ORGANISASI
DAN PENYELESAIANNYA
1.
Konflik
Jenis-jenis konflik:
1.
4.
1.
2.
kuat mengikuti perilaku baru itu. Proses identifikasi dan internalisasi bukanlah
proses yang berdiri sendiri, dimana perubahan yang efektif dapat terjadi sebagai
hasil dari pengkombinasian kedua proses tersebut didalam melakukan strategi
perubahan. Sedangkan proses pemaksaan melalui mekanisme ganjaran dan
hukuman lebih tepat digunakan dalam proses pemanasan bukan sebagai alat
pengubahan.
Apabila perilaku baru telah diinternalisasi melalui proses yang dipelajari maka
secara otomatis hal tersebut mengarah kepada proses pembekuan kembali, yang
secara alamiah telah disesuaikan dengan kepribadian seseorang. Maka proses
pembekuan kembali adalah suatu pembentukan perilaku baru sebagai perilaku
terpola kedalam kepribadian seseorang yang secara emosional berlangsung terus
secara signifikan. Namun demikian perilaku baru melalui proses identifikasi tidak
dapat bertahan lama apabila tidak diperkuat oleh dukungan dan penguatan sosial
oleh lingkungan dimana ia bekerja untuk mengungkapkan sikap baru tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa, betapa pentingnya bagi para pekerja yang terlibat dalam
proses perubahan untuk berada dalam lingkungan yang secara terus -menerus
memperkuat perubahan yang diinginkan. Kebanyakan program pelatihan tidak
berdampak lama apabila para pekerja kembali ke habitat yang tidak memperkuat
pola baru, apalagi jika habitat itu tidak bersahabat dengan pola baru yang akan
diterapkan.
Yang perlu ditekankan dalam proses pembekuan kembali, adalah bagaimana
agar perilaku baru yang telah termodifikasi tidak sirna. Untuk itu perlu dilakukan
dua pendekatan, pertama , melalui penguatan berkelanjutan agar para pekerja
dapat mempelajari hal baru dan memodifikasi perilakunya dengan cepat. Kedua,
melalui penguatan berselang-seling, dimana para pekerja di kondisikan untuk
bertahan lebih lama dalam pola perilaku barunya tanpa harus sering diperkuat,
yaitu dengan peroses belajar dengan penerapan jadwal berkala penguatan
berkelanjutan dan konsisten . Jika para pekerja telah mempelajari pola baru, maka
peralihan ke penguatan berselang-seling dapat menjamin perubahan dalam jangka
panjang .Strategi perubahan direktif yang bersifat paksaan tidak akan efektif untuk
diterapkan,jika tidak dilakukan terlebih dahulu proses pemanasan yang signifikan,
yaitu dengan memperlemah faktor-faktor penghambat untuk ditransformasikan
menjadi faktor pendukung.Sementara strategi perubahan partisipatif akan lebih
tepat digunakan dengan memperlunak faktor-faktor penghambat melalui
penyampaian informasi baru yang tidak bermuatan ancamanmelalui komunikasi
dua arah-yang mengarah pada upaya mengubah sikap dan pada akhirnya mengubah
perilaku para pekerja.
Dengan demikian, melalui pemanasan atau pencairan megandung tujuan agar
gagasan atau praktek lama dalam suatu organisasi perlu disisihkan supaya gagasan
atau praktek baru dapat segera dipelajari. Namun demikian perlu disadari, bahwa
meniadakan praktek dan kebiasaan lama sama sulitnya dengan mempelajari dan
mempraktekan gagasan baru. Sementara pengubahan adalah langkah mempelajari
gagasan dan praktek baru agar para pekerja dapat berfikir dan berprestasi dengan
cara yang baru. Pembekuan kembali adalah memadukan hal -hal yang telah
dipelajari kedalam praktek yang sesungguhnya. Dengan kata lain , hal yang telah
dipelajari seyogyanya tidak hanya sekedar diketahui, namun akan lebih bermakna
jika dilakukan oleh para pekerja, sehingga suatu praktek yang berhasil merupakan
tujuan akhir dari langkah pembekuan kembali.
Ketika individu dan/atau tim kerja mulai lebih kompak dan padu (cohesive),
sementara perbedaan internal dapat dikesampingkan maka loyalitas para pekerja
kepada tim kerja dan pemimpin semakin menguat. Dalam konteks ini suasana tim
kerja lebih berorientasi pada tugas dan keberhasilan kelompok menjadi prioritas
yang paling penting. Pada saat tim kerja lebih toleran terhadap pemimpin, maka
pemimpin dapat mulai mengubah gaya kepemimpinannya kearah yang lebih
otokratis, sehingga tim kerja lebih terorganisasi dan lebih terstruktur, dimana
setiap anggota tim kerja dituntut untuk lebih loyal dan bersatu guna menciptakan
benteng yang tangguh. Namun ekses dari munculnya ego kelompok, dapat
menimbulkan persaingan antar tim kerja, dimana tim kerja yang satu mulai
memandang tim kerja yang lain sebagai musuh, yaitu hanya mengakui kekuatan
tim kerjanya sendiri dan mengecilkan kekuatan tim kerja yang lain. Adanya
pertikaian antara tim kerja yang meningkat, sementara frekuensi komunikasi
menurun dapat menyebabkan tumbuhnya perasaan negatif dan persepsi yang
keliru. Apabila antar tim kerja dipaksa untuk berinteraksi, biasanya masing -masing
enggan menyimak pendapat pihak tim kerja lain dan biasanyahanya bersedia
menyimak hal yang mendukung argumentasi masing-masing. Meskipun persaingan
dan reaksi yang timbul mungkinakan bermanfaat bagi internal tim kerja untuk
motivasi berprestasi dan efektifitas bekerja , namun konsekuensi negatif dapat
muncul pada interaksi dan kerja sama antar tim kerja. Situasi akan lebih sulit lagi ,
apabila antar tim kerja terjadi konfrontasi menang-kalah yang meskipun akhirnya
akan muncul pemenang, begitu pula pihak yang kalah biasanya tidak merasa
dikalahkan dan tegangan antar kelompok dan/atau tim kerja akan semakin tinggi
dari sebelum dimulainya persaingan. Lebih jauh lagi pihak pemenang seringkali
lupa daratan dan merasa puas , sehingga acapkali mengabaikan tujuan yang hendak
dicapai oleh organisasi. Sementara pihak yang kalah cenderung mengembangkan
konflik internal dan pada saat yang sama. berusaha mencari sebab-sebab kekalahan
dengan mengkambing hitamkan seseorang. Apabila konsekuensi negatif dari
terjadinya konflik antar tim kerja melebihi manfaatnya, maka tugas para pemimpin
seyogyanya berupaya mencari jalan mengurangi tensi persaingan antar kelompok.
Mengingat lebih sukar mengurangi konflik antar tim kerja apabila itu sudah terjadi,
maka perlu diupayakan langkah preventif untuk mencegahnya. Pertama, pemimpin
perlu menekankan pada kontribusi prestasi seluruh timkerja terhadap pencapaian
tujuan organisasi, tidak pada pencapaian tujuan parsial salah satu unit tim kerja
saja. Kedua, dilakukan upaya peningkatan frekuensi komunikasi dan interaksi antar
tim kerja dan mengadakan sistem insentif bagi tim kerja yang saling membantu
satu dengan lainnya. Ketiga , jika dimungkinkan setiap individu dari tim kerja
secara periodik dapat dirotasi untuk mengenyam pengalaman kerja didalam tim
kerja yang lain guna memperluas dasar empati dan saling pengertian atas masalahmasalah organisasi secara keseluruhan. Pada sisi yang lain,persaingan yang dicirikan
dalam situasi konfrontasi menang- kalah, dimana konflik kurang terbuka, kurangnya
interaksi total antar tim kerja ,dan tidak adanya kesediaan memberikan
sumberdaya dan informasi kepada tim kerjalain, akan memperlemah potensi
efektifitas organisasi secara keseluruhan.Secara umum, strategi dasar untuk
mengurangi konflik antar tim kerja adalah dengan menetapkan tujuan yang
mengacu pada visi dan misi yang disepakati bersama oleh semua tim kerja dalam
organisasi, menciptakan strategi perundingan yang memicu interaksi antar tim
kerja dan bila mana perlu menetapkan musuh bersama.
Ada tiga situasi dan posisi konflik dalam kaitannya dengan konflik antar tim
kerja, yakni, pertama, suatu konflik tidak dapat dihindarkan dan rujuk tidak
dimungkinkan, kedua , konflik dapat dihindarkan dan rujuk tidak dimungkinkan,
dan ketiga , meskipun ada konflik namun rujuk dapat diupayakan. Untuk konteks
yang pertama, apabila tidak terjadi pertaruhan yang mengancam terhadap
keberadaan status para pekerja, maka reaksi mereka cenderung pasif dan
membiarkan nasib yang menyelesaikan konflik tersebut. Apabila tingkat taruhannya
sedang-sedang saja, maka mereka akan memperkenan kan campur tangan pihak
3
II. Contoh Perusahaan
Contoh kasus :
PT Golden Castle , bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami konflik antara
perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss
communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan
mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan belum
memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh
pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun
tindakan ini berujung pada PHKbesar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik internal. Mulai dari tingkat individu,
kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar.
Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif
besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen. Contoh lainnya dari
konflik yang relatif besar yakni antara karyawan dan manajemen. Secara kasat mata kita bisa ikuti
berita sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan
pemogokan. Apakah hal itu karena tuntutan besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi
karir, ataukah karena tuntutan hak asasi manusia karyawan.
Konflik itu sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain
telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif. Faktor-faktor
kondisi konflik (Robbins, Sthepen ,2003, Perilaku Organisasi):
perilaku
Interaksi negatif-bersilangan
Didalam hubungan komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan konflikantar individu
akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah kominikasi yang
kurang baik. Sehingga cara mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami
management inti dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.
Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi
karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur.
Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bias-bisa terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo.
Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara.
1. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam
komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui
loudspeaker.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya
dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan
mengurangi masalah di lapangan
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan
memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan
masalah dalam hal komunikasi
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya,
kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi
sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di
perhatikan.
Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena
masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide
yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalahsenioritas
dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan
suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul.
Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar
atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan
mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan
belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa
diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan.
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di
suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang
kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk
meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di
perhatikan.
Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini
biasanya terjadi karena masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena
ejekan, masalah ide
yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan
masalahsenioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang
akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah
akan sulit untuk muncul.
Siapa yang bertanggung jawab dalam atas terjadinya kasus dalam perusahaan
tersebut ?
Yang bertanggung jawab sudah pasti pemilik perusahaan, staff-staff
dibawah pemilik perusahaan, dan pihak perusahaan yang berkaitan dengan kasus
tersebut..
Bagaimana kondisi perusahaan saat ini ?
Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan,
Namun tindakan ini berujung pada PHKbesar-besaran yang dilakukan oleh
perusahaan.
Saran dalam penyelesaian kasus dalam perusahaan tersebut !
Seharusnya atasan harus bisa membaca pikiran atau keinginan para karyawannya,
atasan juga harus sering berkomunikasi langsung dengan para karyawannya
sehingga tidak terjadi miss communication, dengan begitu atasan dapat
mengetahui bagaimana sifat dan keinginan para karyawannya tersebut. Dalam
mengubah kebijakan mengenai perhitungan gaji atau upah kerja karyawan
seharusnya ikut di bicarakan dengan para karyawan, karena perubahan kebijakan
dalam suatu perusahaan harus segera di beritahukan kepada pihak yang
bersangkutan termasuk para karyawan juga, apalagi mengenai gaji.
6
Jakarta, HanTer-Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi ingin
perselisihan berkepanjangan di induk olahraga berkuda antara Pengurus Pusat Persatuan
Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi) dengan Equstrian Federation of Indonesia
(EFI) segera berakhir.
Untuk itu, pria yang akrab disapa Cak Imam ini, meminta dicarikan waktu untuk
mempertemukan kedua belah pihak yang berseteru dan mencari penyelesaian. Namun,
tidak hanya cabor equstrian, Menpora juga bakal mengurai dan mencari penyelesaikan atas
konflik lama yang terjadi pada sejumlah cabang olahraga.
"Sebelum Munas Pordasi harus sudah dijadwalkan bertemu (Menpora bersama Pordasi dan
EFI). Sebab banyak sekali yang harus diurus. Satu per satu cabor yang berkonflik nanti kita
urai," tegas Imam saat menerima Ketua Umum (Ketum) PP Pordasi, M Chaidir Saddak dan
Wakil Sekretaris Umum (Wasekum) Wijaya Noeradi di Kantor Kemenpora Jakarta, Senin
(13/4/2015).
Selain menceritakan masalah Pordasi, kedatangan pengurus Pordasi juga untuk
mengundang Menpora agar hadir dalam turnamen berkuda `Minang Derby` di Pulo Mas
Jakarta, pada 5 Mei 2015.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terahir, PP Pordasi berseteru dengan EFI karena
kedua organisasi yang telah sah menjadi anggota KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia) itu sama-sama memainkan peran pembinaan olahraga equstrian.
Pordasi merupakan induk olahraga berkuda yang berdiri sudah lama, yakni 1966.
Sedangkan EFI baru disahkan masuk anggota KONI pada 2013. Pengurus EFI sendiri
merupakan orang-orang yang semula duduk di Komisi Equstrian Pordasi, namun memilih
memisahkan diri dengan alasan olahraga equstrian memiliki federasi internasional sendiri,
terpisah dari olahraga berkuda pacuan dan polo. Meski begitu, Pordasi menganggap aksi
tersebut dianggap ilegal karena tidak dibahas lewat Munas.
Yang pasti, perseteruan yang bergulir sejak 2009 tersebut jelas telah berimbas pada
pembinaan olahraga equstrian nasional karena masing-masing kubu memiliki atlet dan kuda
pada olahraga ketangkasan menunggang kuda tersebut. "Polo dan pacuan (dua sub
olahraga di bawah Pordasi) tidak ada soal. Hanya untuk equestrian saja," jelas Saddak.
Sementara, Pordasi sendiri akan menggelar Munas pada tahun ini. "Bisa tidak munas
menyelesaikan konflik?" tanya Menpora kepada pengurus PP Pordasi.
Saddak menjelaskan, jika equestrian ingin berpisah dari Pordasi, maka harus lewat Munas.
"Klub-klub equestrian harus hadir dan diputuskan di Munas. Maka masalahnya akan
selesai," tukasnya.
Demi menyelesaikan kisruh antara Pordasi dan EFI ini, Menpora langsung meminta
dicarikan waktu untuk mempertemukan kedua kubu.
"Permasalahan ini tentu harus ditelaah secara komprehensif dan mengajak kedua belah
pihak untuk duduk bersama. Kemudian mencari solusi terbaik demi pembinaan olahraga
equestrian Tanah Air. Semua pengurus cabang olahraga harus mengedepankan
kebersamaan dan kepentingan nasional. Jika pengurus terus ribut yang kasihan, ya
atletnya," papar Imam.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
7
Contoh : Permasalahan dalam organisasi salah satu kelas di SMA
CAKRAWALA.
terbebani. Dengan sedikit konflik yang terjadi tadi karena ada yang
kurang setuju, akhirnya di sepakati oleh semua siswa-siswi dikelas itu
uang untuk di cicil 1000 perhari.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teoriteori.html
8