Anda di halaman 1dari 2

PATICCASAMUPPADA

Nadira Prajnasari Sanjaya (1406599014)


Judul Bacaan : Paticcasamuppda: Kemunculan yang Dependen
Penulis

: Nyanatiloka Mahthera, Bhikkhu Bodhi, Bhikkhu hnissaro

Data Publikasi : Vijjakumara, Jakarta, 2011, 119 halaman


Paticcasamuppada adalah sebuah doktrin dalam Agama Buddha yang
banyak dibahas namun sangat sedikit yang dapat dimengerti. Sebenarnya, apa itu
paticcasamuppada dan atas dasar apa Buddha perlu mengajarkan doktrin ini?
Apakah hubungan paticcasamuppada dengan eksistensi kita saat ini? Pertanyaanpertanyaan tersebut akan menjadi pemicu yang akan dibahas oleh Nyanatiloka
Mahathera, Bhikkhu Bodhi, dan Bhikkhu hanissaro melalui buku yang berjudul
Paticcasmuppada: Kemunculan yang Dependen.
Paticcasamuppada atau kemunculan yang dependen adalah sebuah
kemunculan yang bergantung dan berkondisi dari semua fenomena mental dan
fisik pada pribadi seseorang. Paticcasamuppada dikatakan dependen atau
bergantung karena prinsip paticcasamuppada adalah sesuatu tidak mungkin terjadi
tanpa adanya kondisi yang mendahului; dengan adanya ini maka ada itu, dengan
adanya sebab maka ada akibat.
Paticcasamuppada terdiri atas dua belas mata rantai atau rangkaian yang
saling bergantungan yaitu kebodohan batin (avijja), bentukan kamma (sankhara),
kesadaran (vinnana), batin-jasmani (nama-rupa), enam landasan yang terdiri dari
lima landasan indra dan satu landasan perasaan (salayatana), kontak (phassa),
perasaan (vedana), nafsu keinginan (tanha), kemelekatan (upadana), penjadian
(bhava), kelahiran (jati), pelapukan, kematian serta kesedihan (jaramarana). Pada
khotbah Sang Buddha, umumnya dua belas mata rantai tersebut dikemukakan ke
dalam sebelas dalil yang berbunyi Dari ketidaktahuan sebagai sebuah kondisi,
datanglah buatan-buatan kamma. Dari buatan-buatan kamma sebagai kondisi,
datanglah kesadaran. Dari kesadaran sebagai kondisi datanglah batin dan jasmani.
Dari batin dan jasmani, datanglah media enam indra. Dari media enam indra
sebagai kondisi, datanglah kontak. Dari kontak sebagai kondisi, datanglah

perasaan. Dari perasaan sebagai kondisi, datanglah nafsu keinginan. Dari nafsu
keinginan sebagai kondisi, datanglah kemelekatan. Dari kemelekatan sebagai
kondisi, datanglah penjadian. Dari penjadian sebagai kondisi, datanglah kelahiran.
Dari kelahiran sebagai kondisi, datanglah penuaan, kematian, kesedihan, ratap
tangis, kesakitan, kesengsaraan, dan keputusasaan. Demikianlah kemunculan dari
seluruh massa stress dan penderitaan ini.
Paticcasamuppada perlu dipelajari dan diterapkan karena
paticcasamuppada menunjukkan sebab-sebab dan kondisi dari semua penderitaan
di dunia dan bagaimana melalui penghapusan kondisi tersebut, penderitaan tidak
akan datang lagi. Kondisi tanpa penderitaan tersebut ditunjukkan dengan tidak
adanya kelahiran kembali sehingga pembebasan akan ditemukan. Hal ini sejalan
dengan tujuan akhir dari ajaran Sang Buddha yaitu untuk membebaskan diri dari
lingkaran samsara dan tumimbal lahir.
Paticcasamuppada juga sesungguhnya menunjukkan eksistensi kita saat ini
yang di mana segala bentuk fenomena saat ini, duka, dan sebagainya disebabkan
oleh kamma dalam kehidupan sebelumnya dan segala bentuk kamma saat ini akan
mengakibatkan fenomena di masa yang akan datang. Dengan kata lain,
paticcasamuppada meliputi tiga periode waktu dalam hidup manusia yakni; masa
lalu, masa sekarang, dan masa depan di mana sebab-sebab di masa lalu akan
menghasilkan efek di masa sekarang, sementara sebab-sebab yang terjadi di masa
sekarang akan menghasilkan efek di masa depan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa paticcasamuppada
secara sederhana mengajarkan kebergantungan atau sifat dependen dari berbagai
fenomena dalam hidup manusia baik di masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan. ak hanya itu, paticcasamuppada juga sangat sesuai dengan sasaran akhir
dalam Agama Buddha yaitu pembebasan dari siklus kelahiran kembali yang dapat
dicapai melalui penghapusan fenomena-fenomena yang membentuk kondisikondisi kelahiran kembali.

Anda mungkin juga menyukai