SASARAN
Page 0
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt, karena nikmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada umat-nya
sehingga dapat terselesaikannya makalah Ekotoksikologi ini dengan baik dan tanpa hambatan
yang berarti. Salawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada nabi besar junjungan kita
Muhammad saw. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai aksi dari bahan kimia berbahaya (toksik)
terhadap biologi tertentu. Sifat toksis suatu bahan kimia memiliki organ sasaran yang berbedabeda di dalam tubuh. Karena sifatnya itulah maka klasifikasi dari toksikologi ini dapat digolongkan
menurut kebutuhannya. Menurut organ sasarannya toksin dapat dibagi menjadi toksikologi organ
saraf, organ hati, ginjal, saluran pernapasan/paru-paru, mata, organ reproduksi, panca indera, dan
lain-lain.
Sistem saraf pusat merupakan organ penting utama dalam tubuh manusia, karena fungsinya ialah
mengatur dan mengkoordinasi seluruh organ tubuh lain yang ada di dalam tubuh, baik organ-organ
penting yang sangat berperan dalam kehidupan hingga organ-organ yang kurang berperan pun
diatur oleh sistem saraf. Oleh karena itu, sistem saraf adalah organ penting utama yang ada di
dalam tubuh. Namun, bebrapa jenis toksin dapat mengganggu dan merusak sistem saraf.
Sehingga penting bagi kita untuk mencegah terjadinya kerusakan sistem saraf dari bahan toksin.
Makalah ini akan membahas mengenai toksikologi sistem saraf secara khusus. Dalam pembuatan
makalah ini, banyak pihak yang berperan dalam prosesnya, ijinkanlah saya untuk berterimakasih
kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Makalah ini saya buat selain untuk memenuhi tugas toksikologi lingkungan (Ekotoksikologi) juga
untuk menambah pengetahuan para pembaca dalam memahami mengenai toksikologi sitem saraf.
Page 1
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahannya. Oleh
karena itu, saya meminta maaf atas segala kekurangan, dan miminta kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan para pembaca, sehingga
dapat dijadikan suatu referensi di masa yang akan datang. Amin ya rabb
Page 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
.. 1
.. 3
.. 4
...................... 5
..... 6
.. 6
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Toksikologi
2.1.1 Penggolongan toksikologi
.. 8
.. 8
10
13
17
19
20
. 20
. 24
. 25
. 28
. 33
. 46
49
53
60
64
3.1 Kesimpulan
. 69
3.2 Saran
Daftar Pustaka
. 69
70
BAB I
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan produk kimia yang cepat selama satu abad
meningkatkan mutu kehidupan. Namun di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan kerugian
bagi masyarakat terutama mereka yang secara langsung berhubungan dengan bahan
kimia.[2]
Semakin majunya teknologi yang ada di dunia ini, akan menciptakan beragamnya
bahan kimia yang dihasilkan. Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita biasanya dapat
menimbulkan berbagai penyakit atau masalah bagi manusia. Dampak yang dihasilkan oleh
zat kimia ini dapat berdampak cepat/akut atau berdampak lambat/kronis karena dapat
berakumulasi didalam tubuh.
Bahan kimia yang berbahaya tersebut disebut juga toksin/racun. Sebagian besar
toksin berasal dari bahan kimia hasil aktivitas manusia misalnya aktivitas Industri,
pertanian, perternakan, kedokteran maupun rumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari
pun keberadaan bahan kimia tidak dapat dihindarkan, karena dalam setiap kegiatan kita
pasti danya kandungan unsur kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki efek toksik bagi kesehatan dan lingkungan.
Resiko dapat berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penangan, pemindahan,
penggunaan, dan pembuangan bahan kimia, juga dari kebocoran aksidental, dan dari
pembuanga limbah kimia ilegal. [4]
Jika pembuangan bahan kimia ke lingkungan tidak tepat maka bahan kimia tersebut
akan menjadi polutan yang akan kita hirup, dalam air yang kita minum, dalam makanan
yang kita makan. Polutan itu dapat mempengaruhi sungai, danau, dan hutan kita, dapat
merusak kehidupan alam, dan dapat mengubah cuaca dan ekosistem. [4]
Selain bermanfaat bagi kehidupan, bahan kimia juga memiliki efek samping yang
dapat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Peran manusia selain sebagai
pengguna/konsumen dari bahan kimia, manusia juga dapat menjadi korban dari efek bahan
kimia tersebut. Paparan dari toksik terhadap manusia baik secara spontan dalam dosis
besar maupun secara berkala dalam dosis rendah dapat menyebabkan bermacam-macam
gangguan. Beberapa toksin memiliki klasifikasi tertentu, misalnya klasifikasi menurut organ
sasaarannya antara lain toksin yang menyerang hati, ginjal, paru-paru, mata, kulit, sistem
reproduksi, maupun sistem saraf. Organ yang paling sensitif terhadap toksin ialah sistem
saraf, mengapa? Karena jika sedikit saja sistem saraf terganggu maka efek terhadap tubuh
Page 4
sangat besar. Mengingat pentingnya fungsi saraf sebagai organ utama dari tubuh yang
mengatur dan mengkoordinasi seluruh sistem tubuh dan organ-organ lain dalam tubuh.
Fungsi SSP adalah mengolah informasi sensorik yang masuk sedemikian rupa
sehingga menghasilkan respon motorik yang tepat.Setelah informasi sensorik penting
dipilih, informasi tersebut disambungkan ke bagian yang tepat dari sistem saraf pusat untuk
menimbulkan respon yang diinginkan. Dengan demikian, jika tangan seseorang menyentuh
kompor yang panas, maka respon yang ingin dimunculkan adalah mengangkat tangan
tersebut.[3]
Berkenaan dengan pembahasan diatas, pentingnya diri kita menjaga dan
melindungi sistem saraf dari paparan bahan toksin guna mencegah terjadinya hal-hal yang
dapat merusak sistem saraf. Untuk itu, kita perlu mengetahui toksikologi sitem saraf,
bagaimana mekanisme kerjanya, apa dampak yang dapat ditimbulkan, bagaimana cara
mencegah, mengendalikan dan pengobatan atau pertolongan pertama pada korban
keracunan.
1.2 Masalah
Masalah yang ditimbulkan akibat paparan bahan toksin ke organ saraf sangat beragam,
diantaranya ;
a. Hilangnya koordinasi tubuh akibat paparan bahan kimia terutama logam berat yang
memapar organ saraf
b. Kelumpuhan sebagian organ lain, kelemahan otot, kejang, dan koma karena
terputusnya impuls
c. Terjadinya gejala-gejala keracunan seperti mimpi buruk, kerusakan kepribadian,
gelisah, insomnia/sulit tidur dan lain-lain
d. Kematian akibat dari pemaparan bahan kimia yang sangat berat
Masalah-masalah tersebut timbul akibat pemaparan bahan toksin yang ada disekitar kita
sebagai hasil dari aktivitas manusia, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja terpapar.
Hal tersebut juga terjadi akibat minimnya pengetahuan masyarakan mengenai bahan toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan organ saraf juga minimnya pengetahuan mengenai
aktivitas apa saja yang dapat memapar manusia akibat bahan toksin tersebut.
1.3 Tujuan
Dalam mempelajari toksikologi organ sasaran system saraf ini, bertujuan untuk ;
a. Mengetahui apa itu toksikologi dan pentingnya tokskologi dalam kehidupan,
b. Mengetahui efek toksik bahan kimia yang ada,
c. Mengetahui susunan system saraf manusia sebagai organ sasaran dari bahan toksin,
d. Mengetahui macam-macam jenis toksin/racun yang menyerang organ saraf,
e. Mengetahui dampak dan gejala yang ditimbulkan akibat masuknya racun ke dalam
system saraf manusia,
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 5
f.
Mengetahui indeks Threshold Limit Values (TLV) dan Biological Exposure Indices (BEI)
1.4 Manfaat
Setelah mempelajarimengenai toksikologi organ saraf, diharapkan mendapatkan manfaat
sebagai berikut ;
a. Memahami bahaya yang dapat ditimbulkan apabila bahan toksin memapar tubuh dan
menyerang organ saraf,
b. Memahami gejal-gejala yang ditimbulkan oleh bahan toksin terhadap organ saraf,
c. Mampu meminimalisir pemaparan bahan kimia berbahaya/toksin terhadap tubuh,
sehingga mengurangi efek toksik yang ditimbulkan terutama efek pada organ saraf,
d. Mampu mencegah terjadinya keracunan bahan beracun, sehingga mengurangi dampak
yang ditimbulkan terutama terhadap organ saraf,
e. Mampu mengendalikan adanya pencemaran bahan toksin yang ada dilingkungan
f.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Toksikologi
Orang senantiasa terpajan (tereksposure) bayak jenis bahan kimia buatan manusia,
pada keadaan tertentu pajanan ini dapat berakibat buruk hingga menimbulkan kematian
atau hanya menimbulkan perubahan biologi yang kecil sekali. Minat masyarakat semakin
besar untuk mengenal dan mencegah efek buruk ini telah mendorong perubahan dramatik
pada toksikologi dari suatu kajian tentang racun menjadi ilmu yang kian kompleks sekarang
ini.[1]
Page 6
Toksikologi obat,
Toksikologi zat yang menimblkan ketergantungan,
Toksikologi baha makanan,
Toksikologi pestisida,
Toksikologi Industri,
Toksikologi Lingkungan,
Toksikologi aksidental,
Toksikologi Perang, dan
Toksikologi sinar,
Page 7
Efek toksik atau toksisitas suatu bahan kimia dapat didefinisikan sebagai potensi bahan
kimia untuk meracuni tubuh orang yang terpapar. Potensi bahan kimia untuk dapat
menimbulkan efek negative terhadap kesehatan tergantung terutama pada toksisitas bahan
kimia tersebut, dan besarnya paparan. Toksisitas merupakan sifat dari bahan kimia itu
sendiri, sedangkan paparan tergantung dari bagaimana bahan itu digunakan, misalnya,
apakah bahan dipanaskan, disemprotkan atau dilepaskan ke lingkungan kerja. Tetapi
dalam menilai bahaya, perlu diperhitungkan juga kerentanan orang yang terpapar, yang
dipengaruhi oleh antara lain jenis kelamin, umur; status gizi. Beberapa konsep telah
dikembangkan untuk membantu menggolongkan efek beracun bahan kimia, sebagai
berikut: [2]
a. Efek akut
Istilah efek akut dapat diartikan sebagai paparan singkat dengan efek seketika.
Namun pemaparan akut selain dapat menimbulkan efek akut, juga dapat
mengakibatkan penyakit kronik, sebagai contoh kerusakan otak yang permanen
dapat disebabkan oleh paparan akut senyawa timah putih trialkil atau karena
keracunan karbon monoksida berat. [2]
b. Efek kronik
Istilah kronik dapat diartikan sebagai pemaparan berulang dengan masa tunda yang
lama antara paparan pertama hingga timbulnya efek yang merugikan kesehatan. [2]
c. Efek akut dan kronik
Suatu bahan dapat mempunyai efek akut dan kronik sekaligus. Sebagai contoh
pemaparan
tunggal
karbon
disulfide
dengan
konsentrasi
tinggi
dapat
Efek yang tidak akan hilang atau permanen meskipun bahan kimia penyebabnya
telah mereda atau hilang. Sebagai contoh, penyakit kanker yang disebabkan oleh
pemaparan bahan kimia. [2]
f.
Efek lokal
Page 8
Efek berbahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia di bagian permukaan tubuh atau
dapat masuk ke dalam tubuh.Sebagai contoh, luka bakar pada kulit. [2]
g. Efek sistemik
Efek suatu bahan kimia pada organ tubuh atau cairan tubuh setelah penyerapan
atau penetrasi ke dalam organ atau cairan tubuh. Sebagai contoh, masuknya
bahan-bahan kimia seperti timbal, benzen, kadmium, raksa dan sebagainya dapat
menyebabkan anemia, gangguan saraf, dan sebagainya. [2]
h. Efek sinergis
Efek gabungan dari lebih dari satu bahan kimia. Efek gabungan ini dapat lebih
parah dari efek yang diimiliki oleh masing-masing bahan kimia. [2]
Berdasarkan sifat bahayanya, toksisitas dapat digolongkan sebagai berikut:
Korosif
Merusak (membakar) jaringan hidup apabila kontak. Sebagai contoh; larutan asam
pekat seperti sulfat atau basa seperti sodaapi dapat menimbulkan luka bakar. [2]
Iritan
Menimbulkan iritasi setempat atau peradangan pada kulit, hidung, atau jaringan paru. [2]
Sensitizer
Menimbulkan reaksi alergi. Seseorang yang peka terhadap bahan kimia akan
mengalami reaksi alergi yang berat, sedang bagi individu yang tidak peka, dosis yang
sama tidak akan membahayakan. Bagi individu yang peka, setiap pemaparan
berikutnya apakah melalui kontak kulit atau inhalasi akan menimbulkan risiko
kesehatan. [2]
Asfiksian
Karsinogen
Mutagen
Dapat menimbulkan kerusakan DNA sel . DNA adalah molekul pembawa informasi
genetik yang mengendalikan pertumbuhan dan fungsi sel. Kerusakan DNA dalam sel
telur atau sperma manusia dapat menurunkan kesuburan; aborsi spontan, cacad lahir,
dan penyakit keturunan. [2]
Teratogen
Page 9
Suatu bahan kimia yang apabila berada dalam aliran darah wanita harnil dan
menembus plasenta, mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan kelainan
struktur dan fungsional bawaan atau kanker pada anak. Contoh yang telah diketahui
secara luas sebagai teratogen adalah talidomid, yang pada tahun 1960an telah banyak
menyebabkan kasus fokomelia (pengecilan lengan dan tungkai sedemikian rupa hingga
tungkai dan lengan menempel langsung ke tubuh) pada bayi para wanita yang
memakan obat tersebut selama tahap awal kehamilannya. [2]
Fetotoksikan
Suatu bahan kimia yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan janin sehingga
bayi lahir dengan bobot yang rendah. [2]
Lokasi tumor/kanker
Sumsum tulang
Pekerjaan
Petugas medis dan pekerja Industri
Page 10
Sumsum
Uraniumn
Radiasi sinar UV
Hidrokarbon polisiklik
(jelaga,
aspal,
tulang,
kulit,
paru-paru
Kulit
minyak)
Arsenik
Kadmium
Senyawa nikel
Asbestos
Paru-paru
pembongkaran
bangunan
Kayu dan partikel kulit Rongga hidung
Pengrajin kayu dan pembuatan sepatu
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan
dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000
Page 11
Tabel : Aktivitas manusia dan produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil
Aktivitas
Pembangkit tenaga listrik
(misal pembangkit listrik tenaga batubara)
Pembakaran minyak
Pembakaran bahan bakar padat di Rumah Tangga
Page 12
dari
oleh
difusi toksitan lewat dermis yang mengandung medium difusi yang berpori, nonselektif,
dan cair.[1] Berikut beberapa efek yang diterjadi pada kulit ;
Tabel : Beberapa efek umum pestisida pada kulit
Pestisida
Efek yang ditimbulkan
Paraquat, Captafol, 2,4-D, Maneozeb
Dermatitis kontak
Jenomyl, DDT, Zheb, Lindan, Malathion
Sensitisasi kulit, reaksi alergi, ruam kulit
Heksaklorobenzene,Benomyl, Zinen
Reaksi totoalergi
Pestisda organochlorine
Chloronce
Heksaklorobenzen
Atrofi kulit
*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil
terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in
2000
yang
Page 13
maka dampaknya akan menyebar keseluruh organ tubuh, dan merusak orga-organ
penting tubuh.[4]
Page 14
integrasi fungsi system saraf, yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang. [6]
Dengan pertolongan saraf kita dapat menerima suatu rangsangan dari luar pengendalian
pekerjaan otot.[7]
Pembagian susunan saraf dapat dibagi sebagai berikut ;
Page 15
Page 16
Setiap neuron terdiri atas 3 bagian utama yaitu Badan Sel, Dendrit dan akson[30].
a. Badan sel
Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa
rangsangan. [30]
b. Dendrit
Dendrit
adalah
serabut-serabut
perpanjangan
penjuluran
sitoplasma.
Umumnya sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan ukuran dendrit pendek.
Dendrit berfungsi membawa rangsangan ke badan sel. [30]
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 17
c. Neurit (akson)
Neurit atau akson adalah serabut-serabut kelanjutan sitoplasma yang panjang.
Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan
dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut
myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi
untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Namun, terdapat bagian akson yang
tidak tertutup oleh selubung mielin yang disebut nodus Ranvier. Nodus Ranvier
sangat berguna dalam mekanisme penghantaran impuls atau rangsang. Antara
neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan
secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit dinamakan sinapsis.
[30][8]
Page 18
Neuron konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron
motorik. [30]
Berdasarkan strukturnya, sel saraf dibedakan atas neuron bipolar, neuron unipolar, dan
neuron multipolar (Guttman, 1999: 875). Neuron bipolar memiliki dua juluran dari badan
selnya, menjadi dendrit dan akson. Neuron unipolar memiliki satu juluran dari badan sel
yang bercabang menjadi dendrit dan akson. Adapun neuron multipolar memiliki banyak
juluran dendrit dari badan selnya dan memiliki satu juluran akson.[8]
3.
Sistem saraf yang terdiri dari dendrite, badan neuron, akson, bouton, dan terminal.[11]
Impuls diterima oleh badan sel dari denrit dari neuron lain yang terdekat, kemudian
merambat melalui badan sel dan menuju ke akson sampai dengan terminal.[11]
Penghantaran impuls adalah eksitasi listrik secara alamiah, diperlukan rangsangan
dari luar membrane saraf
membrane sel dan mengeluarkan ion Kalium (K +) dari saraf, yang menyebabkan
depolarisasi membrane saraf dari keadaan istirahat (resting potensial) -80mV sampai 0
4.
5.
Page 19
bermuatan positif seperti Na+,K+, dan Ca2+. Transmisi saraf ini mengalami difusi masuk
dalam tempat dalam ujung saraf dengan badan sel saraf, mencari reseptor yang dapat
ditangkap dan menyebabkan depolarisasi pada membrane untuk regenerasi impuls
listrik pada neuron berikutnya.[11]
Pengantar impuls pada celah sinaptik disebut neurotransmitter. Asetilkolin merupakan
satu-satunya sistem yang dikenal dalam transmisi impuls pada celah-celah sinaptik, yaitu
hubungan saraf otot dan saraf motor, efektor parasimpatis dan simpatis. Pada sistem saraf
pusat juga terdapat sistem kolinergik. Beberapa neurotransmitter telah diketahui antara lain
epidefrin dan neopinefrin. Berbagai zat kimia senyawa amina berfungsi dalam sistem saraf
pusat seperti gamma aminobutyric acid (GABA) yang menekan eksitasi pada akson-akson
pra sinaptik dan pasca sinaptik.[11]
Sistem saraf dibagi menjadi dua system saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi
(PNS). SSP terdiri dari otak dan medulla spinalis. PNS terdiri dari neuron aferen dan eferen
sistem saraf somatic dan sistem saraf otonom (viseral).[6]
(kranium)
berkembang
dari
sebuah
tabung
yang
mulanya
terdiri
dari
selaput
tulang
Page 20
halus
durameter
dan
yang
memisahkan
piameter
membentuk
(lapisan
tipis
permukaan
dalam)
yang
jaringan
merupakan
terdapat
pada
Gambar diambil dari :
otak.
Piameter http://hallingwellnesscenter.com/custom_c
berhubungan dengan arakhnoid melalui ontent/c_143404_meninges__vital_protecti
ve_sheath.html
diteruskan
oleh
auditoriu
untuk
Page 21
merupakan sebutan untuk kesatuan dari tiga struktur yaitu medulla oblongata,
pons dan mesencephalon (otak tengah). Batang otak merupakan tempat
melekatnya seluruh saraf kranial, kecuali saraf I dan II yang menempel pada
cerebrum (otak besar). [9]
Sumsum tulang
Merupakan suatu struktur lanjutan tunggal
yang memanjang dari medulla oblongata
melalui foramen magnum dan terus ke bawah
melalui kolumna vertebralis sampai setinggi
vertebra lumbalis pertama orang dewasa.[6]
Sumsum tulang dibagi menjadi dua yaitu
sumsum tulang lanjutan (medulla oblongata)
dan sumsum tulang belakang medulla spinalis.
Medulla oblongata berfungsi untuk ;[7]
o
Mengontrol pekerjaan jantung, [7]
Page 22
mengecilkan
pembuluh
darah
(vosokontruktor)[7]
pusat pernapasan (respiratory centre), dan
[7]
Pembagiann
susum
tulang
belakang
pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu motorik/ kornu ventralis, [7]
mengurus kegiatan reflek-reflek spinalis serta reflek lutut, [7]
menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot sendi ke serebellum, [7]
sebagaiu penghubung antar segmen medulla spinalis, [7]
mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh, [7]
Saraf leher
Saraf punggung
Saraf pinggang
Saraf pinggul
Saraf ekor
: 8 pasang
: 12 pasang
: 5 pasang
: 5 psang
: 1 pasang
Page 23
Saraf spinal (Nervus spinal), terdiri dari 12 pasang saraf spinal, tiga pasang
saraf sensorik, lima pasang saraf motorik, dan empat pasang gabungan saraf
sensorik dan motorik.
Page 24
Page 25
Page 26
Lebih besarnya kerentanan sebagian dapat dikaitkan dengan fakta bahwa neuron
mempunyai suatu metabolisme yang tinggi, dengan sedikit kapasitas untuk metabolism
anaerobic. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih mudah
kehilangan membrane sel. Alas an lain mengapa susunan saraf rentan terhadap efek toksik
karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktural maupun secara
metabolisme. [1]
bagian
neuron
yang
dapat
mengakibatkan
cedera
atau
kematian
[4]
neuron(neursis) dan hilangnya neuron tidak dapat digantikan lagi. Efek neurotoksiskan
dapat digolongkan berdasarkan tempat kerjanya, yakni badan sel dan bagian lain
neuron, terutama akson, sel glia, dan sistem pembuluh darah. Tetapi sutu toksikan
dapat mempengaruhi lebih dari satu tempat.[1]
Fungsi dari saraf utama adalah men-transmisikan impuls lewat sel-sel saraf. Sel
saraf yang tersambung dengan yang lain atau tersambung dengan sel organ seperti
otot melalui suatu sinap/junction. Dengan demikian ada dua mekanisme racun saraf,
yakni (1) gangguan pada transmitter, dan (2) gangguan pada aktivitas keluar masuknya
ion Na dan K sepanjang akson saraf, sehingga impuls elektrik terganggu.[11]
Puncaknya, Neuron-neuron yang rusak akan mengakibatkan putusnya komuikas
sistem saraf dan seluruh bagian tubuh. Banyaknya fungsi yang hilang akibat kerusakan
sistem saraf bergantung pada jumlah neuron yang rusak dan tingkat kerusakannya.
Kerusakan yang permanen dapat mengakibatka hilangnya sensasi atau kelumpuhan,
juga dapat menimbulkan efek disorientasi.[4]
A. Neuropati
Suatu neuron sangat rentan terhadap keadaan anoksia dan hipoglikemia. Badan sel
neuron dapat dipengaruhi oleh toksikan secara langsung. Toksikan-toksikan yang dapat
merusak neuron diantaranya :[1]
Page 27
Karbon monoksida : dapat menginduks efek yang menetap dalam otak yang muncul
akibat berkembangnya sklerosis difus disubstansia alba (leukoensefalopati). [1]
Sianida dan azid : mengkhambat sitokrom oksidase, sehingga mengakibatkan
anoksia sitotoksik. [1]
Metil mercury : menyebabkan hilangnya ribosom setempat, kemudian disintegrasi
dan hilangnya zat-zat nissl, terutama dalam sel kecil. Proses ini diikuti oleh
perubaha inti dan sekitarnya dan akhirnya diikuti oleh hilangnya seluruh neuron
termasuk aksonnya. Metil mercury juga dapat menembus sawar darah-otak
dalam ganglia radiks dorsal tetapi tidak mempengaruhi neuron SSP. [1]
Vinkristin : Dapat menyebabkan akumulasi neurofibril dalam perikarion dan akson,
mengacaukan neurotubulus dan neuronfilamen akson dan mengambat transport
askariasis; asam kainat mirip dengan glutamate tetapi jauh lebih kuat. [1]
B. Aksonopati
Unsur-unsur dalam akson misalnya neufibril, tidak disintetis secara local tetapi pada
dalam badan sel dan diangkut sepanjang akson. [1]
Aksonopati proksimal
-iminodiproprionitril (IDPN) digunakan untuk mempelajari pnyakit neuron sensorik
misalnya sklerosis amiotrofik lateral. Efek IDPN adalah perusakan transport akson
lambat pada neurofilamen sedangkan sintetisnya terus berlanjut dalam badan sel. [1]
Aksonopati distal
Suatu jenis aksonopati distal yang penting disebabkan oleh senyawa
organophosphate tertentu misalnya TOCP (tri-o-kresil phosphat), EPN, dan leptofos.
Senyawa ini menghambat kolinestrase dan juga menyebabkan neuropati lambat.
Aksonopati distal diperkirakan merupakan akibat rusaknya aktivitas enzim glikolisis
dalam akson. Rusaknya enzim ini akan mempengaruhi bagian distal akson. [1]
C. Gangguan Pada Konduksi impuls
Page 28
efeknya
pada
SSP. Tetanoplasmin
melepaskan
hambatan
neuron. [1]
Tetrodoksin dari ikan dan saksitoksin dari dinoflagelata yang memblokir
aktivitas sel-sel inhibitor transmisi (glisin) pada ujung post sinaptik saraf. [11]
Picrotoksin dari biji Anamariti cocculus, yang memblokir ujung saraf neuron
inhibitor pada bagian presinaptik dan postsinaptik dengan berfungsi sebagai
antagonis terhadap inhibitor transmitor, asam -aminobutirik atau terkenal
Page 29
butan,
dll.
Mekanisme
kerjaya
belum
jelas,
mungkin
dan K. [11]
Barbiturat yang mendepresi metabolism, respirasi, dan konsumsi oksigen,
aktivitas,
sehingga
mencegah
neurotransmitter
untuk
[11]
asetilkolinestrase
tidak
dapat
menghentikan
asetilkolin
dengan
otot,
sehingga
asetilkolin
tidak
dapat
berfungsi
sebagai
transmitter[11].
Suksinil kolin menyebabkan depolarisasi yang persisten pada membrane sel
otot. [11]
Neurosisitas merupakan tentang kerusakan saraf akibat zat kimia pada struktur,
biokimiawi, dan integritas fungsi sistem saraf. Seperti jumlah zat kimia yang
pernah disurvei di Amerika serikat (UAEPA) dinyatakan sebagai neurotoksik. [11]
Toksikan lain yang mempengaruhi neurotransmisi antara lain Boron hidrid
(mengurangi norepinefrin dan serotonin), karbon disulfide (menurunkan dan
meningkatkan
norepinefrin),
dopamin),
DDT
klorodimeform
(Menurunkan
(meningkatkan
asetilkolin
dan
serotonin
norepinefrin),
dan
mangan
[1]
Page 30
Neurotoksin jenis ini antara lain adalah timbale yang mempengaruhi sel
Schwann dengan mengganggu transport Ca2+nya. [1].
Zat penyebab hipokolesterolemia misalnya triparanol, yang merusak sarung myelin
karena tingginya kandungan lipid pada myelin. Toksin difteria menyebabkan
disemilasi.[1]
F. Gangguan pada sarung myelin
Dimielinasi dapat juga merupakan akibat pengaruh sarung myelin. Jenis efek
ini biasanya melibatkan gangguan pada struktur membrane. Cara kerjanya antara
lain ialah sebagai berikut ; (1) menghambat karbonik anhidrase atau enzim lain yang
terlibatdalam transport ion dan air (2) penghambatan enzim yang terlibat dalam
fosforilasi oksidatif, (3) kelasi logam.[1]
Neurotoksikan yang bekerja langsung pada sarung myelin antara lain
trietilin, lisolesitin, isoniazid, sianat, heksaklorofen, dan timbale. Sebagian besar
toksikan mempengaruhi SSP.[1]
Zat-zat perusak lapisan myelin diantaranya adalah sianat, toksin difteri, Pb,
Cn (Kronis), heksaklorofen, isoniazid(obat TBC), lyolecitin, pyntamin, salisilanilinda,
tellurium, tallium, triietitin,dll. Kerusakan myelin diotak menimbulkan neuritis,
kelumpuhan atau kelemahan otot, rambut rontok, da kelainan rasa. [11]
G. Gangguan akibat anoksia sel saraf
Kekurangan oksiken akan mematikan sel saraf dalam bebrapa menit Karena
sifat sel saraf yang meiliki proses metabolism tinggi. Ada tiga tipe kekurangan
oksigen/anoksia yaitu ; [11]
Page 31
Acrylamida,
arsen,
azida,
bromofenilasetiluria,karbondisulfida,
A. Mercury
Merkuri atau hydrargyrum (bahasa Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak)
adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80.[12]
(a)
(b)
logam dari bijih tambang sulfidnya), pembakaran bahan bakar fosil, produks baja,
Page 32
semen, serta fosfat. Pemakaian utamanya antara lain pabrik alkaliklor, industri
bubutr kayu, industri perlengkapan listrik, dll.[1]
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa susunan saraf sangat rentan
terhadap toksikan dan mudah diserang. Gejala yang pertama kali muncul adalah
parestesia. Bila pajanan lebih tibggi makan akan menimbulkan ataksia, disartria,
ketulian, dan akhirnya kematian.[1]
Keracunan merkuri (juga dikenal
sebagai hydrargyria atau mercurialism)
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
usia orang yang terkena (janin adalah yang paling rentan); [14]
Page 33
Pada dasarnya, merkuri dapat memasuki tubuh melalui inhalasi, menelan dan
penyerapan kulit. Hal ini sering digunakan dalam meter, seperti termometer,
barometer, dan peralatan ilmiah lainnya. Sebagian besar merkuri yang masuk ke
dalam tubuh disimpan dalam ginjal. Mengonsumsi ikan adalah sumber yang paling
signifikan dari paparan merkuri pada manusia dan hewan. Paparan merkuri juga
dapat terjadi Karen menghirup udara yang terkontaminasi, dari makan makanan
yang telah memperoleh residu merkuri selama pemrosesan, dari paparan uap
merkuri di restorasi amalgam gigi merkuri, dan dari yang penggunaan atau
pembuangan benda merkuri yang tidak benar. Selanjutnya merkuri ini akan tersebar
di seluruh tubuh, darah, limpa, otak, hati, tulang dan jaringan lemak juga memegang
merkuri. Ini menimbulkan ancaman bagi janin tumbuh dan dapat masuk ke ASI. [15]
Merkuri ada dalam tiga bentuk kimia. Mereka masing-masing memiliki efek
tertentu pada kesehatan manusia. [14]
Methylmercury
[14]
methylmercury pada seorang ibu hamil, dapat mempengaruhi otak bayi tumbuh
dan sistem saraf. Dampak pada pemikiran kognitif, memori, perhatian, bahasa,
dan motorik halus dan keterampilan spasial visual yang telah terlihat pada anakanak terkena methylmercury dalam rahim. [14]
Page 34
2,
dapat
[13]
Ethylmercury
merupakan
produk
pemecahan
dari
agen
melintasi
penghalang
darah-otak
melalui
transporter,
melainkan
Page 35
penyebab efek mendalam pada sistem saraf termasuk reaksi psikotik seperti
halusinasi, kecenderungan bunuh diri dan delirium. [15]
Gejala umum dari keracunan merkuri termasuk neuropati perifer (menyajikan
sebagai paresthesia atau gatal-gatal, terbakar atau nyeri), perubahan warna kulit
(pipi merah muda, ujung jari dan jari kaki), bengkak, dan deskuamasi (penumpahan
kulit).[13]
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya
yang toksik (beracun) terhadap manusia.Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh
melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Timbal dapat mempengaruhi Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan
kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan
delirium. [16]
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah
mencapai 80 g/dL pada orang dewasa dan 70 g/dL pada anakanak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol dan kapiler ,
edeme otak, meningkatkanya tekanan zalir serebrospinal, degenerasi
neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang disertai dengan
munculnya ataksia, koma, kejang-kejang, dan hiperaktivitas.[16]
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat
kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin
Pekerja daur ulang baterai beresiko
untuk paparan timbal. pekerja ini
ladle timah cair ke billet di fasilitas
pemulihan timbal-asam baterai.
Page 36
Page 37
pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi
empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui
filtrasiglomerulus.[18]
Efek timbal pada sistem saraf
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh
timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan
coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan
neuropathy perifer.[18]
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih
sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.
Gambaran klinis yang timbul adalah rasa
malas, gampang
hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia
21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).
Otak orang dewasa yang terkena timbale menunjukkan penurunan volume,
terutama di korteks prefrontal . Timbal mempengaruhi sistem saraf perifer (terutama
saraf motorik) dan sistem saraf pusat . Efek sistem saraf perifer lebih menonjol pada
orang dewasa dan efek sistem saraf pusat yang lebih menonjol pada anak-anak.
Timbal menyebabkan akson dari sel saraf merosot dan kehilangan selubung
mielinnya. Otak adalah organ yang paling sensitif untuk terpapar timbal. Keracunan
timbal mengganggu perkembangan normal dari otak anak dan sistem saraf,
sehingga anak beresiko besar timbal neurotoksisitas dibandingkan orang dewasa.
Di otak anak berkembang , timbal mengganggu sinaps formasi di korteks serebral,
neurokimia pembangunan (termasuk neurotransmiter), dan organisasi saluran ion.
Hal ini menyebabkan hilangnya sarung mielin dari neuron, mengurangi jumlah
neuron, mengganggu neurotransmisi, dan mengurangi saraf pertumbuhan. Paparan
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 38
timbal pada anak-anak telah dikaitkan dengan ketidakmampuan belajar, dan anakanak dengan konsentrasi timbal dalam darah lebih besar dari 10 mg / dL berada
dalam bahaya cacat perkembangan. Meningkatnya kadar timbal pada anak-anak
telah berkorelasi dengan penurunan kecerdasan, penalaran nonverbal, memori
jangka pendek , perhatian, membaca dan kemampuan aritmatika, keterampilan
motorik halus, regulasi emosional, dan keterlibatan social. Pengaruh timbal pada
kemampuan kognitif anak berlangsung pada tingkat yang sangat rendah.
Kadar timbal darah tinggi pada orang dewasa juga berhubungan dengan
penurunan kinerja kognitif dan dengan gejala kejiwaan seperti depresi dan
kecemasan. Hal itu ditemukan dalam kelompok besar saat ini dan mantan pekerja
memimpin anorganik di Korea bahwa darah menyebabkan kadar dalam kisaran dari
20-50 mg / dL yang berkorelasi dengan neuro-kognitif cacat. Peningkatan kadar
timbal darah dari sekitar 50 sampai sekitar 100 mg / dL pada orang dewasa telah
ditemukan terkait dengan gigih, dan mungkin permanen, gangguan pusat fungsi
sistem saraf. Paparan timbal pada anak-anak juga berkorelasi dengan gangguan
neuropsikiatri seperti gangguan hiperaktif defisit perhatian dan perilaku antisocial.
Peningkatan kadar timbal pada anak-anak berkorelasi dengan skor yang lebih tinggi
pada agresi dan tindakan kenakalan. korelasi juga telah ditemukan antara prenatal
dan anak paparan timbal dini dan kejahatan kekerasan di masa dewasa.[17]
Gejala dan tanda dari keracunan bervariasi tergantung pada individu dan durasi
paparan timbal. Keracunan oleh senyawa timbal organik memiliki gejala terutama di
sistem saraf pusat, seperti insomnia, delirium, defisit kognitif, tremor , halusinasi,
dan kejang-kejang. Pada keracunan akut, tanda-tanda neurologis yang khas adalah
nyeri, kelemahan otot, dan parestesia. Pada keracunan kronik terjadi gangguan
pada sistem saraf pusa, gejalanya adalah hilangnya memori jangka pendek atau
konsentrasi, depresi, mual, nyeri perut, kehilangan koordinasi, dan mati rasa dan
kesemutan pada ekstremitas, kelelahan, masalah dengan tidur , sakit kepala,
pingsan, bicara cadel, dan anemia. Kulit pucat dan adanya garis biru di sepanjang
gusi, dengan warna hitam kebiruan les untuk gigi, yang dikenal sebagai garis Burton
merupakan indikasi keracunan timah kronis.[17]
C. Arsen (As)
Merupakan unsure yang melimpah dengan nomor atom 33, berat atom
74.92 b/molmemiliki 2 bentuk padatan kehitaman dan abu-abu, termasuk golongan
semi logam dan mudah patah. Arsen jarang ditemukan dalam bentuk unsure
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 39
2.
3.
Utara merupakan lokasi pembunngan limbah tailing (lumpur siss penghancuran batu
tanbang PT.Newmont Mimahasa Raya). Oleh karena itu, konsenterasi As di mulut
pipa mengandung As tinggi . keberadaan (As, Cd, dan Hg)diperairan teluk buyat
berasal dari batuan/biji yang mengandung emas yang secara kontinyu dilepas
kelingkungan melalui aktivitas penambangan PT.NMR. [31]
Efek Toksik :
Arsen (As) biasa digunakan sebagai berbagai macam obat, tetapi juga
memberikan efek samping. Untuk itu, penggunaan obat yang mengandung As harus
berhati-hati karena potensial bersifat karsinogenik. As juga banyak digunakan
sebagai bahan untuk pembunuhan karena : [31]
1.
2.
3.
As tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau sehingga mudah dicampurkan
ke makanan dan minuman korban tanpa dicurigai. [31]
Gejala keracunan sangat umum dan tidak spesifik seperti muntaber sehingga
korban sulit mengenalinya. [31]
As mudah diperoleh dalam berbagai bentuk, misalnya pestisida, racun tikus,
racun semut, herbisida, dan obat-obatan homeopati. [31]
Page 40
Paparan per oral berasal dari makan dan minuma yang terkontaminasi As,
dapat menimbulkan gangguan fungsi syaraf, menimbulkan rasa panas, rasa
2.
diawetkan
menggunaka
As,
seperti
pembakaran
arang,
dapat
menimbulkan efek neurologis antara lain : gelisah, sakit kepala kronis, pingsan,
3.
4.
Gejala-gejala:
Gejala yang terlihat anatra lain mual, muntah, kerongkongan terasa kebakar, sakit
perut, diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kadang berdarah), mulut
terasa kering dan berasa logam, napas berbau bawang putih., bahkan bias
menimbulkan kematian. [31]
Pencegahan dan penanggulangan toksisitas As:
Dapat dilakukan beberapa cara untuk menghilangan dan mengurangi
toksisitas As, anatara lain : [31]
1.
2.
Page 41
1.
2.
3.
filter. [31]
Mengonsumsi makanan bergizi, khusunya makanan yang kaya mengandung
vitamin A, B, dan C. Konsumsi buah da sayur segar mampu mengurangi
urinaria, sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem reproduksi, dan juga sistem
saraf. Toksisitas kronis Cd baik melalui inhalasi maupun per oral dapat
menyebabkan kerusakan pada fisiologis tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan
pada organ yang bersifat teratogenik, mutagenic, dan karsinogenik. [31]
Logam berat Cd bias masuk melalui tubuh manusia melalui berbagai cara, yaitu ;
Page 42
1.
2.
3.
4.
5.
Dari udara yang tercemar misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu
bara. [31]
Melalui wadah, atau tempat berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan
dan minuman[31]
Melalui kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang mengandung Cd[31]
Melalui jalur rantai makanan[31]
Melalui konsumsi daging yang diberi obat antheleminthes yang mengandung
Cd.[31]
2.
yang rentan tercemar Cd, antar lain kopi dan teh. [31]
Pertahankan kecukupan Zn dalam tubuh dengan mengonsumsi makanan yang
mengandung Zn tinggi seperti biji-bijian yang tidak ditumbuk halus, makanan
dari golongan
leguminase,
dan kacang-kacangan.
Karena Zn mampu
Page 43
Page 44
lingkungan.[27]
Makanan dan minuman, karbon disulfida dapat mencapai saluran air melalui air
limbah tanaman rayon viskose. karbon disulfida dapat mengkontaminasi jus dan
anggur suling dari anggur dipanen di kebun anggur iobati dengan karbon disulfide.
[27]
Penyerapan karbon disulfida dermal dapat mewakili rute tambahan entri dalam
pajanan. Dalam paparan lingkungan itu tidak merupakan bahaya. [27]
Page 45
Pengaruh kesehatan
Pada hewan percobaan karbon disulfida menghasilkan penghancuran selubung
myelin dan aksonal perubahan dalam neuron baik pusat dan perifer. Perubahan
degeneratif telah diamati pada ganglia, korteks basal, thalamus, otak sumsum tulang
belakang keras dan.[27]
Neuropati dan Mielopati yang ekstensif dipelajari pada tikus dan kelinci. Dalam otot
atrofi serat dari jenis denervasi terjadi sekunder untuk polineuropati tersebut
memperlambat kecepatan konduksi saraf pada saraf skiatik didahului gejala klinis. [27]
B. Karbon monoksida
Rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom
oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen
koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari
pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin
Tabel : konsenterasi CO dalam darah beserta gejala yang ditimbulkan
pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan
oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida.[28]
Page 46
Adopted
TWA
(0.03
STEL
C-5 Mg/m3
Notations
Skin
MW
85.10
CNS : Anoxia
Skin;A3
71.08
CNS: dermatitis
mg/m )
5 mg/m3
1000 ppm
146.14
Varies
Neurotoxicity; GI;Irritation
CNS depression; cardiac
gasses
2-Aminopyridine [504-29-0]
Tert- amyl methyl ether
0.5 ppm
20ppm
91.11
102.2
senzitation
CNS
Neurologic;Reproductive
Page 47
(TAME) [994-05-8]
2-Butoxythanol
(EGBE)
20 ppm
A3
118.17
Irritation;CNS
[111-76--2]
2-Butoxyethyl
acetate
20 ppm
A3
160.2
Irritation;CNS
(EGBE)[112-07-2]
n-Buthyl mercaptan
p-tert butyl totune [98-51-1]
Carbon disulfide [75-15-0]
Carbon monoxide[630-08-0]
0.5 ppm
1ppm
10ppm
25ppm
Skin;BEI
Bei
90.19
148.18
76.14
28.01
Irritation;CNS;CVS
Irritation;CNS;CVS
CVS;CNS
Anoxia; CNS; CVS; Reproducti
Catechol [120-80-9]
Clorobromomethane
[74-
5ppm
200ppm
Skin; A3
-
110.11
129.39
ve
Irritation; cns; Lung
CNS; Liver
97-5]
o-clorostyrene [2039-87-4]
Cresol, All isomers [1319-
50ppm
5ppm
75ppm
-
Skin
138.60
108.14
106-44-5]
Cumene [98-82-8]
Cyclohexane [110-82-7]
Cyclohexanol [108-93-0]
Cyclohexanone [108-94-1]
Cyclonite [121-82-4]
Decaborane [17702-41-9]
Diborane [19287-45-7]
Dichloroacetylene [7572-29-
50ppm
100ppm
50ppm
20ppm
0.5mg/m3
0.05ppm
0.1ppm
-
50ppm
0.15ppm
C 0.1ppm
Skin
Skin;A3
Skin;A4
Skin
A3
120.19
84.16
100.16
98.14
222.26
122.31
27.69
94.93
Irritation; CNS
CNS
Irritation;CNS
Irritation; CNS; liver; kidney
Irritation; CNS; liver; blood
CNS; Lung function
CNS; lung function
GI; Neurocity; irritation
4]
Dichloromethane [75-09-2]
Dieldrin [60-57-1]
2-Diethylaminoethanol [100-
50ppm
0.25mg/m3
2ppm
A3;BEI
Skin;A4
Skin
84.93
380.93
117.19
CNS;Anoxia
Liver;CNS
Irritation;CNS
100ppm
209.83
Irritation;liver;CNS
5ppm
10ppm
Skin;A4;BEIM
121.18
Anoxia;neurocity
dimethylaniline) [121-69-7]
Endrin [72-20-8]
Enflurane [13838-16-9]
Ethyl benzene [100-41-4]
Ethyl Cloride [75-00-3]
Gasoline [86290-81-5]
Halothane [151-67-7]
Helium [7440-59-7]
Hexane other isomers
1-Hexane []592-41-6
Hydrogen peroxide [7722-
0.1 mg/m3
75ppm
100ppm
100ppm
300ppm
50ppm
50ppm
500ppm
50ppm
1ppm
125ppm
500ppm
1000ppm
-
Skin;A4
A4
A3;BEI
Skin;A3
A3
A4
A4
A3
380.93
184.50
106.16
64.52
197.39
373.32
86.18
84.16
34.02
CNS;liver
CNS; CVS
Irrittion;CNS
Liver ; CNS
Irritation;CNS
CNS;liver; CVS;Reproductive
CNS; liver;blood
CNS; Irritation
CNS; Reproductive
Irritation; pulmonary endema;
84-1]
Hydrogen sulfide [7783-06-
10ppm
15ppm
34.08
CNS
Irritation;CNS
4]
Hydroquinone [123-31-9]
Iodoform [75-47-8]
Isobuthyl nitrite [542-56-3]
Isopropanol [67-63-0]
Lead
[7439-92-1]
and
2 mg/m3
0.6ppm
200ppm
0.05 mg/m3
C 1ppm(LV)
400ppm
-
A3
A3; BEIM
A4
A3;BEI
110.11
393.78
103.12
60.09
207.20
Varies
reproductive
77-3;
95-48-7;
108-39-4;
37-8]
Diflourodibromomethane
[75-61-6]
Dimethylaniline
(N,N-
inorganic compounds, as
Page 48
Pb
Lead arsenate [3687-31-8],
0.15 mg/m3
BEI
347.13
as Pb (AsO4)2
Lindane [58-89-9]
Manganese
[7439-95-5]
0.5 mg/m3
0.2 mg/m3
Skin;A3
-
290.85
54.94
reproductive
CNS; liver
CNS (manganisme); lung;
Varies
reproductive
204.10
0.1 mg/m3
Skin
0.01 mg/m3
0.03 mg/m3
Skin
Varies
CNS
Skin
Varies
CNS;Neuropaty;vision;kidney
Skin;A4;BEI
Varies
CNS;Kidney;reproductive
200ppm
10 mg/m3
5ppm
250ppm
-
Skin;BEI
A4
Skin;BEI
32.04
345.65
76.09
Neuropaty;Vixion; CNS
CNS;liver
Blood;reproductive;CNS
5ppm
Skin;BEI
118.13
Blood;reproductive;CNS
(EGMEA) [110-49-6]
Methyllacrylonite [126-98-7]
Methylal [109-87-5]
Methyl
n-buthyl
ketone
1ppm
1000ppm
5ppm
10ppm
Skin;BEI
76.10
76.10
100.16
Irritation; CNS
Irritation; CNS
Neuropathy
[596-78-6]
Methyl chloride [74-87-3]
Methyl chloroform [71-55-6]
Methyl ethyl ketone [78-93-
50ppm
350ppm
200ppm
100ppm
450ppm
300ppm
Skin;A4
A4;BEI
BEI
50.49
133.45
72.10
Kidney;cns;Reproductive
Anasthesia;CNS
Irritation;CNS
2ppm
50ppm
0.1 mg/m3
100ppm
-
Skin
A4
141.95
118.18
Varies
Irritation;CNS
Irritation;dermatitis;CNS
CNS;Irritation;Dermatitis
compounds (NOS)
Nikel carbonyl [13463-39-
0.05ppm
170.73
Irritation;CNS
3],as Ni
Nicotine []54-11-5
Nitrous oxide [10024-97-2]
Nonane
[111-84-2],
all
0.5ppm
50ppm
2ppm
Skin
A4
-
162.23
44.02
128.26
CVS;GI;CNS
Reproductive;blood;CNS
CNS;Skin;blood
isomers
Pentaborane [19624-22-7]
Pentachlorophenol [87-86-
0.005ppm
0.5mg/m3
0.015ppm
-
Skin;A3;BEI
63.17
266.35
CNS
CNS;CVS
5]
Phenol [108-95-2]
Phospine [7803-51-2]
Propylene dichloride [78-87-
5ppm
0.3ppm
75ppm
1ppm
110ppm
Skin;A4;BEI
A4
94.11
34.00
112.99
Irritation;CNS;Blood
Irritation;CNS;GI
Irritation;CNS;Liver;kidney
5]
Propylenimine [75-55-8]
Pyrethrum [8003-34-7]
Rotenone (commercial) [83-
2ppm
5 mg/m3
5 mg/m3
Skin;A3
A4
A4
57.09
345 (avg)
391.41
Irritation;CNS
Dermatitis;Liver;CNS
Irritation;CNS
cyclopentadiethyl
tricarbonyl [12079-65-1] as
Mn
Mercury [7439-97-6]as Hg
Alkyl compounds
Aryl compounds
Elemental
and
0.1 mg/m
inorganic
form
Methanol [67-56-1]
Methoxychlor [72-43-5]
2-Methoxythanol(EGME)
[109-86-4]
2-Methoxy
acetate
3]
Methyl iodeide [74-88-4]
-methyl styrene [98-83-9]
Nickel,as Ni
Soluable
200.59
3
0.025 mg/m
inorganic
Page 49
79-4]
Rubber
solvent
(naphta)
80ppm
97(mean)
Irritation;CNS
[8030-30-6]
Sodium fluoroacetate [62-
0.05 mg/m3
Skin
100.02
CNS;CVS
74-8]
Strychinine [57-24-9]
Stryrene, monomer [100-
0.15 mg/m3
20ppm
40ppm
A4;BEI
334.40
104.16
CNS
Neurocity;irritation;CNS
42-5]
Sulfury fluoride [2699-79-8]
Tetraethyl lead [78-00-2]as
5ppm
0.1mg/m3
10ppm
-
Skin
102.07
323.45
Irritation;CNS
CNS
Pb
Tetramethyl
0.15mg/m3
Skin
267.33
CNS
92.13
131.40
CNS
CNS;headache;liver
lead
[75-74-
1]as Pb
Toluene [108-88-3]
50ppm
Skin;A4;BEI
Trichloroethylene [79-01-6]
50ppm
100ppm
A5;BEI
*sumber diambil dari : buku TLV and BEI from ACGIH 2004
BEI (Biological Exposure Indices) adalah parameter bahan kimia yang masih boleh ada di
dalam tubuh manusia. Dibawah ini akan ditampilkan BEI dari bahan kimia yag berpengaruh
terhadap Sistem saraf adalah sebagai berikut ;
Notati
ons
B
35 g As/L
compounds
Inorganic arsenic plus methylated
Metabolies in urine
Cadmium and Inorganik compounds
-
Cadmium in urine
Cadmium in blood
Not critical
5 g/g creatinine
Not critical
5 /L
End of shift
5 mg/g creatinine
End of shift
3.5% of hemoglobin
B, Ns
End of shift
20 ppm
B, Ns
25 g/L
10 g/L
urine
Carbon monoxide [630-08-0]
-
Carboxyhemoglobin in blood
Carbonmonoxide in end-exhaled air
workweek
Increas during shift
-
Page 50
Cobalt [7440-48-4]
-
Cobalt in urine
15 g/L
workweek
1 g/L
B,Sq
Not critical
30 g/100ml
Prior to shift
35 g/g creatinine
15 g/L
workweek
End of shift and end of
-
Cabalt in blood
Lead [7439-92-1]
Lead in blood
Mercury
-
workweek
*sumber diambil dari : buku TLV and BEI from ACGIH 2004
b.
c.
Page 51
Racun kontak yaitu racun yang dapat diserap bila ada kontak kulit dengan
insektisida. [11]
Semua jenis insektisida baik berupa organoklorin, organophospat, karbamat, dan
piretroid merupakan racun saraf. Hai ini dapat terjadi pada sistem saraf perifer atau
sistem saraf pusat melalui mekanisme yang berbeda. Diantara jenis mamalia manusia
merupakan mamalia yang memiliki sistem saraf yang paling berkembang dan
terorganisir dengan adanya SSP. Semakin tinggi organisasi SSP suatu spesies,
semakin peka spesies tersebut terhadap racun saraf.[11]
Table kalsifikasi insektisida ditinjau dari mekanisme dan terjadinya efek
Kelas
Organoklor
Sub-Golongan
Tipe DDT
Siklodin, derivative
sikloheksan
Piretroit
Piretroit alamiah
Piretroit buatan tipe I
Organophosphat
Karbamat
didegradasi dengan
rangsangan berlebih
Berbeda sedikit dalam
gejala , karbamat
menginhibisi AchE secara
reversible, organofosfat
menginhibisi menjadi lebih
presisten.
1. Organoklorin
Insektisida ini sedikit digunakan dinegara berkembang karena mereka pemerhati secara
kimia bahwa insektisida organoklor adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat yang
sangat tahan atau presisten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan memiliki
kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan terdegradasi yang sangat
lambat. [11]
Insektisida ini masih digunakan pada Negara yang sedang berkembang terutama
dinegara-negara ekuator karena murah, efektif, dan presisten. Organoklorin dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu diklorodifeniletan (antara lain DDT, DDD, Portan, Metosiklor,
Metioklor) siklodin (antara lain aldrin, dieldrin, heptaklor, chlordane, dan endosufan), dan
sikloheksan benzene terklorinasi (antara lain HCB, HCH). Semua organoklor merupakan
racun saraf. Contoh dari kelompok ini adalah DDT,Lindan, cirri gejala akut dan kronis. [11]
Table ; gejala keracuna akut dan kronis akibat organoklorin
Kelas Insektisida
Gejala Akut
Gejala Kronis
Diklorodifeniletan
DDT
DDD
DMC
Dicofol
Methosiklor
Klorobenzilat
Heksaklorosiklohexane
Lindane (isomer gamma)
Benzene (heksakloride
mixed isomer)
Siklodin
Endrin
Telodrin
Isodrin
Endosulfan
Heptachlor
Aldrin
Dieldrin
Page 53
Klorane
Toxafene
Klorodekon (kepone)
Hirex
Rasa
sakit
pada
dada,
arthalgia, irritasi kulit, ataxia,
tidak ada koordinasi, bicara
kurang
jelas,
penglihatan
terganggu, kehilangan memori
terkini, depresi, kelemahan
pada otot, tremor pada tangan,
spermatogenesis
sangat
terganggu
tiga
tahap
interaksi
organophospat
atau
karbamat
dengan
aktif
site
[11]
yang
menghasilkan
phosphorylated
(organofosfat
dan
ester)
atau
karbamylated (karbamat ester) terinhibisi, sehingga AchE trinhibisi dan menjadi tidak
c.
reaktif lagi.[11]
Defosforilasi dan dekarmalisasi menghasilkan AchE bebas, sehingga kembali mapu
memutuskan asetilkolin (Ach) sebagai transmitter. .[11]
Tabel : Gejala keracunan organophospat pada organ saraf
Jaringan saraf
Tempat
dan reseptor
Parasimpatik dan Kelenjar exocrine mata
otonom (Reseptor
muskarinik)
paska
ganglion
neuron
Saluran pencernaan
Saluran pernafasan
Manifestasi
Peningkatan kelenjar ludah,
kelenjar air mata, berkeringat,
miosis, ptosis, penglihatan
kabur, konjunctiva merah, air
mata berdarah
Mual, muntah, sakit tulang
belakang, diare, buang air
tidak menentu, pembekakan
dan kram, tenesmus
Excessive bronchial secretion,
rhinorrhea,
wheezing,
pembengkakan,
dada
tertekan,
bronchospasma,
batuk, bradypnea, dypspnea
Page 54
Sistem kardiovaskular
Ginjal
Saraf
otonom Sistem Kardiovaskular
parasimpatetik
dan
simpatetik
nikotinik,
saraf
somatic/motorik
nerve
fibers
nikotinik
Otot kerangka
Otak
(reseptor Sistem saraf pusat
asetilkoline)
Detak
jantung
menurun,
penurunan tekanan darah
Frekuensi pengeluaran urin
tidak kontinyu
Tachycardia, pallor, kenaikan
tekanan darah
3. Piretroid
a. Piretroid alam
Piretrium adalah insektisida alami yang merupakan ekstrak bunga. Insektisida ini
sudahlama dikenal dan sangat efektif. Piretroit merupakan racun saraf, meskipun
toksistasnya jarang terlihat pada mamalia. Gejala keracunan akibat piretroid ini adalah
parastesia (kebal, kesemutan pada kulit), eksstasi saraf, tremor, konvulsi, paralisis, dan
kematian.[11]
b. Piretroid
Sintetis ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang didasarkan pada struktur
dan gejala keracunan.[11]
No
1.
2.
3.
4.
Piretroid tipe I
Sindrom T
Hipereksitasi
Ataxia
Sawan
Paralisis
Piretroid Tipe I
Sindrom CS
Hipersensitif
Koreotatosis dengan air liur
Tremor
Paralisis
Page 55
5.
Menyebabkan penyaluran
saraf terus menerus
Menyebabkan depalarisasi
Efek yang ditimbulkan oleh insektisida tergolong dalam 3 kategori, yaitu :[20]
2.
Penghambatan AChE pada persambungan saraf otot yang menimbulkan kejang otot
karena kontraksi otot berlebihan, kelelahan, dan kadang paralisis (efek nikotinik).
Otot-otot yang mengalami keracunan akut seperti ini terutama adalah otot-otot
pernapasan karena paralisis diafragma dan otot dada yang dapat menyebabkan
kegagalan pernapasan dan kematian.[20]
3.
Page 56
4.
Efek terhadap sistem saraf pusat (SSP) berupa tremor, bingung, bicara kabur,
kehilangan koordinasi, dan konvulsi pada pemaparan yang sangat tinggi.[20]
adalah
kelainan
fungsi
yang
saraf
perifer
akan
menyebabkan
kontraksi otot diolah. Diduga terdapat kerusakan pada kemampuan tubuh untuk
Diambil dari :
movementdisorders.org
diakses pada 3Desember
2011
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 57
Page 58
Apapun
penyebabnya,
akibatnya
adalah
sampainya
racun
di
otak
dan
ekstrapiramidal.[24]
gambar
Gejala :
di ambil dari :
Tardive diskinesia perupakan gangguan gerak
sebagai kelanjutan akhir dari
http://cariobat.blogspot.com/2010/08/kelai
nan-koordinasi.html diakses pada 3
penyakit Parkinson. Tardive diskinesia sering
muncul akibat penggunaan
Desember 2011
f.
samping ekstrapiramidal.[24]
Gangguan cerebellum
Serebelum (otak kecil) merupakan bagian
dari otak yang paling bertanggungjawab
untuk mengatur serangakaian gerakan, juga
mengendalikan keseimbangan dan sikap
tubuh.[25]
penyebab :
Penyalahgunaan alkohol jangka panjang merupakn penyebab paling sering
dari kerusakan pada serebelum. Penyebab lainnya adalah:[25]
- Stroke[25]
Page 59
- Tumor[25]
- Penyakit tertentu (misalnya sklerosis multipel) [25]
- Bahan kimia tertentu[25]
Gejala:
malah menjangkau apa yang ada di belakang benda yang dimaksud. [25]
Tremor. [25]
Tabel: Ganguan neurologic yang disebabkan oleh bahan kimia
Gangguan
Neuropati perifer
1. Polineuropati
Sebab-sebab utama
Bahan
kimia
seperti
triklotoetilen,
metil
n-butil,
timbale,
arsen,
keton,
karbon
Mononeuropati
1. Sindrom otak organic
Ensefalopati
1. Ensefalopati hipatikum
Gangguan ekstrapiramidal
Gangguan serebelum
Penyakit minamata
Case-control studies of exposure to tobacco smoke from the mother during pregnancy and risk
of cancer of the nervous system in childhood
Nama dan umur
Negara
Kanker
Tumor otak
Nilai
Kasus/control
209/209
Preston Martin
1982 (32)
McKinney 1986
(22)
Stjernfeldt 1986
(23)
Kramer 1987
USA
UK
Tumor SSP
78/111
1-10 rokok/hari
Sweden
Tumor SSP
43/340
USA
Neuroblastoma
104/101
1-9 rokok/hari
10+ rokok/hari
Rokok apapun
Rokok apapun
Relative Risk
95% CI
1.1 (0,7 1,6)
1.1 (0.5-2.4)
1.0 (0.5-2.0)
1.0 [0.4-2.8]
0.9 [0.4-2.0]
1.3 [0.7-2.3]
Page 60
(33)
Bunin 1989 (34)
USA
Heritable
retinoblastoma
67/201
Rokok apapun
115/201
163/163
48/196
101/690
Rokok apapun
Rokok apapun
1-9 rokok/hari
10+ rokok/hari
1.0 (0.6-1.7)
0.7 (0.3-1.7)
1.3 (0.4-3.5)
1.7 (0.7-2.4)
USA
USA
USA
Non heritable
retinoblastoma
Astrocytom
Tumor SSP
Neuroblastoma
USA
Australia
Tumor otak
Tumor otak
361/1083
82/164
Rokok apapun
Rokok apapun
1.1 (0.8-1.5)
0.9 (0.5-1.8)
USA
Astrocytoma
155/155
Rokok apapun
1.0 (0.6-1.7)
166/166
France
Primary
neuroectodermal
tumour
Tumor otak
109/113
Rokok apapun
1.6 (0.7-3.5)
Italy
Tumor otak
91/3211
USA
Tumor otak
540/801
1-10 rokok/hari
11+ rokok/hari
Rokok apapun
1.6 (0.7-3.8)
1.7 (0.4-6.6)
1.0 (0.7-1.3)
USA
Tumor SSP
229/229
Rokok apapun
1.0 (0.8-1.3)
0.9 (0.7-1.3)
Neuroblastoma
138/138
Cordier 1994
(41)
Filippini 1994
(42)
Norman 1996
(43)
Sorahan 1997
(27)
Sumber : P. Boffetta, Environmental Cancer Epidemiology Unit, International Agency for Research, 150 cours
Simpanlah produk kimia rumah tangga, obat obatan , kosmetika dan produk lain
yang memiliki potensi bahaya pada tempat tertutup dan terkunci serta jauh
anak anak.
Jangan menaruh bahan kimia / berbahaya di sembarang tempat
Simpanlah bahan kimia hanya pada wadah aslinya dan beri label berisi nama
bahan
Jangan sekali kali menyimpan bahan kimia pada wadah makanan maupun
selalu gunakan alat pelindung diri, minimal masker atau sarung tangan.
Cuci tangan dengan sabun setiap habis menggunakan bahan kimia
Page 61
Periksa kotak obat anda secara berkala, buanglah obat yang sudah rusak atau
kadaluarsa ketempat aman, jangan buang obat ke tempat yang orang lain masih
hari,nyalakanlah lampu terlebih dahulu, lalu baca teliti dosis dan aturan pakai.
Anak anak cenderung meniru tindakan yang dilakukan orang dewasa.
Hindarilah meminum obat di hadapan anak kecil, dan jangan pernah menyebut
Letakkan kamper di tempat yang terkunci dan jauh dari jangkauan anak anak
Kenali lingkungan anda, apakah ada tanaman beracun atau binatang berbisa di
Jangan pernah
mengkonsumsi tanaman atau jenis ikan yang belum anda ketahui dengan pasti
-
Page 62
produksi
eliminasi racun, tetap merupakan usaha penting pada penangan keracunan, karena
ini akan menurunkan konsenterasi plasma maksimum, tindakan penangana lainnya
tergantung pada sifat khusus racun bersangkutan. Ini berlaku juga untuk antidote
spesifik yang kerjanya hanya kepada racun tertentu saja, seperti tentunya penangan
simptomatik yang harus berorientasi pada gejala keracunan yang timbul. Tidak lupa
boleh dilupakan untuk menyimpan semua bahan yang mungkin mengandung racun
(seperti muntahan, feses, urine, baju yang dikotori) untuk mendeteksi adanya racun
atau untuk pemeriksaan yuridis lainnya.[5]
Page 63
Jika keracunan timbil karena menghirup racun, maka pasien harus dibawa
kelingkungan dengan udara bersih. Pada absorbs melalui kulit maka baju yang
terkena (terkontaminasi racun) harus diganti. Kemudia daerah tersebut harus dibilas
dengan air hangat atau pasien harus disuruh mandi. Jika kulit rusak berat harus
digunakan pula sabun dengan air yang tidak terlalu hangat. Pada kedua hal tersebut
perlu diingat adanya resiko penolongnya. Kalau perlu, penolong menggunakan
pakaian pelindung khusus.[5]
Jika zat yang merangsang masuk ke mata, tidak bergantung pagaimana sifat zat
tersebut, maka mata harus dicuci bersih dengan air. Sebaiknya kelopak mata juga
dibalik. Jika ada benda padat yang akan dikeluarkan perlu digunakan anastetika
local. Gas air mata karena iritasinya yang inntensif pada konjungtiva mata
menyebabkan sakit menusuk nusuk dan banyak nya air mata yang terbentuk. Pada
konsenterasi gas air mata tinggi terdapat kerusakan selaput lendir paru-paru dan
memung kinkan timbulnya endema paru-paru.[5]
Pada pemasukan racun secara oral, harus dicoba untuk mengurangi atau
memperlambat absorbs zat yang masih ada dalam saluran pencernaan dengan
pemberian senyawa yang ;[5]
Memiliki sifat mengabsorbsi yang kuat
Dapat menetralkan atau menindak-aktifkan (inaktive) secara kimia.
Mengosongkan saluran pencernaan dengan cepat (emetika, laksansia)
a. Pembilasan lambung dan emetika :
Dari beberapa hal seperti indikasi yang sesuai, memperhatika sudah berapa
lama racun diterima serta pemeliharaan cara-cara pencegahan yang penting ,
yang terbaik adalah pengosongan lambung dengan cara pembilasan untuk
mencegah absorbs racun.[5]
b. Eliminasi racun setelah diabsorbsi
Jika racun diabsorbsi maka harus diusahakan untuk meninggika
eliminasi. Yang dapat digunakan antara lain:[5]
Duiresis paksa
Dialisi peritoneal
Hemodialisis
Transfuse penukar
c. Peningkatan eksresi urin
Dapat dilakukan dengan dieresis paksa dan pengubahan Ph urin. Zat
yang dieksresi secara aktif biasanya merupakan asam atau basa kuat yang
tidak tergantung pada pH bentuk terionisasi. Karena itu hanya sebagian kecil
yang dapat terarsobsi secara pasif. Selain dari perubahan Ph cara lain yang
Page 64
sering digunakan ialah diureksis paksa . ini dapat dicapai dengan osmodiuretika
(misalnya manit) atau dierutika jerat Henle.[5]
Detoksifikasi dan peningkatan eliminasi secara serentak
Detoksifikasi yang dilakukan bersama dengan percepatan penghilangan
racun setelah diabsorbsi dari organism keracunan berbagai logam dapat
digunakan pembentuk khelat. Pembentukan kompleks yaitu pembentukan
senyawa kheleat tersebut, mula-mula merupakan suatu detoksifikasi. Akan
tetapi tentu saja diinginkan juga eksresi yang lebih cepat. Untuk mendapatkan
ini perlu digunakan pembentuk khelat, yang membentuk khelat sangat hidrofil.
Ini berarti setelah mengikat ion non-logam molekul keseluruhan harus masih
mempunyai gugus tak terionisaasi, terutama gugus karboksil, yang membuat
senyawa khelat ini larut baik dalam air, sehingga mudah dieksresi melalui ginjal
tanpa mengalami rearsorbsi pasif. [5]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kerja senyawa
kimia yang meruigan makhluk hidup, dan juga mempelajari mekanisme efek toksik
terhadap makhluk hidup.
Sistem saraf manusia merupakan suatu organ yang sangat kompleks yang memiliki
tugas mengatur, mengkoordinir, dan mengendalikan seluruh aktivitas disalam tubuh
manusia. Tubuh dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena
pengaturan hubungan saraf diberbagai system tubuh.
Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sstem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar.
Sistem saraf sadar dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sstem
saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis. Sistem saraf perifer terdiri dari saraf
spinall dan saraf cranial. Sistem saraf tak sadar terdiri dari saraf simpatis dan saraf
parasimpatis.
Organ saraf karena sangat kompleks, maka organ ini sangat rentan terhadap racunracun. Sedikit saja mengalami perubahan pada sistem saraf pusat maka akan
menimbulkan bahaya atau dampak yang sangat besar. Banyak zat toksik yang dapat
berperan sebagai neurotoksikan (zat-zat racun yang mengenai organ saraf),
Toksikologi organ sasaran - sistem saraf
Page 65
diantaranya logam-logam berat, bahan kimia, insektisida, dll. Apabila bahan kimia ini
masuk ke dalam tubuh dan menyerang saraf maka akan menimbulkan kelainan pada
saraf diantaranya sindrom Parkinson, polineuropati, distonia, dll. Racun yang merusak
sistem saraf ini dapat bersifat mutagenik, karsinogenik dan teratogenik.
3.2 Saran
Karena sifat dari organ saraf ini sangat rentan terhadap racun, untuk itu kita harus
dapat mencegah terjadinya keracunan, misalnya dengan pengurangan intensitas
paparan dari racun tersebut. Dan kita juga perlu mengetahui tindakan awal apa yang
harus dilakukan jika terdapat orang yang keracunan agar efek dari racun itu bias
diminimalisir.
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Organisation
E.J,Ariens,E.Mutschler,Am.Simonis.1985.Toksikologi Umum pengantar.Yogyakarta: Gajah Mada
[6]
University press
Price,Sylvia Anderson.2005.Konsep klinis proses-proses Penyakit volume 2 Edisi 6. Jakarta:
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
November 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Otak diakses pada tanggal 30 November 2011
Tresnaningsih, Erna.2010. Handout bahan ajar Pathofisioanatomi, sistem saraf. Jakarta
Soemirat, Juli.2003.Toksikologi Lingkungan.Yogyakarta : Gajah Mada University Press
http://id.wikipedia.org/wiki/mercury diakses pada tanggal 30 November 2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Mercury_poisoning diakses pada 1 Desember 2011
http://www.epa.gov/hg/ diakses pada 3 Desember 2011
http://www.globalhealingcenter.com/heavy-metals/dangers-of-mercury
diakses
pada
[16]
[17]
Desember 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Timbal diakses pada 3 Desember 2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Lead_poisoning diakses pada 3 Desember 2011
Page 66
[18]
[19]
Desember 2011
http://www.petrokayaku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=129:insektisida-
[20]
[21]
[22]
[23]
2011
http://medicastore.com/penyakit/526/Ensefalopati_Hepatikum_Koma_Hepatikum.html diakses
[24]
[25]
[26]
[27]
2011
http://cariobat.blogspot.com/2010/08/kelainan-koordinasi.html diakses pada 3 Desember 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_disulfida diakses pada 4 Desember 2011
www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0019/123058/AQG2ndEd_5_4carbodisulfide.PDF
[28]
[29]
[30]
[31]
Page 67