Makalah Lumpur Aktif
Makalah Lumpur Aktif
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Pengolahan
air
limbah
pada
umumnya
dilakukan
dengan
enzim
dalam
mikroorganisme.
Pada
waktu
yang
sama
Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk:
1. Mengetahui defenisi lumpur aktif
2. Mengetahui proses lumpur aktif tersebut berlangsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri tekstil merupakan industry yang dapat ditemukan di banyak Negara
terutama di Asia dan jumlahnya semakin meningkat. Di Indonesia, industri ini
membawa dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan akan sandang dalam
negeri dan menambah devisa negara. Namun dampak negatif yang timbul sampai
saat ini masih perlu perhatian khusus. Salah satu dampak negatif yang timbul adalah
pencemaran limbah industri. Seiring dengan meningkatnya industri ini, masalah
pencemaran pun semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang
kurang baik terhadap limbah cair dari proses pembuatan tekstil. Penurunan kualitas
lingkungan akan berdampak pada kehidupan akuatik yang terdapat dalam badan air
penerima yang akibatnya akan dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar
industri tekstil tersebut.
Limbah cair industri tekstil merupakan salah satu jenis air buangan yang
sukar diolah, karena proses yang digunakan dalam industri tekstil sangat bervariasi,
sehingga karakteristik limbah cair yang dihasilkannya pun sangat bervariasi.
Umumnya limbah cair industri tekstil memiliki warna yang pekat, bersifat basa,
kandungan padatan tersuspensi (TSS) yang tinggi, temperatur tinggi, konsentrasi
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) yang
tinggi
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan
dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri
selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikan
material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.
Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi
dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam limbah air limbah dengan
menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam
mikroorganisme. Pada waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi
BAB III
ISI
3.1
tersuspensi yang pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu proses
ini diadopsi seluruh dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara
biologi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi
material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara
disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel
mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan
dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri
selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikan
material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya. Metode pengolahan
lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air limbah yang
memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi
mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri
selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat
mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan
industri dan kebutuhan masyarakat akan air.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan
industri selanjutnya. Air daur ulang yang kami kerjakan dapat dimanfaatkan dengan
aman untuk kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boiler laundry, toilet
flusher, penyiraman tanaman, general cleaning, fish pond car wash dan kebutuhan air
yang lainnya.
3.2
Proses pengolahan air limbah terbagi menjadi tiga tahap pemrosesan, yaitu :
1. Proses primer, Proses primer merupakan perlakuan pendahuluan yang
meliputi :
a). Penyaringan kasar
b). Penghilangan warna
c). Ekualisasi
d). Penyaringan halus
e). Pendinginan
2. Proses sekunder ( Proses biologi dan sedimentasi ).
3. Proses tersier ( merupakan tahap lanjutan setelah proses biologi dan
sedimentasi ).
A. Proses primer
a) Penyaringan kasar
Air limbah dari hasil proses produksi dibuang melalui saluran
pembuangan terbuka menuju pengolahan air limbah. Saluran tersebut terbagi
menjadi dua bagian, yakni saluran air berwarna dan saluran air tidak
berwarna. Untuk mencegah agar sisa-sisa kotoran padat dan sampah dalam
air limbah terbawa pada saat proses, maka air limbah disaring dengan
menggunakan saringan kasar berdiameter 50 mm dan 20 mm.
b) Penghilangan warna
Limbah cair berwarna yang berasal dari proses produksi setelah
melewati tahap penyaringan ditampung dalam dua bak penampungan, air
tersebut kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi pertama yang
terdiri atas tiga buah tangki, yaitu : Pada tangki pertama ditambahkan
koagulasi FeSO4 (Fero Sulfat) konsentrasinya 600 - 700 ppm untuk
pengikatan warna. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki kedua dengan
ditambahkan kapur (lime) konsentrasinya 150 - 300 ppm, gunanya untuk
menaikkan pH yang turun setelah penambahan FeSO4. Dari tangki kedua
limbah dimasukkan ke dalam tangki ketiga pada kedua tangki tersebut
ditambahkan polimer berkonsentrasi 0,5 - 0,2 ppm, sehingga akan terbentuk
gumpalan-gumpalan besar (flok) dan mempercepat proses pengendapan.
B. Proses sekunder
a) Proses Biologi
Pada umumnya dalam proses biologi ini membutuhkan tiga bak
aerasi, yang pertama berbentuk oval mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan bentuk persegi panjang. Karena pada bak oval tidak
memerlukan blower sehingga dapat menghemat biaya listrik, selain itu
perputaran air lebih sempurna dan waktu kontak bakteri dengan limbah lebih
merata serta tidak terjadi pengendapan lumpur seperti layaknya terjadi pada
bak persegi panjang.. Pada masing-masing bak aerasi ini terdapat sparator
yang mutlak diperlukan untuk memasok oksigen ke dalam air bagi kehidupan
bakteri. Parameter yang diukur dalam bak aerasi dengan sistem lumpur aktif
adalah DO, MLSS, dan suhu. parameter-parameter tersebut harus terus dijaga
sehingga penguraian polutan yang terdapat dalam limbah dapat diuraikan
semaksimal mungkin oleh bakteri. Oksigen terlarut yang diperlukan berkisar
0,5 2,5 ppm, MLSS berkisar 4000 6000 mg/l, dan suhu berkisar 29
30oC.
b) Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi II biasanya mempunyai bentuk bundar pada bagian
atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi dengan
pengaduk (agitator) dengan putaran 2 rph. Desain ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengeluaran endapan dari dasar bak. Pada bak sedimentasi ini
akan terjadi settling lumpur yang berasal dari bak aerasi dan endapan lumpur
ini harus segera dikembalikan lagi ke bak aerasi (return sludge=RS), karena
kondisi pada bak sedimentasi hampir mendekati anaerob. Besarnya RS
ditentukan berdasarkan perbandingan nilai MLSS dan debit RS itu sendiri.
Pada bak sedimentasi ini juga dilakukan pemantauan kaiment (ketinggian
lumpur dari permukaan air) dan MLSS dengan menggunakan alat MLSS
meter.
C. Proses tersier
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium Sulfat
(Al2(SO4)3), Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi padatan
tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini diperlukan untuk
memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam bak
interdiet yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk mengukur level air,
kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi dengan menggunakan pompa
sentrifugal. Pada tangki koagulasi ditambahkan alumunium sulfat (konsentrasi antara
150 300 ppm) dan.polimer (konsentrasi antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk
flok yang mudah mengendap. Selain kedua bahan koagulan tersebut juga
ditambahkan tanah yang berasal pengolahan air baku (water teratment) yang
bertujuan menambah partikel padatan tersuspensi untuk memudahkan terbentuknya
flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat
proses persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH kontrol
yang berfungsi untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan ke perairan.
Setelah penambahan koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan sempurna, maka
gumpalan-gumpalan yang berupa lumpur akan diendapkan pada tangki sedimentasi
III. Hasil endapan kemudian dipompakan ke tangki penampungan lumpur yang
selanjutnya akan diolah dengan belt press filter machine.
3.3
Proses lumpur aktif terdiri dari dua tangki (gambar 2), yaitu :
- Tangki aerasi : di dalam bak ini terjadi reaksi penguraian zat organik oleh
mikroorganisme dengan bantuan oksigen terlarut.
- Bak pemisah (Clarifier): yaitu tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan untuk
dikembalikan ke tangki aerasi, kelebihannya dibuang.
3.4
Aliran umpan air limbah/ subtrat, bercampur dengan aliran lumpur aktif yang
dikembalikan sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbah
membentuk suatu campuran yang disebut cairan tercampur (mixed liquor ).
Memasuki aerator, lumpur aktif dengan cepat memanfaatkan zat organik dalam
limbah untuk men-degradasinya.
Kondisi lingkungan aerobic diperoleh dengan memberikan oksigen ke tangki
aerasi. Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan penyebaran udara tekan, aerasi
permukaan secara mekanik, atau injeksi oksigen murni. Aerasi dengan difusi udara
tekan atau aerasi mekanik mempunyai dua fungsi, yaitu pemberi udara dan
pencampur agar terjadi kontak yang sempurna antara lumpur aktif dan senyawa
organik di dalam limbah.
Pada tangki pengendapan (clarifier ), padatan lumpur aktif mengendap dan
terpisah dengan cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki
pengendap dipompakan kembali ke reaktor dan dicampur dengan umpan (subtrat)
yang masuk, sebagian lagi dibuang.
Dalam reactor mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organik dengan
persamaan stoikiometri pada reaksi di bawah ini (Metcalf dan Eddy,1991):
10
BAB IV
PENUTUP
4. 1
Kesimpulan
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
4.2
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal pada pengolahan limbah cair
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. Pengolahan Limbah Dengan Metode Lumpur Aktif.
http://www.scribd.com/doc/27085719/Pengolahan-Limbah-Dengan-MetodeLumpur-Aktif-Pengolahan
Diakses tanggal 16-10-2012
Anonim2. Makalah Lumpur Aktif
http://www.scribd.com/doc/76996397/Final-Makalah-Lumpur-Aktif
Diakses tanggal 16-10-2012
Anonim3. Lumpur Aktif
http://www.scribd.com/doc/78487584/TUGAS-2-LUMPUR-AKTIF
Diakses tanggal 16-10-2012
C.A. Papadimitriou. 2006. Coke Oven Wastewater Treatment By Two Activated
Sludge Systems
http://www.gnest.org/journal/Vol8_No1/paper_3_Papadimitriou_346.pdf
Diakses tanggal 16-10-2012
Dini Mardini. 2004. Penggunaan Metode Lumpur Aktif Sebagai Salah Satu
Pengolahan
Laboratorium.
http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2004_kimia_mardini_penggun
aan_metode_lumpur_aktif.pdf
Diakses tanggal 15-10-2012
Ignasius DA. Sutapa.1999. LUMPUR AKTIF : ALTERNATIF PENGOLAH
LIMBAH CAIR
http://www.scribd.com/doc/100744182/Alternatif-Pengolah-Limbah-Cair
Diakses tanggal 15-10-2012
12