TPST Umum
TPST Umum
OLEH:
KELOMPOK III
DION PERMADI
(0910941010)
NURUL FITRIA Z.
(0910941013)
SYIFA RAHMANIA
(0910942018)
(0910942028)
ADE FITRIANI
(0910942034)
(0910942038)
LUCIANA GUSTIN
(0910942046)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan sampah (limbah padat) merupakan masalah klasik yang sering terjadi
di daerah perkotaan. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi selalu berbanding
lurus dengan tingkat konsumsi dan aktivitas masyarakat, menyebabkan jumlah
sampah (limbah padat) yang dihasilkan juga semakin tinggi. Pengelolaan sampah
kota yang saat ini banyak diterapkan di beberapa kota di Indonesia masih terbatas
pada sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan). Sampah
dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengelolaan sampah tersebut dimulai dari sumbernya sampai ke tempat
pembuangan akhir. Dari evaluasi yang telah dilakukan, dapat diidentifikasikan
masalah-masalah pokok dalam pengelolaan persampahan di kota antara lain
disebabkan oleh bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai
konsekuensi logis dari pertambahan penduduk dan keheterogenan tingkat sosial
penduduk kota. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari
pemerintah daerah, merupakan masalah umum dalam skala nasional. Selain itu
adanya keterbatasan teknik penanganan dan sumber daya manusia yang tersedia di
daerah
untuk
menangani
persampahan
menambah
lengkapnya
masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sampah merupakan buangan padat atau setengah padat terdiri dari zat organik dan
zat anorganik yang kehadirannya tidak diinginkan atau tidak berguna oleh
masyarakat.
Setiap
aktivitas
manusia
menghasilkan
sampah,
dengan
sampah
berwawasan
lingkungan
(environmental
friendly)
Partisipasi masyarakat;
Kemandirian;
Efisiensi;
Perlindungan lingkungan;
Keterpaduan.
1.
Frekuensi pengumpulan
Faktor ini akan mempengaruhi jumlah sampah yang akan terkumpul pada
tempat penampungan. Sampah anorganik jumlahnya akan terus bertambah dan
sampah organik akan berkurang karena proses dekomposisi.
2.
Musim
Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
3.
4.
Kemasan produk
Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi
komposisi sampah. Negara maju cenderung menggunakan kertas sebagai
pengemas, sedangkan negara berkembang menggunakan plastik sebagai
pengemas.
5.
Cuaca
Di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembapan sampah juga akan
tinggi.
6.
yang mudah didaur ulang akan menjadi salah satu faktor yang meningkatkan nilai
saing produk tersebut di pasar. Contoh sampah yang berpotensi untuk didaur
ulang dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Macam-macam Sampah yang Dapat Didaur Ulang
Bahan yang didaur ulang
Aluminium
Jenis penggunaan
Wadah minuman, bir
Kertas:
Kertas koran
Kardus
Kertas kualitas tinggi
Kertas campuran
Kardus kemas
Kertas komputer, kertas tulis HVS
Campuran kertas bersih, koran, majalah, putih/warna
Kaca
Logam besi
Kaleng timah
Kayu
Oli bekas
Ban
Beberapa penjelasan mengenai jenis plastik yang dapat/tidak bisa didaur ulang,
yaitu:
a. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)
Biasa dipakai untuk botol plastik tembus pandang/transparan seperti botol air
mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap, botol
sambal, botol obat, dan botol kosmetik dan hampir semua botol minuman
lainnya. Untuk pertekstilan, PET digunakan untuk bahan serat sintetis atau
lebih dikenal dengan polyester. PETE/PET direkomendasikan hanya untuk
sekali pakai. penggunaan berulang kali terutama pada kondisi panas akan
selain itu bahan ini sulit didaur ulang. Banyak negara bagian di Amerika sudah
melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara
China.
g. Double Layers
Double layers adalah plastik yang 1 (satu) lembar terdiri dari 2 (dua) lapis
(lapis luar dan dalam berbeda).Contohnya plastik beda bahan :LDPE &
HDPE. Keunggulan plastik double layers di Elfrida :
Daya seal lebih bagus (jika lapis di dalam LDPE, lapis luar LDPE)
Penampilan lebih menarik (karena dua sisi warna berbeda)
Bisa membuat amplop yang isi di dalamnya tidak kelihatan.
2.3 Potensi Daur Ulang Sampah
Definisi potensi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya,
kekuatan, kemampuan, kesanggupan, kekuasaan, kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan atau sesuatu yang dapat menjadi aktual.
Definisi daur ulang berdasarkan SNI 19-2454-2002 adalah proses pengolahan
sampah yang menghasilkan produk baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa potensi
daur ulang adalah kemampuan yang ada dalam komponen sampah yang dapat
dikembangkan untuk proses pengolahan sampah yang menghasilkan produk baru.
Di Indonesia, potensi daur ulang sampah kering adalah 15-25%, sedangkan
potensi sampah basah yang dapat dikomposkan adalah 30-40%, sehingga potensi
daur ulang sampah diperkirakan akan sebesar 45-65%. Namun tingkat daur ulang
di kota-kota Indonesia baik melalui usaha pemulung maupun usaha daur ulang di
rumah tangga dan pengomposan jumlahnya diperkirakan hanya sebesar 8,1%
(Damanhuri, 2004).
BAB III
KONDISI EKSISTING WILAYAH DESIGN
3.1 Umum
Kota TL memiliki luas wilayah sebesar 1000 m2 dengan jumlah penduduk sebesar
10.000 jiwa selama waktu perencanaan.
Timur : Tandun
Basah
Kering
Sampah Makanan
Sampah Halaman
Kayu
Sampah Basah
Tekstil
Karet
Kulit
Kertas
Plastik
Kaca
Kaleng
Logam
Lain-Lain
Sampah Kering
1,23
13,21
14,35
1,33
1,81
1,58
5,59
42,88
73,13
94,78
73,29
74,02
60
BAB IV
DESAIN TPST
4.1 Bagan Alir Pengolahan Sampah di TPST
Timbulan Sampah
Kota
Becak Motor
TPST
35 m3
S.
S.
Organik
Anorganik 3
19,9 m3
15 m
Fasilitas
Pemisaha
Transforma
n Material
si Sampah
Dumptruck
17,6 m3
Kompos
TPA
9,27 m3
DumpTruck
Lapak/
5,7 m3
TPA
Perusahaan
Pengrajin Barang
Basah
Sampah
Makanan
Sampah
Halaman
Kayu
Sampah
Komposisi
Sampah (m3/h)
Sisa (m3/h)
11,522
9,728
1,794
7,235
1,236
19,992
7,096
0,831
17,655
0,139
0,404
2,337
Kering
Basah
Tekstil
Karet
Kulit
Kertas
Plastik
Kaca
Kaleng
Logam
Lain-Lain
Sampah
Kering
0,920
0,413
0,431
4,624
5,018
0,466
0,634
0,553
1,952
15,008
3,381
4,756
0,341
0,469
0,332
9,279
0,920
0,413
0,431
1,242
0,262
0,124
0,165
0,221
1,952
5,729
3. Untuk pertokoan, menggunakan kantong plastik (10 liter) dan bin atau
tong plastik (10 liter);
4. Untuk bangunan institusi, menggunakan tong sampah (5 liter);
5. Untuk tempat umum dan jalan taman, menggunakan bin (120 liter).
Sampah basah dan kering dibedakan dengan memisahkan tempat atau wadah
pengumpulannya. Sampah basah diletakkan di kantong plastik atau bin
berwarna biru dan sampah kering diletakkan di kantong plastik atau bin
berwarna merah.
b. Pengumpulan Sampah ke TPST
Dari perhitungan di atas direncanakan sistem pengumpulan door to door
dengan becak sampah dengan kapasitas 1,5 m 3. Bak becak dilengkapi dengan
sekat sederhana yang terbuat dari triplek guna memisahkan sampah organik
dan anorganik. Sehingga setiap becak sampah akan mengangkut sampah
sebanyak 5 kali ritasi.
c. Pewadahan di TPST
Di TPST, sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya, yaitu sampah basah dan
sampah kering. Sampah basah dan sampah kering tersebut dipilah kembali
berdasarkan komposisi masing-masing sesuai dengan jenisnya.
d. Pengolahan di TPST
Pengolahan sampah di TPST terdiri dari composting, reuse dan recycling.
Sampah basah yang terdiri dari sampah organik dapat dikompos yang
dilakukan oleh petugas TPST. Pengomposan di TPST ini menggunakan
komposter yaitu komposter biophosko. Sampah organik akan di cacah terlebih
dahulu dengan mengunakan Mesin Pencacah sampah baru kemudian
dilanjutkan dengan pengomposan menggunakan mesin Rotary Klin(Komposter
Biophosko). Sampah kering dipilah oleh petugas TPST untuk memisahkan
sampah yang bisa di daur ulang dengan sampah yang tidak bisa di daur ulang.
Untuk sampah yang bisa di daur ulang akan dipadatkan dengan menggunakan
kompaktor, setelah sampah dikompaksi, sampah akan disimpan didalam
gudang untuk kemudian akan dijual ke Lapak atau industri pengrajin baraang
bekas dalam periode waktu tertentu.
Fasilitas Parkir
2.
3.
Fasilitas Composting;
4.
5.
6.
7.
8.
Kompaktor
sampah
: 1 orang
- Teknisi
: 1 orang
- Pegawai Outdoor
: 6 orang
Uraian
Bangunan TPST
10
1.000.000.000
1.000.000.000
Becak sampah
15
10.000.000
50.000.000
Dump Truck
Mesin Otomatis
Rotary Kiln
Mesin Pencacah
Sampah
15
150.000.000
150.000.000
10
32.500.000
65.000.000
10
20.500.000
20.500.000
Timbangan Sampah
500.000
2.500.000
Kompaktor
10
50.000.000
50.000.000
4
5
Umur Pakai
(tahun)
Harga Satuan
(Rupiah)
Jumlah(u
nit)
Jumlah Biaya
(Rupiah)
1.338.000.000,0
0
Satua
n
Harga
Satuan
(Rp/bulan
)
Jumla
h
Jumlah
(Rp/bula
n)
Jumlah
Biaya
(Rp/tahun
)
Orang
2.600.000
2.600.000
31.200.000
Staf
Orang
1.600.000
1.600.000
19.200.000
Teknisi
2
3
Orang
1.300.000
1.300.000
15.600.000
Pengumpulan outdoor
Orang
600.000
3.600.000
43.200.000
BBM
Pengumpulan dengan gerobak motor
1,5 m3
Pengumpulan dengan dumptruck 10
m3
unit
675.000
3.375.000
40.500.000
unit
1.350.000
1.350.000
16.200.000
165.900.00
0
4.7.3
Sumber Dana
Jenis
Pengolahan
Pengomposa
n
(20% dari
sampah yang
berpotensi)
Sampah
Layak Jual
Potensi
Hasil
Pengolah
an
(Kg/hari)
Harga
Jual
(Rp/k
g)
3531
1.500
Sampah Kertas
3381
1.000
Sampah Plastik
4756
341
469
332
1.500
2.000
2.000
Jenis Sampah
(Kg/hari)
Pendapata
n
(Rp/hari)
Pendapata
n
(Rp/bulan)
Pendapatan
(Rp/tahun)
5296500
158895000
1906740000
3381000
101430000
1217160000
7134000
214020000
2568240000
682000
20460000
245520000
938000
28140000
337680000
664000
19920000
542.865.00
0
239040000
6.514.380.0
00
Sampah
Makanan
Sampah
Halaman
Sampah Kaca
Sampah Kaleng
Sampah Logam
2.000
Perkiraan Pendapatan Penjualan Hasil Pengolahan Sampah
18.095.50
2. Kelembagaan
Kelembagaan dalam hal ini maksudnya adalah TPST ini beada di bawah
pemerintah tingkat kelurahan yang terdiri atas beberapa bidang, yaitu:
-
Bidang Kebersihan;
Tim Sorting;
Tim Composting;
3. Pembiayaan
Struktur pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,yaitu
-
Biaya investasi
Merupakan biaya yang diperlukan untuk pengadaan perangkat keras
(peralatan
dan
sarana)
dan
pengadaan
perangkat
lunak
seperti
4. Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat adalah salah satu aspek terpenting yang sangat
mempengaruhi kelancaran dari fasilitas ini. Salah satu cara yang dilakukan
untuk mengajak masyarakat dalam fasilitas ini adalah dengan cara sosialisasi.
Apabila sosialisasi berjalan dengan baik, maka masyarakat akan mengerti akan
pentingnya fasilitas ini dan menganggap sampah tidak sebagai benda yang
tidak berguna tetapi sebagai aset yang dapat menghasilkan nilai ekonomi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Jumlah sampah yang masuk dan keluar TPST adalah sebagai berikut:
Jenis Sampah
Basah
Kering
Sampah
Makanan
Sampah
Halaman
Kayu
Sampah
Basah
Tekstil
Karet
Kulit
Kertas
Plastik
Kaca
Kaleng
Logam
Lain-Lain
Sampah
Kering
Komposisi
Sampah (m3/h)
Sisa (m3/h)
11,522
9,728
1,794
7,235
1,236
7,096
0,831
0,139
0,404
19,992
0,920
0,413
0,431
4,624
5,018
0,466
0,634
0,553
1,952
17,655
2,337
0,920
0,413
0,431
1,242
0,262
0,124
0,165
0,221
1,952
15,008
9,279
3,381
4,756
0,341
0,469
0,332
5,729
2. Layout TPST:
Untuk pasar, menggunakan bin atau tong (120 liter) dan bak sampah
(1m3);
Untuk pertokoan, menggunakan kantong plastik (10 liter) dan bin atau
tong plastik (10 liter);
Untuk tempat umum dan jalan taman, menggunakan bin (120 liter).
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E dan Tri Padmi. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. TL-3150.
Teknik Lingkungan ITB : Bandung.
Tchobanoglous. 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc Graw-Hill, Inc :
New Tork.
SNI 19-3964-1994. Metode Sampling. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta