Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan
karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul
karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan
tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin =
sapo) yang dapat mengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini
biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam
tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin.
Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin merupakan
jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa,
fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa
pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat
beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009).
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan
triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul
karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal
sebagai saraponin. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan
molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut
sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam tumbuhan
(Hartono, 2009).
Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus Saponaria
dari Keluarga Caryophyllaceae. Senywa saponin juga ditemui pada famili
sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obata yang
mengandung saponin adalah gingseng yang termasuk famili araliaceae.
Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon yang menempel. Baik
steroid maupun triterpen biosintesis saponin melalui jalur asam malonat yang
nanti akan DPP dan IPP yang membentuk triterpen dan steroid dengan
membentuk squalen terlebih dahulu dan terjadi siklisasi.
1.2
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah

Apa yang di maksud dengan saponin?


Apa saja sifat-sifat dari saponin ?
Bagaimana mekanisme/aktivitas dari saponin ?
Tanaman apa yang terdapat saponin ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definsi dari aponin.
2. Untuk mengetahui aktivitas dari saponin
Metabolisme sekunder (Saponin)

3. Untuk mengetahui ciri- ciri adanya saponin


4. Untuk mengetahui tanaman yang mengandung saponin.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
A. Metabolit sekunder
Metabolisme sekunder

(alelokimia)

merupakan

senyawa

pertahanan

tumbuhan yang dihasilakan dari jaringan tumbuhan dan dapat besifat toksik. Dan
yang

termasuk

dalam

metabolit

sekunder

antara

lain

tanin,

saponin,terpenoid,akaloid dan flavonoid. (Ishaaya, 1986; Howe dan Westley, 1988


di kutip oleh Elena,2006).
B. Saponin.
Saponin berasal dari kata Latin yaitu sapo yang bearti mengandung busa
stabil bila dilarutkan dalam air. Kemampuan busa dari saponin disebabkan oleh

Metabolisme sekunder (Saponin)

kombinasi dari sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian
rantai gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al., 2010).
Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat aktif permukaan,
dimana struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut
dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula
(Osbourn, 2003;Guclu-Ustundag and Mazza, 2007; Vincken et al., 2007).
Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut
dalam lemak pada pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang
mengandung garam empedu, asam lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam
lemak dan dengan mineral (Cheeke, 20011)
II.2. Sifat-sifat Saponin
a. Saponin memiliki sifat sebagai berikut :
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati.
b. Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
1) Steroids dengan 27 C atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.
II.3 Mekanisme atau aktivitas saponin

II.4 Struktur dari saponin

Metabolisme sekunder (Saponin)

II.5. Saponin yang terdapat dalam pisang ambon


A. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara luas saat ini adalah
sebagai berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):
Division
Sub division
Klas
Sub klas
Ordo
Famili
Genus
Species

: Magnoliophyta
: Spermatophyta
: Liliopsida
: Commelinidae
: Zingiberales
: Musaceae
: Musa
:Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya ( Musa acuminate,
M. balbisiana, dan M. xparadisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan
sama. Budidaya pisang sesuai dengan iklim Indonesia baik dataran rendah maupun
tinggi sampai dengan 1300 dpl ( Ishak, 1995).
B. Morfologi batang pisang
Batang pisang menurut ( Nakasone, 1998) merupakan batang semu yang
terbentuk dari pelepah daun yang membesar di pangkalnya dan mengumpul
membentuk struktur berselangseling yang terlihat kompak sehingga tampak
sebagai batang ( pseudo stem). Batang pisang yang sebenarnya terdapat
didalam tanah dan kadang-kadang muncul di permukaan tanah sebagai umbi
yang tumbuh akar dan tunas. Secara umum batang tersusun atas epidermis
yang berkutikula dan kadang terdapat stomata. Sistem berkas pembuluh yang
terdiri atas xylem dan floem dan tersusun tersebar
C. Latar belakang penelitian
Getah batang pisang mengandung saponin, antrakuinon dan kuinon
yang berfungsi sebagai antibakteri dan penghilang rasa sakit. Terdapat pula
kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel
kulit, tannin bersifat antiseptik dan kalium yang bermanfaat untuk

Metabolisme sekunder (Saponin)

melancarkan air seni. Selain itu, zat saponin berkhasiat mengencerkan


dahak (Anonim, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang
pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin
dan flavonoid (Wijaya, 2010).
D. Identifikasi awal saponin
Dilakukan dengan uji busa dan uji warna. Saponin ditunjukkan
dengan adanya pembentukan busa stabil selama 30 detik setelah simplisia
tanaman dikocok dalam air yang menghasilkan ketinggian busa 1-3 cm
dan penambahan asam klorida pekat pada tabung reaksi. Identifikasi
dengan uji warna dilakukan terhadap simplisia dengan pelarut kloroform
yang dipanaskan dan penambahan pereaksi Liebermann Burchard (LB),
jika pada larutan menghasilkan cincin warna coklat atau violet
menunjukan adanya saponin triterpen sedangkan jika menghasilkan cincin
warna hijau atau biru menunjukan adanya saponin steroid (Jaya, 2010).
E. Metode dalam penelitian
Saponin paling tepat diekstraksi dari tanaman dengan pelarut
etanol 70- 95% atau metanol. Ekstrak saponin akan lebih banyak
dihasilkan jika diekstraksi menggunakan metanol karena saponin bersifat
polar sehingga akan lebih mudah larut daripada pelarut lain. Isolasi
saponin dihasilkan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
menggunakan lempeng silika gel dan eluen campuran klorofom, metanol
dan air (Harborne, 1987).
F. Tujuan Peneliti
Yaitu bertujuan untuk mengisolasi senyawa saponin yang
terkandung pada ekstrak metanol batang pisang Ambon dengan metode
KLT preparatif dan mengidentifikasi nilai absorbansi senyawa saponin
yang terkandung pada isolat hasil KLT preparatif pada panjang gelombang
maksimal dengan spektrofotometri UV-VIS.
G. Pembahasan dalam penelitian
Metode yang digunakan dalam mendapatkan ekstraksi kental yaitu
dengan cara maserasi yang terlebih dahulu di buat serbuk. Proses
ekstraksi ini menggunakan pelarut metanol yang kemudian
dievaporasi dan selanjutnya diuapkan dengan waterbath yang
diperoleh ekstrak kental berwarna coklat dengan rendemen 1,554
%. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian saponin dengan 2
cara yaitu dengan uji busa dan uji warna.
Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan asam
klorida 2 N sebagai pereaksinya. Setelah simplisia dikocok dalam
aquades, busa yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 3 cm
dan setelah penambahan asam klorida 2 N, busa tidak hilang
dengan ketinggian 2 cm selama 30 detik. Busa yang terbentuk
disebabkan karena senyawa saponin memiliki sifat fisika yaitu
mudah larut dalam air dan akan menimbulkan busa ketika
dikocok.
Metabolisme sekunder (Saponin)

Dalam uji warna yang dilakukan menghasilkan cincin coklat


setelah simplisia yang dilarutkan dalam kloroform dan dipanaskan
selama 5 menit sambil dikocok, ditambahkan pereaksi LB
menunjukan adanya saponin triterpen. Berdasarkan penelitian
sebelumnya tentang senyawa saponin yang menyatakan bahwa
sampel setelah ditambahkan pereaksi LB akan menghasilkan
cincin warna coklat-ungu yang menunjukkan adanya saponin
triterpen dan hijau-biru untuk saponin steroid.
Pemisahan senyawa saponin dari ekstrak batang pisang Ambon
dalam penelitian ini menggunakan metode KLT dengan eluen
kloroform : metanol : air (13:7:2) lapisan bawah (Harborne, 1987).
Hasil KLT yang diamati secara visual tidak terlihat bercak noda
pada lempeng alumunium silika gel Merck yang telah ditotolkan
ekstrak dan terelusi oleh eluen. Pada pengamatan di bawah lampua
UV 254 dan 366 terlihat beberapa bercak noda dengan nilai Rf
yang berbeda. Lempeng kemudian disemprotkan dengan pereaksi
LB dan dipanaskan pada suu 110oC selama 10 menit untuk
membuktikan bercak dari senyawa saponin.
Dalam proses identifikasi pada penelitian ini dengan
spektrofotometri UV-Vis bertujuan untuk mengetahui nilai
absorbansi senyawa saponin pada panjang gelombang maksimal
yang terkandung dari filtrat hasil isolate. Hasil identifikasi
menunjukkan satu puncak dari garis gelombang yaitu pada 209 nm
sebagai panjang gelombang maksimal dan memiliki nilai
absorbansi 2,754.

Metabolisme sekunder (Saponin)

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.I KESIMPULAN
a. Saponin merupkan metabolisme sekunder yang memunyai akivitas ....
b. Senyawa saponin dapat di isolasi dengan menggunkan metode maserasi
dan KLT (Kromatograpi Lapis Tipis).
c. Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa saponin yaitu pisang
Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) zat saponn yang berkhasiat
mengencerkan dahak.
IV.II SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metabolisme sekunder (Saponin)

DAFTAR PUSTAKA
M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy1, Jovie M. Dumanauw. isolasi dan
identifikasi senyawa saponin dari ekstrak methanol batang pisang ambon(musa
paradisiaca var. sapientum l.).jurnal
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim. 2011. Antiseptik Alami dari Batang
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2008. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Harborne. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Edisi II. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
Penerbit ITB, Bandung
Jaya, Ara Miko. 2010. Isolasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin
dari Akar Putri Malu (Mimosa pudica) [skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim,
Malang92
Sarker, Satyajit dan Lutfun Nahar. 2009 . Kimia untuk Mahasiswa Farmasi.
Pustaka Belajar, Yogyakarta Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimia dalam
Farmasi. Penerbit ITB, Bandung
Metabolisme sekunder (Saponin)

Sjahid, Landyyun Rahmawan. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun
Dewandaru (Eugenia uniflora L.) [skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan dan
Prospek Pasar. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta
Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisang sebagai Obat Alternatif Tradisional
Penyembuh Luka Luar Menjadi Peluang sebagai Produk Industri. Jurnal.

Metabolisme sekunder (Saponin)

Anda mungkin juga menyukai