Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI


UNIVERSITAS TRISAKTI

Tugas Matakuliah Ekonomi Migas


Dosen : Dr.Dwi Atty Mardiana
Nama : Margaretha Marisssa Thomas
NIM

Pertanyaan :
1) Apa Keterkaitan Antara Cost Recovery dan Investasi ?
2) Isu yang berkembang saat ini adalah mencari system bagi hasil selain PSC
karena adanya mekanisme cost recovery. Bagaimana Pendapat saudara terkait
hal tersebut ? Dari sudut pandang pemerintah dan kontraktor.
a) Kelebihan dan kelemahan Cost Recovery.
b) Bandingkan dengna Skema Sistem Bagi Hasil Lain, contoh : PSC Gross, Sliding
Scale
c) Buatkan simulasi perbandingan pendapatan pemerintah dan kontraktor
menggunakan PSC standard an system lain atas perubahan profitability
(harga, produksi, & biaya).
Jawaban Essai :
1) Hubungan Cost Recovery & Investasi
Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industri yang identik
dengan 3H yaitu High Risk, High Technology, & High Cost. Disebut demikian
karena industri migas memiliki tingkat risiko dan ketidakpastian yang tinggi.
Risiko tersebut umumnya terjadi pada aktivitas operasi di hulu migas, yakni
proses eksplorasi, pengembangan, dan produksi yang membutuhkan teknologi
canggih serta mengeluarkan biaya yang relatif besar. Selain itu, waktu antara
saat terjadinya pegeluaran (expenditure) dengan pendapatan (revenue) juga
membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dibalik semua risiko tsb, industri
migas juga menjanjikan keuntungan yang sangat besar. Dengan demikian
dalam bisnis hulu migas, pengusahaannya tidak dapat dilakukan oleh satu pihak
saja. Layaknya bisnis pada umumnya, proyek hulu migas juga memerlukan
investasi sebagai modal kegiatan eksplorasi dan produksi. Mengingat kegiatan
ini perlu investasi besar dan berisiko tinggi, negara kemudian mengundang
investor untuk menjadi kontraktor yang bekerja bagi negara dalam melakukan
kegiatan operasi hulu migas.
Kerjasama bisnis hulu migas tsb disepakati melalui suatu model kerjasama,
salah satunya adalah PSC (Production Sharing Contract atau Kontrak Bagi Hasil)
dimana :
Pemerintah :
berperan
sebagai
pemilik
(owner)
komoditi
migas
(beserta
tanah/wilayahnya) dan juga sekaligus menjalankan fungsi pengawasan.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

Oil company sebagai Kontraktor :


yang ditunjuk Pemerintah pada suatu wilayah kerja dimana Kontraktor
menyediakan investasi, skill dan teknologi untuk menggarap wilayah kerja
migas, termasuk menanggung semua risiko dan biaya eksplorasi,
pengembangan dan produksi. Pada saat wilayah itu telah berproduksi,
negara dan kontraktor akan berbagi keuntungan setelah penerimaan negara
dikurangi dengan beberapa faktor pengurang, termasuk pengembalian biaya
operasi atau cost recovery. Cost Recovery tsb merupakan pengembalian
biaya operasi dalam bentuk produksi migas yang wajib dilakukan oleh
Pemerintah kepada Kontraktor sesuai ketentuan perundang-undangan.

Secara garis besar, terdapat 3 komponen biaya yang termasuk kedalam Cost
Recovery list :
Biaya Non Kapital / Currrent Year Non Capital Cost :
Biaya-biaya operasi yang terjadi sehubungan dengan operasi tahun berjalan.
Biaya Kapital / Current Years Depreciation For Capital Cost :
Pengeluaran untuk mendapatkan barang-barang capital yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun.
Depresiasi : penyusutan Asset
Dimana selanjutnya semua biaya, berdasarkan penggunaan/peruntukannya
dikelompokkan kedalam :
Biaya Eksplorasi dan pengeboran
Biaya Operasi dan produksi
Biaya Administrasi
Dengan demikian, hubungan antara Cost Recovery dan Investasi dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a) Cost Recovery adalah investasi yang dikeluarkan oleh investor
(Kontraktor)
selama
mengelola
suatu
Wilayah
Kerja
dan
pengembaliannya dalam bentuk produksi migas, dimana dengan
investasi tsb kegiatan usaha hulu migas bisa berjalan dan
menghasilkan penerimaan Negara.
b) Cost Recovery ada karena negara perlu dana talangan untuk
menjalankan usaha hulu migas. Dana talangan ini juga melindungi
negara dari risiko eksplorasi, karena cost recovery hanya akan
dilakukan bila cadangan komersial ditemukan.
c) Apabila CR kurang dari Investasi maka nilai investasi tidak kembali
dan kontraktor merugi.
d) Menurunkan atau membatasi cost recovery identik dengan
menurunkan atau membatasi investasi.
2) Pendapat Atas Isu Mencari Sistem Bagi Hasil Lain Selain PSC (Karena
Ada Mekanisme Cost Recovery)
Maraknya isu Cost Recovery yang diikuti keinginan Pemerintah dan berbagai
pihak untuk mencari alternatif penggunaan model kontrak migas yang tidak
mengandung CR menurut saya merupakan hal yang wajar. Hal ini dikrenakan

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

dalam perkembangannya, penerapan Cost Recovery dalam PSC dianggap dapat


berpotensi untuk mengurangi penerimaan Negara (indikasi terjadi goldplating,
dimana kemungkinan kontraktor melakukan penggelembungan investasi yang
tidak begitu diperlukan / unnecessary investment).
a) Kelebihan dan Kelemahan Cost Recovery
Berikut adalah kelebihan Mekanisme Cost Recovery :
Pemerintah :
- Pemerintah yang menentukan besarnya Cost Recovery
- Melindungi Negara/ pemerintah dari risiko eksplorasi, karena cost recovery
hanya akan dilakukan bila cadangan komersial ditemukan.
- Dengan adanya Cost Recovery mesipun nilainya besar, dalam hal ini
pemerintah melakukan investasi (eksplorasi, pengembangan lapangan,
optimasi produksi) yang berkontribusi untuk penerimaan Negara.

Kontraktor :
- Adanya pengembalian biaya operasi dari Pemerintah atas biayabiaya/sunkcost yang telah dikeluarkan oleh Kontraktor, dimana
pengembalian biaya operasi tsb dilakukan pada saat pengembangan
lapangan/Plan Of Development/POD (setelah ditemukan cadangan
komersial, semakin besar cadangan komersial yang ditemukan, semakin
besar Cost Recovery).

Adapun Kelemahan Mekanisme Cost Recovery :


Pemerintah :
- Cost Recovery yang tinggi memungkinkan kecenderungan terjadi
Goldplating
- Apabila Cost Recovery dibatasi, maka identik dengan membatasi investasi
dan sekaligus mengurangi penerimaan Negara.

Kontraktor :
- Rugi yaitu tidak mendapatkan pengembalian biaya/ Cost Recovery apabila
gagal menemukan cadangan komersial.
- Mendapatkan nilai CR yang kecil apabila cadangan komersial yang
ditemukan sedikit.

Banyak pihak menuding PSC merupakan penyebab masalah cost recovery yang
tinggi, sehingga perlu dicarikan sistem baru yang tidak mengandung cost
recovery. Jika ditilik kembali, sesungguhnya masalah penggelembungan cost
recovery adalah pada oknum pelakunya dan bukan pada sistem PSC itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa masalah penggelembungan ini, tidak dialami oleh negara
lain yang juga menerapkan sistem PSC.
b) Perbandingan Antara PSC dengan Sistem Kontrak Lain Tanpa Cost
Recovery
(Cth : PSC Gross, Sliding Scale)
Adanya pemikiran untuk mencari sistem baru yang tidak mengandung cost
recovery memunculkan beberapa system kontrak non-cost recovery. Berikut saya

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

sajikan garis besar perbandingan Sistem PSC dengan Sistem Kontrak Tanpa Cost
Recovery.

Perbandingan Sistem PSC & Sistem Kontrak Migas Non-Cost


Recovery

Adapun contoh Sistem Kontrak Non-Cost Recovery yaitu PSC Gross dan Sliding
scale. Berikut skema dan perbandingan PSC dengan PSC Gross & Sliding Scale.

Model Production Sharing Contract Standar di Indonesia

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

c) Simulasi Perbandingan Pendapatan Pemerintah dan Kontraktor


Meggunakan PSC Standard dan PSC CBM (Combination)
atas
Perubahan Profitability (Harga, Poduksi & Biaya)
Contract Terms
Aspek
Tax
Split
Cont)
DMO
FTP

(Govt

PSC Standar
44%
: 85% :15%
25%
20%

PSC GROSS
44%
55% : 45%

PSC MODIFIKASI / PSC


CBM
44%
22% :78%

25%
10% (government only)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

Berdasarkan Hasil Simulasi Perbandingan Antara PSC Standar, PSC Gross dan PSC
Combination, dapat disimpulkan sbb :

Apabila terjadi perubahan harga minyak dan produksi, maka system PSC Standar
masih memberikan Government Share yang lebih tinggi dibanding kedua system
kontrak migas lainnya.
Apabila terjadi perubahan biaya (cost recovery), maka system PSC Combination
memberikan Government Share yang lebih tinggi dibanding kedua system
lainnya.
Apabila terjadi perubahan harga minyak dan produksi, maka system PSC
Combination masih memberikan Contractor Share yang lebih tinggi dibanding
kedua system lainnya.
Apabila terjadi perubahan biaya (CR) maka system PSC Standar memberikan
Contractor Share yang lebih tinggi dibanding kedua system lainnya.
Dengan demikian, menurut saya kinerja system PSC Standar masih lebih menarik
bagi kontraktor dari segi Cost recovery daripada kinerja PSC Gross (PSC Gross
cenderung win-lose).

Anda mungkin juga menyukai