KALA I MEMANJANG
Disusun oleh:
Shelina Nuriyanisa
030.11.272
Pembimbing:
dr. Eddi Junaidi, SpOG, SH, M.Kes
Jakarta,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul KALA I MEMANJANG
ini. Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
periode Mei Agustus 2016
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Eddi Junaidi
Sp.OG, SH, M.Kes selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang
turut serta membantu penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika
tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam referat ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi
perbaikan referat ini. Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan lama atau disebut juga distosia didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal
atau sulit, dimana penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kelainan tenaga (power/his)
2. Kelainan janin (passanger)
3. Kelainan jalan lahir (passage)
Persalinan lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan janin.
Pada kasus persalinan lama, hal itu dapat menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, bahkan
kadang dapat terjadi perdaraha post partum yang justru dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Sedangkan pada janin, dapat terjadi infeksi, cedera, atau asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian janin.1
Menurut Friedman, terdapat tiga fase dalam persalinan. Fase pertama dimulai dari
kontraksi uterus disertai dengan dilatasi serviks dan pembukaan lengkap, dimana pada fase
pertama ini dibagi menjadi dua, yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, terdapat kontraksi
uterus irregular yang lambat disertai pendataran serta dilatasi serviks secara bertahap. Sedangkan
pada fase aktif ditandai dengan peningkatan dilatasi daripada serviks dan penurunan janin. Fase
aktif dimulai dari 3-4 cm pembukaan serviks dan terbagi lagi dalam fase akselerasi, fase lereng
(kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi. Fase kedua pada persalinan dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Sedangkan pada fase ketiga persalinan ialah saat plasenta
dikeluarkan. Terdapat beberapa kelainan pada fase persalinan, dimana salah satunya adalah
kelainan pada kala I yang dibagi menjadi kala I fase laten memanjang dan kala I fase aktif
memnjang.
Di United States, angka kejadian terhadap adanya kelainan pada fase pertama persalinan
terjadi sekitar 8-11%. Kelainan dalam persalinan terjadi sekitar 12% pada pasien tanpa riwayat
section caessaria sebelumnya. 60 pasien dengan operasi section caessar umumnya disebabkan
karena adanya kelainan dalam persalinan nya. Sedangkan untuk mortalitas dan morbiditas pada
janin meningkat seiring dengan adanya kelainan dalam fase persalinan.2
BAB II
KALA I MEMANJANG
Untuk memiliki pemahaman yang lebih tentang apa yang dimaksud dengan persalinan
yang abnormal maka terlebih dahulu kita paham tentang parsalinan yang normal.
Secara umum persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari uterus kedunia luar. Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan
teori yang kompleks. Pengaruh prostaglandin, faktor humoral, struktur uterus, sirkulasi uterus,
pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-fakotor yang mengakibatkan partus.1
Persalinan dimulai ( Inpartu ) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Dalam persalinan terdiri dari
empat kala yaitu kala I atau kala pembukaan, kala II atau kala pengeluaran, kala III atau kala uri,
dan kala IV.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus hingga pembukaan serviks
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I persalinan ini dibagi menjadi dua fase yaitu fase
laten dan fase aktif. Pada fase laten dimulai sejak awal kontraksi hingga pembukaan serviks <
4cm,biasanya brlangsung < 8 jam. Sedangkan pada fase aktif serviks membuka dari 4 ke 10 cm,
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin, biasanya berlangsung < 6 jam.
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Ada beberapa tanda-tanda kala II diantaranya kekeatan ingin meneran
bertambah, makin meningkatnya trkanan pada rektum dan vagina, perineum terlihat menonjol,
vulva- vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Sedangkan kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu.1
Kala I (Pembukaan)
Kala I dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, serta
durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Pasien
dikatakan dalam persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan servik dan kontraksi terjadi
teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana
servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik membuka dari 3-10 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
o Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
o Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm
menjadi 9 cm.
o Fase deselerasi, pembukaan melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi 10 cm.
Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosa kala II
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap dan
kepala janin sudah tampak divulva dengan diameter 5-6 cm.
terhadap pascapersalianan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
DEFINISI
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
Terdapat tiga kala dalam persalinan. Dimana, persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang
berbeda. Kala satu persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm),
sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Maka dari itu, kala satu persalinan disebut juga
dengan stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala 2 persalinan dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga stadium
ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut juga stadium pemisahan
dan ekspulsi plasenta.3
ETIOLOGI
Terdapat beberapa sebab terjadinya partus lama yaitu:
Kelainan-kelainan panggul
Kelainan his
Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu:
1. Persalinan lama karena kekutan kekuatan yang mendorong anak tidak memadai,
seperti:
a. Kelainan His
Disfungsi uterus
Propulsi dan ekspulsi janin disebabkan oleh kontraksi uterus, yang pada kala dua diperkuat
oleh kerja otot volunter dan involunter dinding abdomen, pada partus lama intensitas kedua
faktor ini mungkin kurang sehingga persalinan melambat atau berhenti. Disfungsi uterus
yang ditandai dengan kontraksi yang jarang sehingga pada fase pembukaan serviks manapun
ditandai oleh tidak adanya kemajuan, sedangkan salah satu karakteristik utama persalinan
normal adalah kemajuan.
Ada beberapa penyebab disfungsi uterus seperti:
Analgesia Epidural
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa analgesia epidural dapat memperlambat
jalannya persalinan hal ini berkaitan dengan memanjangya kala I dan kala II
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis persalinan lama terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor
penyebab persalinan lama seperti, his yang tidak efisisen dan adekuat, faktor janin, dan faktor
jalan lahir.
Diagnosis
Belum in partu
Inersia uteri
Disproporsi
sefalopelvik
Obstruksi kepala
Malpresentasi
serviks
lengkap,
atau malposisi
ibu
ingin
Kala II lama
Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan panggul, dapat
ditegakkan atas pelvimetri klinis atau pemeriksaan radiologis, seperti pelvimetri radiologi, CT
Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan pemeriksaan radiologis, akan
didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran panggul.
ibu diklasifikasikan berada dalam persalinan aktif apabila dilatasi mencapai 5 cm, sehingga
apabila tidak teradi perubahan progresif, perlu dipertimbangkan untuk melakukan intervensi.5
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten memanjang apabila lama fase ini
lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi durasi fase laten, antara lain adalah keadaan serviks yang buruk dimana serviks
masih tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka. Friedman mengklaim jika
istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang
memanjang. Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari.
Fase Aktif Memanjang
Kemajuan persalinan pada ibu nulipara memiliki makna kusus karena kurva-kurva
memperlihatkan perubahan cepat dalam kecuraman pembukaan serviks antara 3-4 cm. Dengan
demikian, pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, disertai adanya kontraksi uterus dapat
digunakan sebagai batas awal persalinan aktif. Menurut Friedman, rata-rata durasi persalinan
fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam.5
Ibu nulipara yang masuk ke fase aktif dengan pembukaan 3-4 cm dapat diharapkan
mecapai pembukaan 8-10 cm dalam 3 sampai 4 jam. Sebagai contoh, apabila pembukaan serviks
mencapai 4 cm, dokter dapat memperkirakan bahwa pembukaan lengkap akan tercapai dalam 4
jam apabila persalinan spontan berlangsung normal. Namun, kelainan persalinan pada fase aktif
sering dijumpai. Sokol dan kawan-kawan melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit
kelianan pada fase aktif, sedangkan pada multigravida didapatkan sebanyak 15%.
Penurunan janin diperhitungkan selain kecepatan pembukaan serviks, dimana keduanya
berlangsun bersamaan. Penurunan dimulai pada tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada sekitar 7
sampai 8 cm pada nulipara dan paling cepat setelah 8 cm. friedman membagi lagi masalah pada
fase aktif menjadi gangguan protraction (berkepanjangan) dan arrest (macet atau tak maju).
Definisi protraksi adalah kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang dimana untuk
nulipara kecepartan pembukaan kurang dari 1,2 cm per-jam atau penuruna kurang dari 1 cm perjam. Sedangkan untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan kurang
dari 1,5 cm per-jam atau penurunan kurang dari 2 cm per-jam. Kemacetan pembukaan (arrest
dilatation) didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam dan kemacetan
penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.6
Protracted Active Phase Dilation
Pada pasien dengan persalinan nulipara. Fase dilatasi aktif yang memanjang dapat di
diagnosis ketika dalam 1 jam hanya terjadi dilatasi serviks kurang dari 1 cm, sedangkan untuk
persalinan multipara 1,5 cm/jam. Menurut Friedman, pada pasien nullipara, kelainan pada fase
ini ditandai dengan dilatasi yang hanya terjadu kurang dari 1,2 cm/jam.7
Kelainan pada fase ini dapat berhubungan dengan cephalopelvic disproportion ringan.
Walaupun angka kejadian ini cukup sering, namun data mengenai penggunaan oksitosin dalam
menangani kelainan pada fase ini terbatas.
Secondary Arrest of Dilation
Tidak adanya perubahan pada dilatasi serviks yang terjadi setidak-tidaknya 2 jam dapat
diagnosis dengan secondary arrest of dilation. Waktu ini berlaku baik bagi persalinan nulipara
maupun nulipara. Secondary arrest, dimana terjadi pada 5-10% persalinan, lebih sering terjadi
pada usia kehamilan aterm dibandingkan dengan preterm, dan ukuran janin yang besar daripada
yang kecil. Kelainan ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan fase laten memanjang, tapi
lebih sedikit terjadi dibandingkan dengan fase protaksi aktif. Kelainan pada fase ini dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin dan dapat meningkatkan risiko sectio
caessaria. Pasien dengan kelainan pada fase ini, dapat diberikan terapi konservatif berupa
amniotomi dan pemberian oksitosin. Selama dalam fase aktif persalinan, pemeriksaan harus
dilakukan setiap 2 jam untuk dievaluasi. Pemberian oksitosin dapat dimulai dari dosis 1-2
mU/menit dimana dosis ditingkatkan setiap 30 menit. Apabila dengan pemberian oksitosin tidak
didapatkan perubahan selama 2-3 jam, section caessaria dapat diindikasikan pada pasien
tersebut.8
Prolonged Deceleration Phase
Fase deselerasi merupakan fase aktif ketiga dalam persalinan setelah fase maximum
slope. Dimulainya fase deselerasi sejak terjadinya pemukaan 9 cm baik untuk nulipara maupun
multipara. Engagement yang tidak terjadi sejak fase deselerasi dimulai pada nulipara dan akhir
dari fase deselerasi pada multipara merupakan suatu kelainan. Fase deselerasi memanjang terjadi
setidaknya 3 jam pada pasien persalinan nulipara dan 1 jam pada persalinan multipara.8
Fase deselerasi memanjang jarang terjadi, umumnya hanya 1-3% dari jumlah persalinan.
Pasien yang mengalami fase deselerasi memanjang, dapat menyebabkan terjadinya edema
cervical atau masalah pada tulang kepala bayi.
Gambar 6. Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama atau Persalinan Macet 10
1. Tatalaksana Umum
Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda vital dan
hidrasinya)
Kaji kembali partograf apakah pasien dalam keadaan persalinan, nilai frekuensi dan
lamanya his.
Perbaiki keadaan umum dengan dukungan emosi, perubahan posisi, berikan cairan
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan , lakukan penilaian
ulang terhadap serviks:
o Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak
ada gawat janin , mungkin pasien belum inpartu.
8 jam.
Fase aktif memanjang
o Tentukan keadaan janin:
Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat
dipenuhi lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban
pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban
kemajuan persalinan.
Disproporsi sefalopelvik
o Jika diagnosis disproporsi, lakukan seksio sesarea
Obstruksi
o Jika bayi hidup, pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan kepala 1/5,
o
DIAGNOSIS PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain :
KOMPLIKASI
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin, diantaranya:
insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.
Infeksi intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion
menembus amnion dan desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakteremia , sepsis, dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi. 7
Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang
dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan
panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi
penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang
persalinannya sulit.
Efek pada janin berupa kaput suksedaneum dan molase kepala janin. Selain itu,
semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan
semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
DAFTAR PUSTAKA
at
at:
at: