Anda di halaman 1dari 4

SERAPAN SINAR GAMMA

Abstrak
Telah dilakukan percobaan serapan sinar gamma dari bahan lead dan polyethylene dengan
menggunakan detector MCA. Isotop yang digunakan adalah 1 Ci dengan waktu paroh 30
tahun. Koefisien serapan sinar gamma merupakan suatu konstanta pembanding yang
menghubungkan antara besarnya intensitas sumber radioaktif yang terserap dengan ketebalan
suatu bahan penyerap. Besarnya koefisien serapan sinar gamma dapat ditentukan dengan
mencacah intensitas sumber radioaktif 137Cs yang memancarkan sinar gamma dengan detektor
MCA.
I. PENDAHULUAN
Menyusul peluruhan alfa atau beta, inti akhir dapat berada pada suatu keadaan eksitasi. Seperti
halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar setelah memancarkan satu atau lebih
foton, yang di kenal sebagai sinar gamma inti. Energi tiap foton adalah beda energi antara
keadaan awal dan akhir inti. Energi-energi ini khasnya berada dalam rentang 100 keV hingga
beberapa MeV. Pada percobaan ini akan dilakukan untuk mengetahui nilai serapan sinar gamma
dari bahan lead dan polyethylene. Untuk memeriksa radiasi gamma dibutuhkan alat
yang disebut spektrometer yang terdiri dari detektor radiasi gamma, rangkaian
elektronika penunjang, dan alat yang disebut multichannel pulse-height analyzer (MCA). Pulsa
dalam bentuk analog dirubah menjadi digital melalui ADC(Analog to Digital
Converter ).Spektrometri gamma berhubungan erat dengan teori radioaktivitas.Radioaktivitas
merupakan gejala perubahan keadaan inti atom secara spontan yang disertai berupa zarah dan
atau radiasi elektromagnetik. Isotop yang akan digunakan adalah . Diharapkan dapat menjadi
acuan bagi penelitian selanjutnya terutama dalam penentuan material yang baik untuk penyerap
sinar gamma.
II. DASAR TEORI
Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat
pendek (dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang bersifat
radioaktif.Setelah inti atom memancarkan partikel , (elektron), positron), atau setelah
peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke
keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma.Sebagai Contoh, peluruhan unsur
menjadi melalui peluruhan yang diikuti pemancaran radiasi .
Detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi gamma adalah detektor sintilasi NaI (Tl).
Detektor ini terbuat dari bahan yang dapat memancarkan kilatan cahaya apabila berinteraksi
dengan sinar gamma. Efisiensi detektor bertambah dengan meningkatnya volume kristal
sedangkan resolusi energi tergantung pada kondisipembuatan pada waktu pengembangan
kristal. Sinar gamma yang masuk ke dalam detektor berinteraksi dengan atom-atom
bahan sintilator menurut efek fotolistrik, hamburan Compton dan pasangan produksi, yang
akan menghasilkan kilatan cahaya dalam sintilator. Keluaran cahaya yang dihasilkan oleh
kristal sintilasi sebanding dengan energi sinar gamma. Kilatan cahaya oleh pipa cahaya dan
pembelok cahaya ditransmisikan ke fotokatoda dari photomultiplier tube (PMT) kemudian
digandakan sebanyak-banyaknya oleh bagian pengganda elektron pada PMT. Arus elektron yang

dihasilkan membentuk pulsa tegangan pada input penguat awal (preamplifier ) . Pulsa ini setelah
melewati alat pemisah dan pembentuk pulsa dihitung dan dianalisis oleh Multichannel
Analyzer (MCA) dengan tinggi pulsa sebanding dengan energi gamma.
Gambar 1.Skema bagan spektrometer sinar gamma.
Jika energi radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif diserap seluruhnya oleh elektronelektron pada kristal detektor NaI(Tl)maka interaksi ini disebut efek fotolistrik yang
menghasilkan puncak energi (photopeak ) pada spectrum gamma (gambar 2) pada daerah energi
661,65 keV. Apabila foton gamma berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat
lemah, misal elektron pada kulit terluar suatu atom,maka sebagian energi photon akan diserap
oleh elektron dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton.
Gambar 2. Spektrum sinar gamma .
Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak energi yang disebut
Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang telah dihamburkan keluar
ternyata didefleksi balik kedalam detektor sehingga terdeteksi ulang. Sebagian besar energi
foton (89,98%) dipancarkan dengan energi 661,65 keV, tetapi ada juga foton yang dipancarkan
dengan energi masing- masing:4,47 keV(1,04%), 31,82 keV (2,07%), 32,19 keV (3,82%)dan
36,40 keV (1,39%). Energi foton sebesar 4,47 keV terlampau kecil untuk terdeteksi oleh detektor
NaI(Tl).Tiga energi berikutnya (31,82, 32,19 dan 36,40 keV) terlalu dekat untuk dapat
dipisahkan oleh detektor NaI(Tl) sehingga muncul sebagai multiplet dengan energi rata-rata
32,89 keV. Demikian contoh karakteristik spektra dari isotop , setiap isotop mempunyai
karakteristik pola spektral yang berbeda-beda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
isotop-isotop tersebut.
Ketika sinar gamma melewati material, maka sebagian sinar gamma tersebut diserap oleh
material. Intensitas dari sinar akan berkurang sesuai dengan formula: dengan adalah intensitas
awal, x jarak lintasan sinar gamma ( tebal medium penyerap ).
Dari persamaan diatas dapat dicari hubungan antara tebal penyerap x yang diperlukan untuk
mereduksi intensitas berkas sinar gamma menjadi harga tertentu dinyatakan dalam koefisien
atenuasi, . Rasio antara intensitas akhir dengan awal adalah :
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Pada percobaan serapan sinar gamma peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari
Multi Channel Analyzer (MCA), Detektor NaI(TI), Isotop sebagai sumber radiasi gamma,
bahan penyerap berupa lempeng lead dan polyethylene. Percobaan pertama yang kami lakukan
adalah melakukan cacah latar.Yaitu pencacahan dari lingkungan sekitar detektor.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini digambarkan seperti diagram alir
berikut:Pencacahan Latar
Pencacahan sumber radiasi
Grafik
Lead
Polyethylene
Analisa Data
Laporan

IV. DATA PERCOBAAN


I Latar= 324
= 9492
Tabel Percobaan:
Bahan
lead
lead
lead
lead
polyethylene
polyethylene
polyethylene
polyethylene

tebal
0.00056
0.00028
0.00013888
0.00007168
0.00028
0.00013888
0.0000672
0.0000448 -0.00408

average
-0.62404
-0.31157
-0.14852
-0.08179
-0.01639
-0.01443
-0.0099

Dimana : x= tebal bahan penyerap(meter)


= koefisien serap bahan
Dari persamaan di atas maka dapat diperoleh grafik:(tidak ditampilkan)
A. Lead
Diperoleh = 1117
B. Polyethylene
Diperoleh = 44,28
IV. PEMBAHASAN
Detektor sintilator NaI(Tl) digunakan untuk mendeteksi sinar-gamma pada daerah energi 0,1
100 MeV dengan efisiensi cukup tinggi (10-60%) dan resolusi energi menengah (5-15%).
Sebagai spektrometer digunakan rangkaian terpadu berbasis komputer personal yaitu kartu yang
terdiri dari high voltage (HV) power supply , charge sensitive preamplifier, shaping amplifier,
100 MHz analog digital converter (ADC) tipe Willkinson dan multichannel analyzer (MCA).
Percobaan pertama yang dilakukan adalah melakukan cacah latar. Cacah latar adalah pencacahan
dari lingkungan sekitar. Cacah latar digunakan untuk mengurangi dari jumlah cacahan atau
intensitas yang diperoleh, dengan kata lain bahwa intensitas yang dipakai pada perhitungan
adalah intensitas yang terdeteksi pada MCA baik tanpa bahan penyerap maupun dengan bahan
penyerap (cacah murni). Hal ini karena lingkungan sekitar mempunyai unsur radioaktif yang
dapat terdeteksi pada saat pengambilan data.
Kemudian percobaan selanjutnya adalah melakukan pencacahan tanpa bahan penyerap. Dari
MCA terbaca nilai intensitas sebesar 9492. Nilai tersebut digunakan sebagai . Percobaan
berikutnya melakukan pencacahan dengan bahan penyerap. Bahan yang kami gunakan dalam
percobaan ini adalah lead dan polyethylene. Pada pencacahan dengan bahan penyerap lead
divariasikan empat ketebalan yaitu 0.00056 m, 0.00028 m, 0.00013888 m, 0.00007168 m. Untuk
pencacahan dengan bahan penyerap polyethylene juga divariasikan empat ketebalan yaitu
0.00028 m, 0.00013888 m, 0.0000672 m, 0.0000448 m.
Dari data tersebut di atas dapat buat grafik hubungan antara besarnya ketebalan bahan penyerap

dengan besarnya intensitas radiasi yang diteruskan ke detektor. Setelah grafik dibuat dapat
diketahui bahwa semakin tebal bahan penyerap maka semakin kecil intensitas radiasi yang
diteruskan ke detektor, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan radiasi sebagian besar diserap
ataupun di pantulkan. Dari kedua bahan penyerap yang kami gunakan ternyata medium lead
lebih banyak menyerap radiasi dibandingkan dengan bahan medium polyethylene. Hal ini
membuktikan bahwa setiap bahan mempunyai daya serap terhadap unsure radiaktif yang
berbeda-beda. Grafik kedua bahan penyerap berbeda mungkin disebabkan pada polyethylene
terjadi perubahan intensitas yang besar pada saat pergantian polyethylene satu ke polyethylene
lainnya. Hal ini dikarenakan menumpuknya radiasi disekitar tempat menaruh bahan penyerap.
Sehingga menyebabkan grafiknya tidak linier. Namun hal ini tidak terjadi pada bahan penyerap
lead karena percoban yang dilakukan lebih dahulu adalah dengan bahan penyerap lead sehingga
mungkin radiasi belum menumpuk di sekitar tempat menaruh penyerap.
Dari grafik dapat pula diketahui nilai koefisien serap sinar gamma dari kedua bahan. Cara
menentukan nilai tersebut dengan tangen grafik yang terbentuk dari rumus:
Dimana adalah sebagai sumbu Y dan -x sebagai sumbu X, serta sebagai m. adalah nilai
koefisien serap dari bahan. Untuk bahan lead diperoleh nilai sebesar 1117. Sedangkan untuk
bahan polyethylene diperoleh nilai sebesar 44,28. Dari data tersebut diketahui bahwa lead lebih
baik untuk menyerap radiasi dibandingkan polyethylene.dengan tidak mengabaikan ketebalan
masing-masing bahan.
V. KESIMPULAN
Berdasarka percobaan yang dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1. Intensitas sinar gamma mengalami penurunan setelah melewati bahan penyerap.
2. Semakin tebal bahan penyerap maka semakin kecil intensitas radiasi yang diteruskan ke
detektor, begitu juga sebaliknya.
3. Lead lebih baik dari Polyethylene sebagai penyerap sinar gamma.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Beiser A. 1983. Konsep Fisika Modern. Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Krane, K. 1992. Fisika Modern (terjemahan oleh Hans.J. Wospakrik dan Sofia Niksolihin).
Tipler, Paul A. 2001b. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jilid 2, Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta
http://www.batan.go.id diakses pada tanggal 23 April 2009.

Anda mungkin juga menyukai