Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM OPEN CIRCUIT

TRANSFORMATOR 1 PHASA

Disusun Oleh:
KELAS D3- IB
KELOMPOK III
Suprapto

( 17)

Taufik Hidayat

( 18)

Wahyu Hidayat

( 19)

Wildan Arif F

(20)

Yayan Hendrik H

(21)

Yusuf Dzulkarnain

(22)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2010

PERCOBAAN I
TRANSFORMATOR 1 PHASA KEADAAN TANPA BEBAN
A. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja dari transformator 1 phasa dan Name Plate
Transformator 1 phasa.
2. Mengetahui parameter Xm dan Rc transformator 1 phasa, Rugi rugi
iinti pada transformator 1 phasa, dan angka transformasi.
3. Mencari perubahan tegangan supplay (V1) terhadap rugi inti, angka
transformasi, dan V2.
4. Mengetahui fungsi aplikasi dari percobaan no load
B. Teori Dasar
1. Prinsip Kerja Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama dan
perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis. Jika transformator menerima energi
pada tegangan rendah dan mengubahnya menjadi tegangan yang lebih tinggi,
maka disebut transformator penaik (Step-up transformer) sedangkan trafo yang
diberi energi pada tegangan tertentu dan mengubahnya menjadi tegangan yang
lebih rendah disebut transformator penurun (Step-down transformer).
Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak
dibebani disebut arus penguat. Dalam kenyataan arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, sehingga terdiri dari dua komponen.
2. Rangkaian Ekuivalen
Tidak seluruh () yang dihasilkan oleh arus pemagnetan (I m) merupakan
fluks bersama (m) sebagian daripadanya hanya mencakup kumparan primer ( 1)
atau kumparan sekunder saja (2). Dalam rangkaian model dibawah (rangkaian
ekuivalen) yang dipakai untuk menganalisa kerja suatu transformator, adanya
fluks bocor 1dan 2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2 sedangkan rugi

tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2 dengan demikian model rangkaian


ekivalendapat ditunjukkan seperti gambar1 dibawah.

Gambar 1. Rangkaian Ekivalen Transformator 1 Phasa


3. Keadaan Transformator tanpa beban
Keadaan transformator tanpa beban, yaitu bila kumparan primer suatu
transformator dihubungkan dengan sumber tegangan sesaat V 1 yang sinusoida
dan kumparan sekundernya merupakan rangkaian yang tidak dibebani (no load),
maka akan mengalir arus primer I 0 yang juga sinusoida dan dengan menganggap
kumparan N1 reaktif murni I0 akan tertinggal 900 dari V1 (induktif). Arus primer
I0 menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga berbentuk sinusoida.
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum
Faraday). Sehingga pada keadaan tanpa beban bila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan V1, maka akan Io mengalir. Dari
pengukuran daya yang masuk (P1), arus Io dan tegangan V1, maka akan diperoleh
harga:
Cos =

P1
................................................................................ (1)
V1.I1

P1 = daya primer (W)


V1 = tegangan primer (V)
I1 = arus primer (A)
Ic = I1 x cos................................................................................ (2)
Ic = arus rugi inti (A)
RC =

V1
...................................................................................... (3)
Ic

Rc = tahanan inti ( )
Im = I1 x sin............................................................................... (4)

Im = arus magnetik (A)


Xm =

V1
.................................................................................... (5)
Im

Xm = reaktansi magnetik ( )
Dengan demikian dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga R c
dan Xm, Rugi inti yang terdiri dari rugi histerisis dan rugi arus eddy serta angka
transformasi.
Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak
dibebani disebut arus penguat.
Dalam kenyataan arus primer Io bukanlah merupakan arus induktif murni.
Pada keadaan ini, disisi sekunder tidak terdapat beban, sehingga arus lebih
cenderung melewati init besi yang nilai hambatannya lebih kecil. Sehingga
rangkaian ekivalen dari trafo yang semula seperti gambar 1, akan menjadi seperti
gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Ekivalen Transformator 1 Phasa


Dalam Keadaan Tanpa Beban

Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Transformator 1 Phasa


Dalam Keadaan Tanpa Beban yang disederhanakan

Gambar 4 . Rangkaian pengujian sesuai rangkaian ekivalen


Ket:
P yang terukur pada wattmeter adalah Pinti atau rugi inti
Rugi inti tidak dipengaruhi oleh beban melainkan oleh tegangan
V dalam hal ini adalah V nominal karena mendekati seoptimal mungkin
harga batasannya.
Percobaan tanpa beban juga dapat digunakan untuk mencari angka
transformasi dengan perbandingan
V
a 1
V2
4. Inti Besi
Inti besi berfungsi sebagai tempat mutual induksi kedua kumparan
(kumparan primer dan kumparan skunder), terbuat dari lempengan lempengan
baja silicon yang tebalnya brkisar dari 0,35 0,5 mm dan disususn sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu batangan besi.
Setiap lapisan dari lempengan-lempengan diberi isolasi per atau isolasi
kertas yang sangat tipis ( 0,04 mm). Pelapisan setiap inti tersebut dapat
memperkecil hysterisis loss sedangkan penggunaan baja silicon sebagai inti
dapat mengurangi eddy current loss.
Pada umumnya bentuk dari inti ini ada dua macam, yaitu core type dan
shell type. Shell type (gambar 1) biasanya digunakan pada trafo tenaga dengan
kapasitas daya yang kecil.

Gambar 5
Shell type
Pada shell type, lilitan primer dan sekunder terletak pada satu kaki inti,
atau lilitan dilingkupi oleh kaki-kaki inti trafo. Keuntungannya adalah mudah
dalam pembuatan dan fluksi bocor dapat diperkecil, sedangkan kerugiannya
pemakaian inti kurang ekonomis karena memerlukan inti yang besar.
Core type banyak digunakan pada trafo tenaga dengan kapasitas daya
yang besar.

Gambar 6
Core type
Lilitan primer dan sekunder di lilit pada kaki inti, atau lilitan melingkupi
trafo. Keuntungannya adalah dapat menggunakan kawat isolasi rendah, ekonomis
dalam pemakaian inti. Untuk trafo yang besar daya kapasitasnya, lempengannya
disusun sedemikian rupa sehingga didapat celah udara yang berguna untuk
pendinginan.
Rugi Inti Besi
1. Rugi histerisis yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi,
yang dinyatakan sebagai: Ph =Kh f Bmaks

watt

Kh

= konstanta

Bmaks = fluks maksimum (weber).


2. Rugi arus eddy yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai berikut : Pe = Ke f Bmaks
Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah : Pc = Ph + Pe

C. Alat Dan Bahan


1. Transformator 1 Phasa 220V/48V 50VA

1 buah

2. Voltmeter

2 buah

3. Amperemeter

1 buah

4. Wattmeter 1 Phasa

1 buah

5. Kabel Penghubung

15buah

D. Rangkaian Percobaan

Gambar7 .Rangkaian percobaan tanpa beban


Keterangan Fungsi alat ukur:
Fungsi dari masing-masing alat ukur yang digunakan pada pengujian tanpa beban
:
A1 (ampermeter) berfungsi mengetahui arus tanpa beban (Io)
V1 (voltmeter) berfungsi mengetahui tegangan input transformator yang
nantinya tegangan tersebut (V1), akan digunakan sebagai referensi dari
pengukuran tanpa beban.
V2 (pada sekunder) berfungsi untuk mengetahui tegangan keluaran atau
tegangan pada sisi sekunder. Dimana tegangan sekunder tersebut
nantinya akan digunakan untuk mencari angka tansformasi yaitu : a =
V 1 berfungsi untuk mengetahui daya input (P in)
W (wattmeter)
V2
transformator, Rugi-rugi yang berupa rugi inti (Pc).

E. Prosedur Percobaan
1. Persiapkan alat percobaan.
2. Periksa dan kalibrasi alat yang akan digunakan.
3. Rangkailah peralatan sesuai dengan gambar 7.
4. Pasanglah voltmeter, amperemeter dan wattmeter sesuai pada rangkaian
gambar 7
5. Sisi tegangan tinggi atau sisi sekunder dibiarkan terbuka (beban nol).
6. Masukkan tegangan V1 48V (tegangan nominal) pada terminal sisi primer
7. Catat daya input beban nol (W1) pada wattmeter, arus beban nol (I 1) pada
amperemeter dan tegangan V1 serta V2 pada voltmeter pada tabel 1.
8. Olah data yang diperoleh sehingga menghasilkan Rc dan Xm.
9.

Secara berkala ubahlah regulasi tegangan, mulai dari 0 sampai dengan


48 volt dan begitu pula sebaliknya dari 48 volt sampai dengan 0.

10. Catatlah data yang terukur pada alat ukur pada tabel

F. Analisa Data Percobaan


Tabel 1. Percobaan No Load
No

V1 (nominal)

V2

I1

Rc

Xm

(volt)

(sekunder)

(ampere)

(watt)

(ohm)

(ohm)

0.13

769,23

384,61

(volt)

48

a = V2/V1
= 48 /200
= 0,24
Cos =

P1
V1.I1

3
=
48 x 0,13

= 0,48

200

V1
Ic

RC =

48
0,0624

= 769,23
Im = I1 x sin
= 0,13 x 0,96
= 0,1248 A
Xm =

Ic = I1 x cos
= 0,13 x 0,48
= 0,0624 A

V1
Im
48
0,1248

= 384,61

0.24

No

V1 (nominal)

V2

I1

(volt)

(sekunder)

(ampere)

(watt)

(volt)

0,016

10

50

0,042

0,24

0,2

20

88

0,055

0,8

0,227

30

125

0,071

1,6

0,24

40

170

0,11

2,6

0,245

48

200

0,14

3,2

0,24

40

167

0,089

2,6

0,239

30

127

0,071

1,6

0,236

20

92

0,057

0,8

0,217

10

10

48

0,041

0,24

0,208

11

0,01

Tabel 2. Tegangan Supplay diubah-ubah

Grafik rugi histerisis

KESIMPULAN
Pada percobaan open circuit dilakukan untuk mengetahui parameter Xm
danRc,rugi-rugi inti,angka transformasi dan kurva histerisis.Tujuan tersebut dapat
diketahui setelah melakukan percobaan no load pada trafo dan mendapatkan
data hasil percobaan.Parameter Rc dapat diketahui dari pembagian tegangan
sumber dengan arus inti,dan parameter Xm dapat diketahui dari pembagian
tegangan sumber dengan arus magnetic. Tegangan sumber yang digunakan

adalah tegangan 48V agar range pada alat ukur tidak terlalu besar dan dilihat
dari sisi keamanan.
Rugi inti disebabkan oleh perubahan tegangan sumber,kualitas bahan
trafo yang digunakan.Arus kembali tidak akan selalu sama dengan arus
berangkat karena menggunakan sumber AC.

Anda mungkin juga menyukai