Makalah PKN Kekerasan THD Anak
Makalah PKN Kekerasan THD Anak
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan
seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai
pelampiasan dari kekecewaannya. Ada juga yang memang memiliki sikap dan perilaku
tidak baik, karena melihat kondisi ekonomi orang tuanya, tetapi berpandangan otoriter
bahwa anak bisa diperlakukan bagaimana pun tanpa berpikir tentang dampak bagi masa
depannya.
Seiring berkembangnya jaman dan berbagai kemajuan yang ada, kehidupan
manusia dalam mengelola hidupnya juga semakin kompleks. Bukan hanya persoalan
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin berat dari faktor ekonomi, individualisme,
konsumerisme, persaingan hingga kesadaran untuk melindungi anak-anak secara khusus.
Pada hal anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan
manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk
baik yang bersumber dari fungsi otak maupun harus dasar emosionalnya. Berkualitas atau
tidaknya seseorang di masa dewasa sangat
BAB II
KEKERASAN TERHADAP ANAK
2.1 Arti dan Makna Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
2
Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah daya serta karya
budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan diantara
manusia sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya yang terdekat saja, melainkan
juga seluruh umat manusia. Sedangkan menurut Bung Karno istilah perikemanusiaan
adalah hasil dari pertumbuhan rohani, kebudayaan, hasil pertumbuhan dari alam tingkat
rena ke taraf yang lebih tinggi.
Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Maksudnya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat manusia
(yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk social dan
individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan
makhluk Tuhan).
2.2 Pengertian anak menurut UU
Dalam Pasal 1 nomor 2 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan anak
disebutkan bahwa : Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum pernah kawin. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menyebutkan dalam pasal 1
nomor 1 bahwa: Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur
delapan tahun, tetapi belum mencapai umur 18 tahun danbelum pernah kawin.
Pengertian anak menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak tercantum
dalam Pasal I butir I UU No. 23/2002 berbunyi: Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas tahun),termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Dalam pengertian dan batasan tentang anak sebagaimana dirumuskan dalam pasal I butir I
UU No.23/2002 ini tercakup 2 (dua) isu penting yang menjadi unsur definisi anak, yakni:
1. Pertama, seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Dengan demikian,
setiap orang yang telah melewati batas usia 18 tahun, termasuk orang yang secara
3
mental tidak cakap, dikualifikasi sebagai bukan anak, yakni orang dewasa. Dalam
hal ini, tidak dipersoalkan apakah statusnya sudah kawin atau tidak.
2. Kedua, anak yang masih dalam kandungan. Jadi, UU No.23/2002 ini bukan hanya
melindungi anak yang sudah lahir tetapi diperluas, yakni termasuk anak dalam
kandungan.
Pengertian dan batasan usia anak dalam UU No. 23/2002, bukan dimaksudkan untuk
menentukan siapa yang telah dewasa, dan siapa yang masih anak-anak. Sebaliknya, dengan
pendekatan perlindungan, maka setiap orang (every human being) yang berusia di bawah
18 tahun selaku subyek hukum dari UU No. 23/2002 mempunyai hak atas perlindungan
dari Negara yang diwujudkan dengan jaminan hukum dalam UU No. 23/2002.
Hak Dan Kewajiban Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002
1. Hak Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. Hak-hak
anak yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 di antaranya adalah:
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 5
Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
Pasal 6
Setiap anak berhak untuk bribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Pasal 7
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri.
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau
diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4
Pasal 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Pasal 9
(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi
anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Pasal 10
Setiap anak berhak menyatakan dan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.
Pasal 11
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat,
dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
Pasal 12
Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pasal 13
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun
yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, peng-aniaya-an;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
5
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.
Pasal 14
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan /atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Pasal 15
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e. pelibatan dalam peperangan.
Pasal 16
(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya
terakhir.
Pasal 17
(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari
orang dewasa.
b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif
dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerassan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
6
Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum atau bantuan lainnya.
2. Kewajiban Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002
Kewajiban berasal dari kata dasar wajib yang artinya harus melakukan; tidak
boleh tidak dilaksanakan (ditinggalkan). Mendapat awalan ke- dan akhiran -an,
menjadi kewajiban yang artinya sesuatu yang harus dilaksanakan. Jadi, kewajiban
anak adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh seorang anak.
Di antara kewajiban yang harus dilakukan oleh anak menurut UU No. 23 Tahun
2002 adalah:
Pasal 19
Setiap anak berkewajiban untuk:
a. menghormati orang tua, wali, dan guru;
b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
c. mencintai tanah air, bangsa, dan Negara;
d. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan
e. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Kewajiban Orang Tua Menurut UU No. 23 Tahun 2002 :
Orangtua sebagai orang terdekat anak berkewajiban melaksanakan kewajibannya.
Orangtua tidak boleh hanya menuntut hak terhadap anak saja tetapi juga memiliki
kewajiban yang harus ia laksanakan. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 terdapat
kewajiban orangtua yaitu tercantum dalam pasal 26 yang berbunyi:
(1) Orang tua berkewajiban dan berytanggung jawab untuk:
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
(2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena
suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka
kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih
kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2.3 Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Menurut Para Ahli
Menurut Sutanto (2006) kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang
seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang berakibat
penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih bersifat sebagai
bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak.
Nadia (2004) mengartikan kekerasan anak sebagai bentuk penganiayaan baik fiisk maupun
psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan kasar yang mencelakakan anak dan segala
bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan psikis adalah
semua tindakan merendahkan/meremehkan anak.
Lebih lanjut Hoesin (2006) melihat kekerasan anak sebagai bentuk pelanggaran terhadap
hak-hak anak dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga untuk
mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas hukum.
Sedangkan Patilima (2003) menganggap kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari
orangtua. Patilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah segala perlakuan
terhadap anak yang akibat dari kekerasannya mengancam kesejahteraan dan tumbuh
kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial maupun mental.
2.4 Faktor faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap Anak
Ada banyak faktor kenapa terjadi kekerasan terhadap anak :
Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain dll.
Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun maraknya
kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap
lingkungan sekitar.
Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu
Kemiskinan keluarga (banyak anak).
Keluarga pecah (broken Home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka
panjang.
Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak,
anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child) atau anak lahir diluar nikah.
Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan anakanaknya dengan pola yang sama.
8
perdagangan,
padahal
anak
tersebut
memerlukan
melakukan
kekejaman,
kekerasan
terhadap
anak
atau
penganiayaan
untuk
melakukan
10
memilih
agama
lain
dengan
alkhohol,
dan/atau
zat
adiktif
lainya
(napza)
(Pasal89).
2.6
11
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki
gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia akan menjadi
anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.
3. Memudah menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan lingkungan
sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar
pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang lain.
4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain
Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia
belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.
2.7
dalam dirinya atau dari luar dirinya, pembinaan (mental, fisik, sosial), pemasyarakatan
pendidikan formal dan informal, pengasuhan (asah, asih, asuh), pengganjaran (reward),
pengaturan dalam peraturan perundang-undangan.(Arief Gosita, 1996:6)
Sedangkan, upaya perlindungan tidak langsung antara lain meliputi: pencegahan orang lain
merugikan, mengorbankan kepentingan anak melalui suatu peraturan perundang-undangan,
peningkatan pengertian yang tepat mengenai manusia anak serta hak dan kewajiban,
penyuluhan mengenai pembinaan anak dan keluarga, pengadaaan sesuatu yang
menguntungkan anak, pembinaan (mental, fisik dan sosial) para partisipan selain anak yang
bersangkutan
dalam
pelaksanaan
perlindungan
anak,
penindakan
mereka
yang
Anak,
meski
perlindungan
itu
masih
memerlukan
bentuk
perlindungan
yang
lain
terhadap
anak
korban
perlindungan
yang
berupa
bantuan
lainnya,
dalam
menghindari labelisasi;
pemberian
aksesibilitas
untuk
mendapatkan
informasi
hanya
ditentukan,
yaitu
pemerintah
dan
masyarakat.
Artinya,
bahwa
korban
kekerasan
tidak
memperoleh
korban
tergantung
kekerasan,
dari
pemenuhan
atas
ada
sebab
tidaknya
kerugian
komisi
ini
tentunya
perlindungan
atau
yang
penderiataan
juga
yang
anak
hanya
berupa
korban
UU
tentang
pemberian
perlindungan
korban
kejahatan
kekerasan
yang
memang
sangat
memerlukan
pemulihan
2.8
17
kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku
kekerasan terhadap anaknya sendiri
BAB IV
PENUTUP
18
4.1
Kesimpulan
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari keluarga, masyarakat maupun
pemerintah. Dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang tercantum dalam UU No. 23
Tahun 2002 maka semua pihak mempunyai kewajiban untuk melindungi anak dan
mempertahankan hak-hak anak. Pemberlakuan Undang-undang ini juga di sempurnakan
dengan adanya pemberian tindak pidana bagi setiap orang yang sengaja maupun tidak
sengaja melakukan tindakan yang melanggar hak anak. Dalam undang-undang ini juga
dijelaskan bahwa semua anak mendapat perlakuan yang sama dan jaminan perlindungan
yang sama pula, dalam hal ini tidak ada diskriminasi ras, etnis, agama, suku dsb. Anak
yang menderita cacat baik fisk maupun mental juga memiliki hak yang sama dan wajib
dilindungi seperti hak memperoleh pendidikan, kesehatan, dsb.
Undang-undang No.23 tahun 2002 juga menjelaskan mengenai hak asuh anak yang terkait
dengan pengalihan hak asuh anak, perwalian yang diperlukan karena ketidakmampuan
orang tua berhubungan dengan hukum, pengangkatan anak yang sangat memperhatikan
kepentingan anak, serta penyelenggaraan perlindungan dalam hal agama, kesehatan,
pendidikan, sosial dan perlindungan khusus.
4.2
Saran
Undang-undang ini telah dibuat dengan baik dan memperhatikan atau peduli
terhadap hak-hak anak namun pemerintah kurang mensosialisasikan dan merealisasikan isi
undang-undang ini. Pemerintah dan masyarakat kurang berperan dalam menjalankan
undang-undang ini sebab anak masih dalam pengawasan dan pengasuhan keluarga jadi
pihak lain belum menjalankan tanggung jawab seperti yang telah tercatum diatas.
DAFTAR PUSTAKA
19
20