Makalah Gangguan Jiwa
Makalah Gangguan Jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya (direja, 2011:1). Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,
psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck Sheila
L 2008).
Dari pengertian diatas, apabila seseorang tidak termasuk kedalam karakteristik yang
telah dijabarkan maka akan timbul masalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa menurut undangundang No.3 Tahun 1996, dalam Nasir, abdul, (2010:8) adalah keadaan adanya gangguan
pada fungsi kejiwaan meliputi, proses berpikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik,
termasuk bicara.
Gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja. Data American Psychiatric Association
(APA) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita gangguan jiwa. 75% penderita
gangguan jiwa mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda
paling berisiko karena pada tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai tekanan
(stresor) (hababar, 2011).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Kondisi ini semakin diperberat
melalui aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, (Garcia,
Liana, 2009). Lebih lanjut eni, 2012 menjelaskan, tahun 2007 dari Riset Kesehatan Dasar
Kementerian Kesehatan RI, Sumatera Barat menduduki peringkat ketiga terbanyak warganya
yang mengalami gangguan jiwa berat, yaitu sekitar 16,7 persen, jauh di atas rata-rata nasional
4,6 persen.
Penyebab timbulnya masalah gangguan jiwa Gangguan jiwa Menurut Herman, Surya
Direja,(2011:5) adalah ada tiga faktor yang pertama, faktor somatogenik dimana proses
kematangan seseorang tersebut terganggu, gangguan pada kromosom, gangguan pada sistem
saraf otak dan gangguan pada saat kehamilan. Kemudian faktor psikogenik yaitu seseorang
yang hidup dalam pola asuh keluarga yang salah disebut juga dengan koping keluarga yang
mal adaptif. Kemudian faktor sosiogenik yaitu kesejahteraan lingkungan, kesenjangan
ekonomi dilingkungan dan pengaruh rasial, keagamaan, kemudian lingkungan yang mal
adaptif.
Setiap gangguan jiwa mempunyai tanda dan gejala seperti, gangguan kognitif,
gangguan perhatian, gangguan ingatan, gangguan asosiasi, gangguan pertimbangan,
gangguan pikiran, gangguan kesadaran, gangguan kemauan, gangguan emosi dan afek,
gangguan psikomotor (Nasir, abdul, 2010:15).
Kemudian apabila sudah mengalami gangguan jiwa akan menimbulkan gejala,
sehingga timbulah akibat bagi keluarga, masyarakat, Gangguan jiwa memang tidak
menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi
tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat.
Saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami
peningkatan. Dampak gangguan jiwa pada masyarakat sangat besar dan luas karena
memerlukan biaya perawatan, kehilangan waktu produktif, dan masalah yang berkaitan
dengan hokum yaitu melakukan tindakan kekerasan maupun mengalami penganiayaan,
(Supiyani Henuhili, 2012).
Dengan dampak yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa tersebut maka harus dilakukan
penanggulangan. Menurut Nasir, abdul, (2010:254), penanggulangan gangguan jiwa dapat
berupa terapi non farmakogenik, untuk pasien dengan gangguan jiwa, yaitu dengan terapi
modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan
untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani
terapi.
Selain terapi farmakogenik, menurut Nasir, abdul, (2010:287) bahwa peran keluarga
dalam masalah gangguan jiwa sangat dibutuhkan, keluarga merupakan orang-orang yang
sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap
paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya
dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
908/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Keluarga, peran
keluarga dalam menangani masalah ganguan jiwa dapat tergambar dalam lima fungsi
keperawatan keluarga, yaitu: keluarga mampu mengenal masalah kesehatan jiwa pada
anggota keluarganya, keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan jiwa, keluarga mampu
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan jiwa,
keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehata jiwa, keluarga mampu menggunakan yankes untuk anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan jiwa.
Kondisi di lapangan banyak diantara keluarga klien yang mengalami gangguan
jiwa yang kurang mempedulikan anggota keluarga mereka yang gangguan jiwa. Ada
juga diantaranya yang malu anggota keluarganya gangguan jiwa sehingga dikurung,
dipasung. Survey kementerian sosial 2008, penderita gangguan jiwa di Indonesia ada
650.000
orang.
Sekitar
30.000
orang
dipasung
dengan
alasan
agar
tidak
membahayakan oranglain atau menutupi aib keluarga (kus ana, lusia, 2011).
Berdasarkan hasil observasi saat praktek klinik di RSJ terlihat jarang keluarga
yang datang bezuk ke RSJ. Malahan ada diantara keluarga yang mengatakan biarlah
saudara mereka tetap di RS, untuk diberi pekerjaan dan biar mereka yang menggajinya.
Hal ini menandakan bahwa keluarga tidak siap menerima pasien dirumah, takut mereka
ngamuk dan mengganggu masyarakat. Hal ini menandakan bahwa peran keluarga
dirumah tidak jalan. Peran keluarga menurut suparyanto, 2011 terdiri yaitu mengenal
gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan
untuk tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal
balik antara anggota keluarga dan fasilitas kesehatan.
Puskesmas di Kota Padang berjumlah 22 buah di dapatkan data dari dinas
kesehatan kota padang wilayah kerja puskesmas lubuk buaya menduduki angka
tertinggi memiliki jumlah penderita gangguan jiwa di kota padang. Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya, didapatkan data dari puskesmas jumlah penderita gangguan
jiwa pada tahun 2011 sebanyak 471 orang kemudian pada tahun 2012 terjadi
peningkatan dengan jumlah 2522 orang, saat ini penderita gangguan jiwa yang sedang
rawat jalan berjumlah tujuh puluh orang. Dalam sebulan puskesmas Lubuk Buaya
mengadakan jadwal pengambilan obat rutin dua kali, dari daftar kunjungan didapat
sebagian anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa tidak datang sesuai jadwal
yang ditetapkan dan ada diantaranya datang tapi tidak ditemani keluarga. Hasil survey
awal terhadap enam keluarga rawat jalan, ditemukan
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul Gambaran
Pelaksanaan Tugas-tugas Keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Yang
Datang Kepuskesmas Lubuk Buaya, sebagai judul penelitian.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melihat Gambaran Pelaksanaan Tugas-tugas Keperawatan Keluarga Yang
Mengalami Gangguan Jiwa Yang Datang Ke Puskesmas Lubuk Buaya 2013.
2.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kemampuan keluarga dalam mengenal tugas-tugas
keperawatan keluarga yang megalami gangguan jiwa yang datang ke Puskesmas Lubuk
Buaya.
D. Manfaat penelitian
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam melakukan penelitian khususnya
tentang gambaran pelaksanaan tugas-tugas keperawatan keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi
kesehatankhususnya jurusan keperawatan Kementerian RI Padang.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan fikiran serta
menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya program studi
keperawatan Kementerian RI Padang.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnyabagi
mahasiswa keperawatan padang.
5. Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pimpinan
puskesmas Lubuk Buaya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah keluarga dengan anggotanya gangguan masalah
kesehatan jiwa yang datang ke Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2013 sedangkan hasil
yang diharapkan adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan tugas-tugas keperawatan
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Variabel yang diteliti adalah variabel independen,
meliputi : mengenal gangguan jiwa, mengambil keputusan, memberikan perawatan,
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Salah satu penyakit yang terdapat seluruh dunia yaitu jiwa yang terganggu bisa
disebut juga dengan, Gangguan jiwa, pengertiannya adalah dimana seseorang mengalami
gangguan fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku perasaan, motivasi,
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup
di masyarakat. Dengan demikian gangguan jiwa merupakan peyakit yang berat, kalau tidak
segera diatasi maka akan berkelanjutan hingga tua (lansia), hal tersebut bisa menurunkan
tingkat kwalitas sebuah Negara (nasir, abdul, 2010:09).
Dari pengertian di atas menurut videbeck dalam Nasir, abdul, (2010:09), gangguan
jiwa memiliki karakteristik umum meliputi beberapa hal berikut:
a.
f.
aneh dan terganggu. Skizofrenia ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan terbanyak
pada usia 15-35 tahun. Sebenarnya pada Negara berkembang, termasuk Indonesia lebih
menguntungkan dalam perawatan pasien skizofrenia dibanding Negara maju. Hal ini terjadi
karena pada Negara berkembang dukungan keluarga yang dibutuhkan pasien lebih banyak
ketimbang Negara maju (videbeck, Sheila L dalam nasir, abdul, 2010:16).
b. Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif atau mood),
yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, tidak bergairah, perasaan tidak berguna, putus
asa, dan sebagainya. Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling sering dialami
penduduk saat kesulitan dalam ekonomi. Data WHO menunjukkan bahwa 5-10 % dari
populasi masyarakat menderita depresi yang memerlukan pengobatan psikiatri dan
psikososial. Untuk perempuan angka depresi lebih tinggi lagi yaitu 15-17%. Sebenarnya
depresi mudah sekali diobati, terlebih sekarang ada banyak obat antidepresan generasi baru
yang efektif dan aman. Hanya saja hanya 30 % dari penderita depresi yang terdiagnosis
karena kemiskinan dan ketidaktahuan masyarakat (nasir, abdul, 2010:17).
c.
Cemas
Gejala kecemasan baik akut maupun kronis, merupakan komponen utama bagi semua
gangguan psikiatri. Sebagian dari komponen kecemasan ini menjelma dalam bentuk
gannguan panic, fobia, obsesi kompulsif, dan sebagainya. Gejala ini juga dihubungkan
dengan perekonomian (nasir, abdul, 2010:17).
Bunuh diri
Dalam kondisi normal angka bunuh diri diperkirakan berkisar antara 8-50 per 100
ribu orang, tetapi dengan kesulitan ekonomi angka ini akan meningkat 2 sampai 3 kali lebih
tinggi. Keadaan ini merupakan indicator kegagalan orang tua dalam mendidik anaknya (nasir,
abdul, 2010:18).
1) Interaksi ibu-anak: normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan
kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tidak percaya dan bimbingan).
2) Peranan ayah
3) Persaingan antara saudara kandung.
4) Inteligensi
5) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masryarakat.
6) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rese salah.
7) Konsep dini: pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu.
8) Keterampilan, bakat dan kreativitas
9) Pola adaptasi, dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
10) Tingkat perkembangan emosi
c. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik)
1) Kestabilan keluarga
2) Pola mengasuh anak
3) Tingkat ekonomi
4) Perumahan: perkotaan lawan pedesaan
5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan yang tidak mamadai
6) Pengaruh rasial dan keagamaan
7) Nilai-nilai
d. Faktor keturunan
Pada mengoloisme atau sidroma down (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit,
muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah,
bukan dua) pada pasangan kromosom N o. 21.Sindroma turner (dengan cirri-ciri khas :ubuh
pendek, leher melebar, infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima
sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan terikat
pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetikitu hanya terdapat pada kromosoma sex.
Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena
mereka mempunyai dua kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan
melakukan pekerjaannya. Akan tatapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan
satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka akan terganggu (herman surya direja,
ade, 2011:06).
e. Faktor konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan pada keadaan biologik seluruhnya, termasuk
baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya bentuk badan
(parawakan), sex, temperamen, fungsi endokrin dan urat saraf jenis darah, jelas bahwa hal-hal
ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk
badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek ,
paras wajah yang cantik ataupun yang jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang
seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang
lambat sekali, atau seterusnya (herman surya direja, ade, 2011:07).
f. Cacat congenital
Cacat congenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih
yang berat, seperti redardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat
ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia
menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau yang berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan
(proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak. Singkat
kromosoma dan genes yang defektif serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan
sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat
dilihat dengan jelas, tetapi gangguan sisitim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan.
Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara lansung atau
dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stress (herman surya direja, ade, 2011:08).
g. Perkembangan psikologik yang salah (herman surya direja, ade, 2011:08).
1) Ketika kematangan atau fixasi, yaitu individual gagal berkembang lebih lanjut ke fase
berikutnya.
2) tempat-tempat lemah yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatic sebagai
kepekaan terhadap jenis stress tertentu.
3) Distorsi, yaitu bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau
gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.
h. Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengang ibu,
dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal. Deprivasi ransangan umum dari
lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan
protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak berumur empat
tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
Eprivasi atau frustasi dini dapat menimbulkan tempat-tempat yang lemah pada jiwa,
dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan yang berhenti. Untuk
perkembangan psikologik rupanya ada masa-masa gawat. Dalam masa ini ransangan dan
pengalaman belajar yang berhubungan dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat
perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal (herman
surya direja, ade, 2011:09).
i. Pola keluarga yang patologik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam pembentukan
kepribadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam
keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri. Kadang-kadang orangtua
berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak itu berkembang
sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak meransang anak itu atau tidak
memberikan bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang merka malahan
mengajarkan nak itu pola-pola yang tidak sesuai. Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak
tergantung pada keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan.
Dan juga, anak-anak bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua
akibat adalah tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman dikemudian
hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orang tua-anak sering terdapat dalam latar
belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja
berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistis, disiplin
yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidaksesuaian perkawinan dan rumah tangganya yang berantakan, tuntutan yang bertentangan.
Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling
mempengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orangtua ke anak (herman surya
direja, ade, 2011:09).
j. Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai
masa badai dan stress. Dalam masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat,
perubahan-perubahan badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status
sosianya juga mengalami perubahan, bila dahulu sangat tergantung pada orangtuanya atau
orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa
dengan sendirinya maslah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang
lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih besar.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep tentang
dirinya sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas. Ia harus memantapkan dirinya sebagai
seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan
masalah pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali
dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalamidifusi identitas, yaitu ia
bingung tentangapakah sebenarnya ia ini dan buat apakah sebenarnya hidup ini.
Sindroma ini disebut juga anomi, remaja itu merasa terombang ambing, terapung-apung
dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu (herman surya direja, ade, 2011:11).
(kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak baik sehigga para anggotanya secara
perorangan dapat menjurus kegangguan mental (herman surya direja, ade, 2011:12).
l. Genetik
Faktor genetik yaitu seorang yang memiliki anggota keluarga yang ganggua jiwa
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter.
Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan
pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
m. Neurobehavioral
Kerusakan pada bagian-bagin otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya
gejala-gejala gangguan jiwa, misalnya:
1) Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan
perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan
psikomotorik.
2) Kerusakan pada Basal Ganglia dapat menyebabkan distonia dan tremor
3) Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility,
gangguan memori (short time).
n. Stress
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus dengan
koping yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi;
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan.
Beberapa penyebab gangguan mental dapat timbulkan sebagai berikut:
1) Prasangka orangtu yang menetap, penolakan atau shockyang dialami pada masa anak.
2) Ketidak sanggupan memuaskan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat
diterima umum.
3) Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan.
4) Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat: pubertas dan menopause.
5) Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonom, politik dan sosial yang terganggu.
6) Penyakit kronis misalnya: shifilis dan AIDS
7) Trauma kepala dan vertebra
8) Kontaminasi zat toksin
9) Shock emosional yang hebat: ketakutan, kematian orang yang dicintai.
stressor
Asosiasi adalah proses mental yang dengan suatu perasaan, kesan, atau gambaran
ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain,
yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untik membandingkan /menilai
beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai- nilai untuk
memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
f. Gangguan pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan
seseorang.
g. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan
lingkungan, serta dirinya melalui pancaindra dan mengadakan pembatasan terhadap
lingkungan serta dirinya sendiri.
h. Gangguan kemauan
Kemauan adalah suatu proses di mana keinginan-keinginan dipertimbangkan yang
kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan.
i. Gangguan emosi dan afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas
tubuh serta menghasilkan sensasi organik dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau
nada perasaan emosional seseorang, menyenagkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran,
biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologis.
j.
Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.