Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh :
Riska Ayu Hardiyanti, S.Kep
NIM I4B112208
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 17 Oktober 2016
Oleh:
Riska Ayu Hardiyanti, S.Kep
NIM I4B112208
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
M. Fadli, S.kep, Ns
NIP. 19670610 199003 1 022
A. DEFINISI
Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada
cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10 -8 mEq/lt atau sekitar
1 per sejuta kadar Na+. Meskipun kadarnya rendah, H+ yang stabil perlu dipertahankan
agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi mempunyai efek yang
penting terhadap aktifitas enzim seluler. Peningkatan H+ membuat larutan bertambah
asam dan penurunannya membuat bertambah basa. Rendahnya pH berhubungan
tingginya konsentrasi ion hidrogen yang disebut asidosis dan sebaliknya tingginya pH
berhubungan dengan rendahnya konsentrasi ion hidrogen yang disebut alkalosis. Nilai
normal pH darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstitisl kirakira 7,35 sebab ada jumlah ekstra karbon dioksida yang dipakai untuk membentuk asam
karbonat dalam cairan. Batas terbawah dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah kira-kira 6,8 dan batas teratas kira-kira 8,0.
1. ASAM
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H + yang dapat dilepaskan
dalam larutan (donatur proton). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik
dalam tubuh adalah menguap (volatile) dan tak menguap (non volatile). Asam volatile
dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas. Contohnya karbondioksida yang
mampu bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi H +
dan HCO3- : CO2+H2O H2CO3 H++HCO3- serta bisa diekskresi oleh paru-paru.
Asam non volatile tidak dapat berubah bentuk menjadi gas untuk bisa diekskresi oleh
paru-paru tapi harus diekskresikan melalui ginjal, misalnya asam laktat dan asamasam keton.
2. BASA
Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen
dari sebuah larutan (akseptor proton). Basa yang kuat seperti natrium hidroksida
(NaOH) terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa
yang lemah seperti natrium bicarbonat (NaHCO3) hanya sebagian terurai dalam
larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam. Derajat keasaman merupakan suatu
sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman
adalah pH.
a. Klasifikasi pH
pH 7,0 adalah netral.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu
basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara
7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena
perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa :
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah
1) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada
dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih
basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi
lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH dapat
dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45.
pO2 80-100 mmHg.
pCO2 35-45 mmHg.
[HCO3-] 21-25 mmol/L.
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis
B. ETIOLOGI
Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain system buffer, system respirasi, fungsi
ginjal, gangguan system kardiovaskular maupun gangguan fungsi sususnan saraf pusat.
Gangguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut ditandai
dengan peregeseran ph menjauhi batas nilai normal. Secara umum, analisis keseimbangan
asam basa ditujukan untuk mengetahui jenis gangguan keseimbangan asam basa yang
sedang terjadi pada pasien. Gangguan keseimbangan asam basa dikelompokkan dalam 2
bagian utama yaitu respiratorik dan metabolic. Kelainan respiratorik didasarkan pada
nilai pCO2 yang terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan
perifer dengan ekskresinya di paru, sedangkan metabolic berdasarkan nilai HCO3-, BE,
SID (strong ions difference), yang terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan
asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau
cairan ekstraseluler
1. Asidosis Respiratorik
a. Penyakit yang berkaitan dengan saluran napas seperti penyakit paru obstruktif
kronis atau asma.
b. Masalah yang terkait dengan dada yang menyebabkan melemahnya paru-paru.
c. Penyakit yang mempengaruhi saraf dan otot yang bertugas memberi perintah ke
paru-paru untuk berkontraksi.
d. Obat-obatan yang mempengaruhi pernafasan seperti benzodiazepin, terutama
ketika diiringi dengan konsumsi alkohol.
e. Obesitas berat sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas.
2. Asidosis Metabolik
a. Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan asidosis. Penggunaan lemak, alihalih karbohidrat, untuk menciptakan energi seperti dalam kasus diabetes mellitus,
dapat mengakibatkan produksi asam berlebihan.
b. Asidosis metabolik bisa terjadi pula saat ginjal gagal mengeluarkan asam melalui
urine yang merupakan gejala dari gagal ginjal.
c. Asidosis
metabolik
disebabkan
oleh
peningkatan
produksi
asam
atau
h. Kondisi ini pada gilirannya mengakibatkan akumulasi asam laktat yang dikenal
sebagai asidosis laktik.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Rangsang hipoksemia
- penyakit paru dengan kelainan gradien A-a (alveoler arteri)
- penyakit jantung dengan righ to left shunt
- penyakit jantung dengan edema paru
- anemia gravis
b. Stimulasi pusat pernapasan di medula
- kelainan neurologis
- psikogenik, misalnya serangan panik, rasa nyeri
- gagal hati dengan ensefalopati
- kehamilan
- sepsis
- pengaruh obat, misalnya salisilat, hormon progesteron
4. Alkalosis Metabolik
Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali
(basa) yaitu bikarbonat dalam darah. Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang
berarti darah cenderung bersifat basa. Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH
di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan di bawah 7,0 adalah asam. Penyebab metabolik
alkalosis diantaranya adalah:
a. Kehilangan asam
Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau
melalui buang air kecil.
Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.
b.
Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air
kecil berlebihan.
Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari
tubuh.
c. Diare
Diare juga bisa menyebabkan alkalosis akibat tubuh kehilangan klorida.
d. Obat Alkalotic
Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum
dan hyperacidity juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.
e. Kontraksi ruang ekstraselular
Kontraksi ruang ekstraselular terjadi karena asupan obat diuretik yang
menyebabkan alkalosis metabolik.
f. Hipokalemia
Hipokalemia juga dapat dikaitkan dengan alkalinitas yang berlebihan dalam
tubuh.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Asidosis Respiratorik
a) Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan
perasaan penat pada kepala.Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60
mmHg atau lebih mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan
akhirnya koma.
b) menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping
tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
c) Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti
pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra
cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema (pembengkakan dikus
optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop).
d) Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk
mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan
kalsium keluar dari sel.
2. Asidosis Metabolik
a) Asidosis metabolik biasanya ditandai dengan pernapasan yang cepat.
e) Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat
mengakibatkan koma dan kejang.
D. PEMERIKSAAN
1. Analisa gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg
(karena peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).
2. Untuk asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma
akan meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal
sedang mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.
3. Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada
rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan
konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4. PH urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5. PO2 sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6. Saturasi O2 sama dengan menurun.
7. Kalium serum sama dengan normal atau meningkat.
8. Kalsium serum sama dengan meningkat.
9. Klorida sama dengan menurun.
10. Asam laktat sama dengan meningkat.
11. Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
12. Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat
PPOK.
E. PENATALAKSANAAN
1. Asidosis Respiratorik
a) Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan
Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam
CO2).
Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika
Sebagai
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis
juga
bisa
diobati
secara
langsung.
Bila
terjadi
asidosis
metabolik
ringan,
yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
Menghilangkan penyebab dasar. Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan
kantong kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan
serangan akut. Hiperventilasi mekanik diatasi dengan menurangi ventilasi dalam
satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu
singkat
4. Alkalosis Metabolik
Tujuan: menghilangkan penyakit dasar Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9%
(diberikan jika Cl- urine < 10mEq/L) menghilangkan rangsangan aldosteron
ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine > 20mEq/L disebabkan aldosteron yang
berlebihan tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan diuretik
F. KLASIFIKASI
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
1. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
2. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari
adanya masalah metabolisme yang serius.Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkakosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang
menekan pernafasan.
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1) Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2) Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika
diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3) Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
a) Penyebab utama dari asidois metabolik:
Gagal ginjal
Ketoasidosis diabetikum
yang
cepat
dan
dalam
disebut
hiperventilasi,
yang
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirinPengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan
adalah memperlambat pernafasan.
kadar
karbondioksida
setelah
penderita
menghirup
kembali
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti
yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
PH
HASIL
7.387
PCO2
24.87
PO2
44.0
HCO3
TCO2
BASSE EXCESS
14.5
15,2
-8,4
NORMAL
7,34 -7,44
35 45
89 116
22 26
22 29
- 2 ( +3 )
SATURASI O2
80,2
95 -98
G. ALOGARITMA
H. PATOFISIOLOGI
ASKEP
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
NOC:
Respiratory Status: Airway Patency
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x60 menit jalan nafas pasien
menjadi lebih paten dengan kriteria hasil
klien akan:
1. Mampu mengeluarkan sekret berlebih
(mendemonstrasikan batuk efektif)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(tidak ada suara napas abnormal)
NIC:
Airway Management
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Ajarkan cara batuk efektif
3. Auskultasi suara napas, identifikasi
adanya suara napas tambahan
4. Keluarkan sekret dengan meminta
batuk efektif atau dengan suction
5. Berikan bronkodilator jika diperlukan
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan pertukaran gas
NOC:
Respiratory Status: Gas Exchange
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
gangguan pertukaran gas pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
1. AGD dalam batas normal
2. Saturasi oksigen dalam batas
normal
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC:
Nutritional Status
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dengan kriteria hasil:
1. Intake nutrisi adekuat
2. Intake makanan adekuat
3. Intake minuman adekuat
NIC:
Acid-Base Management
1. Monitor AGD
2. Pertahankan kebersihan jalan napas
3. Pertahankan akses IV
NIC:
Nutrition Management
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi
yang dibutuhkan.
2. Tanyakan alergi yang dimiliki klien
3. Pastikan makanan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
4. Monitor intake makanan dan minuman
Respiratory Monitoring
1. Monitor RR, ritme, kedalaman dan
usaha saat bernapas
2. Monitor adanya dispnea, serak,
atau krepitasi
Diagnosa Keperawatan
Ansietas
NOC:
Anxiety Self-Control
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam ansietas klien teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Mencari informasi untuk mengurangi
ansietas
2. Menggunakan koping efektif
3. Mengontrol respon ansietas
NIC:
Anxiety Reduction
1. Lakukan pendekatan dengan tenang
2. Jelaskan semua prosedur, diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Bantu klien mengidentifikasi situasi
yang menyebabkan cemas
4. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi
Coping Enhancement
Defisiensi Pengetahuan
NOC:
Knowledge: Disease Process
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 60 menit klien dan keluarga
mampu memahami terkait penyakitnya
dengan kriteria hasil:
- Memahami proses penyakit, penyebab,
faktor resiko, tanda gejala dan strategi untuk
meminimalisir proses penyakit.
NIC:
Teaching: Disease Process
1. Puji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga terkait pennyakit
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala umum dari
penyakit
4. Identifikasi penyebab
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin dibutuhkan
6. Sediakan informasi tentang kondisi yang
dialami