Anda di halaman 1dari 6

A.

Pendahuluan
Larutan

adalah

campuran

homogen yang terdiri dari dua atau


lebih zat yang proporsinya bisa saja
bervariasi.

Larutan

terdiri

dari

pelarut (solvent) dan zat terlarut


(solute). Pelarut adalah komponen
yang kuantitasnya terbesar atau
yang menentukan wujud materi
larutan. Komponen larutan lainnya adalah zat terlarut yang terlarut dalam
pelarut (Petrucci et al. 2011).
Pelarut merupakan cairan yang mampu melarutkan zat lain yang
umumnya berbentuk padatan tanpa mengalami perubahan kimia. Dalam bentuk
cairan dan padatan, tiap molekul saling terikat akibat adanya gaya tarik
menarik antar molekul, gaya tarik menarik tersebut akan mempengaruhi
pembentukan larutan. Apabila terdapat zat terlarut dalam suatu pelarut, maka
partikel zat terlarut tersebut akan menyebar ke seluruh pelarut. Hal ini
menyebabkan bentuk zat terlarut menyesuaikan dengan bentuk pelarutnya.
Larutan terbentuk dari campuran zat-zat yang homogen, dimana pelarut
memiliki komponen dengan jumlah yang lebih banyak daripada zat terlarut.
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut larutan jenuh. Banyaknya zat terlarut dalam satu liter larutan jenuh
pada suhu tertentu disebut kelarutan. Apabila suatu zat terlarut dimasukan ke
dalam suatu pelarut, maka partikel zat terlarut akan menyebar keseluruh
pelarut. Kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut
bergantung pada kekuatan relatif dari interaksi antara pelarut-pelarut, interaksi
antara zat terlarut-zat terlarut, dan interaksi antara pelarut-zat terlarut. Jika tarik
menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat daripada tarik menarik pelarut-pelarut
dan tarik menarik zat terlarut-terlarut, maka proses pelarutan akan berlangsung,
proses ini disebut reaksi eksoterm. Jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih

lemah daripada interaksi pelarut-pelarut dan interaksi zat-zat terlarut maka


proses ini disebut reaksi endoterm.
Perbedaan antara istilah zat terlarut ditentukan oleh sifat fisiknya. Pelarut
memiliki struktur yang tidak berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubahubah. Beberapa sifat penting pelarut antaralain:
1.

Kemampuan melarutkan (solubility). Pelarut akan lebih dapat melarutkan


zat terlarutnya.

2.

Kemudahan menguap (Volatility). Kecepatan menguap pelarut biasanya


lebih mudah menguap daripada zat terlarutnya.

3.

Trayek didih. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah sehingga lebih
mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan

4.

Berat jenis (specific gravity)

5.

Flashpoint (titik nyala)

B. Klasifikasi Pelarut
1. Pelarut aqueous dan non aqueous
Pelarut adalah cairan yang mampu melarutkan zat lain yang umumnya
berbentuk padatan tanpa mengalami perubahan kimia. Pelarut dibedakan
menjadi pelarut aqueous (pelarut air) yang dapat melarutkan asam-basa dan
pelarut non aqueous adalah pelarut bukan air yang dapat melarutkan senyawa
yang tidak dapat disosiasi oleh pelarut air.
Dalam suatu rekasi kimia, tidak semua reaksi transfer proton berlangsung
dalam media aqueous. Pelarut nonaqueous dapat dipilih untuk reaksi molekul
yang mudah dihidrolisis, hal itu bertujuan untuk menghindari pemerataan oleh
air dan untuk meningkatkan kelarutan zat terlarut dalam pelarut tersebut.
Pelarut nonaqueous sering dipilih berdasarkan dari tingkat likuid dan konstanta
dielekriknya. Biasanya pelarut yang digunakan untuk melarutkan suatu zat
adalah air. Ada beberapa hal yang memungkinkan pelarut selain air digunakan

seperti melarutkan basa kuat dalam air yang akan membuat basa kuat bereaksi
dengan air memproduksi OH-. Dalam ammonia cair, dapat digunakan ion
NH2- yang lebih kuat basanya dibandingkan dengan OH-.
2. Klasifikasi Pelarut Berdasarkan Proton
Berdasarkan kepolaran pelarut, pelarut dibagi ke dalam tiga kategori
yaitu:
a. Pelarut Aprotik
Pelarut ini tidak menerima maupun memberi proton dan dalam
keadaan ini bersifat netral, tidak bereaksi, tetapan dielektriknya rendah,
tidak terurai menjadi ion-ion dalam sistem pelarut, hingga ia tidak
bereaksi baik dengan asam maupun basa. Contohnya pelarut aprotik
adalah kloroform, toluen, CCl4, hidrokarbon. Pelarut aprotik berguna
unutuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh
pelarut.
b. Pelarut Protofilik
Pelarut yang bersifat dapat menerima proton dari zat terlarut,
disebut juga pelarut basa. Contohnya : NH4OH, amine, ketone, aseton,
dan eter. Asam lemah bila dilarutkan dalam pelarut protofilik maka
keasamannya akan meningkat yang disebut efek levelling
c. Pelarut Protogenik
Pelarut yang bersifat memberi proton (donor proton). Jika basa
lemah dilarutkan dalam pelarit protogenik maka kebasaannya akan
meningkat. Contohnya : HF, Asam Sulfat, asam acetat, asam format, dan
HCl.
d. Pelarut Amfiprotik
Pelarut ini bekerja sebagai penerima proton, dan pemberi proton.
Contoh untuk pelarut ini adalah golongan alkohol, air, asam asetat
glasial.
Asam asetat bisa bersifat asam dengan reaksi :
CH3COOH CH3COO + H+

Tetapi bila asam asetat dilarutkan dalam asam yang lebih kuat misalnya
HClO4, asam asetat bersifat basa dengan reaksi :
CH3COOH + HClO4 CH3COOH2+ + ClO4
Ion CH3COOH2+ dapat bereaksi dengan basa dengan cara
memberikan proton. Maka zat yang bersifat basa lemah akan berubah
sifatnya menjadi basa yang lebih kuat, sehingga titrasi antara basa lemah
oleh HClO4 dapat dilangsungkan bila zat tersebut dilarutkan dalam asam
asetat glasial.
3. Pelarut organik dan anorganik
Pelarut organik merupakan pelarut yang umumnya mengandung atom
karbon dalam molekulnya. Dalam pelarut organik, zat terlarut didasarkan
pada kemampuan koordinasi dan konstanta dielektriknya. Pelarut organik
dapat bersifat polar dan non-polar bergantung pada gugus kepolaran yang
dimilikinya. Pada proses kelarutan dalam pelarut organik, biasanya reaksi
yang terjadi berjalan lambat sehingga perlu energi yang didapat dengan cara
pemanasan untuk mengoptimumkan kondisi kelarutan. Larutan yang
dihasilkan bukan merupakan konduktor elektrik. Contoh pelarut organik
adalah alkohol, eter, ester, etil asetat, keton, dan sebagainya.
Pelarut anorganik merupakan pelarut selain air yang tidak memiliki
komponen organik di dalamnya. Dalam pelarut anorganik, zat terlarut
dihubungkan dengan konsep sistem pelarut yang mampu mengautoionisasi
pelarut tersebut. Biasanya pelarut anorganik merupakan pelarut yang
bersifat polar sehingga tidak larut dalam pelarut organik dan non-polar.
Larutan yang dihasilkan merupakan konduktor elektrik yang baik. Contoh
dari pelarut anorganik adalah ammonia, asam sulfat dan sulfuril klorid
fluorid.

4. Klasifikasi Pelarut Berdasarkan Kepolaran


Berdasarkan kepolaran pelarut, pelarut dibagi ke dalam tiga kategori
yaitu:
1. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom
elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain
pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH.
Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol (CH3OH),
dan asam asetat (CH3COOH).
2. Pelarut Aprotik Polar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan
OH. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang
memiliki ikatan dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda
antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang
termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat
(CH3CO2CH2CH3).
3. Pelarut Non-polar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta
dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari
kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil
eter (CH3CH2OCH2CH3).

Solvent

Rumus kimia

Titik
didih

Konstanta
Massa jenis
Dielektrik

Pelarut Non-Polar
Heksana
Benzena
Toluena
Dietil eter
Kloroform
Etil asetat

1,4-Dioksana
Tetrahidrofuran(THF)
Diklorometana(DCM)
Asetona
Asetonitril (MeCN)
Dimetilformamida(DMF
)
Dimetil
sulfoksida(DMSO)

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
69 C
C6H6
80 C
C6H5-CH3
111 C
CH3CH2-O-CH2-CH3
35 C
CHCl3
61 C
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3
77 C
Pelarut Polar Aprotic

2.0
2.3
2.4
4.3
4.8
6.0

0.655 g/ml
0.879 g/ml
0.867 g/ml
0.713 g/ml
1.498 g/ml
0.894 g/ml

/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O/-CH2-CH2-O-CH2-CH2CH2Cl2
CH3-C(=O)-CH3
CH3-CN

101 C
66 C
40 C
56 C
82 C

2.3
7.5
9.1
21
37

1.033 g/ml
0.886 g/ml
1.326 g/ml
0.786 g/ml
0.786 g/ml

H-C(=O)N(CH3)2

153 C

38

0.944 g/ml

CH3-S(=O)-CH3

189 C

47

1.092 g/ml

118 C
118 C
82 C
97 C
79 C
65 C
100 C
100 C

6.2
18
18
20
30
33
58
80

1.049 g/ml
0.810 g/ml
0.785 g/ml
0.803 g/ml
0.789 g/ml
0.791 g/ml
1.21 g/ml
1.000 g/ml

Pelarut Polar Protic


Asam asetat
n-Butanol
Isopropanol (IPA)
n-Propanol
Etanol
Metanol
Asam format
Air

CH3-C(=O)OH
CH3-CH2-CH2-CH2-OH
CH3-CH(-OH)-CH3
CH3-CH2-CH2-OH
CH3-CH2-OH
CH3-OH
H-C(=O)OH
H-O-H

Anda mungkin juga menyukai