Anda di halaman 1dari 5

Amalan Sunnah di 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah dan Hari Raya Idul Adha

1.

Haji & umroh

Bulan Dzulhijjah dinamakan Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji.

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu bagi orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [QS. Ali
Imron: 97]
2.

Memperbanyak amal sholeh

Dari Ibnu Abbas rodhiyallhu anhuma, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
bersabda:


:

:


Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan
Alloh? Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: Tidak juga jihad di jalan Alloh,
kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali
sedikit pun. [HR al-Bukhori no. 969, at-Tirmidzi no. 757, Abu Dawud no. 2438, Ahmad no
1968, dll. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi] 688
Dan amal sholeh dalam hadits ini umum mencakup puasa, sholat, dzikir, membaca al-Quran,
bersedekah, dll.
3.

Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban

Dari Ummu Salamah rodhiyallohu anha, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:



Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban,
maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun. [HR. Muslim no. 1977]
Dalam riwayat Muslim lainnya:


Barangsiapa yang memiliki hewan kurban untuk disembelih, apabila hilal Dzulhijjah telah
terlihat maka janganlah ia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun sampai ia menyembelih
kurbannya. [HR. Muslim no. 1977]
Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak
dilarang.
4.

Memperbanyak Takbir

Ibnu Umar dan Abu Huroiroh keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil
bertakbir dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua. [Diriwayatkan al-Bukhori

secara muallaq dalam Shohihnya, al-Fakihi dalam Akhbar Makkah no. 1704 dengan sanad yang
bersambung. Dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa no. 651]
Ada beberapa riwayat dari shohabat tentang takbir dari setelah sholat shubuh sampai setelah
sholat ashar di akhir hari tasyriq. Diantaranya dari Ali rodhiyallohu anhu:






Bahwasanya beliau bertakbir setelah sholat shubuh pada hari Arofah sampai sholat ashar di
akhir hari tasyriq dan beliau bertakbir setelah ashar. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.
5631, dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa dalam pembahasan hadits no. 653]
Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni 2/292:



:-
.-

:
Imam Ahmad rohimahulloh ditanya: dengan hadits mana engkau berpendapat bahwa takbir itu
dari sholat fajar di hari Arofah sampai akhir hari tasyriq? beliau menjawab: dengan Ijma
Umar, Ali, Ibnu Abbas, dan Ibnu Masud rodhiyallohu anhum.
Diriwayatkan dari Ibrohim an-Nakhoi (tabiin), ia berkata:

Mereka dahulu bertakbir pada hari Arofah dan salah seorang dari mereka menghadap kiblat di
akhir sholat dengan mengucapkan: Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illallohu wallohu
akbar, Allohu akbar wa lillaahil hamd. [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya
no. 5650, dishohihkan oleh syaikh Abul Hasan as-Sulaymani dalam Tanwirul Ainain bi Ahkamil
Adhohi wal Iedain hal. 290]
Namun mereka yang dimaksud oleh Ibrohim an-Nakhoi dalam riwayat di atas tidak dijelaskan
siapa, kemungkinannya bisa berarti para shohabat atau para tabiin.
Lafadz Takbir:
Ada beberapa lafadz takbir yang diriwayatkan dari para shohabat dan dishohihkan oleh syaikh
al-Albani dalam Irwaul Gholil 1/125-126:
Lafadz takbir Abdulloh bin Masud rodhiyallohu anhu:


Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illallohu wallohu akbar, Allohu akbar wa lillaahil
hamd. [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya no. 5651]


Allohu akbar, Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illallohu wallohu akbar, Allohu akbar wa
lillaahil hamd. [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya no. 5633]
Lafadz Takbir Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma:


Allohu akbar kabiro, Allohu akbar kabiro, Allohu akbar wa ajal, Allohu akbar wa lillaahil
hamd. [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya no. 5646]

Dan beberapa lafadz lainnya. Dan yang perlu diingat bahwa takbir dilakukan sendiri-sendiri,
bukan berjamaah dengan satu suara.
5.

Puasa Arofah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah

Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam ditanya
tentang puasa Arofah, beliau menjawab:

Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang. [HR.
Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasai dalam al-Kubro no. 2826, dll]
6.

Sholat Iedul Adha Di Lapangan Bersama Kaum Muslimin

Mandi Sebelum Berangkat

Disunnahkan mandi sebelum berangkat sholat ied, berdasarkan atsar-atsar berikut ini:

: :
:
:
Dari Zadzan, seseorang bertanya kepada Ali rodhiyallohu anhu tentang mandi, maka Ali
menjawab: Mandilah setiap hari jika kamu mau. Ia menjawab: (maksudku) mandi yang
benar-benar mandi? Ali rodhiyallohu anhu menjawab: Hari Jumat, hari Arofah, hari Idul
Adha, dan hari Idul Fitri. [HR. asy-Syafii dalam Musnadnya no. 988 dan al-Baihaqi dalam alKubro no. 6124, dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa` 1/176-177]
Dari Muhammad bin Ishaq, ia berkata: aku bertanya kepada Nafi:







,


Apa yang dilakukan Ibnu Umar pada hari ied? ia menjawab: beliau sholat shubuh bersama
imam kemudian pulang ke rumahnya, lalu mandi seperti mandi janabah dan memakai
pakaiannya yang paling bagus serta memakai wewangian yang ada padanya, kemudian beliau
keluar mendatangi musholla (lapangan sholat Ied) lalu duduk sampai imam datang. Ketika imam
telah datang, beliau sholat bersamanya. Setelah selesai beliau kembali dan mampir ke masjid
Nabi shollallohu alaihi wa sallam dan sholat dua rokaat disana, lalu pulang ke rumahnya.
[Diriwayatkan al-Harits bin Muhammad dalam Baghiyatul Bahits ala Zawaid Musnad alHarits no. 207, dihasankan oleh syaikh Abul Hasan as-Sulaymani dalam Tanwirul Ainain bi
Ahkamil Adhohi wal Iedain hal. 29]

Tidak makan sebelum sholat Iedul Adha

Dari hadits Buraidah rodhiyallohu anhu, ia berkata:




Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam tidak berangkat sholat pada hari raya iedul fithri
sebelum makan, dan beliau tidak makan pada hari raya Iedul Adha sampai selesai sholat.
[HR. at-Tirmidzi no. 542, al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah no. 1104. Dishohihkan al-Albani
dalam Misykah al-Mashobih no. 1440]

Jalan kaki menuju lapangan sholat Ied

Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu anhu berkata:

Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki. [HR.AtTirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan at-Tirmidzi (530)]
Abu Isa At-Tirmidzy- rahimahullah-berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), Hadits ini di
amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan
berjalan kaki.

Menuju lapangan sholat ied sambil bertakbir

Dari Abdulloh bin Umar rodhiyallohu anhuma:


Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berangkat sholat pada dua hari Ied bersama al-Fadhl bin
Abbas, Abdulloh bin Abbas, al-Abbas, Ali, Jafar, al-Hasan, Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin
Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengucapkan tahlil dan takbir dengan
mengangkat suaranya, beliau berangkat melewati jalan al-Haddadiin sampai tiba di lapangan
sholat Ied. Ketika telah selesai beliau pulang melalui jalan al-Hadzdzaiin sampai tiba di
rumahnya. [HR. Ibnu Khuzaimah no. 1341, al-Baihaqi dalam al-Kubro no. 6130. Hadits ini
dinilai hasan li ghoirihi oleh al-Albani dalam ash-Shohihah 1/330 dan al-Irwa 3/123]

Sholat Ied bersama kaum muslimin & mendengarkan khutbah

Jamaah sholat Ied dipersilahkan memilih duduk mendengarkan khutbah atau tidak, berdasarkan
hadits Abdulloh bin as-Saib rodhiyallohu anhu: aku melaksanakan sholat Ied bersama
Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam, ketika selesai sholat beliau bersabda:


Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah maka duduklah
dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan pergi. [HR. Abu Dawud no. 1155, Ibnu Majah
no. 1290, ad-Daruquthni no. 1738, al-Hakim no. 1093, dll. Dishohihkan oleh Al-Albani dalam alIrwa no. 629]

Mengucapkan tahniah Taqobbalallohu minna wa minkum

Ibnu Hajar mengatakan: Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan
dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: Para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bila
bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:


Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu. [Lihat pula masalah ini dalam
Ahkamul Idain karya syaikh Ali Hasan hal. 61, Majmu Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu
Rajab, 6/167-168]

Pulang melalui rute yang berbeda dari berangkat

Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:



Nabi shollallohu alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda.
[HR. Al-Bukhori no. 986]
Begitu pula dalam hadits yang telah disebutkan sebelumnya tentang berangkat sholat Ied sambil
bertakbir:



beliau berangkat melewati jalan al-Haddadiin sampai tiba di lapangan sholat Ied. Ketika telah
selesai beliau pulang melalui jalan al-Hadzdzaiin sampai tiba di rumahnya. [HR. Ibnu
Khuzaimah no. 1341, al-Baihaqi dalam al-Kubro no. 6130. Hadits ini dinilai hasan li ghoirihi
oleh al-Albani dalam ash-Shohihah 1/330 dan al-Irwa 3/123]
7.

Menyembelih hewan kurban setelah sholat Idul Adha

Dari Abu Huroiroh, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:




Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat
sholat kami. [HR. Ibnu Majah no. 3123, Ahmad no. 8273, ad-Daruquthni no. 4762, al-Hakim
no. 7565, dll. Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:





Barangsiapa yang menyembelih sebelum sholat, berarti ia menyembelih hanya untuk dirinya
sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih sesudah sholat, maka telah sempurnalah qurbannya
dan sesuai dengan sunnahnya kaum muslimin. [HR. al-Bukhori no. 5546]
8.

Tidak berpuasa pada hari raya Iedul Adha

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu, ia berkata:


bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha
dan Idul Fithri. [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598,
dll]
PENUTUP
Demikianlah beberapa syiar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka hendaknya kita
mengagungkan syiar-syiar tersebut.

Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan


ketakwaan hati. [QS. Al-Hajj: 32]

Anda mungkin juga menyukai