Anda di halaman 1dari 12

1.

Oleokimia
Oleokimia merupakan suatu bagian ilmu kimia yang mempelajari tentang
proses pengolahan asam lemak dan gliserol serta turunannya, baik yang diperoleh dari
minyak atau lemak maupun hasil sintesis. Oleokimia juga berarti senyawa turunan
minyak atau lemak yang dihasilkan melalui proses kimia, seperti halnya bahan
kimia petrokimia yang diturunkan dari minyak hidrokarbon.. Minyak atau lemak
secara umum merupakan trigliserida yang mengandung gliserol dan asam lemak
baik jenuh maupun tidak jenuh. Dalam industri olokimia, dengan proses kimia
struktur minyak

tersebut dipecah menjadi

struktur lain

seperti asam

lemak,

gliserol, metil ester asam lemak dan juga alkohol lemak.


Manfaat dari oleokimia adalah sumbernya yang bersifat terbarukan dan
kemampuan untuk diuraikan oleh alam yang relatif cepat dan mudah, serta dapat
diterima oleh lingkungan dengan baik.
Bahan dasar oleokimia diproduksi dari reaksi pemecahan atau pemisahan dan
reaksi lebih lanjut dari minyak atau lemak. Oleokimia yang paling utama adalah
gliserol, asam lemak, asam lemak metil ester, lemak alkohol, dan lemak amina. Bahan
baku dan turunan serta reaksi yang menyertainya diuraikan menurut gambar di bawah
ini.

Gambar 1. Skema Bahan Baku Oleokimia dan Turunannya

2. Industri Oleokimia

Sebagai sumber minyak dan lemak, industri oleokimia dapat


menggunakan

dua

jenis

Sumber

alami minyak dan

binatang

maupun

dari

dari minyak bumi

sumber

yaitu

yang

alami

lemak dapat dihasilkan

dan

dari

sintetik.
tumbuhan,

laut. Sedangkan sumber sintetik adalah berasal

dan tall oil.

Sumber minyak lemak

alami

yang

berasal dari lautan adalah sperm oil, dan minyak sarden (sarden oil).
Minyak lemak yang berasal dari hewan adalah lemak hewan. Tumbuhan
merupakan sumber minyak terbesar, dimana di dunia ini terdapat
banyak jenis tumbuhan yang mengandung minyak yang tersebar di
bag ian tanaman.

Sebagai

sumber minyak,

tumbuhan

dikelompokkan

menjadi dua yaitu plant oil yang antara lain terdiri dari minyak kelapa
dan minyak sawit serla seed oil. Seed oil dapat dihasilkan dari biji-biji
tanaman seperti biji kedelai, biji lobak, biji bunga matahari, biji kapas,
kacang dan Lin seed.
Industri oleokimia yang saat ini tengah berkembang pesat adalah industri
antara yang berbasis minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Dari
kedua jenis produk ini dapat dihasilkan berbagai jenis produk antara sawit yang
digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilirnya, baik untuk kategori pangan
ataupun non pangan.
Diantara kelompok industri antara sawit tersebut salah satunya adalah
oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol).
Produk-produk tersebut menjadi bahan baku bagi beberapa industri seperti farmasi,
toiletries, dan kosmetik. Fatty alcohol sebagian besar digunakan untuk produksi
deterjen sebesar 48 persen dan pembersih, kemudian disusul oleh penggunaan sebagai
bahan antioksidan sebesar 11 persen. Sedangkan glycerin banyak digunakan antara
lain untuk sabun, kosmetik dan obat-obatan yang mencakup 37 persen dari total
konsumsi material ini. Kelompok produk lainnya yang cukup banyak menggunakan
glycerin adalah Alkyd resin dan makanan masing-masing 13 dan 12 persen.
Dibandingkan dengan negara tetangga yang juga memiliki industri kelapa
sawit terbesar di dunia yakni Malaysia, perkembangan industri oleokimia di Indonesia
masih belum semaju mereka. Kondisi ini tidak terlepas dari strategi pengembangan
industri sawit Indonesia yang pada awalnya lebih ditekankan sebagai industri primer
yakni CPO, terutama untuk diekspor sebagai sumber devisa non migas. Berbeda

dengan Malaysia yang mengembangkan industri sawitnya secara bersama dengan


pengembangan industri hilir oleokimia.
Industri oleokimia berkembang di beberapa negara seperti Malaysia, Philipina,
China, dan India dengan sangat pesat karena kapasitas produksi jauh lebih tinggi,
sehingga permintaan oleokimia dunia terhadap penambahan kapasitas industri ini di
Indonesia dipandang kurang menjanjikan. Produsen oleokimia dasar sebagian besar
berada di wilayah Asia. Sedangkan pertumbuhan produksi oleokimia dasar di wilayah
Asia sekitar 7,1 % per tahun, disusul oleh wilayah Amerika 2,4 %, dan Eropa 1,3 %.
Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal
ini

disebabkan

produk

oleokimia

mempunyai

beberapa

keunggulan

dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat


diperbaharui, dan produk yang ramah lingkungan. Namun sekarang ini, industri
oleokimia masih berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini
terjadi karena secara umum para pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung
ke industri oleokimia.
Masih sangat jarang dijumpai sebuah industri yang mengolah bahan baku
langsung menjadi bahan kimia tanpa melalui trigliserida. Padahal secara
ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan alami yang bisa diolah
langsung dari bahan nabati tanpa melalui trigliserid.Misal
n y a pengolahan secara langsung buah kelapa sawit menjadi asam lemak.
Selama ini asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida.
Padahal dari segi teknik dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah secara
langsung buah sawit menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase
yang terkandung pada buah sawit. Hal ini juga bisa ditemukan pada bahan
baku nabati lainnya. Bagian industri kimia disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Industri Oleokimia

Sedangkan secara skematis perubahan minyak atau lemak menjadi produk


oleokimia dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Diagram Alur Oleokimia

3. Pengolahan Kelapa Sawit


Minyak sawit yang dihasilkan dari tandan segar buah sawit dibagi menjadi dua
yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kemel Oil (PKO). CPO dihasilkan dari
daging buah kelapa sawit sedangkan dari bagian kemel atau inti buah sawit
dihasilkan PKO. CPO dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak sawit yang
digunakan sebagai minyak goreng. Selain itu minyak sawit dari CPO beserta
PKO dan coconut oil dapat menghasilkan asam lemak atau turunannya.
Proses pengolahan buah kelapa/Tandan Buah Segar (TBS) sawit untuk
menghasilkan minyak sawit, dapat dilakukan dengan cara modern maupun secara
konvensional. Pada tahap awal proses pengolahan yaitu proses pemerasan
(pengempaan) daging buah kelapa sawit akan dihasilkan Minyak Sawit Mentah/Kasar
yang populer dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO).
Melalui proses pengolahan lebih lanjut yaitu proses fraksinasi akan dihasilkan
dua macam produk:
a. Stearin
Merupakan fraksi padat dari minyak kelapa sawit.
b. Olein
Yaitu bagian dari minyak kelapa sawit yang merupakan fraksi cair.
Melalui proses refinasi (refining) dengan cara melakukan bleaching &
deodorizing maka akan dihasilkan olein murni yang disebut Refined,
Bleached & Deodorised atau RDB Olein dan RDB Stearin. RBD Olein
merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak goreng,
sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan
shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen.

4. Olein
Olein adalah minyak goreng yang dihasilkan dari pengolahan CPO (Crude
Palm Oil), sedangkan CPO sendiri berasal dari proses pemerasan buah kelapa sawit.
Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam
lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut
dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)
dan 0,5% buangan. Olein berwujud cairan kuning pada suhu kamar, sering digunakan
sebagai minyak goreng dan juga dalam persiapan makanan komersial, serta untuk

membuat sabun dan lilin. Berikut ini adalah skema pemurnian CPO menjadi olein dan
stearin.

Gambar 3. Pemuenian CPO Menjadi Olein dan Stearin

a) Menghilangkan gum atau phosphatides (degumming).


Merupakan hal yang pertama kali mesti dilakukan karena gum ini dapat
menaikkan viskositas CPO.
b) Menghilangkan FFA (refining), yang biasanya dilakukan dengan netralisasi.
Proses refining yang ada saat ini pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu chemical dan physical refining. Chemical refining menggunakan alkali seperti
NaOH untuk menetralkan FFA, sementara physical refining menggunakan distilasi
untuk mengeluarkan FFA dari palm oil.
Oleh karena itu, chemical refining lebih disukai untuk mengolah vegetable oil
dengan kandungan FFA yang rendah. Reaksi NaOH dgn FFA akan menghasilkan
garam karboksilat (biasa disebut sebagai sabun) dan gliserol. Reaksi ini sendiri sering
disebut sebagai reaksi saponifikasi. Jika kandungan FFA tinggi, maka sabun yang
terbentuk akan tinggi. Akibatnya, triglyceride sebagai minyak akan terikat oleh sabun
dan terbawa keluar bersamaan dengan air.

Pada akhirnya, kita akan kehilangan banyak triglyceride. Oleh karena itu,
chemical dan physical refining akan berbeda di tahap degumming/neutralization.
Tahap chemical refining ini terdiri dari:
-

Acid conditioning: mencampur minyak panas dengan asam untuk


mengendapkan non-hydratable phosphatides (phosphatides yang tidak
bisa diendapkan dengan penambahan air, seperti yang dimiliki oleh palm
oil) dan sisa-sisa logam.

Degumming dan neutralizing: Air dan NaOH akan ditambahkan untuk


menetralkan FFA, juga untuk memisahkan gum dan pengotor lainnya.
Kemudian, gum dan pengotor akan dipisahkan pada di sini. Di akhir step
ini, kandungan FFA akan menjadi 0,01-0,03%. Jadi untuk minyak dengan
kandungan FFA rendah tapi gum nya tinggi, chemical refining lebih
cocok. Dan sebaliknya jika FFA tinggi tapi gum rendah, physical refining
lebih cocok, jika kandungan gum nya tinggi (meskipun di physical
refining), degumming process tentu sangat diperlukan. Proses ini biasanya
dengan menambahkan asam untuk menggumpalkan gum atau acid
degumming untuk minyak yang memiliki non-hydratable gum, seperti
palm oil. Asam yang digunakan biasanya adalah asam fosfat (0,05% dr
jumlah CPO yang diambil dari 85% larutan asam fosfat) atau asam sitrat.
Temperatur yang diperlukan sekitar 90-110 oC.

c) Menghilangkan warna dengan mengambil pigmen-pigmen yang termasuk di


dalamnya, misalnya beta karoten. Proses ini disebut sebagai bleaching. Pada
dasarnya, proses ini cuna mengadsorpi pigmen (beta karoten dan klorofil) dengan
menggunakan bleaching earth (atau bentonite). Proses ini biasanya dilangsungkan
pada kondisi vakum (16 cmHg) dan temperature 100-110 oC. Jumlah bleaching earthnya umumnya sekitar 1% dari jumlah CPO.

d) Menghilangkan bau (biasanya juga disebabkan oleh keberadaan FFA). Proses ini
umum disebut sebagai deodorization. Sebelum masuk ke deodorization, air di minyak
mesti dibuang terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak terjadi hidrolisis minyak menjadi
FFA dan gliserol. Biasanya hal ini dilakukan dengan memanaskan minyak sampe di
atas 100 oC-140 oC). Proses deodorization (sederhananya: menghilangkan bau) ini
menghilangkan sisa-sisa FFA dan senyawa-senyawa lain yang lebih volatil daripada
triglycerides. Di proses physical refining, di proses deodorization inilah FFA dibuang

karena proses ini tidak memiliki tahap netralisasi seperti di chemical refining. Proses
ini berupa distillation dengan kondisi vakum (1-6 mmHg, 230-260 oC). Kondisi
vakum diperlukan untuk menurunkan boiling temperature dari FFA. Di bawah ini
adalah perbandingan tekanan uap dari FFA dan oil.

e) Jika didinginkan, kita juga bisa memisahkan olein dan stearin. Olein adalah
komponen palm oil yang berfasa cair dari stearin adalah komponen palm oil yang
berfasa padat. Olein dan stearin akan dipisahkan di tahap selanjutnya dengan
mendinginkan minyak sampai 30 oC secara perlahan. Hal ini ditujukan agar kristal
stearin yang terbentuk besar besar, sehingga mudah dipisahkan (oleh filter press, dan
sebagainya). Umumnya, dari minyak ini akan kita dapatkan 20-24% stearin dan 8076% olein. Olein digunakan sebagai minyak goreng atau campuran minyak goreng,
sementara stearin sebagai margarin. Keduanya (atau langsung dari minyak RBD) bisa
digunakan sebagai bahan baku industri oleochemical, makanan, dan berbagai nonfood application lainnya.

5. Stearin
Stearin merupakan hasil kristalisasi dari minyak kelapa sawit (CPO) berbentuk
padat, mengandung asam palmitat, stearat, dan oleat. Dari setiap kg minyak kelapa
sawit yang telah mengalami rafinasi, bleaching, dan deodorizing, diperoleh sekitar
300-400 gr RBD Stearin, bergantung kepada minyak kelapa sawit yang digunakan.
Stearin merupakan bagian padat dari minyak sawit yang dihasilkan dari
kristalisasi sebagian pada suhu yang terkendali. Stearin adalah campuran berbagai
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, dengan komponen terbesar adalah
asam palmitat. Asam palmitat adalah asam lemak jenuh yang berbentuk padat pada
suhu kamar. Komponen terbesar kedua dalam stearin adalah asam oleat yang
merupakan asam tak jenuh dan memiliki titik leleh rendah yaitu 14 oC.

6. Gliserin
Gliserin diperoleh dari hasil hidrolisa minyak inti sawit dengan menggunakan
tekanan 50 56 bar dan temperatur 250 2600C. Gliserin ini merupakan suatu produk
kimia yang digunakan dalam industri kosmetika. Penentuan zat pereduksi yang
terdapat didalam gliserin (refined glycerine) merupakan salah satu parameter yang

harus dianalisis. Kehadiran zat pereduksi dalam gliserin menyebabkan penurunan


kemurnian gliserin sehingga gliserin tidak dapat dipasarkan.
Gliserol, secara industri merupakan suatu produk minyak dan lemak yang
diperoleh dari saponifikasi, hidrolisa ataupun transesterifikasi. Gliserol berupa
komponen kimia yang memiliki struktur 1,2,3-propanatriol, CH2OHCHOHCH2OH.
Sifat sifat dari gliserol antara lain:
- berupa cairan kental dan berasa manis
- tidak berwarna
- dapat larut dalam air dan alkohol
- tidak dapat larut dalam benzene, kloroform, karbon tetraklorida, karbon
disulfida dan petroleum eter
- tekanan uap 0,0025 mmHg (500)
- titik didih 2900C (760 mmHg)
- titik lebur 18,170C
- viskositas 1,499
- titik beku ( gliserol 66,7% ) 46,5 oC
Gliserida disebut juga dengan asilgliserol yang merupakan senyawa ester antara
gliserol dan asam lemak. Gliserida yang bersifat padat pada suhu kamar disebut dengan
lemak sedangkan yang bersifat cair disebut dengan minyak. Gliserida dengan 1,2, dan 3
rantai asam lemak maka masing masing disebut dengan mono-, di-, dan triasilgliserol
atau trigliserida.
Gliserida secara alami dapat ditemui disemua lemak hewan, minyak nabati dan
minyak ikan sebagai ester gliserol dari asam lemak. Gliserida ini dapat dihidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak, sehingga gliserida merupakan suatu sumber yang
berpotensi untuk membuat gliserol yang kemudian pada industri oleokimia digunakan
sebagai bahan komersil untuk berbagai keperluan. Disamping dapat diperoleh dari
sumber alami, gliserol juga dapat disintesis dari produk petrokimia seperti propilena
melalui tahap reaksi adisi dengan Cl2 membentuk alil klorida yang diikuti reaksi adisi
HOCl membentuk epiklorhidrin serta reaksi substitusi dengan NaOH membentuk gliserol.

7. Produk Turunan Oleokimia


Asam lemak dari minyak kelapa sawit dalam berbagai fraksi selain dapat digunakan
langsung, dapat juga dihasilkan berbagai produk turunannya. Berikut ini beberapa jenis
produk asam lemak dan turunan asam lemak yang banyak digunakan dalam industri, yaitu:

a. Asam lemak merupakan hasil reaksi samping dari pemurnian minyak CPO menjadi
RBDPO, dimana banyak digunakan sebagai komponen utama dalam pembuatan
sabun.
b. Ester asam lemak merupakan produk turunan asam lemak, dari berbagai fraksi asam lemak
melalui proses esterifikasi menggunakan alkohol menghasilkan beberapa jenis ester. Misalnya
ester dari asam lemak C8-C10 dengan trimetilol propana yang digunakan sebagai bahan
pembuatan pelumas. C8-C10 yang diesterkan kembali dengan gliserol menghasilkan lemak
berantai sedang (Medium Chain Trigliserides/ MCT) yang memiliki viskositas rendah dan
memiliki sifat sangat stabil. MCT digunakan sebagai pelarut wangi-wangian (flovors),
sebagai makanan diet karena mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi. Esterifikasi asam
lemak dengan monoalkohol misalnya isopropanol dengan asam miristat menghasilkan
isopropil miristat, salah satu komponen kosmetik. Gliserol monoester digunakan sebagai
bahan pengemulsi pada industri pangan, bahan penghilang jamur dan bahan pelumas dalam
idustri plastik.

c. Alkohol asam lemak merupakan hasil produk hidrogenasi lemak atau ester asam
lemak. Alkohol asam lemak dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10 yang
dikenal alkohol asam lemak yang berfungsi sebagai bahan baku plastik. Esterfikasi
dengan asam polikarboksilat seperti anhidrida ptalat menghasilkan bahan baku plastik
khususnya untuk industri PVC (Polivinil Klorida). C12 C14 alkohol banyak
digunakan sebagai additif pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak
hidrolik. C16-C18 alkohol asam lemak banyak digunakan sebagai campuran dalam
pembuatan krem, lipstik, pasta, semir dan produk lainnya.
d. Ester poliglikol merupakan ester yang dihasilkan dari hasil reaksi alkohol asam lemak
dengan etilen oksida digunakan sebagai surfaktan nonionik. Banyak digunakan
sebagai bahan pembuatan dalam industri tekstil, cairan pencuci, produk penghilang
lemak dan pembuatan cairan pembersih.
e. Amida asam lemak misalnya monoetanol amida dan dietanol amida dibuatdengan
mereaksikan asam lemak atau ester asam lemak dengan monodietanol amina atau
dietanol amina yang banyak digunakan sebagai pembentuk busa (foam boosters) pada
sampo dan produk detergen.
f. Amina asam lemak merupakan amina yang dihasilkan dari reaksi asam lemak dengan
amonia dan hidrogen. Banyak digunakan dalam industri pembuatan bahan pelembut
(softener) dan biosida. Amina asam lemak banyak digunakan sebagai bahan
pembuatan sampo.

8. Asam Lemak
Asam lemak, bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama
minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada
makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin,
atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa
berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida).
Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan
menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya
memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam
lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satuikatan ganda di antara atom-atom karbon
penyusunnya.
Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian
lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam lemak dibuat di sitosol.
Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan
minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan
lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan
organ

berkloroplas

lain.

Beberapa

tanaman

penghasil

lemak

terpenting

adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung
dan zaitun.
Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu
kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan
asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena
lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh. Posisi ikatan ganda juga menentukan
daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena
itu, asam

lemak

Omega-3 dan Omega-6 (asam

lemak

esensial)

lebih

bernilai

gizi

dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya -linolenat)
dan minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial (lihat macam-macam asam
lemak).
Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang
dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan
menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung
dengan udara.
Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan
menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih
banyak dibandingkan protein dan karbohidrat, yaitu 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi.

Dalam mengkaji hubungan antara diet lemak dengan penyakit jantung perlu diperhatikan
proporsi energi yang berasal dari lemak serta jenis lemak yang dikonsumsi.
Secara umum lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh (SFAs =
Saturated fatty acids), sementara lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh

tunggal

(MUFAs

Monounsaturated

fatty

acids)

maupun

ganda

(PUFAs=Polyunsaturated fatty acids) kecuali minyak kelapa.

9. Fatty Alcohol
Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari
lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alcohol merupakan bagian dari asam lemak
dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah
genap. Molekul yang kecil digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut
dalam industri. Molekul yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Karena sifat
amphiphatic mereka, fatty alkohol berkelakuan seperti non ionic surfaktan. Fatty
alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri
kosmetik dan makanan. Di bawah ini adalah bagan pembuatan fatty alcohol.

Gambar 4. Pembuatan Fatty Alcohol dari Minyak dan Lemak

Anda mungkin juga menyukai