Anda di halaman 1dari 37

Teori Komunikasi Verbal

dan Nonverbal

Teori Komunikasi Verbal dan


Nonverbal
S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D..
Drs. Tandiyo Pradekso, M. A.
Dr. turnomo Rahardjo

PENDAHULUAN

alam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung,


hampir
selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan
nonverbal secara bersama-sama. Keduanya, bahasa verbal dan
nonverbal, memiliki sifat holistik, bahwa masing-masing tidak
dapat saling dipisahkan. Dalam banyak tindakan komunikasi,
bahasa nonverbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa
verbal. Namun lambang-lambang nonverbal juga dapat berfungsi
kontradiktif, pengulangan bahkan pengganti ungkapan-ungkapan
verbal. Ketika kita menyatakan terima kasih (bahasa verbal), kita
melengkapinya dengan tersenyum (bahasa nonverbal); kita setuju
terhadap pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan
kepala (bahasa nonverbal). Dua peristiwa komunikasi tersebut
merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan nonverbal bekerja
secara bersama-sama dalam menciptakan makna suatu perilaku
komunikasi. Modul ini akan membahas komunikasi verbal dan
nonverbal dalam tataran teoretis. Namun, guna mempermudah
memahaminya, kedua lambang komunikasi tersebut dipisahkan
pembahasannya. Bahasan dalam modul ini akan terdiri dari empat
kegiatan belajar. Pertama, bahasan akan diawali dengan
bagaimana memahami komunikasi verbal dan nonverbal dilihat
dari perbedaan di antara keduanya. Sedangkan kegiatan belajar
kedua akan mendeskripsikan tentang komunikasi nonverbal. Halhal yang akan dibicarakan adalah bagaimana. memahami
komunikasi nonverbal, dan sejarah atau perkembangan dari studi
komunikasi nonverbal. Kegiatan belajar tiga akan membahas
beberapa
pendekatan
yang
mendasari
teori-teori
dalam
komunikasi
nonverbal.
Kegiatan
belajar
keempat
akan
mengungkapkan tindak komunikasi verbal yang uraiannya akan
mencakup pengertian bahasa, sifat bahasa, dan pemahaman
teoretik tentang komunikasi verbal.
Masing-masing kegiatan belajar akan membahas dengan
lebih rinci beberapa aspek penting yang berkaitan dengan
kegiatan belajar tersebut. Karenanya, mempelajari materi dari
modul ini dengan cermat merupakan langkah terbaik untuk
memahami tindak komunikasi yang menggunakan lambanglambang verbal dan nonverbal.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki
kemampuan

Komunikasi

Teori
Page 1

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

untuk memahami peristiwa-peristiwa komunikasi


pelaksanaannya menggunakan lambang-lambang
nonverbal.

yang dalam
verbal dan

Setelah mempelajari masing-masing kegiatan belajar dengan


baik, Anda diharapkan mampu:
1. menguraikan dengan lebih rinci karakteristik komunikasi verbal
dan
nonverbal;
2. menjelaskan ciri, fungsi, dan kategori komunikasi nonverbal;
3. menguraikan latar belakang sejarah dari komunikasi nonverbal;
4. mengenal dan menjelaskan beberapa pendekatan teoritis dalam
komunikasi nonverbal;
5. menjelaskan pengertian bahasa;
6. menguraikan sifat bahasa;
7. mengenal dan menjelaskan beberapa pendekatan teoritis dalam
komunikasi verbal.

KEGIATAN
BELAJAR 1

Pemahaman mengenai Komunikasi


Verbal
dan Nonverbal

etidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau


bentuk

Komunikasi

Teori
Page 2

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, lambanglambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir di dunia
ini,
sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita,
barulah bahasa
verbal kita pelajari. Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang
universal
dibanding dengan komunikasi nonverbal, sebab bila kita pergi ke
luar negeri
misalnya dan kits tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh
masyarakat di negara tersebut, kita bisa menggunakan isyaratisyarat
nonverbal
dengan
orang
asing
yang
kita
ajak
berkomunikasi. Dan ciri yang ketiga adalah, bahwa komunikasi
verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding
dengan bahasa nonverbal yang lebih merupakan aktivitas
emosional. Artinya, bahwa dengan bahasa verbal, sesungguhnya
kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang
abstrak,
sementara
melalui
bahasa
nonverbal,
kita
mengkomunikasikan
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.

1.Definisi
Sebelum terlalu jauh kita memahami komunikasi verbal dan
nonverbal,
ada baiknya kita mengawalinya dengan mendeskripsikan definisi
atau
batasan mengenai komunikasi nonverbal. Mengapa hanya
komunikasi
nonverbal saja yang didefinisikan? Don Stacks dalam bukunya
Introduction
to Communication Theory menjelaskan bahwa perhatian untuk
mempelajari
aspek-aspek dalam komunikasi nonverbal masih sangat kecil,
sehingga dari
banyak referensi tentang komunikasi antarmanusia, kita lebih
banyak
menemukan batasan mengenai komunikasi verbal. Dicontohkannya
Frank
EX Dance dan Carl E. Larson menawarkan lebih dari seratus definisi
tentang
komunikasi verbal, namun mereka hanya menawarkan satu definisi
tentang
komunikasi nonverbal. Dengan landasan inilah, kita mencoba
untuk lebih
banyak memberi penekanan pada definisi komunikasi nonverbal.
Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan
sebagai
berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words),
sehingga
komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa katakata.
Komunikasi

Teori
Page 3

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human


Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan
langkah awal untuk membedakan apa yang disebut dengan vocal
communication yaitu
tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal
communication
yaitu tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata. Dengan
demikian, definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan
lisan dan bukan lisan
yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan (oral and
nonoral
messages expressed by other than linguistic means).
Untuk memahami dengan lebih jelas, kita dapat melihat tabel
mengenai
tipe-tipe komunikasi berikut ini.
TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
VOKAL
KOMUNIKASI VERBAL
Bahasa Tertulis

NONVOKAL

Bahasa Lisan
(spoken words)

KOMUNIKASI NONVERBAL Nada suara


(tone of voice),
Desah (sighs)
jeritan (screams),
(appearance),
kualitas vokal
(vocal quality)

(written words)
Isyarat (gesture),
gerakan
(movement),
penampilan
ekspresi wajah
(facial expression)

Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human


Communica tion, Second Edition, hal.96
Tabel tipe-tipe komunikasi di atas dapat dibaca sebagai berikut:
komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah
bahasa
lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi nonvokal adalah
bahasa
tertulis. Sementara, komunikasi nonverbal yang termasuk dalam
komunikasi
Vokal adalah nada suara, desah, jeritan dan kualitas vokal; dan
yang termasuk dalam klasifikasi komunikasi nonvokal adalah
isyarat, gerakan (tubuh), penampilan (fisik), ekspresi wajah dan
sebagainya. Atau kita dapat membaca tabel di atas secara terbalik,
diawali dengan komunikasi vokal dan nonvokal terlebih dahulu.
Komunikasi

Teori
Page 4

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Batasan lain mengenai komunikasi nonverbal dikemukakan oleh


beberapa ahli lainnya, yaitu.
a. Frank EX Dance dan Carl E. Larson:
Komunikasi nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak
bergantung pada isi simbolik untuk memaknainya (a stimulus
not dependent on symbolic content meaning).
b. Edward Sapir:
Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang
ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun
dan dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written
nowhere, known to none, and understood by all).
c. Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi:
Komunikasi
Antar Budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut.
1) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.
2) Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi
tanpa menggunakan suara.
3) Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh
seseorang yang diberi makna oleh orang lain.
4) Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah,
sentuhan, waktu, gerak isyarat, bau, perilaku mata dan lainlain.
2. Perbedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini,
bahwa antara
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat
dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersamasama untuk
menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki
perbedaanperbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada
tiga
perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan
(the
intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan
atau pesan
(the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan
mekanisme
(processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya
satu per satu.
a. Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal
adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini
menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau
kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan
bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan
tersebut
1)
dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula.

Komunikasi

Teori
Page 5

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau


intent
tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang
penerima
sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal.
Sebab,
komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan
sengaja dan
kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal.
Selain itu,
komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang
berlaku,
sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas.
Misalnya,
norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian,
namun
berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah
situasi
tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar
terhadap
penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah
cukup untuk
memenuhi
persyaratan
guna
mendefinisikan
komunikasi
nonverbal.
b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena
beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya,
memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin
akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya
berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai
ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah
bentuk komunikasi yang diantarai (mediated form of
communication).
Dalam
arti
kita
mencoba
mengambil
kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu
pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang
telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang
yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi
nonverbal lebih alami, isi beroperasi sebagai norma dan
perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan
bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding
bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat
verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit
dan lewat aturan-aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada
penjelasan
yang
samar-samar
dan
informal
mengenai
signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita
mencoba
untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan
lambang
Komunikasi

Teori
Page 6

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

(simbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu


kejadian
atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan.
Sedangkan
lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu
yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh,
tanda dari
sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang
adalah bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui
abstraksi. Dengan
perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah
tanda
(sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubahubah untuk
menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang
(simbol).
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam
arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama
dalam sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa
nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti
perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal
berkaitan
dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi
termasuk
komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita
menafsirkan
informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan
perilakuperilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang
dipelajari dan
perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe
informasi
pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah
kiri adalah
tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubahubah,
sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro
dan
Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan
nonverbal
berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi
nonverbal kurang
terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita berkomunikasi
secara

Komunikasi

Teori
Page 7

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

nonverbal adalah lebih sederhana dibanding komunikasi verbal


yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan
sintaksis. Komunikasi
nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak
komunikasi
berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal
tidak
bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau
masa
mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan
sebuah
pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut
terjadi,
sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks
tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat
dilihat dari dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini
dicetuskan oleh Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam
buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.
a. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum
atau aturan-aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal
hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur formal
yang
mengarahkan
komunikasi.
Kebanyakan
komunikasi
nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan
kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang
jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang
berbeda pada saat yang berlainan.
b. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur,
sejarah,
variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata
lain,
linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu
suatu
sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian
maknanya. Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena
tidak adanya struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna
pada lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal yang
didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti
khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori
mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa kaum
tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambanglambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung, sementara
komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputusputus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang
terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama
tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat dipersepsikan
Komunikasi

Teori
Page 8

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi


nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata
dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal
dan akhir yang pasti.
d. Dipelajari ><Didapat secara Ilmiah
Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi
secara
nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya.
Bahkan
ada yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan nalurinaluri dasar
nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang
harus
dipelajari.
e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan
dalam
Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan
neurofisiologik
melihat
perbedaan
dalam
pemrosesan stimuli
verbal dan nonverbal pada diri manusia. Pendekatan ini
menjelaskan
bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam
bagian otak
sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang memerlukan
analisis dan
penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri. Dengan
adanya
perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan menerima
pesan
berbeda pula.
Masih dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya
SunarwinadiSamovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara
komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut.
a. Banyak perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan
biologik. Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturanaturan dan prinsip-prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti
sintaks dan tata bahasa.
Misalnya, kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara,
tetapi
dalam berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan
mata
berkedip terus-menerus.
b. Banyak komunikasi nonverbal serta lambang-lambangnya yang
bermakna
universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih
banyak yang bersifat spesifik bagi kebudayaan tertentu.
c. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan
sekaligus dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi
verbal terikat pada urutan waktu.
d. Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini.
Sedangkan
penggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi
membutuhkan
Komunikasi

Teori
Page 9

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

masa sosialisasi sampai pada tingkat tertentu.


e. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional
dibanding komunikasi verbal.
3. Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaanperbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya
tindak
komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal
maupun
nonverbal adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif.
Secara
historis, kode nonverbal sebagai suatu multi saluran akan
mengubah pesan
verbal melalui enam fungsi: pengulangan (repetition), berlawanan
(contradiction), pengganti (substitution), pengaturan (regulation),
penekanan
(accentuation) dan pelengkap (complementation).
Dalam tahun
1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan
nonverbal
akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam
suatu
lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah
tawaran yang
kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan "satu'.
Pesan-pesan
nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau
menegaskan pesan
verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam.
Kadang-kadang,
komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita
tidak perlu
secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya
mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang
bermakna kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal
adalah mengatur pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi
untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam suatu cara yang
sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama
percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga
memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan
kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah
pelengkap pesan verbal dengan mengubah pesan verbal, seperti
tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga diungkapkan oleh Samovar
(Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam
suatu peristiwa
komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama
dengan
Bahasa verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada pesan
verbal.
Misalnya menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
Komunikasi

Teori
Page 10

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

b. Perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal.


Misalnya
menyatakan arah tempat dengan menjelaskan "Perpustakaan
Universitas
Terbuka terletak di belakang gedung ini", kemudian mengulang
pesan
yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal,
misalnya
mengatakan maaf pada teman karena tidak dapat meminjamkan
uang;
dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi dengan
ekspresi
muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet
yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal.
misalnya
menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan
dengan mata
yang berlinang-linang.
Dalam perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi
nonverbal
dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada
sebagai sebuah
fungsi pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi
holistik
mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan,
muslihat, emosi
dan struktur percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal
terutama
berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha
supaya orang
lain dapat melakukan apa yang kita perintahkan. Hickson dan
Stacks
menegaskan
bahwa
fungsi-fungsi
holistik
tersebut
dapat
diturunkan dalam 8
fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap
perilaku
orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau
ketidaksenangan,
peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan
diri (selfdeception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa
makna yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti
atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal
dan nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu
sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi yang
efektif.

Komunikasi

Teori
Page 11

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

KEGIATAN BELAJAR

Komunikasi Nonverbal

alam Kegiatan Belajar 2 berikut ini, kits akan mempelajari


komunikasi
nonverbal dengan lebih mendalam. Pembahasan akan mencakup
bagaimana kita memahami komunikasi nonverbal dan deskripsi
ringkas mengenai sejarah komunikasi nonverbal.
Bagaimana kita memahami komunikasi nonverbal, setidaknya
dapat kita
lihat dari dua nisi. Pertama, karakteristik komunikasi nonverbal
yang
meliputi
eksistensinya,
perannya
dalam
mentransmisikan
perasaan, sifat
menduanya, dan keterikatannya dengan suatu budaya tertentu.
Selain itu,
upaya untuk memahami komunikasi nonverbal dapat pula dilihat
dari
kategorinya yang mencakup postur, isyarat (gestural), penggunaan
wajah dan
mata, suara, sentuhan, cara berpakaian, dan sebagainya. Pada
bagian lain, kita akan mempelajani juga-sejarah singkat
komunikasi nonverbal dari masa Yunani dan Romawi sampai
pendekatan yang sekarang digunakan.
Karenanya, mempelajari dengan sungguh-sungguh materi yang
ada
dalam Kegiatan Belajar 2 ini merupakan langkah awal untuk dapat
memahami komunikasi manusia secara verbal dan nonverbal.
A. MEMAHAMI KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sebagaimana yang telah diuraikan dalam
Kegiatan Belajar 1, terdiri dari pesan-pesan yang dinyatakan
melalui alat-alat nonlinguistik. Namun demikian, kurang tepat
apabila kita mempunyai pikiran
bahwa semua ekspresi yang tanpa kata-kata (wordless)
merupakan komunikasi nonverbal atau semua pernyataan yang
terungkapkan secara lisan merupakan komunikasi verbal (pelajari
kembali tabel mengenai tipe-tipe
komunikasi yang ada pada Kegiatan Belajar 1).
Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi
nonverbal memiliki empat karakteristik yaitu keberadaannya,
kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat
ambiguitasnya dan keterikatannya dalam suatu kultur tertentu.
Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal akan dapat
diamati

Komunikasi

Teori
Page 12

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

ketika kita melakukan tindak komunikasi secara verbal, maupun


pada saat
bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain, komunikasi
nonverbal
akan selalu muncul dalam setiap tindakan komunikasi, disadari
maupun tidak
disadari. Keberadaan komunikasi nonverbal ini pada gilirannya
akan
membawa kepada cirinya yang lain, yaitu bahwa kita dapat
berkomunikasi
secara nonverbal, karena setiap orang mampu mengirim pesan
secara
nonverbal kepada orang lain, tanpa menggunakan tanda-tanda
verbal.
Karakteristik lain dari komunikasi nonverbal adalah sifat
ambiguitasnya,
dalam arti ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap
perilaku. Sifat
ambigu atau mendua ini sangat penting bagi penerima (receiver)
untuk
menguji setiap interpretasi sebelum sampai pada kesimpulan
tentang makna
dari suatu pesan nonverbal. Dan karakteristik terakhir adalah
bahwa
komunikasi nonverbal terikat dalam suatu kultur atau budaya
tertentu.
Maksudnya, perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam
satu
budaya, akan mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam
ikatan
kultur yang lain.
2. Kategori Komunikasi Nonverbal
Kategori komunikasi nonverbal yang dimaksudkan dalam
bahasan ini
adalah beragam cara yang digunakan orang-orang untuk
berkomunikasi
secara nonverbal, yaitu vocalics atau paralanguage, kinesics yang
mencakup
gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah (facial
expression),
perilaku mata (eye behavior), lingkungan yang mencakup objek
benda dan
artifak, proxemics: yang merupakan ruang dan teritori pribadi,
haptics
(sentuhan), penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian),
chronemics
(waktu), dan olfaction (bau).
Dalam tindak komunikasi sehari-hari, kita lebih banyak
mempunyai output dan input vokal dibanding dengan kata-kata
yang kita ungkapkan secara lisan. Output dan input vokal inilah
yang kita sebut sebagai vocalics atau paralanguage. Contoh nyata
Komunikasi

Teori
Page 13

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

dari kategori komunikasi nonverbal ini adalah desah (sighing),


menjerit (screaming), merintih (groaning), menelan (swallowing)
menguap (yawning), di samping bentuk-bentuk seperti jeda,
intonasi, dan penekanan dalam pembicaraan lisan.
Kategori lain dari komunikasi nonverbal adalah kinesics. Ketika
kita
berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu
berubah
tanpa melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan.
Paul Ekman
dan Wallace Friesen telah mengidentifikasikan enam emosi dasar
bahwa ekspresi wajah mencerminkan keheranan, ketakutan,
kemarahan, kebahagiaan, kesedihan, dan kebencian atau kejijikan.
Bentuk lain dari kinesics adalah gerakan tangan, kaki dan
kepala. Orangorang yang terlibat dalam tindak komunikasi sering menggerakkan
kepala
dan tangannya selama interaksi berlangsung. Beberapa dari
gerakan kepala
dan tangan tersebut dilakukan secara sadar dan beberapa lainnya
dilaksanakan secara tidak sengaja, namun semuanya memiliki
makna.
Gerakan tangan cenderung digunakan paling banyak oleh orang
yang sedang
berbicara, sedangkan pendengar cenderung, memakai gerakan
kepala.
Gerakan kepala yang paling umum digunakan oleh orang-orang
yang sedang
mendengar adalah anggukan dan gelengan kepala. Gerakan kepala
yang lain
adalah dengan mengernyitkan atau mengerutkan dahi. Gerakan ini
bermakna
bahwa orang yang sedang mendengarkan memberikan umpan
balik
(feedback) kepada pembicara.
Gerakan tangan menyajikan banyak fungsi pesan bagi
pembicara selama
interaksi berlangsung, yaitu menegaskan atau menjelaskan apa
yang
dikatakan,
memberi
penekanan
pada
pembicaraan
dan
mengilustrasikan apa
yang sedang dikatakan. Selain itu, ada jugs gerakan tangan yang
tidak
memiliki hubungan yang nyata terhadap apa yang sedang
dikatakan. Tujuan
dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas
pesan, misalnya
berjabat
tangan
dengan
cepat
untuk
mengekspresikan
kegembiraan.
Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa
dan apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa lama. Mata kita
merupakan saluran komunikasi nonverbal yang penting, tidak
Komunikasi

Teori
Page 14

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

hanya selama interaksi tetapi jugs sebelum dan sesudah interaksi


berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan tersenyum, orangorang yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik
dengan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Kategori selanjutnya dari komunikasi nonverbal adalah
proxemics, yaitu
suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu
tindak
komunikasi berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang
(space).
Antropolog Edward T. Hall mendefinisikan empat jarak yang kita
gunakan
dalam kehidupan sehari-hari, Ia menjelaskan bahwa kita memilih
satu jarak
khusus bergantung pada bagaimana kita merasakan terhadap
orang lain pada
suatu situasi tertentu, konteks percakapan dan tujuan-tujuan
pribadi kita.
Keempat jarak tersebut adalah intimate distance, personal
distance, social
distance dan public distance. Namun empat jarak yang
dikemukakan oleh Hal ini hanya menggambarkan perilaku orangorang dari Amerika Utara dan
sangat mungkin berbeda dengan orang-orang yang berasal dari
budaya lain.
Adapun klasifikasi Hall tersebut adalah sebagai berikut.
a. Intimate Distance
Percakapan dalam jarak yang akrab ini berlangsung dengan
bisikan atau
suara yang sangat pelan. Dalam jarak ini, orang-orang yang
berkomunikasi secara emosional sangat dekat dan dalam situasi
yang
sangat pribadi. Orang-orang yang terlibat dalam interaksi
dengan jarak
yang akrab ini merupakan suatu tanda bahwa di antara mereka
tumbuh
rasa saling percaya. Namun demikian, interaksi dalam jarak
yang akrab
ini juga terjadi dalam lingkungan yang kurang akrab, seperti
ketika kita
berobat ke dokter.
b. Personal distance
Dalam jarak personal ini, kontak komunikasi yang berlangsung
masih
tertutup, namun percakapan-percakapannya tidak lagi bersifat
pribadi
dibanding dengan interaksi dalam jarak akrab.
c. Social distance
Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial ini biasanya
terjadi dalam
situasi bisnis, misalnya interaksi antara salesman/girl dengan
para calon
Komunikasi

Teori
Page 15

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

pembeli/pelanggan. Dalam kontak komunikasi ini, suara yang


lebih keras
sangat dibutuhkan,
d. Public distance
Contoh nyata dari komunikasi yang menggunakanjarak publik
ini adalah perkuliahan dalam kelas dan pidato yang
disampaikan pada suatu ruang tertentu. Dalam jarak publik ini,
komunikasi yang bersifat dua arah (twoway traffic) sulit untuk
dilaksanakan, sebab ada jarak yang cukup jauh antara
pembicara dengan para pendengarnya.
Faktor lingkungan sebagai salah satu karakteristik penandaan
nonverbal
dapat berupa lingkungan atau benda-benda yang digunakan atau
dimiliki
seseorang yang dapat merefleksikan makna tertentu yang
berkaitan dengan
orang tersebut. Misalnya, ketika kita memasuki ruang atau rumah
seseorang,
dengan segera kita dapat memperoleh kesan mengenai
kepribadian penghuninya. Demikian pula dengan kesan yang kita
berikan pada seseorang
dengan melihat mobil yang dikendarainya, perabot rumahnya,
asesorisnya,
dan sebagainya. Hal ini terjadi karena orang cenderung memilih
benda atau
lingkungan
yang
dapat
merefleksikan
citra
diri
dan
kepribadiannya.
Penampilan
fisik
acapkali
mengekspresikan
penandaan
nonverbal tertentu. Hal ini dapat kita rasakan ketika memberikan
stereotipe tertentu yang berkaitan dengan keadaan fisik
seseorang. Misalnya orang yang gemuk dianggap sebagai periang
dan orang yang kurus sebagai orang yang serius. Demikian pula
dengan panjang atau potongan rambut tertentu. Beberapa
karakter fisik lainnya yang dianggap berperan dalam penandaan
nonverbal mencakup berat badan, tinggi badan, wama kulit, kontur
wajah, dan berbagai jenis bekas luka atau cacat fisik. Sementara
itu atribut lain yang berhubungan erat dengan penampilan fisik,
dan sangat jelas berperan sebagai penanda makna tertentu adalah
cars berpakaian.
Biasanya ketika orang memilih dan memutuskan untuk memakai
pakaian
tertentu, maka dia secara sadar telah menggunakan tanda
nonverbal untuk
mengekspresikan
makna
melalui
kesan
tertentu
dalam
penampilannya.
Seperti dikemukakan oleh Ronald B. Adler dan George Rodman
dalam
bukunya Understanding Human Communication, bahwa salah satu
kategori
komunikasi nonverbal yang penting adalah clothing atau cara
berpakaian.
Komunikasi

Teori
Page 16

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Pakaian yang dikenakan merupakan satu alat komunikasi. Orangorang


dengan sengaja mengirimkan pesan tentang diri mereka melalui
apa yang
mereka kenakan dan kits berusaha menginterpretasikannya
berdasarkan pada
pakaian yang dikenakan. Dengan demikian, pakaian tidak hanya
melindungi
kita dari panas dan dingin, namun melalui pakaian dapat menjadi
indikator
dari status sosial ekonomi seseorang, penanda dari peran-peran
tertentu
(ABRI, Pegawai Negeri Sipil) dan sebagainya.
Haptics atau sentuhan atau kontak tubuh dikatakan oleh
Emmert dan
Donaghy sebagai cara terbaik untuk mengkomunikasikan sikap
pribadi, baik
yang positif maupun yang negatif. Frekuensi dan durasi sentuhan
dapat
menjadi indikator tentang persahabatan dan rasa suka di antara
orang yang
melakukannya. Sentuhan dapat pula menjadi indikator yang paling
ekstrim
dari rasa tidak suka atau kemarahan, seperti menampar,
menyepak, memukul,
dan sebagainya. Cara-cara atau bentuk sentuhan dapat pula
menunjukkan
posisi orang dalam hubungan dengan orang lainnya, khususnya
dalam
pengertian dominan dan submisif (seperti mengelus kepala,
mencium tangan,
dan sebagainya).
Waktu atau chronemics juga dapat menjadi penanda nonverbal
yang
digunakan ketika seseorang berkomunikasi. Bentuk nyata yang
dapat kita
rasakan adalah mengenai orang yang tepat/tidak tepat waktu,
orang yang mengulur-ulur waktu untuk menyampaikan pesan
bahwa dia tidak menyukai apa yang sedang dilakukannya, dan
sebagainya.
3. Deskripsi Historis Komunikasi Nonverbal
Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditemukan
pada zaman
Aristoteles sekitar 400 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Namun
studi
ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, barn dilakukan pada
zaman Yunani dan Romawi Kuno.
Karya Cicero, Pronuntiatio atau cara berpidato, mungkin yang
pertama kali memperlakukan komunikasi nonverbal secara
sistematis. Bagaimanapun juga, karyanya telah dibatasi untuk
Komunikasi

Teori
Page 17

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

menggunakan suara dan gerakan-gerakan ragawi dalam konteks


public speaking. Dari hasil karya Cicero ini, kemudian orang lain
mengkaji pengaruh bahasa nonverbal terhadap komunikasi dalam
hampir keseluruhan situasi public speaking.
Dalam tahun
1775, Joshua Steele memusatkan kajiannya
mengenai
komunikasi nonverbal pada suara sebagai satu instrumen atau
pada suatu
konsep yang disebut Prosody. Konsep dari Steele ini menjelaskan
bahwa
bahasa dalam drama atau puisi dapat "dibaca" hampir seperti
notasi musik.
Kemudian pada tahun 1806, Gilbert Austin mengkonsentrasikan
kajiannya
pada gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa.
Pendekatan
ini menghasilkan sebuah sistem yang disebut dengan elocutionary
system di
mana isyarat-isyarat yang" pantas" dipelajari dan digunakan dalam
pertunjukan drama. Elocutionary system adalah seni deklamasi
atau keahlian
membaca/mengucapkan kalimat dengan logat dan lagu yang baik
di muka
umum.
Kajian yang lebih kompleks tentang komunikasi nonverbal
dikembangkan oleh Francois Delsarte. Delsarte menggabungkan
suara dan gerakan-gerakan badan sekaligus. Dalam kajiannya
tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan bahwa pesan-pesan atau
komunikasi secara nonverbal merupakan "agents of the heart".

KEGIATAN BELAJAR 3

Beberapa Pendekatan dalam Teori


Komunikasi Nonverbal

ermulaan dari studi komunikasi nonverbal modern seringkali


diidentifikasikan dengan karya Darwin: The Expression of
Emotions in

Komunikasi

Teori
Page 18

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Man and Animals. Perhatian Darwin terhadap komunikasi


nonverbal terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai sebuah
teori untuk menjelaskan mengenai penampilan (theory of
performance), sebuah cara berpidato yang mengindikasikan
suasana hati, sikap atau perasaan.
Dari karya Darwin ini, perhatian terhadap komunikasi nonverbal
telah memunculkan kajian antardisiplin. Dari hasil karyanya pula,
telah dikembangkan tiga perspektif teoritis, yaitu the ethological
approach (studi mengenai kesamaan-kesamaan antara perilaku
manusia dengan perilaku binatang), the anthropological approach
dan the functional approach. Dari ketiga pendekatan ini muncul
sejumlah
teori-teori yang
menjelaskan
tentang
fenomena
nonverbal yang dapat diterapkan dalam konteks komunikasi.
1. Ethological Approach (Pendekatan Etologi)
Menurut Darwin, emosi manusia seperti halnya emosi dari
binatang
dapat dilihat dari wajahnya. Darwin mengasumsikan bahwa
komunikasi
nonverbal dari makhluk hidup (species) yang berbeda sebenarnya
adalah
sama. Orang-orang yang mendukung pandangan Darwin seperti
Morris,
Ekman dan Friesen percaya bahwa ekspresi nonverbal pada budaya
mana pun
esensinya sama, karena komunikasi nonverbal tidak dipelajari, is
adalah
bagian alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologis yang
sering
disebut-sebut adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat
ditemukan
pada kultur mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan
analisisnya pada
makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori mereka disebut
cumulative structure atau meaning centered karena lebih
banyak membahas mengenai makna yang berkaitan dengan
gerak tubuh dan
ekspresi
wajah
ketimbang
struktur
perilaku.
Mereka
beranggapan bahwa
seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal: apakah
suatu
tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai
pesan
verbal. Hal ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang
menceritakan
sesuatu
sambil
gerak
tangannya
yang
menunjukkan tinggi
dan ekspresi wajah yang gembira. Gerak tangan yang
menunjukkan
tinggi ini tidak akan memiliki arti tanpa disertai ungkapan
verbal, jadi
Komunikasi

Teori
Page 19

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

tindakan ini disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain halnya


dengan
ekspresi wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan
dapat
diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun demikian,
kedua
tindakan tersebut telah menambahkan kepada makna yang
berkaitan
dengan interaksi antara kedua orang tersebut, dan ini oleh
Ekman dan
Friesen disebut sebagai `expressive behavior'.
Selanjutnya, Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima
kategori dari expressive behavior yaitu emblem, ilustrator,
regulator, adaptor, dan penggambaran perasaan, di mana
masing-masing memberikan kedalaman pada makna yang
berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah gerakan
tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan
pesan verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan pesan verbal. Contohnya adalah setuju, pujian, atau
ucapan selamat jalan yang dapat digantikan dengan anggukan
kepala, acungan jempol, atau lambaian tangan.
Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang
mendukung dan melengkapi pesan verbal. Misalnya raut muka
yang serius ketika memberikan penjelasan untuk menunjukkan
bahwa yang dibicarakan adalah persoalan serius, atau gerakan
tangan yang menggambarkan sesuatu yang sedang dibicarakan.
Sementara itu, regulator adalah tindakan yang disengaja yang
biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya mengenai
giliran berbicara. Bentuk-bentuk lain dari regulator dalam
percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala,
tangan yang menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh, dan
sebagainya, yang kesemuanya berperan dalam mengatur anus
informasi pada suatu situasi percakapan.
Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang
disengaja, yang digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan
menciptakan kenyamanan bagi tubuh atau emosi. Terdapat dua
subkategori dari adaptor, yaitu: `self' (seperti menggaruk
kepala, menyentuh dagu atau hidung) dan `object' (menggigit
pinsil, memainkan kunci).. Perilaku ini biasanya dipandang
sebagai refleksi kecemasan atau perilaku negatif. Kategori
kelima adalah penggambaran emosi atau `affect display' yang
dapat disengaja maupun tidak, dapat menyertai pesan verbal
maupun berdiri sendiri. Menurut Ekman dan Friesen, terdapat
tujuh bentuk affect display yang pengungkapannya cukup
universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut, gembira, sedih,
dan terkejut. Mereka mengemukakan pula bahwa beberapa
affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara
bersamaan, dan bentuk seperti ini disebut "affect bland".
b. Teori tindakan (Action theory)
Morris juga mengemukakan suatu pandangan mengenai kinesic
yang
Komunikasi

Teori
Page 20

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

lebih didasarkan pada tindakan. Dia mengasumsikan bahwa


perilaku
tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam
suatu
rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah. Menurutnya,
terdapat
lima kategori yang berbeda dalam tindakan yaitu: pembawaan
(inborn),
ditemukan (discovered), diserap (absorb), dilatih (trained), dan
campuran
(mixed). Inborn merupakan insting yang dimiliki sejak lahir,
seperti
perilaku menyusu. Discovered diperoleh secara sadar dan
terbatas pada
struktur genetik tubuh, seperti menyilangkan kaki. Absorbed.
Diperoleh
secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain
(biasanya teman)
seperti meniru ekspresi atau gerakan seseorang. Trained
diperoleh dengan
belajar, seperti berjalan, mengetik dan sebagainya. Sedangkan
mixed
actions diperoleh melalui berbagai macam cara yang mencakup
keempat
hal di atas.
2. Anthropological Approach (Pendekatan Anthropologis)
Pendekatan antropologis
menganggap komunikasi
nonverbal terpengaruh oleh kultur atau masyarakat, dan
pendekatan ini diwakili oleh dua teori yang dikemukakan oleh
Birdwhistell dan Edward T. Hall.
a. Analogi Linguistik
Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan bahwa
komunikasi
nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi
verbal.
Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang
membentuk
apa yang kita sebut kata. Kombinasi kata dalam suatu konteks
akan
membentuk kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan
membentuk
paragraf. Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama
terjadi
dalam konteks nonverbal, yaitu terdapat `bunyi nonverbal' yang
disebut
allokines
(satuan gerakan tubuh terkecil yang sering kali
tidak dapat
dideteksi). Kombinasi allokines akan membentuk trines dalam
suatu
bentuk yang serupa dengan bahasa verbal, yang dalam teori ini
disebut
Komunikasi

Teori
Page 21

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

sebagai analogi linguistik.


Teori ini mendasarkan penjelasannya pada enam asumsi sebagai
berikut.
1)
Terdapat tingkat Baling ketergantungan yang tinggi
antara kelima
indera manusia, yang bersama-sama dengan ungkapan
verbal akan
membentuk `infracommunicational system'.
2)
Komunikasi kinesic berbeda antarkultur dan bahkan
antara
mikrokultur.
3)
Tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal.
4)
Prinsip-prinsip pengulangan (redundancy) tidak terdapat
pada
perilaku kinesic.
5)
Perilaku kinesic lebih primitif dan kurang terkendali
dibanding
komunikasi verbal.
6)
Kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara
berulang-ulang
sebelum
kita
dapat
memberikan
interpretasi yang akurat.
Keenam prinsip yang mendasari analogi linguistik ini pada
dasarnya
menyatakan bahwa kelima indera kita berinteraksi atau bekerja
bersamasama untuk menciptakan persepsi, dan dalam setiap situasi,
satu atau
lebih indera kita akan mendominasi indera lainnya. Menurut
Birdwhistell,
perilaku kinesic bersifat unik bagi tiap kultur atau subkultur,
sehingga
perbedaan individu dalam komunikasi nonverbal merupakan
fungsi kultur
atau subkultur di mana individu tersebut berada. Oleh
karenanya, kultur
harus
diperhitungkan
dalam
studi
tentang
komunikasi
nonverbal.
Prinsip ketiga menegaskan kembali bahwa perilaku
nonverbal lebih
banyak diperoleh sebagai hasil belajar daripada faktor genetik
yang
diturunkan antar generasi. Dia juga menganggap bahwa
komunikasi
nonverbal lebih bersifat melengkapi komunikasi verbal dari
pada
mengulang atau menggantikannya, yaitu keduanya bekerja
bersamasama dalam menghasilkan makna. Dan akhirnya, karena
komunikasi
nonverbal tidak selalu dilakukan secara sadar dan lebih bersifat
primitif,
Komunikasi

Teori
Page 22

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

kita cenderung untuk melupakan apa yang kita 'katakan' secara


nonverbal.
Selanjutnya Birdwhistell menjelaskan bahwa fenomena
parakinesic
(yaitu kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi
verbal)
dapat dipelajari melalui struktur gerakan. Struktur ini
mencakup tiga
faktor yaitu: intensitas dari tegangan yang tampak dari otot,
durasi dari
gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan. Dari faktor-faktor
ini kita
dapat mengenal isi berbagai klasifikasi gerakan/perilaku yang
meliputi
allokine, kine, kineme (pengelompokan kine yang artinya
menyerupai
suatu
`kata' dalam bahasa), dan kinemorpheme
(yang
menyerupai
kalimat dalam konteks bahasa). Jadi kita dapat menganalisis
komunikasi nonverbal seperti jika kita melakukannya pada
komunikasi verbal, namun kita mengganti unit analisisnya dari
`bunyi dan kata' menjadi `gerak dan gerakan'.
b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall
membahas
komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics.
Teori Hall
mengenai proxemico (sebagian telah dibahas pada Kegiatan
Belajar 2)mengacu kepada penggunaan "ruang" sebagai
ekspresi spesifik dari kultur. Teori Hall mencakup batasanbatasan mengenai ruang yang disebutnya sebagai lingkungan
(artifactual), teritorial, dan personal. Lebih lanjut dia
mengemukakan adanya tiga jenis ruang, masing-masing dengan
norma dan ekspektasi yang berbeda, yaitu: informal space,
ruang terdekat yang mengitari kita (personal space); fixed
feature space' yaitu benda di lingkungan kita yang relatif sulit
bergerak atau dipindahkan seperti rumah, tembok, dan
sebagainya; dan `semifixed feature space', yaitu barang-barang
yang dapat dipindahkan yang berada dalam fixed-feature space.
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah
kajiannya
mengenai
preferensi
dalam
personal
space.
Menurutnya, preferensi ruang seseorang ditentukan oleh
delapan faktor yang saling terkait yang ditemukan dalam tiap
kultur. Pertama adalah, jenis kelamin dan posisi dari orang yang
sating berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan apakah
mereka duduk, berdiri, dan sebagainya. Kedua, sudut
pandangan atau "angle" yang terbentuk oleh bahu dan
dada/punggung dari orang yang berkomunikasi (faktor
sociofugal-sociopetal axis). Ketiga, posisi badan ketika
berkomunikasi yang berada dalam jarak sentuhan (faktor
kinesthetic). Keempat, sentuhan dan jenis sentuhan
(faktor
Komunikasi

Teori
Page 23

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

zero- proxemic). Kelima, frekuensi dan cara-cara kontak mata


(faktor visual code). Keenam, persepsi tentang panas tubuh
yang dapat dirasakan ketika berinteraksi (faktor thermal code).
Ketujuh, odor atau bau yang tercium ketika berinteraksi (faktor
olfactory code). Delapan, kerasnya atau volume suara dalam
interaksi (faktor voice loudness).
Dalam analisisnya mengenai chronemics atau waktu
sebagai salah
satu tanda nonverbal, Hall mengemukakan bahwa norma-norma
waktu
ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang
berbeda-beda.
Waktu memiliki apa yang disebut dengan `formal time, 'informal
time ,
dan 'technical time' Formal time mencakup susunan dan siklus,
memiliki nilai, memiliki durasi dan kedalaman. Informal time
biasanya didefinisikan secara lebih longgar dalam kultur, dan
bekerja pada tataran psikologis atau sosiologis, serta
diungkapkan melalui individu atau kelompok. Penggunaannya
dapat berupa ungkapan `sebentar lagi', `nanti', atau `sekarang'.
Sedangkan technical time menggambarkan penggunaan waktu
secara lebih spesifik, seperti `kilometer perjam', `tahun
matahari' atau `meter per detik'.
3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)
Pendekatan fungsional memandang komunikasi nonverbal
sebagai
bertujuan dan dibatasi oleh suatu kerangka waktu tertentu. Ini
berbeda dari
pendekatan ethologis di mana komunikasi nonverbal dipandang
sebagai suatu
proses evolusi yang berkesinambungan dari spesies yang lebih
rendah sampai kepada manusia. Ini juga berbeda dari pendekatan
antropologis di mana fungsi tertentu dapat terjadi dalam setiap
kultur. Dalam teori fungsional, norma-norma kultural dianggap
sebagai sesuatu yang telah ada (given) dan diperhitungkan dalam
kerangka waktu sebagai `variasi kultural'. Persoalan yang muncul
dengan pendekatan fungsional adalah bahwa teori-teorinya
mengemukakan sejumlah fungsi yang berbeda, beberapa di
antaranya menunjukkan kesamaan sementara sejumlah lainnya
berbeda.
a. Teori metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam
pengelompokan
fungsi.
Dia
memandang
komunikasi
nonverbal berada di antara tiga kontinum, yaitu: dominansubmisif,
menyenangkan
tidak
menyenangkan,
dan
mengairahkan tidak menggairahkan. Perilaku nonverbal
dapat ditempatkan pada setiap kontinum dan dianalisis
melalui tiga metafora yang berkaitan dengan kekuasaan dan
status,
kesukaan, dan tingkat responsif. Metafora kekuasaan-status
menKomunikasi

Teori
Page 24

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

cerminkan
tingkatan
di
mana
perilaku
nonverbal
mengkomunikasikan
dominasi atau submisi. Metafora kesukaan didasarkan pada
kontinum
menyenangkan-tidak menyenangkan, sedangkan metafora
responsif
didasarkan
pada
kontinum
menggairahkan-tidak
menggairahkan. Hampir setiap pesan nonverbal dapat
dianalisis oleh setiap fungsinya dan diinterpretasikan dari
satu atau kombinasi fungsi-fungsi tersebut.
Misalnya
senyuman
dapat
mengindikasikan
adanya
kesenangan,
kegairahan dan kesukaan. Teori Mehrabian dapat diterapkan
pada semua komunikasi nonverbal, meskipun paling sesuai
untuk diterapkan pada penandaan kinesic, para language,
sentuhan danjarak/ruang.
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori
komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintimanekuilibrium.
Mereka mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi
dalam konflik
antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan
yang menarik dan mendorong antara satu orang dengan
orang lainnya cenderung untuk menyeimbangkan suatu
hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai dalam perilaku
nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan (jarak yang
lebih dekat, kontak mata yang lebih banyak, sentuhan dan
gerakan tubuh yang lebih sering) dan penghindaran (jarak
yang lebih jauh, kurangnya kontak mata, dan jarangnya
sentuhan dan gerakan tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean
mengemukakan bahwa ketika kita berinteraksi, kits
mengalami atau menggunakan seluruh saluran komunikasi
yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran
nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran
lainnya sebagai kompensasi.
c. Teorifungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal
memiliki lima
fungsi, yaitu: memberikan informasi, mengekspresikan
keintiman,
mengatur interaksi, melaksanakan kontrol sosial, dan
membantu
pencapaian tujuan. Memberikan informasi antara lain
membiarkan
seseorang mengerti tentang perasaan kita. Mengekspresikan
keintiman
dapat dilakukan melalui sentuhan. Pengaturan interaksi
antara lain
Komunikasi

Teori
Page 25

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

mengatur giliran berbicara dalam percakapan. Melaksanakan


kontrol
sosial digunakan ketika kits mengekspresikan pandangan.
Membantu
pencapaian tujuan biasanya bersifat impersonal, misalnya
sentuhan yang terjadi ketika seorang penata rambut sedang
menata rambut kita.
d. Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan
kepada
`kegunaan, motif, atau hasil dari komunikasi'. Teori ini
menjelaskan
peran yang dimiliki oleh komunikasi nonverbal terhadap hasil
komunikasi, seperti persuasi dan desepsi (pengelabuan).
Dengan
demikian teori ini telah mengalihkan perhatian dari suatu
pemahaman
mengenai bagaimana cara kerja komunikasi nonverbal,
kepada apa yang dilakukan komunikasi nonverbal. Burgoon
mengemukakan terdapat sedikitnya sembilan fungsi, dari
komunikasi emosional sampai
pemrosesan informasi dan pemahaman. Teori ini memandang
suatu
inisiatif untuk berinteraksi sebagai bersifat multi fungsional
dan sebagai suatu bagian penting dari proses komunikasi.
Jadi fokusnya bukan sekedar pada apa yang ditampilkan oleh
perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara
perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada di baliknya.

KEGIATAN BELAJAR 4

Teori-teori Komunikasi Verbal

ertanyaan mengenai bagaimana kita memperoleh dan


menggunakan bahasa (komunikasi verbal) untuk
berkomunikasi telah menjadi bahasan teoritis selama
berabad-abad. Kemampuan kita untuk melakukan
simbolisasi dan berbicara telah memisahkan kita dari spesies lain
yang lebih rendah. Pembahasan pada Kegiatan Belajar 4 ini
berusaha untuk memahami bagaimana dan dengan efek apa
bahasa digunakan. Meskipun demikian, sama seperti komunikasi
nonverbal, terdapat berbagai perspektif mengenai bahasa dan
pengaruhnya. Kita akan mulai dengan suatu pandangan bahwa
bahasa secara genetis telah dimiliki oleh manusia (nature
approach). Dengan demikian, kita hanya perlu mempelajari

Komunikasi

Teori
Page 26

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

kombinasi tertentu dari penggunaan kata, yang merefleksikan


cara-cara kita menyampaikan dan menerima pesan.
Pada bagian berikutnya kita akan masuk pada suatu
pendekatan yang mempelajari dampak dari penggunaan bahasa
dalam menciptakan realitas, yaitu bagaimana kita `memberi label'
atau 'atribut' pada dunia kita dan bagaimana 'label' tersebut
menghasilkan `realitas' (narture approach). Kita kemudian akan
beralih kepada pandangan fungsional yang mencoba menjawab
pertanyaan: mengapa kita bereaksi terhadap bahasa, seolah-olah
kata adalah benda yang direpresentasikannya? Pada bagian akhir
kita akan mendiskusikan suatu pendekatan yang berorientasi pada
pesan dalam bahasa, dan membahas proses berpikir yang
berkaitan dengan bahasa yang mendahului aktivitas transmisi
pesan.
1. Nature Approach (Pendekatan Natural)
Seorang ahli yang menaruh perhatian pada bagaimana orang
memperoleh bahasa adalah Noam Chomsky yang memandang
pembelajaran bahasa sebagai suatu fungsi biologis, sama seperti
cara Darwin memandang
komunikasi nonverbal. Teori Chomsky yang disebut `struktur
dalam' (deep
structure) mengasumsikan bahwa suatu tata bahasa atau struktur
bawaan
(innategrammar) yang ada pads diri manusia sejak dia lahir
merupakan
landasan bagi semua bahasa. Teori ini mencakup suatu pendekatan
umum
yang universal. Dengan mendasarkan pada sejumlah besar
penelitiannya,
Chomsky mengidentifikasi adanya tiga struktur dalam semua
bahasa.
Pertama, adanya hubungan antara subjek-predikat. Apa pun
subjeknya,
predikat akan selalu menunjukkan tindakan apa yang dilakukan
oleh subjek.
Demikian pula sebaliknya, apa pun predikatnya, subjek akan selalu
menunjukkan apa atau siapa yang melakukan tindakan tersebut.
Misalnya
'orang makan', `gajah makan', 'monyet makan', kesemuanya
menunjukkan
bahwa subjek sedang melakukan tindakan tertentu, yaitu makan.
Sementara
dari visi predikat `orang lari', `orang bermain', `orang makan',
menunjukkan
bahwa `orang' yang melakukan tindakan, apa pun bentuknya.
Kedua,
hubungan antara kata kerja (verb) dengan objek yang
mengekspresikan
hubungan logis sebab dan akibat. Hubungan ini menunjukkan
kepada siapa

Komunikasi

Teori
Page 27

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

atau untuk apa suatu tindakan dilakukan. Misalnya `orang


memakai topi',
`orang memakai jas',
`orang memakai kaos', kesemuanya
menunjukkan
bahwa objek (apa pun jenisnya) dipakai oleh orang tersebut.
Ketiga,
modifikasi,' yang menunjukkan adanya pertautan kelas
(intersection of classes). Misalnya orang memakai `topi hitam',
'orang memakai topi kuning,'orang memakai topi putih', di mana
kesemuanya menunjuk adanya pertautan (intersection) antara topi
dan warna tertentu.
Dengan demikian, Chomsky beranggapan bahwa manusia
dilahirkan
dengan membawa kemampuan alamiah untuk berbahasa. Kita
dapat
memformulasikan bentuk-bentuk kombinasi kata tertentu hingga
terasa
masuk akal. Namun penjelasan bahwa bahasa dapat dipilah dalam
struktur
tata bahasa, belum dapat menjawab bagaimana bahasa
mengungkapkan
makna. Seorang teoretisi lain, Dan I. Slobin, mengemukakan
bahwa bayi
terlahir dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram,
anak
sebenarnya memiliki suatu mekanisme pemrosesan atau sistem
untuk
mengorganisasikan informasi linguistik yang diperoleh dari
lingkungan anak
tersebut.
Slobin
mengemukakan
bahwa
perkembangan
kognitif
mendahului
perkembangan bahasa. Dengan berbagai bukti ilmiah dia
menunjukkan
bahwa anak dari kelompok bahasa yang berbeda, mempelajari
bahasa secara
berbeda tergantung pada tingkat kesulitan dari bahasa tersebut.
Bahasa yang
lebih kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mempelajarinya,
karena anak harus membuat sejumlah pengecualian pada prinsip
bawaan
yang ada dalam setiap bahasa. Slobin sendiri mengidentifikasi
adanya empat
prinsip yang bekerja pada semua bahasa, yaitu: memperhatikan
susunan kata,
menghindari pengecualian, menghindari interupsi atau penataan
kembali
unit-unit bahasa, dan memperhatikan kata yang ada pada bagian
terakhir
kalimat.

Komunikasi

Teori
Page 28

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Walau ada perbedaan antara teori Chomsky dan Slobin, namun


pada
dasarnya keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang
memandang
bahwa bahasa diperoleh secara natural. Meskipun demikian
keduanya belum
dapat menjawab makna apa yang dikaitkan dengan penggunaan
bahasa
tersebut.
2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)
Edward Sapir dan Benyamin Whorf mengemukakan teori yang
menentang perspektif alamiah (nature). Dengan memusatkan
kajiannya
pada
semantik
(makna
dari
kata),
mereka
mengembangkan suatu teori kultural mengenai bahasa. Mereka
mengatakan bahwa latar belakang dari sistem linguistik (atau tata
bahasa) dari setiap bahasa bukan hanya suatu alat reproduksi
untuk menyampaikan gagasan, tetapi lebih sebagai pembentuk
gagasan, pembentuk dan pemandu bagi aktivitas mental individu,
untuk menganalisis kesan, untuk mensintesiskan aktivitas mental
dalam komunikasi. Formulasi gagasan bukan merupakan suatu
proses independen dan bukan aktivitas rasional semata, tetapi
suatu tata bahasa tertentu yang berbeda di antara berbagai tata
bahasa lain.
Jadi, bahasa adalah kultural (seperti
pandangan
Birdwhistel
mengenai
komunikasi nonverbal). Bahkan aturan-aturan bahasa sangat
bervariasi dari
satu kultur ke kultur lain, oleh karenanya individu dari kultur yang
berbeda
akan berbeda pula cara-caranya dalam memandang dunia.
Misalnya, beberapa bahasa memiliki begitu banyak istilah untuk
menyebut 'saiju', sementara sejumlah bahasa lainnya bahkan tidak
memiliki satu istilah pun, terutama bagi yang belum pernah
melihatnya. Menurut Sapir dan Whorf, bahasa dari suatu kultur
akan berkaitan langsung dengan bagaimana cara-cara kita berpikir
dalam kultur tersebut_ Asumsi ini sejalan dengan pandangan
antropologis tentang relativitas kultural, yang menyatakan bahwa,
karena kultur yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda dan
pandangan hidup yang berbeda, maka mereka juga memiliki
keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda pula.
Kedua teori yang berlawanan ini (nature
vs
nurture)
menunjukkan bahwa baik dalam komunikasi verbal maupun
nonverbal, terdapat dua aliran yang berangkat dari posisi yang
berlawanan dalam menjelaskan bagaimana
orang
memperoleh
bahasa.
Kontroversi
ini
masih
terus
berlangsung tanpa
salah satu dapat mengklaim bahwa teorinya yang paling benar,
karena buktibukti yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak belum
cukup memadai.
3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)
Komunikasi

Teori
Page 29

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Hanya dengan memfokuskan pada makna dari kata (dan


bagaimana
makna tersebut mempengaruhi perilaku), aliran general semantics
menganggap bahwa bahasa harus dapat lebih merefleksikan dunia
di mana
kita hidup. Asumsi yang mendasari pemikiran general semantik
adalah
bahwa 'the word is not the thing'. Kata dianggap sebagai abstraksi
dari
realitas. Oleh karenanya general semantics memandang bahwa
kata harus
sedekat mungkin dengan realitas yang direfleksikannya. Meskipun
demikian
mereka menyadari bahwa ini suatu hal yang sulit, karena ketika
kata
merupakan suatu konsep yang statis dalam waktu yang panjang,
realitas selalu dalam kondisi yang berubah. Untuk memahami apa
yang menjadi kajian general semantics, kita hares mempelajari
sifat-sifat simbol dan bagaimana kita menggunakannya.
Penggunaan Simbol
Pandangan ini mengasumsikan bahwa seluruh perilaku manusia
berangkat dari penggunaan simbol. Salah seorang ahlinya yang
bemama Alfred Korzybski menganggap adanya ketidaktepatan
dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita. Argumentasinya
adalah bahwa manusia hidup dalam
dua lingkungan yang berbeda, lingkungan fisik dan lingkungan
simbolik.
Untuk memahami hal ini kita dapat menganalogikannya dengan
penggunaan
peta. Misalnya kita bertanya kepada teman kita berapa jarak
antara JakartaSurabaya, dan dia menjawab: "Menurut peta sekitar 10 cm".
Informasi ini
hanya memiliki arti bagi kita jika kita mengetahui skala dari peta
tersebut,
dan tentunya skala peta tersebut bukanlah 1:1 Karena jika
skalanya serupa
itu peta tersebut akan sama luasnya dengan wilayah yang
digambarkannya. Hal serupa berlaku pula pada kata. Ada satu
anekdot untuk mencontohkan hal ini, ketika seorang pengemudi
sampai pada suatu perempatan jalan dan bertanya pada orang
disebelahnya apakah ada kendaraan lain yang akan melintasi
jalanan yang akan diseberanginya, dan orang yang ditanya
menjawab `hanya kijang'. Baru setelah mobil yang mereka
tumpangi menyeberang dan ditabrak oleh sebuah Toyota Kijang
yang sedang melaju, arti semantik dari 'kijang' dipahami oleh
keduanya.
Kata, dan pada kenyataannya semua jenis simbol, tidak sama
dengan
fenomena yang digambarkannya. Menurut Ogden dan Richards
simbol
Komunikasi

Teori
Page 30

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

adalah representasi ide dan ide adalah representasi objek. Dan


ketiganya
merupakan fenomena yang berbeda. Persoalan menjadi menarik
ketika kita
berbuat seolah-olah kata adalah objek yang digambarkannya. Kita
tahu
bahwa orang yang takut ular akan ketakutan jika benar-benar
melihat seekor
ular, namun kadang-kadang ada orang yang begitu takutnya
sehingga denyut
nadinya meningkat ketika mendengar kata ular. Interaksi antara
kata, maknanya dan perilaku manusia inilah yang menjadi
perhatian Korzybski
ketika dia mengemukakan teori general semantics.
Untuk mempelajari teori ini lebih jauh kita akan membahas
sejumlah
konstruk: `silent assumptions'. reaksi dan respons, penggunaan
identitas,
waktu dan ruang, multi ordinalitas, orientasi intensional dan
ekstensional, dan
tataran-tataran abstraksi.
Silent Assumptions
Dan P Millar dan Frank E. Millar mengemukakan bahwa makna
dari
suatu kata tidak terbatas dari yang kita temukan dalam kamus.
Jadi kesalahpahaman semantik terjadi karena kita terlalu sering
menggunakan
asumsi secara diam-diam. General semantics menjelaskan bahwa
kita
memiliki kecenderungan untuk berurusan dengan objek atau
benda pada
tataran abstrak. Misalnya kita tidak berurusan dengan fenomena
pada tataran
atomis, meskipun sebenarnya fenomena berubah pada tataran ini.
Seperti
telah dikemukakan oleh Korzybski bahwa tataran objektif bukan
kata dan
tidak dapat dicapai hanya dengan kata. Untuk dapat mencapai
atau memahami tataran objektif, general semantics mengajarkan
kita untuk diam
(silent), dan kondisi diam ini memungkinkan kita untuk merespons
kata
sebagai manusia daripada bereaksi terhadapnya sebagaimana
yang dilakukan
oleh hewan.
Persoalan yang muncul dari silent assumption ini adalah ketika
mengantisipasi apa yang dikatakan oleh orang lain. Oleh
karenanya ketika
kita melakukan silent asssumption, kita harus menanyakan pada
diri kita

Komunikasi

Teori
Page 31

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

sendiri tiga pertanyaan tentang apa yang sedang dikatakan orang


lain, yaitu:
apa yang dimaksudkannya? (apakah yang dimaksudkannya
berbeda dengan
yang dikatakannya), bagaimana dia mengetahui hal yang
dibicarakannya?
(mengacu
kepada
sumber
informasi),
dan
mengapa
dia
mengatakan hal ini
kepada saya? (apakah kita pendengar yang sesuai dan apakah kita
merupakan sasaran dari kata-kata yang kita dengar).
Reaksi/Respons
Konstruk ini diawali oleh asumsi bahwa manusia bereaksi
seperti yang
dilakukan hewan melalui apa yang disebut respons yang
dikondisikan. Orang
dapat dengan mudah dipaksa untuk bereaksi pada slogan, nama,
hasrat, dan
sebagainya, dalam bentuk yang hampir sama seperti ketika hewan
dikondisikan untuk bereaksi terhadap suatu tanda tertentu.
Misalnya hat ini
terlihat pada reaksi pengikut Hitler pada Swastika dan lambanglambang
lainnya, demikian pula dengan reaksi terhadap simbol AIDS, di
mana banyak dari kita tidak ingin diasosiasikan dengan simbol
tersebut.
Korzybski, sebaliknya, menekankan bahwa kita seharusnya
tidak meniru
binatang. Respons kita haruslah kondisional, bukan dikondisikan.
Artinya
respons kits harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi,
bukan
otomatis. Untuk mencapai hat ini kits harus belajar menghindar
dari suatu reaksi yang baku (stereo type) terhadap kelas atau
kelompok orang, dan menyadari adanya perbedaan-perbedaan di
antara individu anggota kelompok atau kelas dan menyesuaikan
respons kita.
Identitas
Alasan utama mengapa kits cenderung untuk bereaksi daripada
merespons adalah karena kita melihat kesamaan absolut atau
identitas.
Sedikitnya ada tiga alasan bagi kecenderungan ini, yaitu: nama
adalah suatu
karakteristik penting dari benda atau objek, keunikan benda atau
objek
berada di dalam nama, dan jika suatu benda atau objek tidak
memiliki nama
maka is menjadi tidak eksis atau tidak dianggap. Jadi terdapat
orang-orang
yang beranggapan bahwa, misalnya, semua "perceraian" memiliki
makna
Komunikasi

Teori
Page 32

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

yang sarna atau semua pengertian `demonstrasi' adalah sama,


padahal dalam
situasi yang nyaris sama orang atau hat-hat lainnya akan selalu
berbeda.
Konstruk tentang identitas berkaitan erat dengan dua konstruk
lain dalam
teori general semantics, yaitu: `nonallness' dan 'nonadditivity'.
Nonallness
berarti bahwa kita tidak dapat mengatakan segala sesuatunya
secara lengkap
mengenai semua hat. Oleh karenanya ketika melihat adanya
kesamaan dalam
beberapa hat, kita cenderung untuk mengabaikan perbedaanperbedaannya.
General semantics merekomendasikan kita untuk menggunakan
'dan
sebagainya' untuk memberikan gambaran bahwa terdapat hal-hal
lain yang
tidak kita ketahui ketika mendeskripsikan sesuatu pada saat
berbicara.
Konstruk nonadditivity kita lakukan ketika kita menambahkan
sesuatu
dan hasilnya dapat memiliki arti yang lain. Misalnya ketika seorang
guru
berkata kepada guru lainnya: "Bisakah Anda menerima seorang
murid lagi
untuk kelas Anda?" Karena tidak ada dua hat yang sama persis,
menerima
seorang murid yang sekedar duduk di dalam kelas adalah berbeda
dengan
menerima seorang murid yang sangat partisipatif di dalam kelas.
Oleh
karenanya
menambahkan
sesuatu
tidak
hanya
sekedar
menghasilkan hat yang
sama dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang dikondisikan
oleh kata atau
bunyi, melainkan menghasilkan suatu perilaku komunikatif yang
berbeda.
Keterikatan pada Waktu dan Ruang
General semantics mengemukakan bahwa segala sesuatu di
dalam
lingkungan fisik akan terus-menerus berubah. Kita tidak sama
dengan diri
kita sepuluh tahun yang lalu, bahkan juga tidak sama dengan diri
kita sepuluh
detik yang lalu, karena set dalam tubuh kita berkembang, mati dan
sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada benda mati, karena
molekul
akan selalu berubah atau bergerak. Fenomena ini kita sebut
`keterikatan

Komunikasi

Teori
Page 33

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

waktu' (time-binding). Selain itu jugs terjadi


`keterikatan
ruang' (spacebinding). Karena orang berada dalam. tempat atau ruang yang
berbeda,
mereka akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda-beda.
Contoh yang
paling sederhana dari hat ini adalah sebab-sebab dari terjadinya
suatu
kecelakaan lalulintas. Dua aspek dalam dimensi ruang adalah jarak
dan posisi
relatif. Seperti halnya dengan waktu, ruang adalah suatu
fenomena yang pasif
dan penyebab perubahan (catalytic). Benda atau objek atau hal,
harus berada di dalarn suatu ruang, harus memiliki jarak (dekat
atau jauh) dari benda,
objek, atau hal lainnya, dan meskipun memiliki jarak yang sama,
mereka
harus menempati posisi yang berbeda. Dimensi ruang mencakup
tataran fisik
(persepsi dan jarak), tataran psikologis (perasaan, keadaan, dan
sebagainya),
dan tataran kultural (norma, nilai)
Multiordinalitas
Multiordinalitas menjelaskan mengenai pernyataan yang
bertingkattingkat. Misalnya kita berkata bahwa `kucing belang berlari lebih
cepat
daripada kucing hitam'. Lalu kita bergerak pada tataran abstraksi
yang lebih
tinggi dan membuat pernyataan lain mengenai pernyataan ini,
seperti misalnya `itu benar' atau `itu salah' atau `kalau pernyataan
itu benar berarti ada hubungan antara pigmen dengan struktur
otot'. Pemyataan-pernyataan ini ada pada tataran abstrak yang
lebih tinggi daripada pernyataan yang pertama, karena semuanya
merupakan pernyataan mengenai pernyataan yang pertama. Jadi
kata 'pernyataan' dianggap memiliki multiordinal yang dapat
digunakan pada tataran, atau tingkatan abstraksi yang berbeda,
dan makna dari tiap-tiap tatarannya juga berbeda.
Contoh lain adalah kata 'cinta' Kita dapat mencintai suatu
bangunan, seorang gadis, sebuah lukisan, sebuah teori, sebuah
pertarungan sengit. Semua 'cinta' ini berada pada tataran
abstraksi yang sama, tetapi cinta juga dapat bergerak ke tataran
yang lain. Jadi kita dapat mencintai `kecintaan' kita terhadap
seorang gadis, dan sebagainya. Ini adalah cinta pada tataran
kedua, yang berbeda dari cinta pada tataran pertama karena
melibatkan proses psikoneurologis yang berbeda.
Orientasi Intensional dan Ekstensional
Konstruk ini menjelaskan bagaimana orientasi orang ketika
merespons

Komunikasi

Teori
Page 34

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

suatu hal. Menurut Irving J. Lee, orientasi `intensional' didasarkan


pada
definisi verbal, asosiasi, dan sebagainya, yang mengabaikan
observasi. Jadi
seperti ungkapan `bicara dulu, tanpa peduli bagaimana
kenyataannya'.
Orientasi ekstensional didasarkan pada susunan observasi,
investigasi,
dan
sebagainya,
terlebih
dahulu
sebelum
membicarakannya.
Beberapa karakteristik dari orientasi internal adalah: orang
lebih memperhatikan nama dan apa yang dikatakan mengenai
suatu hal daripada kepada kenyataan; orang merespon kata atau
pernyataan sebagaimana merespon objek yang digambarkan oleh
kata tersebut; orang tidak merasa yakin dengan kenyataan yang
dihadapinya; dan orang menggunakan pembuktian verbal,
ketimbang fakta yang nyata.
General semantics lebih mendukung orientasi eksternal, yang
artinya
merekomendasikan seseorang untuk lebih dulu mencari faktanya.
Oleh
karenanya, kata-kata lain yang banyak menandai teori ini adalah
seperti
`observasi', `keingintahuan' `pengungkapan', `penelitian', dan
'pengujian'
4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa
Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark mengemukakan suatu teori
yang
dikenal sebagai Konstruktivisme. Teori ini menaruh perhatian pada
proses
berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan dalam suatu
tindakan komunikasi. Mereka menyebut proses berpikir ini sebagai
`kognisi sosial'. Analisis mereka telah membawa kepada usaha
untuk memahami bagaimana orang menyusun dan mengubah
suatu `impresi/kesan' pada orang lain, dan bagaimana kesan
digunakan untuk menyusun strategi pesan serta bagaimana orang
merasionalisasikan strategi tersebut.
Beberapa prinsip penting dari teori mereka adalah, konstruksi
episodik dan disposisi seseorang diorganisasi oleh skemata
interpersonalnya. Skemataskemata interpersonal ini adalah kognisi
atau pemikiran mengenai bagaimana kita berpikir (menganggap
atau memperkirakan) mengenai apa yang akan dilakukan oleh
orang lain. Skemata-skemata interpersonal ini diorganisasi ke
dalam semacam sistem (skema), dan pola-pola dalam sistem ini
mencakup
interpretasi
dan
penyimpulan,
serta
pola-pola
'konstruksi' yang kita gunakan untuk menjelaskan perilaku orang
lain.
Prinsip
kedua
adalah,
organisasi
kesan
interpersonal
memberikan
pemahaman dan antisipasi atas orang lain secara kontekstual dan
relevan.

Komunikasi

Teori
Page 35

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Dalam hal ini orang bertindak seolah-olah sebagai psikolog-sosial


yang
mencoba
menggunakan
suatu
pola
konsepsional
untuk
menjelaskan,
memahami, dan memperkirakan perilaku orang lain di dalam
berbagai
konteks.
Prinsip ketiga, variasi sistematis dalam konstruk dan skemata
interpersonal yang berkembang sebagai suatu fungsi pengalaman
sosial,
memberikan perbedaan kapasitas untuk membentuk kesan-kesan
yang
terorganisasikan dan stabil dalam waktu dan konteks yang
berbeda. Jadi, orang yang lebih banyak memiliki pilihan dalam
menilai orang lain, dan lebih abstrak pemikiran konstruksi
interpersonalnya, cenderung lebih mampu memformulasikan
pandangan yang terorganisasi mengenai orang lain.
Misalnya, dalam berinteraksi dengan orang yang tidak kita
sukai, maka pemikiran kita mengenai orang tersebut diwarnai oleh
perasaan kita mengenai orang-orang lainnya yang tidak kita sukai.
Jadi, kita dapat menilai orang lain sebagai buruk/jahat hanya
karena satu atau dua sebab, atau kita mungkin telah memiliki
sebelumnya rasa tidak suka pada orang tersebut yang
didasarkan atas variasi kognisi ita. Dalam waktu yang lama
sepanjang tidak
ada kognisi lain yang menandingi, kesan kita terhadap orang
tersebut akan
stabil, dan kita cenderung untuk memahami dan memprediksi
perilakunya
berdasarkan kesan tersebut.
Dari
penjelasannya
tersebut,
Delia
dan
Clark
telah
mengemukakan
bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan
oleh orang
lain terhadap suatu pecan yang disampaikan kepadanya, sebelum
pesan itu
sendiri sepenuhnya disusun. Oleh karenanya, individu dengan
kecakapan
bahasa yang lebih baik akan mampu menyusun pesan secara lebih
tepat dan
jelas kepada berbagai jenis orang dalam berbagai situasi spesifik.

Komunikasi

Teori
Page 36

Teori Komunikasi Verbal


dan Nonverbal

Komunikasi

Teori
Page 37

Anda mungkin juga menyukai