Oleh:
Andi Fadllan, S.Si., M.Sc.
NIP. 198009152005011006
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
NIP
Fakultas
iii
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
proses pembelajaran fisika di MAN 2 Kudus sebagai
Madrasah berbasis Riset (MBR), model-model
pembelajaran fisika yang diterapkan, dan dampak
penerapannya bagi siswa. Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh fakta masih rendahnya kuantitas dan kualitas hasil
penelitian oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan
karena minimnya jam terbang peneliti akibat berbagai
faktor, salah satunya kegiatan meneliti yang baru
dimulai di perguruan tinggi. Karenanya, budaya riset
perlu diperkenalkan lebih awal kepada siswa di
sekolah/madrasah menengah, khususnya di tingkat
SLTA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode studi kasus. Data penelitian diperoleh
melalui teknik observasi, wawancara mendalam (indepth interview), Focus Group Discussion (FGD) dan
dokumentasi dengan analisis data menggunakan model
Miles dan Huberman, yang meliputi tiga jalur analisis,
yaitu data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), dan conclusion drawing/ verification
(penarikan kesimpulan)
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, 1)
pembelajaran fisika di MAN 2 Kudus dapat
dikategorikan menjadi dua, yakni pembelajaran pada
kelas BCS Sains dan kelas reguler. Pembelajaran Fisika
pada kelas BCS Sains lebih variatif. Sedangkan
pembelajaran fisika di kelas reguler secara umum masih
bersifat konvensial, yakni diawali dengan uraian
materi/konsep, penjelasan contoh soal, dan dilanjutkan
dengan latihan soal-soal, 2) Guna mewujudkan diri
iv
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum wr. wb.,
MAN 2 Kudus merupakan salah satu madrasah
berprestasi di Jawa Tengah khususnya dalam bidang
sains dan teknologi. Berbagai kompetisi baik di tingkat
regional, nasional, dan ASEAN telah diraih dengan
membanggakan. Tak heran, jika kemudian madrasah ini
dinobatkan sebagai Juara I Kategori Madrasah Riset dari
Kementerian Agama RI pada tahun 2013.
Sebagai madrasah riset, tentu MAN 2 Kudus
memiliki kekhasan dan keunggulan yang tidak dimiliki
oleh madrasah lainnya. Salah satu keunggulan tersebut
adalah diterapkannya kurikulum plus yang ditandai
dengan
penguatan
pada
mata
pelajaran
sains
2014.
Atas
bantuan
tersebut,
peneliti
berikutnya
sehingga
dapat
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
SURAT KETERANGAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GRAFIK xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 9
C. Rumusan Masalah 10
D. Tujuan dan Manfaat 10
E. Kajian Riset Sebeleumnya 11
F. Metode Penelitian 13
1. Jenis dan Sumber Data 13
2. Tempat Penelitian 14
3. Teknik Pengumpulan Data 14
viii
BAB II
BAB III
ix
BAB IV
Budaya
Riset
dan
BAB V
PENUTUP 118
A. Simpulan 118
B. Saran 119
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Peserta Focus Group Discussion 16
Tabel 2.1. Tahapan atau Langkah-langkah PBL 47
Tabel 4.1. Prestasi Siswa MAN 2 Kudus dalam Bidang
Penelitian 102
Tabel 4.2. Daftar Kerjasama Penelitian 106
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1.
Grafik 1.2.
Grafik 4.1.
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Alur Penelitian 18
Gambar 2.1. Diagram Langkah-langkah Pembelajaran
Berbasis Proyek 38
Gambar 3.1. Halaman muka MAN 2 Kudus 72
Gambar 3.2. Salah satu sudut lahan terbuka hijau di
MAN 2 Kudus
75
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
xv
BAB I
PENDAHULUAN
seiring
berjalannya
waktu,
madrasah
juga
mengantarkan
komprehensif,
meliputi
siswa
pada
aspek-aspek
ranah
yang
intelektual,
lebih
moral,
karenanya,
perlu
upaya
sistematis
untuk
bahkan
Pakistan
(peringkat
47).2
Belum
lagi
jika
1.1
menunjukkan
komparasi
dokumen
ilmiah
2 http://www.scimagojr.com/compare.php,
tanggal 31 Januari 2014.
diakses
pada
dengan
Rata-rata
74,86%.
Kecenderungan
stabilnya
permasalahan
dalam proses
belajar
mengajar,
yang
hasilnya
mengembangkan
nantinya
sekolah.
akan
Sedangkan
digunakan
untuk
Sekolah
Riset
sekolah
atau
madrasah
yang
telah
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran
Fisika di MAN 2 Kudus sebagai Madrasah Berbasis Riset,
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
dan
fokus
10
c. Mengetahui
dampak
diterapkannya
model
2. Manfaat penelitian
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya
membangun kreativitas dan inovasi melalui
budaya riset di kalangan siswa;
b. Membangun
sikap
ilmiah
pada
diri
siswa
madrasah;
c. Mendorong madrasah dalam mengembangkan
potensi
yang
dimilikinya
menjadi
suatu
the
Boyer
Commission
on
Educating
11
jika
mahasiswa
di
universitas
non-riset
mengalami hal yang lebih parah. Secara implisit hal ini juga
menunjukkan bahwa budaya riset pada siswa sekolah
menengah (calon mahasiswa S1) sangat minim atau bahkan
belum ada.
Oleh
karena
itu,
research
universities
perlu
untuk
memperkaya
pengalaman
pendidikan
12
teknologi
informasi
secara
kreatif,
mahasiswa
perlu
diperkenalkan
dengan
dan
menjelaskan
informasi
baru,
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode studi kasus, di mana penelitian ini
berupaya
mengungkap
secara
mendalam
proses
13
terpilih
serta
pimpinan
madrasah
(Kepala
2. Tempat Penelitian
Diplihnya MAN 2 Kudus sebagai tempat penelitian
mengingat madrasah ini memiliki kekhasan dibandingkan
madrasah lainnya, yakni menjadikan slogan Madrasah
Berbasis Riset sebagai brand-name-nya. MAN 2 Kudus
berlokasi di Prambatan Kidul Kaliwungu, Kudus, Jawa
Tengah.
14
jenis
menggunakan
partisipasi
lembar
pasif,
observasi
maka
peneliti
terstruktur
sebagai
pembelajaran
yang
dilakukan,
mencakup
akhir
semester
dan
liburan,
maka
peneliti
15
Nama
Drs. Maryudiono
Posisi
Guru Fisika
16
Qoidah, S.Pd.
Guru Fisika
Muhammad Chadziq K.
Siswa XIIIPA4
Siswa XIIIPA4
Siswa XIIIPA4
Siswa XIIIPA4
Siswa XIIIPA4
(penarikan
kesimpulan).
Reduksi
data
17
Pengumpulan Data
Data
Pembelajaran
(perencanaan
dan pelaksanaan)
Dampak
Pembelajaran
Reduksi Data
Analisis
Data
Penyajian Data
Kesimpulan dan
Verifikasi
Pelaporan
18
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN FISIKA DI MADRASAH
BERBASIS RISET: PELUANG DAN TANTANGAN
PENGEMBANGANNYA
19
menyusun
dugaan-dugaan
sementara
(hipotesis),
analisis,
dan
penarikan
kesimpulan
dan
20
Kemampuan-kemampuan
tersebut
adalah
di
mana
memperolehnya,
dan
bagaimana
21
sama
lain,
dan
siap
menyumbangkan
pertimbangan-
pertimbangan kritis.
Para guru diharapkan menjadi masyarakat yang
memiliki pengetahuan luas dan pemahaman yang mendalam.
Di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki
keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada
satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam.
model
pembelajaran
merupakan
kerangka
22
23
pembelajaran
dipandang
memiliki
peran
strategis dalam upaya mencapai keberhasilan proses belajarmengajar. Model-model pembelajaran ini diterapkan dengan
langkah-langkah
tertentu
yang
dikembangkan
sesuai
dan efektif
untuk mengembangkan
24
melibatkan secara
maksimal
inkuiri
pembelajaran yang
merupakan
suatu
model
8 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010).
25
pengembangan
kemampuan
berpikir
proses
interaksi,
baik
interaksi
26
interaksi
itu
berlangsung-tidaknya
ditentukan
oleh
mengelola
sendiri.
interaksi
kemampuan
seluruh
Karenanya,
ini
sangat
guru
dalam
komponen
dalam
pembelajaran.
c. Prinsip Bertanya.
Salah satu keterampilan guru yang harus
dikembangkan
dalam
pembelajaran
inkuiri
menerapkan
adalah
keterampilan
model
tingkat
bertanya tingkat
akan
mendorong
siswa
untuk
27
tetapi
belajar
adalah
proses
potensi
seluruh
otak.
yang
pembelajaran
yang
kemungkinan
sebagai
bermakna
menyediakan
hipotesis
adalah
berbagai
yang
harus
ruang
kepada
dan
secara
untuk
siswa
memberikan
mengembangkan
terbuka
membuktikan
28
dengan
mempergunakan
teknik
pemecahan
merumuskan
masalah,
merumuskan
hipotesis,
memulai
pembelajaran
dengan
29
menarik
dan
Permasalahan
dirumuskan
fleksibel
yang
dalam
untuk
dipilih
bentuk
ini
dipecahkan.
selanjutnya
pertanyaan
atau
diberi
kesempatan
untuk
(diklasifikasikan,
ditabulasikan,
atau
30
Generalization.
Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa
belajar menarik generalisasi/kesimpulan tertentu.
Dengan
demikian,
tahapan-tahapan
kegiatan
dalam
dapat
diperoleh;
(b)
melihat
dan
jawaban
tentatif; kemampuan
yang
peristiwa
yang
dibutuhkan,
31
Sebagai
salah
satu
model
pembelajaran,
afektif,
seimbang, sehingga
dan
psikomotorik
pembelajaran
secara
melalui
32
33
yang
awal
mengintegrasikan
menggunakan
dalam
masalah
mengumpulkan
pengetahuan
baru
sebagai
dan
berdasarkan
dimulai
dengan
memunculkan
pertanyaan
34
Berbasis
Proyek
memiliki
membuat
keputusan
tentang
sebuah
kerangka kerja;
35
b. adanya
permasalahan
atau
tantangan
yang
dan
mengelola
informasi
untuk
memecahkan permasalahan;
e. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
f.
hambatan
dalam
implementasi
36
a. Pembelajaran
Berbasis
Proyek
memerlukan
discussion
group
(pembuatan
konsep
dan
menyenangkan,
bahkan
saat
diskusi
dapat
37
langkah
pelaksanaan
Pembelajaran
MENYUSUN PERENCANAAN
PROYEK
MENYUSUN JADWAL
EVALUASI PENGALAMAN
MENGUJI HASIL
MONITORING
dalam
melakukan
suatu
aktivitas.
nyata
dan
dimulai
dengan
sebuah
untuk
menyelesaikan
proyek,
(2)
39
terhadap
aktivitas
siswa
selama
Pengalaman
(Evaluate
the
Experience)
40
diskusi
dalam
rangka
41
Slavin,
model
pembelajaran
Group
42
laporan,
menentukan
penyaji,
Evaluating
Pada tahap ini masing-masing siswa melakukan
koreksi
terhadap
laporan
masing-masing
43
dapat
menyusun
pengetahuannya
sendiri,
44
inkuiri,
memandirikan
siswa,
dan
meningkatkan
kemampuan
siswa,
namun
perlu
ciri
atau
karakteristik
model
45
autentik,
menganalisis
dan
mana
siswa
merumuskan
masalah,
mengembangkan
hipotesis,
menyusun
dan
melakukan
eksperimen,
menganalisis
di
mengumpulkan
informasi/data,
dan
membuat
kesimpulan.
d. Menghasilkan produk dan memamerkan hasil
penyelidikannya
e. Kolaboratif
46
Kegiatan Guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, kebutuhan alat dan
bahan yang diperlukan,
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah, dan
mengajukan masalah
Tahap 2
Organisasi siswa
Tahap 3
Bimbingan
penyelidikan
individu dan
kelompok
12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010).
47
Tahap 4
Pengembangan
dan penyajian
hasil
Tahap 5
Analisis dan
evaluasi proses
dan hasil
pemecahan
masalah
48
beberapa
pakar
pendidikan,
misalnya
Lawrence
McIntyre
pada
era
1990an
(keduanya
yang kemudian
dari
banyak
lesson
study
berkembang
melalui
program
49
Agency).
Pada
mulanya,
lesson
study
merupakan
motor
utama
penggerak
kegiatan
penentuan
kebijakan
mutu,
peningkatan
50
Oleh
51
tidak semua
52
15
53
ajar,
metode
dan
media,
dan
evaluasi
pembelajaran
tersebut
saling
menguatkan
dan
54
yang
menerapkan
model
memadai,
khususnya
pembelajaran
yang
dalam
hal
mendukung
55
harus
mengandung
suatu
rasional
yang
personal,
kelompok
sosial,
dan
kelompok
bermakna,
pembelajaran
berbasis
pengalaman,
56
siswa,
yang
berakar
pada
sains
tradisional.
57
Riset
(PBR)
dapat
menjadi
alternatif
bagi
yang
membangun
pemahaman
siswa,
merupakan
authentic
model
pembelajaran
learning,
yang
problem-solving,
58
59
beberapa
strategi
dalam
memadukan
dapat
disampaikan
untuk
memberikan
60
sesuai.
Dinamika
perkembangan
ilmu
tentang
diamika
perkembangan
ilmu
pengetahuan.
3. Memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu-isu
penelitian kontemporer
Pada proses pembelajaran ini dapat dimulai
dengan
meminta
siswa
menyampaikan
isu-isu
bahasan.
Selanjutnya
siswa
diminta
laporan
pemberitaan
yang
terjadi
di
masyarakat.
61
pemahaman
siswa
tentang
metodologi penelitian.
b. Merancang materi ajar dengan menyertakan
metodologi penelitian pada pokok bahasan
tersebut, sehingga siswa dapat menerapkannya
untuk menyelesaikan problem penelitian yang
nyata.
c. Merancang
materi
ajar
dengan
berbagai
62
memberikan
beberapa
pertanyaan
metodologi
penelitian,
63
siswa
sebagai
asisten
kunjungan
ke
pusat-pusat
penelitian.
7. Memperkaya proses pembelajaran dengan mendorong
siswa agar menjadi bagian dari budaya penelitian
Pada strategi ini diusahakan agar siswa merasa
sebagai
bagian
dari
budaya
penelitian
di
64
65
di
nilai-nilai
kelas
tersebut
dengan
dalam
guru
sebagai
perjalanan
seorang
teladannya.
b. Menyampaikan
peneliti
proses
sebelum
pekerjaannya
dipublikasi
pemaparan
terstruktur
yang
validitasnya
serta
menyampaikan
kesimpulan
66
penerapan
tentunya
juga
Pembelajaran
dapat
dijadikan
Berbasis
Riset
acuan
untuk
67
BAB III
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS SEBAGAI
MADRASAH BERBASIS RISET
sebagai
MAN
unggulan.
Madrasah
yang
pendirian
madrasah
ini
diawali
dari
68
69
alih
fungsi
menjadi
MAN
Kudus
70
menghasilkan
guru-guru
agam
Islam
yang
tujuannya
menjadi
lebih
luas.
Yaitu
ikut
71
72
Misi : 1. Meningkatkan
penghayatan
dan
semangat
akademik
maupun
non
akademik;
(3)
dapat
mengamalkan
ajaran
agama
sehingga
73
mempunyai sikap yang bijaksana dalam kehidupan seharihari; (6) memberikan bekal kecakapan hidup melalui
program keterampilan yang mengacu pada perkembangan
teknologi, olah raga, seni, kepramukaan, dan karya ilmiah
sesuai dengan minat dan bakat siswa.
Guna mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut,
MAN 2 Kudus telah menyusun Rencana Strategis dengan
tiga target utama, yakni: 1) Terbentuknya karakter siswa
yang berakhlaqul karimah, unggul dalam prestasi dan
terampil dalam teknologi yang diperlihatkan dengan
perilaku ikhlas, mandiri, sederhana, ukhuwah, kreatif,
inovatif dan berwawasan kebangsaan atas dasar asah, asih,
asuh dan ajrih.; 2) Daya serap lulusan Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kudus di perguruan tinggi berkualitas baik di
dalam maupun di luar negeri sebesar 80% lebih setiap
tahun; 3) Terbentuknya budaya penelitian (research) di
lingkungan
madrasah
dengan
dibuktikan
perolehan
74
Kudus-Jepara,
tepatnya
di
Prambatan
Kidul
75
Ruang Multimedia,
76
g. Laboratorium Bahasa,
h. Boarding School dengan kapasitas 200 siswa,
i.
j.
k. SMS gateway,
l.
E-Learning System,
Kantin Higienis
kualifikasi
akademiknya
dan
78
D. Prestasi
Sejak dirintisnya riset sebagai unggulan pada tahun
2008 hingga tahun 2013, MAN 2 Kudus telah berhasil
meraih prestasi dalam berbagai bidang, yakni bidang
sosial (6%), olah raga (18%), bahasa dan seni (47%),
olimpiade (10%), dan penelitian (19%). Prestasi ini
meliputi
berbagai
tingkatan,
yakni
56%
(tingkat
18
Bahkan, MAN 2
18
http://man2kudus.sch.id/v2009/profile-MAN-2-Kudus/
View-category.html?orderby=dmdate_published, diakses pada 13
Pebruari 2014.
79
E. Program
1. Program Bilingual Class System (BCS)
Program BCS merupakan kelas unggulan di MAN 2
Kudus. Program ini terdiri atas BCS sains dan BCS
keagamaan yang diformulasikan dengan memberikan
penekanan
lebih
keagamaan,
dan
pada
penguasaan
Teknologi
bahasa,
Informasi
(TI)
sains,
tanpa
80
Agama
Republik
Indonesia,
al-Azhar
hal
pengelolaannya,
program
BCS
jam
tiap
harinya.
Sedangkan
kegiatan
81
menjawab
tantangan
dan
mampu
Proses
pendidikan
berupaya
menerapkan
82
83
84
85
86
c. Komputer
d. Elektronika
e. Tata Busana
f.
Kitab Kuning
PBN
j.
Bela Diri
k. Drumband
l.
Robotik
m. English Debate
n. OSIS
o. English Scientific Writing
p. Seni Musik
q. Radio Amanda FM
r.
s. Fotografi
t.
u. Teater
v. Pramuka
w. Futsal
87
88
89
90
BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN FISIKA DI MAN 2 KUDUS
SEBAGAI MADRASAH BERBASIS RISET
1.
91
2)
program
intensif
UN/SNMPTN
92
(Matematika,
Fisika,
Kimia,
Biologi,
Bahasa
program
pengembangan
bahasa
(Bahasa
dan
Teknologi
Makanan);
3)
Ilmu
93
dan
Psikologi,
dan
Sosiologi
dan
Antropologi).
Dalam upaya mewujudkan karya-karya ilmiah
yang
berkualitas,
MAN
Kudus
melakukan
dan
mendukung
suatu
94
keadaan
keseharian,
menghibur
menggunakan
dan
atau
memiliki
menyenangkan
teknologi
ramah
sifat
dengan
lingkungan.
95
memresentasikan
karyanya
dengan
Fuzzy
dalam
Teori
Multikecerdasan Gardner;
e) Pembuatan
Motif
Batik
menggunakan
Kulit Manggis
terhadap
Pembentukan Antibodi;
96
3) Penelitian kolaboratif
Tahapan ini bersifat opsional bagi siswa
yang ingin melanjutkan karya penelitian dengan
jalur kolaborasi antarsiswa. Penelitian lanjut ini
dilakukan lebih mendalam untuk mendapatkan
karya penelitian yang berkualitas.
Guna
mendukung
kurikulum
suksesnya
penelitian
didasarkan
pada
judul
penelitian
yang
akan
dilakukan.
97
bakteri
di
Laboratorium
Biologi
UNNES Semarang.
98
Kudus
beranggapan
bahwa
99
Selain
perpustakaan,
laboratorium
c. Bidang Kesiswaan
Hasil karya inovatif dan penelitian siswa tidak
hanya menjadi bagian dari proses pembelajaran di
kelas, tetapi juga diikutsertakan dalam kompetisi-
100
kompteisi
ilmiah.
Hal
ini
dilakukan
untuk
101
Jamilatuz Zahroh,
Nelita R J U
7. Teguh Wibowo,
Saifuddin Bachri,
dan Anisa
Sholihah
8. Jamilatuz Zahroh,
Nelita R J U, Aulia
Khoirunnisa
9. Teguh W, Anisa S,
Syaifuddin B
10. Chusnul Hana,
Hamdan Yuwafi,
Linda Ardita Putri
11. Rahmatina Ari
Apriliana
12. Himmatus
Suroyya Rahma
dan Kana Dau
Sukmawati
13. Zula Uswatun
Khasanah, Afif
Fahriyanto
14 M. Asshidqi,
M.Hafni R, M.
faris Basya
15. Zula Uswatun
Khasanah, Afif
Fahriyanto
16. Ammahayu G,
102
Bakhita A
17. M. Asshidqi, M.
Gilang R, M.
Yusuf S
18. Himmatus S, Kana
Dau S
19. M. Rizza Umami
Jateng 2012
Finalis National young
Inventor Award 2012
Finalis National young
Inventor Award 2012
Juara II Lomba Karya
Ilmiah Tk. Kabupaten
Kudus
Juara Atribut
Penyajian Materi Tk.
Nasional
penelitian
siswa
melalui
penyediaan
103
Jumlah siswa
Jenis Penelitian
berkualitas
lahir
dari
pembimbingan
104
Judul
Pembimbing
Guru MAN 2
Kudus dan LIPI
(Dr. Ardian Nata
Atmaja, S.Si, M.Si)
Aplikasi Rumus
Trigonometri dalam
Pembuatan Motif
Batik Fraktal
Guru MAN 2
Kudus dan LIPI
(Dr.LT. Handoko)
Fermentasi Glukosa
Ipomoea batatas
(Ubi Jalar Putih)
sebagai Pengganti
Peran Monosodium
Glutamat
Guru MAN 2
Kudus, UNNES,
dan LIPI (Sri
Pudjiraharti, Ph.D)
Pendaran Klorofil
Kulit Pisang (Musa
acuminata) sebagai
Identifikasi
Kematian Sel
Kanker
Guru MAN 2
Kudus, UNDIP,
dan LIPI (Dr.
Tjandrawati
Mozef)
Guru MAN 2
Kudus, UNDIP,
105
Indica) Sebagai
Pengawet Alami
Untuk Daging Sapi
dan Kerbau
dan LIPI
(Bustanussalam
M.Si)
Circle Paper of
Canna Sebagai
Indikator Uji
Sakarin pada
Makanan/Minuman
Kemasan
Guru MAN 2
Kudus, UNDIP,
dan LIPI (Oman
Zuas, M.Sc)
Kudus
menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan
106
Jika
melihat
dari
program
budaya
riset
dan
pembelajaran yang
107
2.
suatu
lembaga
pendidikan
sangat
yang
dilaksanakan
tanpa
konsep
dan
pembelajaran
yang
mendukung
budaya
dan
108
terbimbing
maupun
mandiri,
tidak
sekedar
dan
menuliskan
makalahnya
dan
percobaan
kecil
untuk
membuktikan
hipotesisnya (experience);
d. Siswa melaksanakan sendiri suatu model penelitian,
menuliskan hasil penelitiannya dan memresentasikan
hasil penelitiannya (tugas akhir, capstone).
109
budaya
riset
telah
diterapkan,
110
ini
dilakukan
siswa
untuk
bahwa
perbedaan
tekanan
dapat
111
gelas
(tekanan
dalam
gelas
lebih
kecil
112
Telur mengapung
Pada percobaan ini siswa menemukan konsep
tentang perbedaan massa jenis, di mana massa jenis
air garam lebih besar dari massa jenis telur.
Kandungan
mineral
yang
tinggi
dalam
air
113
Adapun
contoh
format
laporan
kegiatan
114
pembelajaran
dengan
memberikan
contoh-contoh
yang
kontekstual.
Jika pembelajaran pada kelas BCS Sains berjalan
dinamis dan variatif, maka tidak begitu halnya dengan
pembelajaran di kelas reguler. Pembelajaran fisika di kelas
reguler yang berjumlah 6 kelas secara umum masih bersifat
konvensional, artinya hanya menerapkan metode yang selama
ini juga dilakukan di sekolah atau madrasah lain pada
umumnya. Metode yang diterapkan guru meliputi 3 hal, yaitu
ceramah di awal pembelajaran, pemberian contoh soal dan
dilanjutkan dengan latihan soal. Hal ini dilakukan karena
kualitas input siswa di kelas reguler di bawah kualitas input
siswa kelas BCS Sains.23 Meski demikian, dalam beberapa
pertemuan, guru juga menerapkan metode eksperimen, salah
satunya praktikum Titik Berat Benda Homogen. Pada
praktikum ini, siswa juga diwajibkan menyusun laporan
praktikum secara berkelompok. Selain itu, karena keaktifan
siswa di kelas reguler tidak sebaik di kelas BCS, maka guru
menugaskan kepada setiap siswa untuk merangkum materi
yang akan dipelajari. Dengan cara ini, siswa secara tidak
115
langsung
terdorong
untuk
lebih
siap
menghadapi
pembelajaran.
Penerapan pembelajaran fisika yang variatif dan
kontekstual pada kelas BCS Sains melalui berbagai model
pembelajaran tersebut telah memberikan dampak positif bagi
perkembangan kemampuan siswa, baik pada aspek kognitif,
psikomotrik,
maupun
afektifnya.
Setelah
mengikuti
antara
siswa.
Kebebasan
dalam
berpendapat
dan
116
117
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa,
1. Proses pembelajaran fisika di MAN 2 Kudus dapat
dikategorikan menjadi dua, yakni pembelajaran pada
kelas BCS Sains dan kelas reguler. Pembelajaran
fisika pada kelas BCS Sains lebih variatif baik
metode/model maupun media pembelajaran yang
digunakan. Sedangkan pembelajaran fisika di kelas
reguler secara umum masih bersifat konvensial, yakni
diawali dengan uraian materi/konsep, penjelasan
contoh soal, dan dilanjutkan dengan latihan soal-soal.
2. Guna mewujudkan MAN 2 Kudus sebagai Madrasah
Berbasis Riset (MBR), model pembelajaran fisika
yang dilaksanakan pada kelas BCS Sains bervariatif,
yakni inquiry learning, problem based learning,
project based learning, dan group investigation.
3. Diterapkannya model pembelajaran fisika yang
variatif memberikan dampak bagi siswa MAN 2
118
Kudus, di
antaranya
siswa merasakan
adanya
B. Saran
Terpilihnya MAN 2 Kudus sebagai juara I Madrasah
Riset oleh Kementerian Agama RI Tahun 2013 tentu
didasarkan atas keunggulan dan capaian keberhasilan yang
telah ditorehkan. Meski demikian, jika menilik kembali
program riset dan proses pembelajaran yang dilakukan, masih
ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki atau
dilengkapi. Oleh karena itu, penulis perlu menyampaikan
saran-saran sebagai berikut,
1. Penerapan model pembelajaran yang mendukung
budaya dan program riset, seperti inquiry learning,
119
guru
hendaknya
tidak
hanya
menjadi
riset,
maupun
pengembangan
kurikulum
dan
120
kerjasamanya.
Oleh
karenanya,
penelitian
ini
perlu
121
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husin, Menyoal Kemandirian Riset Nasional, dalam
Media Indonesia, (Jakarta, 25 Agustus 2012)
Anonim, Hibah Penelitian untuk Publikasi Internasional,
dalam http://dp2m.umm.ac.id/home.php?c=0710-20,
diakses pada tanggal 6 Mei 2013.
Arends, R. I., Wenitzky, N. E., & Tannenboum, M. D,
Exploring Teaching: An Introduction to Education,
New York: McGraw-Hill Companies, 2001.
Daulay, Andi Yusuf, Sekolah Berbasis Riset, dalam
http://kem.ami.or.id/2012/03/sekolah-berbasis-riset/,
diakses pada tanggal 6 Mei 2013.
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990.
Instruction: A models Approach. Boston: Allyn and
Bacon
http://www.scimagojr.com, diakses pada tanggal 31 Januari
2014
I Wayan Santyasa, Model-model Pembelajaran Inovatif
(makalah), Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas
Pendidikan Ganesha, 2007.
Joice, B. & Weil, M., Models of Teaching. New Jersey:
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, 1986.
122
&
123
Tim
124
Lampiran 1
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Program
Semester
Tahun Pelajaran
Alokasi Waktu
: MAN 2 Kudus
: Fisika
: XI BCS 2 / XI IPA 4
: Genap
: 2009 / 2010
: 3 x 40 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem
kontinu dalam menyelesaikan masalah.
B.
KOMPETENSI DASAR
Menformulasikan hubungan antara konsep torsi,
momentum sudut, dan momen inersia berdasarkan hukum
II Newton serta penerapannya dalam masalah benda
tegar.
C. INDIKATOR
1. Menerapkan
konsep titik berat benda dalam
permainan tradisional egrang.
2. Mengidentifikasi gaya yang bekerja pada benda tegar
berdasarkan hukum Newton
D. MATERI PEMBELAJARAN
Titik berat
125
E.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menerapkan konsep titik berat benda
dalam permainan tradisional egrang.
2. Siswa dapat mengidentifikasi gaya yang bekerja pada
benda tegar berdasarkan hukum Newton
F.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal.
Guru mengucapkan salam
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. Tiap
kelompok terdiri dari 5 siswa
2. Kegiatan inti.
Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan tentang konsep
titik berat
Guru mendeskripsikan penerapan konsep titik
berat dalam kehidupan sehari-hari terutama pada
mainan tradisional egrang
Elaborasi
Siswa menidentifikasi dan menggambar vektor
gaya yang bekerja pada egrang dalam kondisi
diam maupun ber gerak.
Dengan pengarahan dan bimbingan guru, siswa
melakukan percobaan menentukan koordinat titik
berat mainan tradisional egrang
126
PENILAIAN
Teknik
: tes lisan dan unjuk kerja
127
Mengetahui
Kepala MAN 2 Kudus,
128
Lampiran 2
CONTOH SISTEMATIKA
LAPORAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah:
a. Mengidentifikasi vektor gaya yang bekerja pada
egrang
b. Menentukan koordinat titik berat egrang
2. Landasan Teori
Contoh Format :
a. ...... (nama judul tinjauan) ...... (Anomymous, 2009)
b. ...... (nama judul tinjauan) ...... (Robby, 2009)
c. ...... (nama judul tinjauan) ...... (Anomymous, 2009)
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Mistar
2) Neraca
3) Pensil
b. Bahan
1) Mainan tradisional egrang
2) Bambu dan kayu
3) Kertas HVS
4. Cara Kerja
a. Massa jenis dan volume bambu dan kayu penyusun
egrang diukur
129
130
1) Massa
Pengukuran massa menggunakan teknik
pengukuran tunggal.
Massa sampel bambu
:
Massa sampel kayu
:
2) Volume Sampel Bambu
Jari-Jari
Jari-jari
No
dalam
luar
Tinggi
Tinggi
Tinggi
131
Tinggi
Tinggi
Tinggi
2) Kayu (Bagian 2)
No
x2
y2
132
3) Kayu (Bagian 3)
No
x3
y3
4) Kayu (Bagian 4)
No
x4
y4
6. Analisis Data
a. Massa Jenis Sampel Bahan Penyusun Egrang
1) Massa
Nilai skala terkecil neraca :
Massa sampel bambu
:
Massa sampel kayu
:
2) Volume Sampel Bambu
Jari-jari Jari-jari
No
dalam
luar
1
2
3
4
Rata
Tinggi
Volume
=
=
= ( ) cm
133
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm3
=
=
= ( ) cm3
=
= ( ) cm3
=
= ( ) gcm-3
Keterangan :
Ketidakpastian selisih jari-jari dalam, jari-jari
luar dan tinggi menggunakan standar deviasi:
134
Tinggi
Volume
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
= ( ) cm3
135
=
= ( ) gcm-3
Keterangan :
Ketidakpastian panjang, lebar dan tinggi
menggunakan standar deviasi:
Ketidakpastian volume:
136
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm3
=
=
= ( ) cm3
=
= ( ) cm 3
Keterangan :
Ketidakpastian selisih jari-jari dalam, jari-jari
luar dan tinggi menggunakan standar deviasi:
137
Tinggi
Volume
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
= ( ) cm3
138
Tinggi
Volume
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
= ( ) cm3
Tinggi
Volume
139
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
=
= ( ) cm
=
= ( ) cm3
Keterangan :
Ketidakpastian panjang, lebar dan tinggi
menggunakan standar deviasi:
Ketidakpastian volume:
140
141
Lampiran 3
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
142
143
144
145
146
147