Perbandingan Hukum Perdata
Perbandingan Hukum Perdata
Fauzul Aliwarman,SH,M.Hum
Oleh :
Nama
Kelas
(0871010048)
3. Margaretha Yolan
(0871010029)
: A / Semester VII
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................ I
DAFTAR ISI ... II
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .. 1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................. 3
C.PEMBAHASAN....................................................................................................
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
D. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya , kami
dapat menyusun Makalah Tugas Kelompok Perbandingan Hukum Perdata ini dengan baik
dan sistematis.
Dalam penyusunan Tugas Perbandingan Hukum Perdata dengan judul Sejarah
Perbandingan Hukum Perdata ini, tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bpk.Fauzul Aliwarman SH,M.Hum sebagai dosen pembimbing dan dosen pengajar
Perbandingan Hukum Perdata
Terima kasih pula kepada seluruh dosen pengajar Fakultas Hukum UPN karena telah
banyak membimbing kami selama di semester V dan kami berharap dapat menjadi calon
Sarjana Hukum yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Penulis
II
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
a. Kondisi Global
Perbandingan Hukum sebagai metode penelitian dan sebagai ilmu pengetahuan usianya relatif masih
muda. Namun demikian manfaatnya sangat dirasakan, sehingga dimasukkan dalam kurikulum di semua
Fakultas Hukum Negeri maupun swasta. Perbandingan hukum mempunyai banyak kegunaan, manfaat
serta fungsinya tidak kecil bagi berbagai bidang antara lain: Berfungsi bagi pengembangan ilmu hukum
di Indonesia, Berfungsi bagi praktik pembinaan hukum, dan berfungsi dalam rangka perencanaan
hukum.
Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu Code Napoleon yang disusun
berdasarkan hukum Romawi Corpus Juris Civilis yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang
paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut
Code Civil (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai
Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan
terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813)
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS
Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh MR.J.M. KEMPER disebut
ONTWERP KEMPER namun sayangnya KEMPER meninggal dunia 1824 sebelum menyelesaikan
tugasnya dan dilanjutkan oleh NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia.
Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi
yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia
yaitu :
1. Burgerlijk Wetboek yang disingkat BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-Belanda.
2. Wetboek van Koophandel disingkat WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang]
Kodifikasi ini menurut Prof Mr J, Van Kan BW adalah merupakan terjemahan dari Code Civil hasil
jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda
KUHPerdata
Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang berlaku bagi seluruh
Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum perdata baratBelanda
yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa
Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W. Sebagian materi
B.W. sudah dicabut berlakunya & sudah diganti dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai UU
Perkawinan, UU Hak Tanggungan, UU Kepailitan.
Pada 31 Oktober 1837, Mr.C.J. Scholten van Oud Haarlem di angkat menjadi ketua panitia kodifikasi
dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai anggota yang kemudian
anggotanya ini diganti dengan Mr. J.Schneither dan Mr. A.J. van Nes. Kodifikasi KUHPdt. Indonesia
diumumkan pada tanggal 30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1948.
Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945, KUHPdt. Hindia
Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan undang-undang baru berdasarkan Undang
Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang Undang Hukun Perdata
Indonesia sebagai induk hukum perdata Indonesia.
Isi KUHPerdata
KUHPerdata terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Buku 1 tentang Orang / Personrecht
2. Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht
3. Buku 3 tentang Perikatan /Verbintenessenrecht
4. Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian /Verjaring en Bewijs
Hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta
benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Terjadinya hubungan hukum antara pihak-pihak menunjukkan adanya subyek sebagai pelaku dan
benda yang dipermasalahkan oleh para pihak sebagai obyek hukum.
Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak
dalam hukum. Terdiri dari orang dan badan hukum.
Obyek hukum adalah segala sesuatu berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi pokok suatu
hubungan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum. Obyek hukum adalah benda.
Hak adalah kekuasaan, kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subyek hukum.
Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum kepada orang ataupun badan hukum.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga
mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain:
a sistem hukum Anglo-Saxon (Common Law) yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris
Raya termasuk negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya
Amerika Serikat.
b. sistem hukum Eropa Continental, sistem hukum yang diterapkan di daratan Eropa.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata
Belanda pada masa penjajahan.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain
adalah terjemahan dari ''Burgerlijk Wetboek'' (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan
Belanda dan diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas konkordansi (azas persamaan hukum).
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859.
Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan
beberapa penyesuaian.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah singkat Perbandingan Hukum perdata?
2. Apa saja macam macam Perbandingan Hukum Perdata?
3. Apa saja ruang lingkup Perbandingan Hukum Perdata?
4. Bagaimana Sistematika Perbandingan Hukum Perdata?
3
BAB I
SEJARAH SINGKAT PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
Pada awalnya hukum yang berlaku di masing-masing negara di Eropa Kontinental adalah hukum
kebiasaan. Namun dalam perkembangan jaman hukum kebiasaan tersebut menjadi lenyap oleh
karena adanya penjajahan oleh bangsa Romawi dan adanya anggapan bahwa hukum Romawi lebih
sempurna daripada hukum asli negara mereka sendiri, sehingga diadakanlah resepsi
(perkawinan/percampuran) hukum.
Hukum Romawi dianggap lebih sempurna karena sejak abad ke-1 ahli hukum Yunani Gajus Ulpanus
telah menciptakan serta mempersembahkan suatu sistem hukum kepada bangsa dan negaranya,
bahkan pada abad ke-6, Kaisar Romawi Timur Justinian I dapat menyajikan kodifikasi hukum
Romawi dalam kitab yang diberi nama Corpus Juris Civils. Anggapan hukum Romawi sempurna
timbul atas hasil penelitian para Glossatoren (pencatat/peneliti) dalam abad pertengahan.
Faktor penyebab lainnya hukum Romawi diresepsi oleh negara-negara di Eropa Kontinental adalah
karena banyaknya mahasiswa dari Eropa Barat dan Utara yang belajar khususnya hukum Romawi di
Perancis Selatan dan di Italia yang pada saat itu merupakan pusat kebudayaan Eropa Kontinental.
Sehingga para mahasiswa tersebut setelah pulang dari pendidikannya mencoba menerapkannya
dinegaranya masing-masing walaupun hukum negara asalnya telah tersedia.Selain itu kepercayaan
pada Hukum alam yang asasi juga merupakan faktor yang mendukung diresepsinya hukum Romawi,
karena hukum alam dianggap sempurna dan selalu berlaku kapan saja dan di mana saja. Hukum
alam ini pada saat itu selalu disamakan dengan hukum Romaw
Sebelum adanya unifikasi hukum oleh Kaisar Napoleon Bonaparte, Hukum yang berlaku di Perancis
bermacam-macam yaitu hukum Germania (Jerman) dan hukum Romawi. Di bagian utara dan tengah
berlaku hukum lokal (pays de droit coutumier) yakni hukum kebiasaan Perancis kuno yang berasal
dari hukum Jerman, sedangkan pada daerah selatan yang berlaku adalah hukum Romawi (pays de
droit ecrit) yakni telah dikodifikasi dalam Corpus Juris Civils dari Kaisar Romawi Justinian I. Di
samping hukum perkawinan adalah hukum yang ditetapkan oleh Gereja Katolik ialah hukum
Kanonik dalam Codex Iuris Canonici dan berlaku di seluruh Perancis.
Dengan berlakunya berbagai hukum tersebut, maka di Perancis dirasakan tidak adanya kepastian
hukum dan kesatuan hukum. Oleh karena itu timbul kesadaran akan pentingnya kesatuan
4
hukum/unifikasi hukum. Unifikasi hukum ini akan dituangkan ke dalam suatu buku yang bernama
Corpus de lois Gagasan unifikasi hukum ini sesungguhnya telah timbul sejak abad XV (Raja Louis
XI) yang kemudian dilanjutkan oleh berbagai parlemen propinsi pada abad XVI dan para ahli
hukum seperti Charles Doumolin (1500 1566), Jean Domat (1625 1696), Robert Joseph Pothier
(1699 1771), dan Francois Bourjon.Namun pada akhir abad XVIII dapat diterbitkan tiga buah
ordonansi mengenai hal-hal yang khusus dan yang diberi nama ordonansi daguesseau. Ordonansi
yang dimaksud adalah Lordonance sur les donations (1731), Lordonance sur les testaments
(1735), dan Lordonance sur les substituions fideicommisaires (`1747).
Tanggal 21 Maret 1804 terwujudlah kodifikasi Perancis dengan nama Code Civil des Francais yang
diundangkan sebagai Code Napoleon pada tahun 1807. Kodifikasi hukum ini merupakan karya besar
dari Portalis selaku anggota panitia pembentuk kodifikasi hukum tersebut, selain itu kodifikasi
hukum ini merupakan kodifikasi hukum nasional yang pertama dan terlengkap serta dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Sehingga pada saat itu timbulah paham
Legisme dengan mottonya Di luar undang-undang tidak ada hukum.
Sumber hukum kodifikasi tersebut merupakan campuran asas-asas hukum Jerman dan hukum Greja
(hukum Kanonik) yaitu hukum kebiasaan (coutumes), terutama kebiasaan Paris (coutume de Paris),
ordonansi-ordonansi Daguesseau, tulisan-tulisan dari pakar hukum seperti Poithier, Domat, dan
Bourjon, serta hukum yang dibentuk sejak revolusi Perancis sampai terbentuknya kodifikasi hukum
tersebut.
Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa di negara Perancis yang semula memberlakukan
bermacam-macam
hukum
dengan
berbagai
tahap,
akhirnya
pada
tahun
1807
dapat
memproklamirkan/diundangkan buku Code Civil des Francais atau Code Napoleon yang
merupakan kodifikasi hukum yang pertama di dunia.
Seperti halnya di Perancis, di negara Belanda, hukum yang mula-mula berlaku adalah hukum
kebiasaan yaitu hukum Belanda kuno. Namun akibat penjajahan Perancis (1806 1813) terjadilah
perkawinan hukum Belanda kuno dengan Code Civil.
Tahun 1814, setelah Belanda merdeka dibentuklah panitia yang dipimpin oleh J.M. Kemper untuk
5
menyusun kode hukum Belanda berdasarkan Pasal 100 Konstitusi Belanda. Konsep kode hukum
Belanda menurut Kemper lebih didasarkan pada hukum Belanda kuno, namun tidak disepakati oleh
para ahli hukum Belgia (pada saat itu Belgia masih bagian dari negara Belanda), karena mereka
lebih menghendaki Code Napoleon sebagai dasar dari konsep kode hukum Belanda.
Setelah Kemper meninggal (1824), ketua panitia diganti oleh Nicolai dari Belgia. Akibatnya kode
hukum Belanda sebagian besar leih didasarkan pada Code Napoleon dibandingkan hukum Belanda
kuno. Namun demikian susunannya tidak sama persis dengan Code Napoleon, melainkan lebih
mirip dengan susunan Institusiones dalam Corpus Juris Civils yang terdiri dari empat buku.
Dalam hukum dagang Belanda tidak berdasar pada hukum Perancis melainkan berdasar pada
peraturan-peraturan dagang yang dibuat sendiri yang kemudian menjadi himpunan hukum yang
berlaku khusus bagi para golongan pedagang. Sejarah perkembangan hukum dagang Belanda ini
sangat dipengaruhi oleh perkembangan hukum dagang yang di Perancis Selatan dan di Italia.
Sampai meletusnya Revolusi Perancis, hukum dagang hanya berlaku bagi golongan pedagang saja
(kelompok gilde). Perkembangan hukum dagang ini cepat sekali yaitu sebagai berikut pada abad
XVI XVII adanya Pengadilan Saudagar guna menyelesaikan perkara-perkara perniagaan, pada
abad XVII adanya kodifikasi hukum dagang yan belum sepenuhnya dilaksanakan, tahun 1673 dibuat
Ordonance du Commerce oleh Colbert, dan tahun 1681 lahir Ordonance du Marine. Sesudah
revolusi Perancis, kelompok gilde dihapus dan hukum dagang juga diberlakukan untuk yang bukan
pedagang, sehingga hukum dagang dan hukum perdata menjadi tida terpisah. Walau dalam
kenyataannya pemisahaan tersebut tetap terjadi.Mengenai kodifikasi dapat diketengahkan, bahwa
maksud dari kodifikasi adalah agar adanya kepastian hukum secara resmi dalam suatu sistem hukum
tertentu. Akan tetapi masyarakat terus berkembang, sehingga hukumnya dituntut untuk ikut terus
berkembang. Dengan metode kodifikasi dalam suatu sistem hukum yang terjadi adalah hukum selalu
tertinggal di belakang perkembangan masyarakat, karena banyak masalah-maslaah yang tak mampu
diselesaikan oleh kodifikasi hukum. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan dari ''Burgerlijk Wetboek'' (atau dikenal dengan
BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas konkordansi
(azas persamaan hukum). Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859.Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku
di Perancis dengan beberapa penyesuaian
6
BAB II
MACAM- MACAM PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
1.
2.
3.
4.
1.
BAB III
RUANG LINGKUP PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
A. TRADISI HUKUM DUNIA
B. PERAN PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
Setelah Aquinas, teroi hukum dasar mulai menjadi sekuler dengan karya Grotius. Dengan karya
Menurut Hume, semua hukum dasar membuat kesimpulan dalam bentuk nilai dari proposisi dalam
bentuk fakta, sehingga tidak logis.
Hak fundamental diakui dan dilindungi oleh hukum Inggris dan hukum ME. UU HAM 1998
menaikkan profil Konvensi Eropa tentang HAM, tetapi tidak menggabungkan Konvensi dalam Hukum
Inggris.
B. PERAN PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
Hukum Perdata sering juga disebut dengan Hukum Sipil dan Hukum Privat, yaitu ketentuanketentuan hukum yang mengatur hal-hal yang bersifat keperdataan atau kepentingan pribadi.
Sedangkan menurut Subekti, kata Hukum Perdata mengandung dua istilah, yaitu: Pertama, Hukum
Perdata dalam arti luas, yaitu hukum yang meliputi seluruh hukum privat materil dan hukum
dagang. Kedua, Hukum Perdata dalam arti sempit, yaitu hukum yang meliputi hukum privat materil
saja.
Ada beberapa definisi Hukum Perdata yang dikemukakan para ahli hukum diantaranya Sukidno
Mertokusumo, menurut beliau Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak
dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain dari dalam hubungan kekeluargaan
dan di dalam pergaulan masyarakat yang pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak
Adapun definisi Hukum Perdata manurut Salim H.S. adalah kaidah-kaidah hukum (baik
tertulis/tidak tertulis) yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan subjek hukum
yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarakatan.
Beberapa Peran perbandingan Hukum Perdata, yaitu:
a. Sebagai kaidah hukum yaitu: (1) tertulis yang terdapat dalam perundang-undangan, traktat dan
yurisprudensi (2) tidak tertulis yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktek kehidupan
masyarakat (kebiasaan);
b. Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lain;
c. Bidang hukum yang diatur dalam Hukum Perdata meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum
benda dan sebagainya
11
DELIK PRIVAT
Wanprestasi Kontrak
Perbuatan Melawan Hukum
Tanggungjawab Tanpa Kesalahan
Sistem Eropa Kontinental /Sistem Anglo Saxon
menganut doktrin positivisme
Karakteristiknya a/ adanya sanksi yg diancamkan penguasa thd pelanggar hkm krn tdk patuh.PMH
terjadi jika aturan hukm dilanggar, hak org lain dilanggar, perbuatan bertentangan dg kesusilaan.
menganut doktrin setiap orang berbuat atas resikonya sendiri Karena itu dia akan bertanggungjawab
jika tlah mlaksanakan kewajiban, sehingga unsur kewajiban a/ unsur utama suatu PMH.pelanggaran
kewajiban terjadi dg adanya kesengajaan ato kelalaian. Namun dlm hal terbatas, PMH bisa terjadi
dari perbuatan tanpa kesalahan, artinya seseorang tdk dpt dimintai tanggungjawab ats tdk berbuat
sesuatu kecuali sbg konsekuens dari kewajiban yg hrs dilakukannya.
B. UNSUR KESENGAJAAN DAN KELALAIAN
Suatu perbuatan dapat diminta pertanggungjawabannya di dalam hukum, salah satu syaratnya adalah
12
adanya unsur kesalahan. Dalam hukum positif, yang dimaksud kesalahan dapat berbentuk 2 macam
yakni kesengajaan dan kelalaian atau ketidaksengajaan. Bentuk yang pertama kesengajaan, sudah
tentu merupakan perbuatan yang dapat diminta pertanggungjawabannya
C. TANGGUNG JAWAB MUTLAK/ STRICT LIABILITY
Adalah Suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang atau lebih karena kesengajaan atau
kelalaian yang harus dapat dipenugi melalui kewajiban hukum
contoh : tanggung jawab pemimpin perusahaan untuk membayar gaji karyawan
Hak Kebendaan
Hak kebendaan adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda, yang
dapat dipertahankan terhadap tiap orang.
BEZIT. Bezit adalah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda seolah olah
kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak milik atas
benda itu sebenarnya ada pada siapa.
a.Bezit atas benda yang bergerak
Diperoleh dengan pengambilan barang tersebut dari tempatnya semula, sehingga secara terang atau
tegas dapat terlihat maksud untuk memiliki barang tersebut.
Bezit barang bergerak oleh bantuan orang lain, diperoleh dengan penyerahan barang itu dari tangan
bezitter lama ke tangan bezitter baru.
b.Bezit atas benda tak bergerak
Ditentukan oleh Undang Undang bahwa, orang yang menduduki sebidang tanah harus selama satu
tahun terus menerus mendudukinya dengan tidak mendapat gangguan dari sesuatu pihak, barulah ia
dianggap sebagai bezitter tanah itu (Pasal 545 BW) oleh bantuan orang lain (pengoperan), terjadi
dengan suatu pernyataan, apabila orang yang menyatakan adalah bezitter.
14
15
BAB IV
PERBANDINGAN SISTEMATIKA HUKUM
campuran, misalnya pakistan, india, dan nigeria yangh menerapkan sebagian besar sistem hukum
anglo-saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. sistem hukum anglosaxon, sebenarnya penerapanya lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara
berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman. pendapat para ahli dan praktisi hukum
lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutuskan perkara.
di inggris unifikasi hukum dilaksanakan dan dilselesaikan oleh benc dan bar dari pengadilan bench
dan bar ini sangat di hormati oleh rakyat inggris, oleh karena mampu mewakili rasa keadilan dari
m,asyarakat selkalipun bench dan bar merupakan pegawai pemerintah selama periode revolusi
industri, para hakim dan penasehat hukum yang merupakan penjabaran dari hobeas, corpus,
centorari dan madamus tetap tidak memihak selama masa revolusi dan hukum yang dibentuk
pengadilan justru mendukung kekauatan-kekauatan sosial politik yang menghendaki perubahan dari
masyarakat agraris ke masayarakat industri. dengan demikian di inggris pada masa revolusi
lembaga-lembaga hukum tetap berada di tangan pengadilan yang beribawa
di negara-negara common law hukum kebiasaan berkembang ketika pemikiran manusia tentang
hukum masih bersifat kaku. tugas menciptaka hukum kebiasaan semula di tangani oleh the court of
chancery, the court of chancery ini digunakan oleh raja untuk menhadapai kekauasaan dari
pengadilan. perkembangan tersebut kemudian menghasilakan perbedaan antara apa yang disebut
dengan "law" dan "equity" di lai pihak. secara historis equity merupakan lembaga hukum terpisah
dari law dan merupakan reaksi terhadap ketidakmampuan hukum kebasaan yang dikembangkan
pengadilan dalam mengatasi adanya kerugian-kerugian yang di timbulkan oleh suatu pelanggaran
hukum.
di negara-negara yang menganut system common law hukum kebiasaan yang di kembangkan
melalui keputusan pengadilan telah berlangsung sejak lama dan tidak dipengarui oleh adanya
perbedaan antara hukum piblik dan hukum privat. berdasarka uraian diatas jelas terlihat bahwa
negara-negara yang menganut common law system bahwa hukum itu dibentuk oleh pengadilan satusatunya karakteristik yang sama dari kedua sistem hukum tersebut adalah sama
dirinya dan anggotanya menurut kebiasaan, dan kebiasaan dibawa dalam bermasyarakat dan negara.
Kepribadian bangsa kita dapat dilihat dari keanekaragaman suku bangsa di negara ini yang ada pada
Lambang negara kita Garuda Pancasila dengan slogannya Bhineka Tunggal Ika (Berbeda
Beda tetapi tetap satu jua).
Dengan mempelajari hukum adat di Indonesia maka kita akan mendapatkan wawasan
berbagai macam budaya hukum Indonesia, dan sekaligus kita dapat ketahui hukum adat yang
mana ternyata tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, dan hukum adat yang mana dapat di
konkordasikan dan diperlakukan sebagai hukum nasional.
Berkat hasil penelitian Prof. Mr. C. Vollenhoven di Indonesia yang membuktikan bahwa bangsa
Indonesia mempunyai hukum pribadi asli, dan dengan demikian bangsa Indonesia semenjak tanggal
17 Agustus 1945 melalui undang undang dasarnya dapat mewujudkan tata hukum Indonesia.
Sifat dari hukum adat memiliki unsur elasitas, flesible, dan Inovasi, ini dikarenakan hukum adat
bukan merupakan tipe hukum yang dikodifikasi (dibukukan). Istilah Hukum adat Indonesia pertama
kali disebutkan dalam buku Journal Of The Indian Archipelago karangan James Richardson Tahun
1850.
Adalah Suatu sistem hukum yang mendasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah (kitab Al-quran) dan rasul-nya (kitab hadis) kemudian disebut dengan syariat atau hasil
pemahaman ulama terhadap ketentuan di atas (kitab fiqih) kemudian disebut dengan ijtihad yang
menata hubungan manusia dengan allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan benda.
Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-negara lain seperti negaranegara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara kelompok.
19
Sumber Hukum
1) Quran, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad
SAW melalui Malaikat Jibril.
2) Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi Muhammad SAW atau cerita tentang Nabi
Muhammad SAW.
3) Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hak dalam cara hidup.
4) Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.
Sistem hukum Islam dalam Hukum Fikh terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :
1) Hukum rohaniah (ibadat), ialah cara-cara menjalankan upacara tentang kebaktian terhadap Allah
(sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah haji), yang pada dasarnya tidak dipelajari di fakultas
hukum. Tetapi di UNISI diatur dlm mata kuliah fiqh Ibadah.
2) Hukum duniawi, terdiri dari :
a) Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antara manusia dalam
bidang jual-bei, sewa menyewa, perburuhan, hukum tanah, perikatan, hak milik, hak kebendaan dan
hubungan ekonomi pada umumnya.
b) Nikah (Munakahah), yaitu perkawinan dalam arti membetuk sebuah keluarga yang tediri dari
syarat-syarat dan rukun-rukunnya, hak dan kewajiban, dasar-dasar perkawinan monogami dan
akibat-akibat hukum perkawinan.
c) Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum Allah dan tindak pidana
kejahatan.
Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran islam dengan keimanan lahir batin secara
individual.
Negara-negara yang menganut sistem hukum Islam dalam bernegara melaksanakan peraturanperaturan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan berdasarkan peraturan perundangan yang
bersumber dari Quran
20
DAFTAR PUSTAKA
21