
jatuh
tempo
yang
lebih
lama
kredit
yang
55
L/C
ini
lebih
banyak
digunakan
jika
55
56
hal
Revolving
L/C
direalisasi
seluruhnya,
ditambahkan
dengan
nilai
berikutnya.
Dalam
hal
kumulatif,
maka
sisa
L/C
semula
bila
nilai
untuk
Non-kummulatif,
nilai
L/C
L/C
tersebut
pengapalan
sisa
tidak
L/C
yang
akan
periode
tidak
57
58
syarat-syarat
tertentu.
Misalnya,
dengan
uang
muka
kepada
penerima
sebelum
dokumen-dokumen
isinya
memungkinkan
penerima
menarik
pembayaran
L/C
di
60
muka.
59
George Curmi, op.cit., hlm. 134. Jenis yang sama dengan Red Clause
L/C adalah Green Clause L/C. Kedua jenis L/C ini pada prinsipnya adalah
sama. Hanya dalam Green Clause, biasanya bank mensyaratkan dokumendokumen tambahan yang membuktikan lebih kuat adanya barang yang
diperjual-belikan. Misalnya saja, tanda terima gudang barang, dsb.
(George Curmi, op.cit., hlm. 134).
60
Ramlan Ginting, op.cit., hlm. 47.
C. Penutup
Dari
uraian
di
atas
dapat
dikemukakan
beberapa
catatan
berikut:
(1) Kredit
berdokumen
pembayaran
yang
(L/C)
lahir
merupakan
dari
salah
praktek
satu
kebiasaan
instrumen
yang
sangat
peran
perdagangan
perbankan
dalam
internasional.
Peran
memfasilitasi
inilah
transaksi
yang
menjadikan
karena
kebiasaan
dagang.
Kebiasaan
dagang
yang
mungkin
dapat
pula
menjadi
masalah
adalah
bagaimana
UCP.
Sesuai
dengan
prinsip
hukum
perdagangan
61
Lihat
Bab
2
buku
internasional,supra.
ini
mengenai
subyek
hukum
perdagangan
DAFTAR PUSTAKA
Ademuni-Odeke, The Law of International Trade, London: Blackstone, 1999.
Amir M.S., Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor, Jakarta: PPM,
Edisi 2, Juli 2001.
Bugeja, John, "Trade Finance and Its Sources," dalam: Jonathan Reuvid
(ed.), The Strategic Guide to International Trade, Kogan Page,
1997.
Chia-Jui Cheng (ed.), Clive M. Schmitthoff's Select Essays on
International Trade Law, London: Martinus Nijhoff Publ., 1988.
Curmi, George, "Demand Guarantees and Contracts Bonds," dalam: Jonathan
Reuvid (ed.), The Strategic Guide to International Trade, Kogan
Page, 1997.
Ellinger, E.P., Letter of Credit, dalam: Norbert Horn and Clive M.
Schmitthoff (eds.), The Transnational Law of International
Commercial Transactions, Deventer: Kluwer, 1982.
Islam, Rafiqul M., International Trade Law, Sydney: LDC, 1999.
Ramlan Ginting, Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis,
Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000.
Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Ekspor Impor: International Trade
Financing. Seri Manajemen No. 3, Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka,
2001.
Van Houtte, Hans, The Law of International Trade, London: Sweet and
Maxwell, 1995.
BAB VI
E-COMMERCE MENURUT UNCITRAL MODEL LAW ON ELECTRONIC
COMMERCE 1996
A. Pengantar
Perkembangan
terlepas
dari
perdagangan
perkembangan
internasional
1
teknologi.
tidak
Karenanya
akan
pernah
dalam
upaya
semakin
nyata
dengan
lahirnya
e-commerce
(electronic
pimpinan
waktu
30
perusahaan
tahun,
30
Microsoft,
%
dari
menyatakan
transaksi
bahwa
dalam
penjualan
kepada
transaksi-transaksi
dalam
e-commerce
adalah
dan
cara-cara
komunikasi
lainnya.3
Pertukaran
data
dagang
perdagangan
menjadi
melalui
tidak
internet
lagi
signifikan.
digambarkan
juga
sebagai
Praktek
'final
melalui
e-commerce
ini
memiliki
beberapa
ciri
berikut:
(1) transaksi secara e-commerce memungkinkan para pihak memasuki
pasar global secara cepat tanpa dirintangi oleh batas-batas
negara;
(2) transaksi
secara
e-commerce
memungkinkan
para
pihak
melalui
(teknologi)
yang
e-commerce
sangat
keandalannya
bergantung
kurang
dijamin.
pada
sarana
Karena
itu
dagang
menjadi
lebih
efisien,
produktif
dan
bersaing;
(3) lebih memberi kecepatan dan ketepatan kepada konsumen;
(4) mengurangi biaya administratif;
(5) memperkecil masalah-masalah sebagai akibat perbedaan budaya,
bahasa dan praktek perdagangan;
(6) meningkatkan pendistribusian logistik;7 dan
(7) Memungkinkan
perusahaan-perusahaan
kecil
untuk
menjual
utamanya
aturan-aturan
hukum
adalah
yang
apakah
ada
ketentuan-ketentuan
dapat
mengakomodasi
atau
lahirnya
perlindungan
atau
keseimbangan
pengaturan
antara
khusus
masalah-masalah
tersebut
dapat
diuraikan
khususnya
mengenai
pembuktian
orisinalitas
data
kapan
kata
sepakat
telah
terjadi
dalam
transaksi-
pengesahan,
pengakuan
penerimaan,
penyimpanan
data
elektronik;
(5) masalah hilangnya wewenang bank sentral untuk mengawasi nilai
tukar
mata
uang
dan
penerimaan
pemerintah
dari
transaksi-
(6) masalah
rintangan-rintangan
kebijakan-kebijakan
(perdagangan)
(perdagangan)
transaksi-transaksi
e-commerce
negara
ini
dari
yang
menjadi
adanya
mengakibatkan
tidak
lancar
(terganggu).
Negara-negara
masalah-masalah
di
yang
dunia
lahir
menjadi
dari
semakin
sadar
transaksi-transaksi
tentang
e-commerce
transaksi-transkasi
e-commerce
menjadi
semakin
aturan-aturan
mengantisipasinya.
Namun
hukum
aturan
hukum
nasionalnya
nasional
untuk
tersebut
yang
menjadi
rintangan
cukup
serius
efektif
yang
terhadap
perdagangan
10
internasional.
Sebenarnya
ada
cara
dapat
ditempuh
negara-
(Sudah
barang
tentu
setelah
menempuh
cara-cara
atau
atau
organisasi
internasional
yang
berkpentingan
mengikat
negara.
Negara-negara
bebas
untuk
mengikuti
cukup
12
Commerce.
penting
yakni
UNCITRAL
Model
Law
on
Electronic
dapat
terhadap
pula
memberi
perkembangan
perkembangan
secara
signifikan
hubungan-hubungan
ekonomi
organisasi
internasional
yang
berkepentingan)
Digunakannya
Model
Law
dapat
membantu
negara-negara
di
Sebenarnya
masalah
hukum
organisasi
e-commerce
internasional
ini
tidak
yang
hanya
memperhatikan
UNCITRAL.
Berbagai
ini
dalam
agendanya
antara
lain
adalah
WTO,
Organization
(WIPO);
Kamar
Dagang
Internasional
Umum
PBB
mengesahkan
UNCITRAL
Model
Law
dengan
sebagai
dan
aturan
akibat
yang
dari
didasarkan
dasar
untuk
pesan-pesan
pada
mengatur
keabsahan,
elektronik
(electronic
penggunaan
komputer
dalam
perdagangan.14
Tujuan utama atau tujuan khusus dari Model Law ini adalah:
(1) memberikan aturan-aturan mengenai e-commerce yang ditujukan
kepada badan-badan legislatif nasional atau badan pembuat UU
suatu negara;
(2) memberikan
aturan-aturan
yang
besifat
lebih
pasti
untuk
15
13
"pesan
pengiriman
data
dan
melalui
cara-cara
seperti
EDI,
elektronik
penerimaan
elektronik,
electronic
mail,
(electronic
dan
optik
data
message)
penyimpananan
atau
telegram,
informasi
cara-cara
telex
atau
lainnya
telecopy.
tersebut
dapat
lahir
karena
adanya
hubungan-hubungan
ilustrasi
hubungan-hubungan
komersial
Model Law
(dagang)
yang
Law
mensyaratkan
aturan-aturannya.
penafsiran
Penafsiran
secara
tersebut
itikad
harus
baik
sesuai
dengan:
16
Dari struktur atau komposisi Bab yang diaturnya tampak sekilas bahwa
bab-bab UNCITRAL Model Law tidak lengkap. Khususnya bab terakhir yaitu
bidang-bidang khusus (specific areas), ternyata hanya memuat 1 bab saja
yaitu bab mengenai pengangkutan barang. Hal ini memang oleh perancang
Model Law sengaja dibuat demikian. Perancang Model Law sebenarnya
berharap bahwa di kemudian hari ada perkembangan pengaturan yang khusus
mengenai bidang-bidang lainnya. Sehingga Model Law memuat ketentuan
demikian. Lihat pula para. 11 dan 12 Guide to Enactment. Sebagai contoh
pada tahun 1998, UNCITRAL memasukkan pasal tambahan baru untuk pasal 5
yaitu pasal 5 bis.
17
Pasal 1 Model Law.
menyesuaikan
aturan-aturan
muatan
Model
Law
berdasarkan
menjadi
landasan
pengaturannya.
Dua
prinsip
pendekatan
functional
fungsinya
komunikasi
equivalence
sama)
elektronik
adalah
memiliki
approach
bahwa
(pendekatan
dokumen
fungsi
dan
dan
yang
komunikasi-
tujuan
yang
sama
20
technology
kenetralan
suatu
elektronik
diperlakukan
neutrality
teknologi)
sama
berarti
approach
bahwa
terhadap
(pendekatan
suatu
komunikasi
teknologi
komunikasi
18
Pada intinya muatan UNCITRAL Model Law memuat ketentuanketentuan umum berikut:
(1)
(2)
(3)
suata
data
elektronik
adalah
suatu
tulisan
untuk
tujuan
(5)
suatu
data
elektronik
merupakan
suatu
dokumen
asli
22
10
Law
meletakkan
aturan-aturan
hukum
mengenai
kapan
dari
pengaturan-pengaturan
ini
adalah
untuk
atau
memperbolehkan
dokumen-dokumen
elektronik
ini
a. Syarat Tertulis
Persyaratan hukum tertulis terpenuhi oleh adanya pesan data
ini apabila informasi yang terkandung di dalamnya dapat diakses
("accessible") setiap saat. Selain itu pula, pesan data tersebut
selanjutnya atau dapat digunakan dan dirujuk sebagai referensi
(bahan acuan) selanjutnya.25
b. Syarat Tanda Tangan
Persyaratan tanda tangan terpenuhi oleh adanya pesan data
apabila:
(1) si
pembuat
(originator)
dapat
mengenali
informasi
yang
11
(2) Metoda
tertentu
tersebut
dapat
diandalkan
dan
layak
untuk
(penampilan)
atau
26
hukum
dari
presentasi
jaminan
mengenai
integritas
informasi
pada
waktu
dapat
ditampilkan
kepada
suatu
pihak
yang
suatu
informasi
ditentukan
berdasarkan
pada
berbeda
disyaratkan
denga
untuk
dokumen-dokumen
transaksi-transaksi
asli
yang
tertentu,
pada
umumnya
misalnya
akte
mengenakan
persyaratan
minim
(minimum
requirement),
25
26
27
12
Law
pembuktian,
secara
tegas
pengadilan
menyatakan
nasional
tidak
bahwa
boleh
untuk
masalah
mempermasalahkan
telah
lama
mengakui
bukti-bukti
konvensional
yang
melalui
atau
media
syarat-syarat
retention)
dan
elektronik,
hukum
Model
mengenai
penampilannya
Law
meletakkan
penyimpanan
30
(kembali).
data
Kriteria-
28
13
(2) pesan data disimpan dalam format yang sama dengan semula,
dikirim
atau
diterima,
atau
dalam
bentuk
yang
dapat
tersebut
disimpan
guna
memungkinkan
atau
Bab
hubungan-hubungan
secara
ini
adalah
komersial
elektronik.
Dengan
untuk
dan
menciptakan
kepercayaan
tujuan
ini
kepastian
dalam
dalam
perdagangan
diharapkan
perdagangan
dari
elektronik
pengungkapan
tersebut.
offer
Masalahnya
dan
acceptance
adalah
melalui
penyampaian
sarana
kehendak
31
14
Law
dan
mengakui
kebebasan
kontrak
mereka
prinsip
otonomi
berkontrak.
melalui
para
Para
offer
pihak
dan
pihak
(party
berhak
acceptance
untuk
yang
32
(valid
kontrak
and
melalui
enforceable
e-commerce
33
contract).
adalah
sah
Penegasan
dan
tentang
pula
suatu
pernyataan
kehendak
atau
pernyataan
(originator)
dan
alamat
si
mempunyai akibat
penerima
(addressee)
hukum, keabsahan
dari
dan daya
mengikatnya (enforceability).34
32
15
pengakuan
terhadap
pesan
data
menjadi
relevan
manakala timbul masalah mengenai apakah suatu pesan data benarbenar dikirim oleh si pembuat asli (originator). Untuk menjawab
masalah ini Model Law memberi jawabannya dalam pasal 13.35 Pasal
ini menyatakan bahwa suatu pesan data dianggap berasal dari orang
yang membuatnya manakala:
(1) pesan data tersebut dikirim oleh: (a) pihak pembuat sendiri;
(b) orang yang memiliki wewenang atau kuasa untuk bertindak
atas
nama
pihak
originator
(pembuat
asli)
atau
(c)
suatu
asli
(originator)
untuk
mengoperasikannya
secara
otomatis;
(2) bahwa
pihak
persetujuan
penerima
mengenai
(addressee)
suatu
prosedur
sebelumnya
untuk
memberikan
memastikan
bahwa
metoda
yang
digunakan
oleh
pihak
originator
untuk
36
Bunyi pasal ini sebenarnya mengacu kepada pasal 5 dari Model Law
UNCITRAL mengenai transfer kredit internasional (UNCITRAL Model Law on
International
Credit
Transfer).
Pasal
ini
meletakkan
kewajibankewajiban dari pengirim dalam melakukan tansfer kredit. (Para. 83 Guide
to Enactment).
36
Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 429. Maksud utama pasal ini bukan untuk
menentukan siapa yang akan bertanggung jawab tetapi untuk memberi
kriteria mengenai pengiriman pesan-pesan data denga menetapkan suatu
praduga kapan suatu pesan data berasal dari pengirim asli (originator).
[CEK APA BENAR INI PENJELASANNYA, BUKANNYA MASUK KE FN No 35].
16
data
berasal/milik
pemilik
asli
yang
bermaksud
untuk
yang
aslinya
tersebut.
Namun
si
penerima
menjadi
tidak
berhak manakala:
(1) ia telah menerima pemberitahuan dari originator (pihak pembuat
asli) bahwa pesan datanya bukan berasal darinya, dan waktu
yang layak tidak digunakannya untuk pesan data; atau
(2) ia
mengetahui
atau
seharusnya
telah
mengetahui
dengan
pengirim
pesan
merupakan salinan.37
37
data
gagal;
atau
(c)
pesan
data
17
8. Pengakuan Penerimaan
Ketentuan mengenai pengakuan penerimaan suatu pesan data
semata-mata merupakan masalah persyaratan mengenai adanya bukti
bahwa offer telah diterima. Masalah ini bukan mengenai akibat
hukum dari adanya penerimaan suatu pesan data (dalam hal ini
adalah offer).38
Pihak
mengirim
originator
suatu
(addressee),
data
bahwa
dapat
atau
meminta
telah
penerimaan
pada
setuju
pesan
saat
dengan
data
atau
pihak
diakuinya
sebelum
penerima
dan
bahwa
Jika
pesan
pengakuan,
data
maka
dibuat
pesan
dengan
data
persyaratan
dianggap
mengenai
tidak
pernah
orginator
yang
belum
menerima
suatu
pesan
untuk
data
memenuhi
dianggap
jangka
belum
waktu
pernah
ini
akan
dikirim
dianggap
oleh
pihak
39
originator.
18
kita
maklumi
dalam
sistem
hukum
pada
umumnya,
transaksi
melalui
elektronik
ini
adalah
bahwa
salah satu pihak tidak tahu di mana pihak lainnya berada. Apa
yang diupayakan oleh Model Law di sini adalah bahwa lokasi di
mana sistem informasi berada tidaklah relevan. Model Law hanya
menyatakan bahwa kriteria obyektif untuk menentukan tempat adalah
tempat usaha para pihak. Oleh karena itu ketentuan pasal mengenai
waktu dan tempat tidak menjadi acuan bagi pengaturan dalam hukum
perdata internasional.40
Menurut pasal 15 Model Law, suatu pesan data dianggap telah
dikirim
informasi
ketika
di
pesan
luar
data
kontrol
tersebut
dari
memasuki
originator
suatu
atau
agen
sistem
yang
40
19
penerima,
maka
waktu
penerimaan
pesan
data
terjadi
dan
ini
tempat
berlaku
di
mana
meski
pesan
lokasi
data
dari
tersebut
sistem
yang
akan
adalah
tempat
usaha
dari
pihak
originator
dan
juga
si
penerima (addressee).42
Dalam hal terdapat lebih dari satu tempat usaha (place of
business),
tempat
usaha
adalah
tempat
yang
memiliki
hubungan
41
42
20
pesan
data
melalui
sistem
komunikasi
komputer
ditekankan
di
sini
bahwa
bagian
dua
ini
sifatnya
aturan-aturan
mengenai
persyaratan
tertulis,
tanda
pemberitahuan
lainnya
mengenai
pelaksanaan
kontrak;
(9) upaya
untuk
mengirim
barang
kepada
orang
yang
telah
43
Model Law menyatakan: ... Part two of the Model Law does not in any
way limit or restrict the field of application of the general
provisions of the Model Law. (Para. 109 Guide to Enactment).
21
(10) hal-hal lain yang terkait dengan hak atas barang, hak dan
kewajiban berdasarkan kontrak.44
11. Dokumen Pengangkutan (Bill of Lading)
Pasal
17
memuat
aturan-aturan
untuk
memfasilitasi
pengangkutan
lainnya
di
samping
pengangkutan
laut.
Law
mengakui
dokumen-dokumen
pengangkutan
secara
khusus
di
sini
baru
atau
hanya
dokumen
pengangkutan
Model
dari
Law
kata
masih
yang
digunakannya,
melihat
adanya
yaitu
kemungkinan
areas,
jelas
pengaturan-
44
22
secara
aktif
merancang
aturan-aturan
untuk
tanda
tangan
bulan
mempersiapkan
Februari
1997,
aturan-aturan
'Certifying
Authority'
UNCITRAL
mengenai
(CA
atau
Working
'digital
Group
telah
signature'
pejabat
atau
dan
lembaga
signature
adalah
sejumlah
karakter
alphanumerik
ini
"cryptography"
masih
dipandang
cara
terbaik
untuk
telah
digunakan
secara
umum.
Penggunaannya
Pada
prinsipnya
Cryptography
mengubah
cara
kerja
informasi
cryptograhy
menjadi
sederhana
kode.
Pengirim
membuka
mengirim-menerima
kode
code,
tersebut
untuk
dilakukan
dapat
dengan
membacanya.
menggunakan
Dalam
kunci.
dan
untuk
kunci
mengkonfirmasi
digunakan
digital
untuk
signature
menerjemahkan
(kunci
data
privat
atau
private
keys).
Kunci lainnya, yaitu kunci publik (public keys), digunakan
untuk meverifikasi suatu tanda tangan digital dari pesan yang
kembali ke bentuk aslinya (public key).48
46
23
b. Certification Authority
Certification
Authority
(CA)
adalah
konsep
yang
baru
berkembang, yakni suatu provider jasa pihak ke-3 yang netral dan
independen. CA mengeluarkan serifikat 'untuk menghubungkan suatu
kunci dengan si penandantangan. CA juga bertugas mendaftarkan
suatu
public
key
bersama-sama
dengan
nama
dari
pelanggan
dimulainya
diskusi
secara
umum
mengenai
isu
yang
dibahas, Working Group mempersiapkan teks-teks mengenai aturanaturan seragam pada akhir 1997. Aturan-aturan hukum seragam ini
disahkan oleh Working Group pada sidangnya yang ke-32 di Wina
pada tangggal 19-30 Januari 1998. UNCITRAL mengesahkannya pada
sidangnya yang ke 31 di New York, pada tanggal 1 - 12 Juni 1998.
Aturan-aturan hukum seragam ini antara lain mengatur ruang
lingkup berlakunya aturan (Bab I), tanda tangan elektronik (Bab
2),
pejabat
sertifikasi
dan
isu-isu
terkait
(Bab
3),
dan
49
24
D. Penutup
UNCITRAL telah menempuh suatu pendekatan fungsional dalam
Model Law. UNCITRAL tidak menempuh upaya menyusun kembali aturanaturan
yang
ada
untuk
mengakomodasi
e-commerce.
Namun
yang
Misalnya,
masalah
integritas
dan
keaslian
samping
penggunaan
cryptography,
sebenarnya
apa
yang
data.51
pesan
semata-mata
menetapkan
Endeshaw
legal
mentakan
bahwa
recognition
Model
of
Law
data
ini
message
UU-nya
mengenai
perdagangan
secara
e-commerce
ini
Law
ini.
Termasuk
antara
lain
Amerika
Serikat
dalam
Act,
dan
the
Malaysia
Danish
telah
Bill
for
mengundangkan
an
Act
on
Digital
perundang-undangannya
mengenai electronic commerce dan tanda tangan digital. Negaranegara lainnya telah pula mempertimbangkan UU nasionalnya untuk
bidang electronic commerce dan tanda tangan digital ini. Sejak
bulan
Oktober
elektronik-nya
1997,
di
Inggris
pasar
telah
modalnya
memperkenalkan
(Stock
Exchange).
perdagangan
Di
Jerman
50
25
Salah
satu
tantangan
yang
dihadapi
Indonesia
adalah
saksi-saksi;
(3)
persangkaan-persangkaan;
(4)
pengakuan;
dan (5) bukti sumpah.54 Bukti data elektronik hingga tulisan ini
dibuat belum ada pengakuan.55
Sebagai
perbandingan,
negara
berkembang
lainnya
adalah
(visually
recorded).
Dalam
pengertian
tersebut
yang
53
26
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Munir, Cyber Law: Policies and Challenges, Malaysia,
Singapore, Hong kong: Butterworths Asia, 1999.
Danrivanto Budhijanto, Aspek Hukum Digital Signature dan
Certification
Authority
dalam
Transaksi
E-Commerce,
dalam: Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. (eds.), Cyber Law:
Suatu Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
Endeshaw, Assafa, Internet and Ecommerce Law, Singapore: prentice
Hall, 2001.
Isis Ikhwansyah, Prinsip-prinsip Universal Bagi Kontrak Melalui
E-Commerce dan Sistem Hukum pembuktian Perdata dalam
Teknologi Informasi, dalam: Mieke Komar Kantaatmadja,
et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: Elips,
2002.
Islam, Rafiqul, International Trade Law, London: LBC, 1999.
Mieke Komar Kantaatmadja, Pengaturan Kontrak Untuk Perdagangan
Elektronik (E-Contracts), dalam: Mieke Komar Kantaatmadka,
et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: Elips,
2002.
Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu
Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce with Guide to
Enactment, 1996, with additional Article 5 bis as adopted in
1998.
BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengantar
Transaksi-tansaksi
atau
hubungan
dagang
banyak
bentuknya.
sengketa-sengketa
dagang
kerap
didahului
oleh
sengketa
baik
kepada
pengadilan
maupun
ke
pihak.
suatu
Langkah
perjanjian
yang
atau
biasa
ditempuh
memasukkan
adalah
suatu
dengan
klausul
membuat
penyelesaian
yang
akan
menangani
sengketa
adalah
kesepakatan
para
pada
waktu
kontrak
ditandatangani
atau
setelah
sengketa
timbul.
Biasanya pula kelalaian para pihak untuk menentukan forum ini
akan
berakibat
pada
kesulitan
Karena,
dengan
adanya
menjadi
alasan
yang
dalam
kekosongan
kuat
bagi
penyelesaian
pilihan
setiap
forum
forum
sengketanya.
tersebut
untuk
akan
menyatakan
Lazimnya
konsep
'long
dalam
arm'
sistem
hukum
jurisdiction.
(Common
Dengan
Law)
dikenal
konsep
ini,
dengan
pengadilan
tersebut
Serikat
para
keterkaitan
tipis
dan
pihak
sekali.3
Inggris
serahkan
sengketa
Misalnya,
kerapkali
selalu
kehadapannya
dengan
badan
badan
menerima
meskipun
peradilan
peradilan
di
sengketa
hubungan
sangatlah
atau
kecil.
pula
menyerahkan
sengketanya
kepada
cara
alternatif
alternatif
pengadilan.
di
sini
Bisa
juga
dapat
berupa
berarti
cara
alternatif
altrnatif
di
penyelesaian
pula
dalam
klausul
tersebut
dimasukkan
atau
3
Bandingkan pula dengan prinsip hukum di Indonesia, bahwa badan peradilan
tidak boleh menolak setiap sengketa yang dibawa ke hadapannya.
4
Gerald Cooke, op. cit., p. 194.
5
Gerald Cooke, op. cit., p. 194.
6
Penulis berpandangan pada yang luas ini. Kata alternatif mencakup semua
alternatif penyelesaian sengketa yang dapat digunakan para pihak,
termasuk di dalamnya pengadilan.
perdagangan
individu,
dll.
pembahasan
internasional,
Dalam
dibatasi
individu)
dan
uraian
pada
negara.
yaitu
negara,
berikut,
pihak
Karena
para
pihak
pedagang
sifat
perusahaan
yang
(badan
dari
menjadi
hukum
hukum
atau
atau
perdagangan
Sengketanya
diselesaikan
melalui
berbagai
cara.
Cara
dan
kebebasan
akan
pula
menentukan
forum
kebebasan
pula
yang
akan
menentukan
hukum
apa
yang
akan
kesepakatan
kesepakatan
Biasanya
dan
batas-batas
dan
kebebasan
kebebasan
tersebut
tersebut.
tersebut
adalah
ada
tidak
Sudah
barang
batas-batasnya.
melanggar
UU
dan
ketertiban umum.
Ad.2. Sengketa antara pedagang dan negara asing
Sengketa
kekecualian.
antara
pedagang
Kontrak-kontrak
dan
negara
dagang
antara
juga
bukan
pedagang
merupakan
dan
negara
jumlah
(nilai)
yang
kontrak-kontrak
relatif
besar.
pembangunan
Termasuk
(development
di
dalamnya
contracts).
adanya
konsep
imunitas
ini,
suatu
negara
dalam
situasi
akan
pernah
dapat
diuji
atau
diadili
di
hadapan
badan
peradilan.
Konsep kedua, jure gesiones, yaitu tindakan-tindaka negara di
bidang
keperdataan
seperti
itu
kapasitasnya
Sehingga
tidak
atau
dagang.
lain
adalah
seperti
Karena
tindakan-tindakan
tindakan-tindakan
orang-perorangan
tindakan-tindakan
itu,
seperti
(pedagang
itu
dapat
negara
atau
dianggap
dalam
privat).
sebagai
tindakan-tindakan
seperti
itu
yang
kemudian
menimbulkan
negara-negara
yang
mengajukan
bantahannya
bahwa
sebagai
pihak
dalam
sengketa
bisnis,
biasanya
ditolak.
prinsip-prinsip
mengenai
penyelesaian
sengketa
perdagangan
internasional.
1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus)
Prinsip kesepakatan para pihak merupakan prinsip fundamental
dalam
penyelesaian
sengketa
perdagangan
internasional.
Prinsip
ini
pula
penyelesaian
sengketa
prinsip
sangat
ini
dapat
menjadi
yang
sudah
esensial.
dasar
apakah
berlangsung
Badan-badan
suatu
proses
diakhiri.
peradilan
Jadi
(termasuk
bahwa salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak berupaya
menipu, menekan atau menyesatkan pihak lainnya;
(2)
bahwa
perubahan
kesepakatan
kesepakatan
atas
kedua
atau
kesepakatan
belah
revisi
pihak.
terhadap
harus
berasal
Artinya,
muatan
dari
pengakhiran
kesepakatan
harus
penting
kedua
adalah
prinsip
dimana
para
pihak
Law
on
International
Commercial
Arbitration.
Pasal
ini
haruslah
berdasarkan
pada
kebebasan
para
pihak
untuk
memilihnya.9
3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum
Prinsip penting lainnya adalah prinsip kebebasan para pihak
untuk
menentukan
sengketanya
terhadap
sendiri
hukum
diselesaikan)
pokok
sengketa.
apa
oleh
yang
badan
Kebebasan
akan
diterapkan
peradilan
para
pihak
untuk
(bila
(arbitrase)
menentukan
terakhir
ini
adalah
sumber
di
mana
pengadilan
akan
kelayakan
suatu
penyelesaian
sengketa.
Contoh
kebebasan
memilih ini yang harus dihormati oleh badan peradilan adalah pasal
28
ayat
(1)
UNCITRAL
Model
Law
on
International
Commercial
Arbitration:
The arbitral tribunal shall decide the dispute in accordance
with such rules of law as are chosen by the parties as
applicable to the substance of the dispute. Any designation
of the law or legal system of a given State shall be
construed, unless otherwise expressed, as directly referring
to the substantive law of that State and not to its conflict
of laws rules.
itikad
fundamental
dan
baik
paling
dapat
sentral
dikatakan
dalam
sebagai
penyelesaian
prinsip
sengketa.
Pertama,
prinsip
itikad
baik
disyaratkan
untuk
mencegah
dikenal
dalam
hukum
(perdagangan)
internasional,
yakni
negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan atau caracara pilihan para pihak lainnya.11
5. Prinsip Exhaustion of Local Remedies
Prinsip Exhaustion of Local Remedies sebenarnya semula lahir
dari
prinsip
merumuskan
hukum
pengaturan
Internasional
PBB
kebiasaan
mengenai
(International
internasional.
prinsip
Law
ini,
Commission)
Dalam
upayanya
Komisi
Hukum
memuat
aturan
sebelum
para
pihak
mengajukan
internasional,
maka
langkah-langkah
sengketanya
penyelesaian
ke
pengadilan
sengketa
yang
dahulu
ditempuh
(exhausted).
Dalam
sengketa
the
12
penyelesaian
sengketa
dalam
hukum
perdagangan
tersebut
(inquiry),
hukum
adalah
mediasi,
atau
negosiasi,
konsiliasi,
melalui
penyelidikan
arbitrase,
pengadilan,
atau
fakta-fakta
penyelesaian
cara-cara
melalui
penyelesaian
sengketa
di
atas
telah
dikenal
dalam
berbagai
bagian
sistem
integral
hukumnya.
dari
penyelesaian
Misalnya,
hukum
sengketa
nasional
yang
Ri
diakui
yang
dapat
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa.
Negara
lainnya
adalah
15
konsiliasi,
penyelidikan
fakta
pengadilan
(inquiry)
atau
dan
arbitrase.
cara-cara
lainnya
Sedangkan
yang
para
14
Cf., pasal 33 Piagam PBB: The parties to any dispute, the continuance
of which is likely to endanger the maintenance of international peace and
security, shall, first of all, seek a solution be negotiation, enquiry,
mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement, resort to
regional agencies or arrangements, or other peaceful means of their own
choice. (Huruf tebal oleh kami).
15
Gerald Cooke, op.cit., hlm. 200.
16
W. Poeggel and E. Oeser, "Methods of Diplomatic Settlement," dalam
Mohammed Bedjaoui (ed)., International Law: Achievements and Prospects,
Paris: UNESCO and Martinus Nijhoff, 1991, hlm. 514.
10
setiap
hari
oleh
negosiasi
ini
tanpa
adanya
publisitas
atau
mengawasi
penyelesaiannya
18
para pihak.
prosedur
pun
penyelesaian
didasarkan
pada
sengketanya.
kesepakatan
atau
Setiap
konsensus
19
permasalahan-prmasalahan
yang
timbul
di
antara
para
bagi
para
pihak
untuk
menyelesaian
sengketanya
melalui
21
negosiasi ini.
17
11
pendiriannya.
Keadaan
ini
dapat
mengakibatkan
proses
22
di
pelaksanaan
dalamnya
perlu
negosiasi,
dibedakan
prosedur-prosedur
sebagai
berikut:
yang
pertama,
penyelesaian
sengketa
oleh
para
pihak
(dalam
arti
negosiasi).
12
2. Mediasi
Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga.
Ia bisa individu (pengusaha) atau lembaga atau organisasi profesi
atau
dagang.
negosiasi.
netral
Mediator
Biasanya
berupa
ia
ikut
serta
dengan
mendamaikan
para
secara
kapasitasnya
pihak
aktif
dalam
sebagai
dengan
proses
pihak
memberikan
yang
saran
penyelesaian sengketa.23
Usulah-usulan penyelesaian melalui mediasi dibuat agak tidak
resmi
(informal).
informasi
yang
Usulan
ini
diberikan
dibuat
oleh
berdasarkan
para
pihak.
informasiBukan
atas
24
penyelidikannya.
solusi
(penyelesaian),
mengidentifikasi
hal-hal
yang
yang
diberikan
oleh
mediator,
sampai
kepada
Cooke
menggambarkan
kelebihan
mediasi
ini
sebagai
berikut:26
23
13
juga
dengan
benar
mengingatkan
bahwa
penyelesaian
sepakat
namun
mereka
untuk
tidak
menyelesaikan
wajib
atau
senketanya
harus
melalui
menyelesaikan
mendiasi,
sengketanya
melalui mediasi.
Manakala para pihak gagal menyelesaikan sengketanya melalui
mediasi, mereka masih dapat menyerahkan ke forum yang mengikat
yaitu penyelesaian melalui hukum, yaitu pengadilan atau arbitrase.
14
3. Konsiliasi
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini
adalah
melibatkan
secara
damai.
pihak
ketiga
untuk
dan
mediasi
Konsiliasi
menyelesaikan
sulit
untuk
27
sengketanya
dibedakan.
Namun menurut
badan
Komisi
yang
disebut
konsiliasi
(sementara)
persyaratan
bisa
yang
dengan
yang
sudah
berfungsi
penyelesaian
yang
badan
atau
komisi
terlembaga
untuk
atau
menetapkan
diterima
oleh
para
konsiliasi.
ad
hoc
persyaratanpihak.
Namun
secara
tertulis)
diserahkan
kepada
badan
konsiliasi.
konsiliasi
disertai
akan
dengan
menyerahkan
kesimpulan
laporannya
dan
kepada
usulan-usulan
para
pihak
penyelesaian
27
28
29
30
oleh
Bank
Dunia
untuk
menyelesaikan
sengketa-sengketa
15
Proceedings
(Conciliaiton
Rules).31
Namun
dalam
kasus.
Kasus
pertama
diterima
pada
Oktober
1982.
(Jadi
and
diselesaikan
Tobago
pada
diterima
tahun
1985
tahun
setelah
1983.32
para
Kasus
pihak
ini
berhasil
sepakat
untuk
31
Cf. I. Seidl-Hohenveldern,
"General Course on Public International
Law," 198 Recueil des Cours 198 (1986): Sanson, op.cit., hlm. 132-133.
32
ICSID Case No. CONC/83/1.
33
Huala Adolf, The Settlement of Investment Disputes under the ICSID
Arbitration, Thesis, Department of Law, Sheffield University, 1995, hlm.
1.
16
4. Arbitrase.34
a. Mengapa Arbitrase Dipilih?
Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada
pihak
ketiga
arbitrase
yang
netral.
terlembaga
atau
Pihak
ketiga
arbitrase
ini
sementara
bisa
(ad
individu,
hoc).
Badan
banyak
digunakan
dalam
menyelesaikan
sengketa-sengketa
alasan
utama
mengapa
badan
arbitrase
ini
semakin
adalah
sifat
kerahasiaannya.
Baik
kerahasiaan
mengenai
penyelesaian
kebebasan
untuk
melalui
memilih
arbitrase,
hakimnya
para
(arbiter)
pihak
yang
memiliki
menurut
34
Pembahasan mengenai hal ini lihat lebih lanjut antara lain: Huala
Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta: Rajawali Pers, cet.2.,
1994; Huala Adolf, Hukum Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta:
Rajawali pers, 1994.
17
lainnya
dimungkinkannya
dari
para
badan
arbiter
arbitrase
untuk
ini
menerapkan
adalah
sengketanya
New
York
1958
mengenai
Pengakuan
dan
Pelaksanaan
37
tertentu,
termasuk
arbitrase,
termuat
dalam
klausul
istilah
Istilah
tersebut
choice
of
mengandung
forum
pengertian
berarti
pilihan
yang
cara
agak
untuk
35
choice
of
jurisdiction
berarti
pilihan
tempat
dimana
Namun dalam praktek, dewan arbitrase yang menangani kasus, peranan ahli
hukum tetap minimal ada dalam komposisi dewan. Misalnya, dalam kasus
terkenal dalam GATT, yaitu the DISC, Panel GATT yang mengadili kasus ini
terdiri dari 2 orang ahli ekonomi dan seorang ahli hukum. Peranan ahli
hukum bagaimana pun juga tetap signifikan dalam proses beracara,
penentuan hak dan kewajiban para pihak dan penentuan prinsip-prinsip
hukum dalam suatu sengketa.
36
Hans Bagner, op.cit., hlm. 173.
37
Indonesia meratifikasi Konvensi New York 1958 dengan Keppres Nomor 34
tahun 1981.
18
suatu
melalui
perjanjian
sengketa
pembuatan
sebelum
yang
suatu
sengketanya
telah
lahir.
klausul
lahir
Alternatif
arbitrase
lainnya,
dalam
(klausul
arbitrase
arbitration
clause
suatu
atau
arbitration clause).
Baik
submission
clause
atau
harus
Sengketa.
Dalam
instrumen
hukum
internasional,
menerima
suatu
sengketa
yang
di
dalam
kontraknya
38
19
Peran
arbitrase
difasilitasi
oleh
adanya
lembaga-lembaga
of
Arbitration
of
the
International
Chamber
of
Commerce
samping
kelembagaan,
pengaturan
arbitrase
sekarang
ini
bagi
banyak
negara
di
dunia,
yaitu
Model
Law
on
40
20
pihak.
Dalam
klausul
tersebut
biasanya
ditegaskan
bahwa
untuk
menyerahkan
sengketanya
kepada
suatu
pengadilan
ditekankan
di
sini,
WTO
hanya
menangani
sengketa
antar
Court
of
Justice).
Namun
penyerahan
sengketa
ke
41
Court
of
Justice).
sengketa-sengketa
Peranan
ekonomi
Mahkamah
(termasuk
dalam
perdagangan),
21
menurut
Mann,
'suram'.43
sangatlah
Selama
berdiri
(sejak
1945)
kasus
di
bidang
ekonomi
internasional,
yakni
the
ELSI
Case
The
Barcelona
Traction
adalah
sengketa
terkenal.
pembangunan
dan
pengadaan
tenaga
listrik
Spanyol
memutuskan
di
Spanyol.
Pada
tahun
1968,
pengadilan
perusahaan
dalam
rangka
kepailitan
tersebut.
Pemerintah
Kanada
warga
negaranya.
ternyata
pemegang
dimiliki
warga
saham
negara
Masalahnya
mayoritas
Belgia,
yaitu
dalam
menjadi
rumit
perusahaan
sebesar
88
%.
karena
tersebut
Pemerintah
untuk
membawa
kasus
ini.
Dalam
putusannya,
Mahkamah
F.A.
ini
Mann
menyatakan
'suram',
pada
'hasil
dasarnya
kerja'
karena
dua
Mahkamah
alasan.
43
duduk
perkaranya.
Kedua,
kurangnya
keahlian
atau
22
perdagangan
hukum
internasional
perdagangan
dewasa
internasional
ini
peranan
non-negara
juga
penting.48
Bentuk kedua adalah pengadilan ad hoc atau pengadilan khusus.
Dibandingkan dengan pengadilan permanen, pengadilan ad hoc atau
khusus ini lebih populer, terutama dalam kerangka suatu organisasi
perdagangan internasional. Badan pengadilan ini berfungsi cukup
penting
dalam
menyelesaikan
sengketa-sengketa
yang
timbul
dari
adanya
sengketa
badan-badan
ekonomi
panel
internasional
yang
menyelesaikan
antar
sengketa-
negara-negara
anggota
GATT/WTO.
Faktor penting yang mendorong negara-negara untuk menyerahkan
sengketanya kepada badan-badan peradilan seperti ini adalah karena
hakim-hakimnya yang tidak harus seorang ahli hukum. Ia bisa saja
seorang ahli atau spesialis mengenai pokok sengketa. Kedua, adanya
perasaan dari sebagian besar negara yang kurang percaya kepada
suatu badan peradilan (internasional) yang dianggap kurang tepat
untuk
menyelesaikan
sengketa-sengketa
dalam
bidang
perdagangan
internasional.50
47
23
peradilan
termasuk
arbitrase
adalah
salah
satu
masalah
hukum
adalah
hukum
terutama
yang
bagi
berlaku
badan
ini
peradilan
menjadi
bahwa
penentu
ia
telah
otomatis
yang
berwenang
menyelesaikan
sengketanya.
Yang
24
hukum
nasional
suatu
negara
tertentu.
Biasanya
hukum
salah
satu
hukum
nasional
tersebut,
biasanya
kemudian
adalah
menerapkan
prinsip-prinsip
kepatutan
dan
para
pihak
ini
tampaknya
sudah
menjadi
prinsip
praktek
para
pelaku
bisnis
atau
pedagang
melihat
Prinsip
inilah
yang
antara
lain
melahirkan
25
Cooke,
kebebasan
para
pihak
ini
pun
akan
banyak
salah
satu
pihak
atau
kedua
pihak).
Tidak
sekedar
hanya
55
26
yang
menekankan
berlaku
terhadap
bahwa
arbitrator
kontrak.
atau
UU
Nomor
badan
30
tahun
arbitrase
1999
harus
atau
mensyaratkan
bahwa
hukum
yang
akan
diterapkan
tegas
menyatakan
bahwa
badan
arbitrase
harus
menerapkan
1999
ini
perlu
disempurnakan
dengan
mengacu
atau
3.
Bedanya
adalah,
UU
nasional
kita
tidak
tegas
bahwa
27
pasal
kebebasan...').
kebebasan
56
hanya
Rumusan
untuk
menyebut:
ini
memberikan
tidak
'Dalam
tegas
hal
arbiter
diberi
siapa
yang
memberi
putusan
berdasarkan
keadilan
manakala
para
tidak
dan
kepatutan.
Ketiga,
hukum
yang
nasional
adalah
akan
kita
masalah
berlaku
dan
Model
terhadap
Law
pihak
kontrak.
memuat
Dalam
aturan
yang
hal
memilih
ini,
UU
berbeda.
UU
Arbitrase
dan
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
menyebutkan,
badan
arbitrase
harus
menerapkan
hukum
tempat
arbitrase
dilakukan.
Sedangkan Model Law menyatakan bahwa apabila para pihak tidak
memilih hukum, maka badan arbitrase atau arbitrator harus mengacu
kepada
perdata
hukum
yang
ditentukan
internasional
berdasarkan
(conflict
of
laws
aturan-aturan
rules)
yang
hukum
oleh
28
dibuat
di
luar
negeri)
hingga
kini
masih
menjadi
suatu
masalah yang tidak mudah. Hal ini disebabkan karena pihak yang
kalah
di
dalam
suatu
sengketa
tidak
jarang
merasa
keberatan
negeri
pelaksanaan
tersebut
putusan
yang
diharapkan
ternyata
kurang
dapat
membantu
memberikan
proses
respon
yang
konstruktif.
Masalah ini pula yang saat ini menjadi ciri utama kelemahan
dari
putusan-putusan
penyelesaian
sengketa
oleh
badan-badan
bagian
ini,
uraian
akan
melihat
secara
singkat
sengketa
melalui
alternatif
penyelesaian
sengketa (APS) memiliki risiko yang cukup tinggi dalam hal pihak
yang
kalah
Pelaksanaan
itikad
baik
tidak
mau
melaksanakan
putusan
melalui
para
pihaknya.
APS
putusan
lebih
Hal
ini
banyak
yang
dikeluarkan.
bergantung
semata-mata
kepada
karena
sifat
dibuat
berupaya
agar
akan
di
menjadi
luar
putusan
lebih
negeri.
APS
dapat
sulit
Upaya
apabila
pihak
yang
dilaksanakan
putusan
APS
menang
yang
semakin
sangat
bergantung kepada itikad baik ini. Tidak ada kepastian hukum kapan
dan apakah pihak yang kalah mau melaksanakan putusan APS tersebut.
57
Hans Van Houtte, The Law of International Trade, London: Sweet and
Maxwell, 1995, p. 369.
29
masyarakat
internasional
dalam
mengurangi
dan
Waktu
Jenewa
itu
masyarakat
tentang
Pengakuan
internasional
dan
mengeluarkan
Pelaksanaan
Putusan
Konvensi
Arbitrase.
timbulnya
konvensi-konvensi
New
York
seperti
hanya
1958
ini
Konvensi
internasional
ini.
tidak
mengatur
Masalahnya
mengatur
hal-hal
internasional
pelaksanaannya
masalah
pada
merupakan
umumnya,
adalah
ini
saja.
ibarat
oleh
Dalam
dari
Konvensi
internasional
yang
detail.
lingkup
Undang-undang
Peraturan
refleksi
termasuk
konvensi
peraturan-peraturan
pokoknya
dijabarkan
ini
nasional,
Pokok
Pemerintah,
Ia
yang
Keputusan
of
Foreign
Arbitral
Awards)
ditandatangani
10
Juni
1958 di kota New York. Konvensi New York mulai berlaku pada 2 Juni
1959.
58
Konvensi
ini
hanya
mensyaratkan
tiga
ratifikasi
agar
Lihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Karl Heinz Boockstiegel yang
menyimpulkan sebagai berikut: if we now turn to the enforcement of
arbitration awards ... the information collected shows many variations
between national laws. (Karl Heinz Bockstiegel, Arbitration and State
Enterprises, KlUwer Law and Taxation Publishers, 1989, h1m. 50).
30
mengandung
16
pasal.
Dari
pasal-pasal
ini
dapat
ini
menerapkan
prinsip
pengakuan
dan
pelaksanaan
ini
menghindari
proses
pelaksanaan
ganda
(double
enforcement process).
(4) Konvensi New York mensyaratkan penyederhanaan dokumentasi yang
diberikan oleh pihak yang mencari pengakuan dan pelaksanaan
putusan. Dalam hal ini Konvensi hanya mensyaratkan dua dokumen
saja untuk dapat melaksanakan suatu putusan, yaitu: (a) Dokumen
putusan atau salinannya yang sah dan (b) dokumen perjanjian
arbitrase atau salinannya yang sah (pasal IV).60
(5) Konvensi New York lebih lengkap dan komprehensif daripada hukum
nasional pada umumnya. Konvensi New York di samping mengatur
pelaksanaan,
juga
mengatur
pengakuan
(recognition)
terhadap
61
adalah
anggota
Konvensi
New
York
dengan
aksesi
Agustus 1981.
59
31
pelaksanaan
putusan
pengadilan
juga
masih
menjadi
dalam
karenanya
mengadili
tidak
sesuatu
secara
otomatis
sengketa.
dapat
Putusan
dilaksanakan
pengadilan
di
wilayah
baru
di
pengadilan
tersebut
(di
mana
putusan
dimintakan pelaksanaannya);
(2) pelaksanaan
dilaksanakan
negara,
putusan
apabila
dimana
pengadilan
di
negara-negara
pelaksanaa
putusan
suatu
yang
negara
terkait
dimintakan)
dapat
(ke-dua
terikat
baik
panjang
yang
akan
dan
berlarut-larut.
dikeluarkan
untuk
Belum
proses
lagi
pertimbangan
tersebut.
Biasanya
biaya
proses
perjanjian-perjanjian
perjanjian
bilateral
dalam
bilateral
dapat
hal
dan
ditemukan
pengakuan
dan
regional
di
seperti
di
antara
pelaksanaan
Eropa
ini
Barat.
negara-negara
putusan
baru
berupa
Perjanjian
Eropa
pengadilan
Barat
secara
bilateral.62
62
Hans Van Houtte, op. cit., p. 356. (Biasanya perjanjian bilateral ini
memuat hal-hal yang tidak tercakup dalam Perjanjian Regional mengenai
32
regional
di
Eropa
Barat
mengenai
pelaksanaan
Enforcement
(Konvensi
of
Judgment
Brussel),
27
in
Civil
september
and
1968.
Commercial
Konvensi
Matters
Brussel
ini
prosedur
sederhana
untuk
pengakuan
dan
otentik
dari
pengakuan
terhadap
dokumen-dokumen
negara-negara anggotanya.63
b. Konvensi Lugano 1988
Konvensi kedua yaitu the Convention on Jurisdiction and the
Enforcement of Judgment in Civil and Commercial Matters (Konvensi
Lugano)
ditandatangani
anggota
Konvensi
ini
di
Lugano,
adalah
12
16
negara
September
Masyarakat
1988.
Negara
Eropa
dan
Konvensi
ini
adalah
sama
dengan
Konvensi
Brussel,
masalah pelaksanaan putusan dagang oleh pengadilan di antara negaranegara anggota Konvensi Brussel dan Konvensi Lugano, lihat infra).
63
Hans Van Houtte, op. cit., p. 355.
64
Hans Van Houtte, op. cit., p. 356 (menurut Houtte, hal lain yang
membedakannya adalah bahwa Konvensi Lugano tidak memberikan jaminan
penafsiran yang seragam dibandingkan dengan Konvensi Brussel. Houtte,
op.cit., hlm. 356).
33
G. Penutup
Dari
uraian
internasional
di
memberi
atas
tampak
kebebasan
bahwa
dan
hukum
peluang
yang
perdagagan
cukup
besar
memilih
sengketa.
hukum
Untuk
yang
kedua
akan
diterapkan
hal
ini
untuk
badan
menyelesaikan
peradilan
harus
menghormatinya.
Mengenai forum penyelesaian sengketa yang tersedia, tampak
masing-masing
memiliki
kekuatan
dan
kelemahannya.
Baik
itu
APS
kebebasan
para
pihak
untuk
menentukan
hukumnya,
ini
adalah
Selain
pendekatan
itu
yang
menyelesaikannya.
pengetahuan
pula
perlu
diterapkan
Seperti
para
terhadap
diperhatikan
badan
diuraikan
pihak
di
praktik
peradilan
atas,
hukum
para
dan
yang
akan
pihak
perlu
penting
pertimbangan
lainnya
kemungkinan
yang
dapat
justru
atau
sangat
esensial
tidak
dapatnya
yang
tidak berarti.
dipilih
berdasarkan
kebebasan
para
pihak
menjadi
34
DAFTAR PUSTAKA
Bagner, Hans, Dispute Settlement, dalam: Julian D.M. Lew and
Clive Stanbrook (eds.), International Trade: Law and Practice,
London: Euromoney, 1983.
Beherens, Peter, "Alternative Methods of Dispute Settlement in
International
Economic
Relations,"
dalam:
Ernst-Ulrich
Petersmann and Gunther Jaenicke, Adjudication of International
Trade Dispute in International and National Economic Law,
Fribourg U.P., 1992.
Cooke, Gerald, Disputes Resolution in International Trading,
dalam:
Jonathan
Reuvid
(ed.),
The
Strategic
Guide
to
International Trade, London: Kogan Page, 1997.
David, Rene, Arbitration in International Trade, Netherlands:
Kluwer, 1985.
Garcia-Amador, F.V., The Canging Law of International Claims, USA:
Oceana Publications, Inc., 1984.
Harris, D.J., Cases and Materials on International Law, London:
Sweet and Maxwell, 5th.ed., 1998.
Houtte, Hans Van, The Law of International Trade, London: Sweet
and Maxwell, 1995.
Huala Adolf, The Settlement of Investment Disputes under the
ICSID Arbitration, Thesis, Department of Law, Sheffield
University, 1995.
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta: Rajawali
Pers, cet.2., 1994.
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional,
Jakarta: Rajawali Pers, cet. 3, 2002.
Hulieatt-James
M.,
and
N.
Gould,
International
Commercial
Arbitration, London: LLP, 1996.
Islam, M. Rafiqul, International Trade Law, Sydney: LBC, 1999.
Kohona, Palitha TB., , The Regulation of International Economic
Relations through Law, the Netherlands: Martinus Nijhoff
Publ., 1985.
Malirveni, G., "The Settlement of Disputes within International
Organizations," dalam Mohammed Bedjaoui (ed)., International
Law: Achievements and Prospects, Dordrecht: Martinus Nijhoff
Publishers and UNESCO, 1991.
Mann, F.A., "Foreign Investment in the International Court of
Justice: the ELSI Case," 86 AJIL 92 (1992).
Poeggel W., and E. Oeser, "Methods of Diplomatic Settlement,"
dalam Mohammed Bedjaoui (ed)., International Law: Achievements
and Prospects, Paris: UNESCO and Martinus Nijhoff, 1991.
35