Anda di halaman 1dari 5

MINIMASI MATERIAL PASIR

YANG TERSEDOT PADA PROSES PENGECORAN


DI MESIN INDONESIAN DUST COLLECTOR (IDC) 005 DI PT. XYZ
Yohanes Tri Joko W., ST., MT1 , Hendra Gunawan2,
Politeknik Manufaktur Astra Program Studi Pembuatan Peralatan dan Perkakas Produksi,
Jln. Gaya Motor Raya No 8 Sunter 2 Jakarta 14330,
E-mail : yohanes.trijoko@polman.astra.ac.id1, alexandergunawan29@gmail.com2
Dalam proses pengecoran komponen kendaraan
bermotor yang dilakukan di PT. XYZ dibutuhkan material
pasir sebagai bahan dasar cetakan. Proses cetakan yang
dipilih merupakan proses pengecoran jenis gravity,
dimana proses penuangan molten metal pada cetakan
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan tanpa
menggunakan tekanan mekanis. Cetakan tersebut
dibentuk dari dua buah komponen yaitu cavity yang
berfungsi untuk membentuk kontur bagian luar dan core
yang berfungsi untuk membentuk kontur bagian dalam.
Cavity dibuat dari green sand yang dipadatkan
menggunakan pola (die pattern), sedangkan core dibuat
dari Resin Coated Sand (RCS) yang dicetak
menggunakan pola dengan dipanaskan pada suhu sekitar
300 Celcius. Resin coated sand merupakan perpaduan
dari pasir, resin, hexamine danKalsium dengan komposisi
tertentu.
Pasir merupakan material yang dapat digunakan
berulang-ulang dalam proses pencetakan setelah
direkondisi dengan proses dis assembly. Untuk menjaga
kebersihan material RCS, terdapat mesin penghisap debu
yang dioperasikan di lingkungan tersebut (Line RCS).
Karena material pasir merupakan material yang tahan
panas, secara ideal pasir tersebut dapat digunakan lagi
tanpa mengalami penurunan jumlah. Dalam kondisi
aktual, terjadi penurunan jumlah pasir yang signifikan
sehingga perlu dilakukan proses penambahan pasir RCS
sebelum dilakukan proses pembuatan core lagi.
Melalui penelitian ini diharapkan ditemukan penyebab
berkurangnya jumlah RCS dan tindakan penanggulangan
kondisi yang ada.
Kata Kunci : Casting, Resin Coated Sand, Dust
Collector
I. PENDAHULUAN
Proses pembuatan cetakan yang berbahan dasar pasir,
seharusnya tidak membutuhkan penambahan pasir secara
signifikan karena pasir sebagai material utama cetakan
merupakan material yang bersifat dapat digunakan
berkali-kali. Namun, kondisi aktual di lapangan,
ditemukan kecenderungan abnormality konsumsi material
yang meningkat. Hal tersebut menarik untuk dicermati
mengingat kondisi tersebut sudah membentuk sebuah tren
seperti terlihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Tren Abnormality Penggunaan Material


Pasir yang digunakan adalah pasir reclaimer dan dry
sand. Pasir reclaimer adalah pasir daur ulang dari pasir
ex-core dan pasir ex-moulding. Dry Sand adalah pasir
yang digunakan sebagai bahan penambah atau pengganti
pasir reclaimer yang memiliki karakter serupa. Pada
produksi reguler perbandingan komposisi pasir reclaimer
dan dry sand yang digunakan adalah 84 : 16. Jika pasir
reclaimer habis, komposisi pasir reclaimer dan dry sand
berubah menjadi 33: 67.
Dust collector adalah mesin yang berfungsi untuk
menyedot debu di Line RCS. Selain berdampak untuk
lingkungan, dust collector memiliki peran untuk menjaga
kualitas RCS dari kandungan debu yang berlebih. Line
RCS memiliki 3 dust collector, yaitu IDC (Indonesian
Dust Collector) 004, IDC 005, dan IDC 008. Jumlah debu
yang dihasilkan setiap dust collector berbeda-beda. Debu
yang disedot dari Line RCS tersebut dibuang ke tempat
penampungan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun),
yang kemudian akan diolah di tempat pengolahan limbah
supaya tidak berbahaya bagi lingkungan. Setelah
dilakukan sampling terhadap 3 dust collector, masih
ditemukan kandungan pasir pada debu dust collector
tersebut. Dari hasil pengambilan sample, diperoleh data
seperti ditampilkan pada gambar 2.
Dalam proses penelitian lebih lanjut seperti terlihat
pada gambar 3, diperoleh juga data jumlah pasir yang
hilang dari mesin dust collector pada bulan Januari 2014.
Nilai tertinggi yang dicapai adalah 18,41 ton, yang berada
di mesin IDC 005. Pada mesin lain juga ditemukan, tetapi
tidak sebesar IDC 005. Berdasarkan prinsip pareto,
dilakukan analisa lebih mendalam pada masalah terbesar
yaitu pada mesin IDC 005.

Gambar 2. Persentase Kandungan Pasir


pada Debu IDC

Gambar 3. Grafik Berat Pasir Tersedot


Idealnya proses dust collecting di Line RCS hanya
menyedot debu dan tidak menyedot pasir. Akibat dari hal
tersebut banyak pasir RCS yang hilang dan jumlah
buangan limbah debu meningkat. Jika hal ini tidak segera
ditanggulangi, semakin banyak material pasir yang
terbuang dan jumlah penambahan pasir baru akan
meningkat.
II. LANDASAN TEORI
Proses Pengecoran
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang
menggunakan logam cair dan cetakan untuk
menghasilkan komponen dengan bentuk yang mendekati
bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan
dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki
rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah
logam cair memenuhi rongga dan kembali ke bentuk
padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor
dapat digunakan untuk proses sekunder.
Sand Casting yaitu jenis pengecoran dengan
menggunakan cetakan pasir. Jenis pengecoran ini paling
banyak dipakai karena biaya produksi yang murah dan
dapat membuat benda coran yang berkapasitas tinggi.
Pembongkaran cetakan (dis assembly)adalah proses
pemisahan material yang telah dicetak dengan
cetakannya. Proses ini dilakukan setelah logam cair
membeku dalam cetakan. Baut penyambung antara cope

dan drag dibuka, kemudian cetakan atas (cope) dan


cetakan bawah (drag) dipisahkan. Cetakan atas diangkat
bersama coran dan menyingkirkan pasir dari cetakan atas.
Pemisahan cetakan bawah dan coran dilakukan dengan
cara memukul pasir tersebut menggunakan palu. Setelah
terpisah, coran kita angkat kemudian beberapa bagian
seperti cawan turun, saluran turun, saluran masuk, saluran
pengalir dan penambah dipisahkan dari coran. Akhirnya
sirip-sirip dipangkas serta permukaan coran dibersihkan.
Dalam proses pembongkaran ini dilakukan secara
mekanis atau dengan tangan. Pasir yang telah dpisahkan
dikumpulkan dan cuci untuk memisahkan pasir sehingga
pasir dapat digunakan kembali untuk membuat cetakan.
Sieve Analysis
Ukuran partikel mineral mudah ditentukan jika
ukurannya relatif besar dan bentuknya teratur seperti
kubik atau bola. Pada kenyataannya mineral memiliki
bentuk tidak beraturan, sehingga sulit untuk menentukan
ukuran dengan tepat. Dimensi panjang, lebar, tebal atau
diameter menjadi tidak mempunyai arti, karena banyak
variasi ukuran dan tergantung pada cara pengukuran.
Untuk memperoleh nilai ukuran mineral yang
representatif dan dapat diterima oleh banyak kalangan,
dibuatlah standar nilai yang dapat memperkirakan ukuran
yang disebut diameter nominal. Salah satu metode untuk
mendapatkan diameter nominal pada pengolahan mineral
dalah menggunakan metode ayakan (Sieve Analysis).
Metode tersebut dilakukan untuk partikel yang memiliki
ukuran lebih besar dari 44 mikron. Diameter nominal
ditentukan dengan menggunakan ayakan. Diameter
nominal mewakili ukuran lubang ayakan.
Loss on Ignition
Loss on ignition adalah pengujian pada batuan atau
tanah yang mengandung air lembab dimana senyawa
organik akan mengurai atau hilang bila dipijarkan. Selisih
berat sebelum dan sesudah pemijaran, dihitung sebagai
zat hilang bakar atau Organic Matter (OM).
III. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
Untuk mengetahui kekurangan reclaimer sand di
Line RCS, dilakukan perhitungan pada Ex Sand Input
dengan RCS Output yang diproduksi.

Gambar 6. Jumlah Pasir Tersedot Bulan Januari


Gambar 4. Persentase Ex Sand Input vs RCS Output
Berdasarkan gambar 4, diketahui bahwa terjadi selisih
jumlah pasir di sisi input dan output. Terdapat selisih 26,5
Ton pasir hilang dalam proses. Dapat diambil simpulan
awal bahwa tidak terjadi masalah dalam Ex Sand Input di
Line RCS. Untuk menemukan masalah kekurangan pasir
yang terjadi di Line RCS, dilakukan analisa pada debu di
setiap mesin IDC untuk mengetahui kemungkinan pasir
tersedot pada mesin IDC. Analisa yang dilakukan berupa
sieve analys di laboratorium PT. XYZ.

Gambar 6 menunjukkan berat pasir yang terbuang


pada bulan Januari dengan nilai tertinggi berada pada
mesin IDC 005 sebesar 18,41 Ton, kemudian mesin IDC
004 sebesar 5,75 Ton, dan mesin IDC 008 sebesar 0,20
Ton. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa kekurangan
pasir di Line RCS disebabkan oleh tersedotnya pasir di
IDC 005 sebesar 18,41 Ton pada bulan Januari.
Analisa LOI dilakukan untuk membandingkan
kandungan organik pasir tersedot IDC 005 dengan pasir di
Line RCS.
Tabel 1. LOI Pasir Tersedot pada IDC 005
No
1
2

E
G
9,7772
9,7588
9.9147
9.8965
Rata-rata

LOI
1.54% OM
1.52% OM
1,53% OM

Tabel 2. Analisa LOI Pasir di Line RCS


No
Gambar 5. Persentase Kandungan Pasir
pada Mesin IDC
Dari gambar 5, diketahui terdapat kandungan pasir
pada debu hasil dari masing-masing mesin IDC. Material
pasir yang digunakan adalah mesh 70 dan mesh 100.
Mesh yang lebih besar dari 100 (>0,254mm) termasuk
dalam golongan pasir, sedangkan mesh yang lebih kecil
dari 100 (<0,254mm) termasuk dalam golongan debu.
Jika digabungkan dengan jumlah buangan debu bulan
Januari pada masing-masing mesin IDC, dapat diketahui
perhitungan jumlah berat pasir yang terbuang seperti
ditampilkan pada gambar 6.

Jenis Pasir
Furnace Sand

LOI

0,17 % OM
2
Reclaimer Sand
0,07 % OM
3
New Sand
0,46% OM
4
RCS
1,83 % OM
Berdasarkan tabel 2 ditemukan kemiripan nilai loss
on ignition (LOI) antara pasir yang tersedot dengan nilai
LOI 1,53% OM pada tabel 1 dengan pasir RCS dengan
nilai 1,83% OM pada tabel 2. Dapat disimpulkan dari
analisa LOI bahwa pasir yang tersedot di IDC 005
adalah RCS, tetapi memiliki sedikit kandungan pasir lain
dengan nilai LOI lebih rendah.
Dalam mesin IDC 005, terdapat empat tahapan
proses yaitu :
1. Bubling pasir. Pada proses ini pasir ditiup untuk
menurunkan suhu pasir sekaligus memisahkan
debu dari pasir.
2. Proses penyedotan. Pada proses ini udara yang
bercampur debu disedot. Material apa saja yang
tersedot dikelola pada proses ini.

3.
4.

Proses Jet Pulse. Proses ini merupakan proses


pelepasan debu pada saringan (filter) dengan
cara ditiup udara.
Pengemasan debu. Debu dikumpulkan dan
dikemas ke dalam karung.

Dari uraian tersebut, teridentifikasi abnormality


proses terjadi pada proses penyedotan yang menyebabkan
pasir dapat tersedot. Penyedotan tersebut terjadi pada
ducting mesin IDC 005. Bagian ducting memiliki
damper yang digunakan untuk mengatur kecepatan aliran
udara. Setiap saluran ducting juga memiliki lubang ukur
untuk melakukan pengukuran kecepatan aliran udara.
Sintokogio sebagai produsen pembuat mesin IDC
005, menyertakan gambar teknik yang berisi keterangan
debit udara standar untuk masing-masing ducting IDC
005. Dari debit tersebut dapat kita hitung kecepatan aliran
udara standar dari masing-masing ducting.
IV. PENANGGULANGAN MASALAH
Setelah ditemukan penyebab utama dari masalah
material pasir tersedot di IDC 005, dilakukan rencana
penanggulangan masalah dengan melakukan optimasi
pengaturan damper ducting IDC 005 supaya debu yang
tidak tersedot mengandung pasir secara minim. Kemudian
untuk standarisasi, dilakukan pemberikan tanda pada
damper dan kemduaian disosialisasikan pada angota
produksi dan bagian perawatan.
Setelah dilakukan pengaturan damper IDC 005,
dilakukan kembali pengujian sieve analys pada debu IDC
005 dengan perbandingan kondisi sebelum dan sesudah
pengujian.

Gambar 6. Grafik Sieve Analys Rata-rata Debu


Pada IDC 005 Sebelum Pengujian
Dari data gambar 6, diketahui distribusi butiran pada
debu IDC 005. Ukuran dominan pada mesh PAN sebesar
41,69% dan mesh 166 sebesar 18,92%. Material pasir
yang digunakan adalah mesh 70 dan mesh 100 sehingga
pada mesh lebih besar dari 100 (>0,254mm) termasuk
dalam golongan pasir, sedangkan mesh lebih kecil dari
100 (<0,254mm) termasuk dalam golongan debu. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan kondisi sebelum

pengujian material debu IDC 005 memiliki kandungan


pasir sebesar 30,30%.

Gambar 7. Grafik Sieve Analys Rata-rata Debu


Pada IDC 005 Setelah Pengujian
Berdasarkan gambar 7, total persentase pasir pada
mesh di atas 100 pada debu IDC 005 sebesar 10,76%.
Dari pengujian sieve analys sebelumnya pada gambar 6
diketahui distribusi pasir sebesar 30,30%. Dapat
disimpulkan terjadi penurunan distribusi pasir hasil sieve
analys sesudah pengujian sebesar 19,54%.
V. KESIMPULAN
Dari analisis dan pengujian solusi yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis pasir yang tersedot pada mesin IDC 005
adalah RCS dan sedikit reclaimer sand berdasarkan
analisa LOI.
2. Penyebab tersedotnya pasir terletak pada faktor
mesin yaitu pengaturan kecepatan aliran udara melalui
pengaturan damper pada ducting dust collector yang
tinggi sehingga pasir mudah tersedot di IDC 005.
3. Minimasi masalah pasir yang tersedot di IDC
005 pada faktor mesin adalah dengan melakukan
pengujian solusi berupa merubah parameter pengaturan
damper speed muller dari 100% ke 80% dan inlet
reclaimer dari 90% ke 80% sehingga menurunkan
persentase pasir pada debu sebesar 20%. Konfirmasi
kualitas RCS sesudah pengujian solusi masih berada pada
standar sieve analys RCS, transverse strength RCS, dan
LOI RCS.
Setelah perbaikan tersebut diperoleh data konsumsi
dry sand menurun 0,49%/ bulan, pembuangan limbah
debu menurun 13,2 Ton/ bulan, dan penghematan
reclaimer sand sebesar 13,2 Ton/ bulan.
VI. KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.

Louis Theodore. 2008 . Air Pollution Control


Equipment Calculation. John Wiley & Sons, Inc
M.P. Groover. 2002 . Fundamentals of Modern
Manufacturing 2/e. John Wiley & Sons, Inc
Jeffrey K. Liker and David Meier. 2006 . The
Toyota Way, McGraw-Hill

4.
5.
6.

Ravi, B. 2005 . Metal Casting Computer-Aided


Design and Analysis . New Delhi: Prentice-Hall
Of India Private Limited
Tata Surdia.1998 .Teknik Pengecoran Logam,
Jakarta:Erlangga
Combs, S.M., and Nathan, M.V. 1998 . Soil
Organic Matter. Pp. 57-58. In J.R. Brown (Ed.)

Anda mungkin juga menyukai