(CASE STUDY)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasional
Angkatan V STAR BPKP Tahun 2015
Disusun oleh Kelompok III
RINDA RAHAYU
(1520532010)
DESMAINI
(1520532011)
(1520532012 )
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
I.
menjadi masalah besar. Ini terbukti dengan adanya masalah pada pedal gas dan
sistem rem yang terjadi di bulan Februari 2010 tersebut.
Kualitas dan kinerja dijadikan satu-satunya alasan yang mendasari
masalah ini. Ternyata bila dilihat secara mendalam, budaya kerja yang tidak sesuai
yang menjadi penyebab utamanya. Ketidaknyamanan para pegawai menjadi salah
satu penyebab penurunan kontrol kualitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Terlebih lagi bagi pasar Amerika dan Eropa kualitas produk menjadi nomor satu.
II. PERMASALAHAN
1. Apa sebab terjadinya Recall Toyota
2. Apa Usaha yang dilakukan oleh Toyota dalam mengatasi masalah tersebut
3. Apakah pengaruh budaya kerja terhadap pengembangan usaha.
III.
TINJAUAN LITERATUR
Menurut Koentjaraningrat (1998:5) budaya adalah keseluruhan sistem
gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
Sedangkan menurut Edward Burnett Tylor, dalam Koentjaraningrat (2005)
mengemukakan pendapatnya tentang budaya, yaitu bahwa: Culture or
civilization, take in its wide technografhic sense, is that complex whole which
includes knowledge, bilief, art, morals, law, custom and any other capabilities
and habits acquired by men as a member of society. Pendapatnya diartikan
bahwa budaya atau peradaban mempunyai pengertian teknografis yang luas,
adalah merupakan suatu keseluruhan yang kompleks mencakup pengetahuan,
keyakinan, kesenian, moral, hukum, adapistiadat, dan segala kemampuan dan
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Pendapat lain dikemukakan Hofstede (1986 : 21) bahwa budaya
merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi
kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya, terdapat 5 (lima) dimensi
budaya yaitu:
a. Individualisme,
memiliki
penghindaran
ketidakpastian
yang
kuat
menjaga
kepercayaan dan perilaku yang ketat dan tidak toleran terhadap orang dan
4
memiliki
konsekuensi
akan
cara
orang-orang
Maskulinitas,
Kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan,
ketegasan, dan keberhasilan material. Lawannya, feminitas berarti
kecenderungan akan hubungan, kesederhanaan, perhatian pada yang
lemah, dan kualitas hidup. Isu utama pada dimensi ini adalah cara
masyarakat mengalokasikan peran sosial atas perbedaan jenis kelamin.
Pengertian organisasi menurut oleh J.R.Schermerhorn: Organization is a
oleh anggotaorganisasi.
Davis
(1984) Budaya
organisasi
merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang difahami, dijiwai dan
dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan
menjadi dasar aturan berprilaku dalam organisasi. Monde dan Noe (1996) Budaya
organisasi adalah sistem dari shared value, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan
dalam suatu organisasi yang salingberinteraksi dengan struktur formalnya untuk
menciptakan norma-norma perilaku. Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai
dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan
menentukan arah organisasi secara keseluruhan.
Yang dimaksud dengan proses komunikasi adalah proses yang
menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia yang bersifat interaktif,
relasional, dan transaksional dimana komunikator mengirimkan pesan kepada
komunikan melalui media tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu.
Menurut Gibson (1994) proses komunikasi terdiri dari lima unsur yakni:
Komunikator, pesan, perantara, penerima, dan balikan. Adapun Lasswell (1984),
yaitu orang pertama yang mengajukan model proses komunikasi membuat
formula sebagai berikut: Siapa, mengatakan apa, bagaimana caranya, kepada
siapa, dan apa hasilnya. Sementara Berlo (1960) menggambarkan proses
komunikasi terdiri dari tujuh elemen yakni: 1) Sumber komunikasi 2) Pengkodean
3) Pesan 4) Saluran 5) Pendekodean 6) Penerima, dan 7) Umpan balik.
Dalam konteks organisasi, proses komunikasi merupakan aktivitas yang
menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi.
Dalam
komunikasi
organisasi
ini
dikenal
dengan
istilah
Downward
penjualan,
komponen yang principal dari citra adalah fungsional dan emosional (kennedy,
1997).
Menurut ISO, manajemen kualitas (mutu) sebagai semua aktivitas dan
fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas,
tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alatalat seperti perencanaan, kualitas (quality planning), pengendalian kualitas
(quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas
(quality improvement).
Kepuasan pelanggan ini pada dasarnya dibentuk oleh tiga faktor utama
mulai dari mutu produk itu sendiri, harga jual yang kompetitif dan pengiriman
(penerimaan di tangan pelanggan) tepat waktu. Ketika terjadi kesalahan ataupun
kegagalan yang menyangkut salah satu dari ketiga faktor itu maka sungguh akan
besar dampak negatifnya terhadap citra perusahaan, dalam hal ini citra produknya
(brand image). Bila penanganannya kurang tepat, atau bahkan salah, akan
tamatlah riwayat perusahaan itu. Sehingga akan beratlah kerja keras yang harus
dilakukan untuk mengembalikan citra itu kembali seperti semula.
pangsa pasar sebesar 18,1%, Ford naik ke posisi kedua dengan pangsa pasar
sebesar 16,6%, sedangkan Toyota menduduki posisi ketiga dengan 16,5%.
Sementara Toyota sedang terpuruk dalam masalahnya, pesaingnya, GM, yang
merupakan produsen mobil terbesar di AS siap-siap menerkam pelanggan
Toyota. Apa yang GM lakukan sungguh dahsyat. Tipikal pemangsa di rimba
belantara persaingan. GM menawarkan insentif berupa potongan harga
sebesar US$1,000 bagi pemiliki Toyota untuk berganti ke mobil produk GM.
Demikianlah kondisi pasar yang full-competition. Kepuasan pelanggan
menjadi taruhan utama. Pelanggan yang kecewa menjadi sasaran empuk
untuk direbut oleh pesaing.
Kepuasan pelanggan ini pada dasarnya dibentuk oleh tiga faktor utama mulai
dari mutu produk itu sendiri, harga jual yang kompetitif dan pengiriman
(=penerimaan di tangan pelanggan) tepat waktu. Ketika terjadi kesalahan
ataupun kegagalan yang menyangkut salah satu dari ketiga faktor itu maka
sungguh akan besar dampak negatifnya terhadap citra perusahaan, dalam hal
ini citra produknya (brand image). Bila penanganannya kurang tepat, atau
bahkan salah, akan tamatlah riwayat perusahaan itu. Sehingga akan beratlah
kerja keras yang harus dilakukan untuk mengembalikan citra itu kembali
seperti semula.
Maka ketika ditemukan identifikasi kesalahan pada pedal gas dan sistem remnya, masalah kualitas yang berhubungan erat dengan keselamatan, Toyota
segera me-recall hasil produksinya. Secara keseluruhan, Toyota me-recall
sebanyak lebih dari 8 juta unit mobil yang sudah berada ditangan
pelanggannya. Bayangkan, lebih dari 8 juta unit mobil! Juga patut dicatat,
Toyota akan mengalami kerugian sebesar US$ 2 miliar sebagai biaya atas
penarikan mobilnya itu. Sungguh, suatu harga yang teramat besar untuk satu
kesalahan. Harga yang teramat mahal untuk mempertahankan citra baik
perusahaan. Harga yang teramat luar biasa untuk tetap fokus kepada filosofi
kepuasan pelanggan.
Itulah bagaimana cara organisasi besar kelas dunia bertindak menangani
kesalahannya.
10
kita
teladani.
Mereka
bertindak
cepat
dan
tepat
untuk
langsung oleh Presiden Toyota Motor Corp sendiri yaitu Akio Toyoda.
Maka tak heran bila model organisasi seperti ini tampil menguasai pasar
global.
Toyota melakukan hansei (critical self reflection) dan memperbaiki
organisasinya untuk kembali ke filosofi dasar yang telah dimilikinya
kemudian bergerak cepat merebut kembali posisinya di pasar global. Tentu
saja hal ini memerlukan analisis terhadap akar penyebab kesalahan itu
terjadi (root cause analysis) dan kemudian melakukan sejumlah tindakantindakan perbaikan (countermeasures) yang tepat dan sistematis. Dan, tentu
saja hal ini berarti kembali belajar. Belajar dari kesalahan, Mari tetap
terbuka untuk selalu belajar. Terutama belajar dari kesalahan kita sendiri.
3. Apakah pengaruh budaya kerja terhadap pengembangan usaha?
Perspektif budaya di lingkungan organisasi merupakan seperangkat kerangka
kerja yang membimbing orang-orang untuk bersikap dan berperilaku tepat
demi keberhasilan organisasi. Budaya organisasi member arah dan
memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku organisasi agar
11
melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Implikasinya menyangkut
percepatan peningkatan kualitas kinerja pada organisasi memerlukan
komitmen
yang
kuat,
kreativitas,
inovasi,
dan
terobosan
dalam
adalah
mengembangkan
pemahaman
tentang
bagaimana
2.
3.
pabrik toyota.
Memperbarui kinerja strategis perusahaan.
Menyediakan pusat layanan konsumen 24 jam, sehingga apapun
keluhan yang disampaikan oleh pelanggan bisa cepat diatasi.
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Gibson,
J.L,
J.M
Ivancevich,
J.H.Donnelly
dan
R.Konpaske.
(2012).
13