perasaan. Dari perasaan sebagai kondisi, datanglah nafsu keinginan. Dari nafsu
keinginan sebagai kondisi, datanglah kemelekatan. Dari kemelekatan sebagai
kondisi, datanglah penjadian. Dari penjadian sebagai kondisi, datanglah kelahiran.
Dari kelahiran sebagai kondisi, datanglah penuaan, kematian, kesedihan, ratap
tangis, kesakitan, kesengsaraan, dan keputusasaan. Demikianlah kemunculan dari
seluruh massa stress dan penderitaan ini.
Paticcasamuppada perlu dipelajari dan diterapkan karena
paticcasamuppada menunjukkan sebab-sebab dan kondisi dari semua penderitaan
di dunia dan bagaimana melalui penghapusan kondisi tersebut, penderitaan tidak
akan datang lagi. Kondisi tanpa penderitaan tersebut ditunjukkan dengan tidak
adanya kelahiran kembali sehingga pembebasan akan ditemukan. Hal ini sejalan
dengan tujuan akhir dari ajaran Sang Buddha yaitu untuk membebaskan diri dari
lingkaran samsara dan tumimbal lahir.
Paticcasamuppada juga sesungguhnya menunjukkan eksistensi kita saat ini
yang di mana segala bentuk fenomena saat ini, duka, dan sebagainya disebabkan
oleh kamma dalam kehidupan sebelumnya dan segala bentuk kamma saat ini akan
mengakibatkan fenomena di masa yang akan datang. Dengan kata lain,
paticcasamuppada meliputi tiga periode waktu dalam hidup manusia yakni; masa
lalu, masa sekarang, dan masa depan di mana sebab-sebab di masa lalu akan
menghasilkan efek di masa sekarang, sementara sebab-sebab yang terjadi di masa
sekarang akan menghasilkan efek di masa depan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa paticcasamuppada
secara sederhana mengajarkan kebergantungan atau sifat dependen dari berbagai
fenomena dalam hidup manusia baik di masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan. ak hanya itu, paticcasamuppada juga sangat sesuai dengan sasaran akhir
dalam Agama Buddha yaitu pembebasan dari siklus kelahiran kembali yang dapat
dicapai melalui penghapusan fenomena-fenomena yang membentuk kondisikondisi kelahiran kembali.