Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis Dasar 1


DIODA SEMIKONDUKTOR

DISUSUN OLEH :
NAMA

: ZAKY MUBARAK

NIM

: H21114308

KELOMPOK

: V (LIMA)

ASISTEN

: MUH. NUR GAZALI YUNUS

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PEDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam elektronika, Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan
arus/tegangan dalam satu arah saja. Kata dioda berasal dari pendekatan kata yaitu
dua elektroda yang mana (di berarti dua) mempunyai dua buah elektroda yaitu
anoda dan katoda. Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana isyarat listrik
dapat mengalir. Karena itu, dioda dapat dimanfaatkan sebagai penyearah arus
listrik, yaitu piranti elektronik yang mengubah arus atau tegangan bolak-balik
(AC) menjadi arus atau tegangan searah (DC) (Adi, 2010).
Kehidupan manusia tidak akan jauh dari kelistrikan.oleh karena itu, sangatlah
penting bagi mahasiswa jurusan fisika agar mampu mengetahui dan memahami
teknologi elektronika, sehingga penguasaan elektronika dasar tentang berbagai
komponen dan alat ukur listrik amat diperlukan sebagai dasar untuk pembelajaran
lebih lanjut. Dimana salah satu komponen elektronika adalah dioda , yang telah
kita ketahui bahwa dioda itu mempunyai fungsi yang sangat di perlukan dalam
suatu rangkaian elktronika dan dapat dikatakan bahwa hampir semua rangkaian
elektronika memerlukan dioda pada rangkaiannya.
Selain itu, diode memiliki ciri atau karakteristik static. Karakteristik diode
sebagaimana diketahui ada tiga, yakni forward bias atau bias maju dimana energy
listrik yang masuk melebihi kapasitas dan terpaksa diteruskan. Yang kedua ialah
reverse bias alias bias mundur, yakni keadaan dimana energy listrik yang akan
masuk tidak dapat menembus sehingga berbalik arah. Yang terakhir ialah
breakdown dimana aliran listrik yang masuk tidak dapat ditahan sehingga
menyebabkan diado menjadi rusak. Adapun karakteristik isyarat keluaran
rangkaian diada terbagi atas clipper (pemotong), clamper (mengiris), dan slicer.
Dari ketiga jenis karakteristik isyarat keluaran tersebut dapat diperoleh bentukan
gelombang dari masing-masing rangkaian. Hal
dilakukannya percobaan ini.

inilah

yang mendasari

I.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam percobaan ini dibatasi pada mengetahui karakteristik statik
diode biasa dan diode zener. Membuat rangkaian clipper, slicer, dan clamper.
Mengukur tegangan resistor, diode, dan arus saturasi. memproses bentukan
gelombang rangkaian clipper, slicer, dan clamper pada osiloskop, serta membuat
rangkaian pengali tagangan yakni pengali tegangan doubler, pengali tegangan
tripler, dan pengali tegangan quadrapler.
I.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini ialah mahasiswa diharapkan untuk :
1. Membuat

karakteristik

statik

dioda

dan

dioda

zener

serta

dapat

menggunakannya.
2. Dapat menggunakan dioda untuk clipping. Slicing, dan clamping, serta dapat
mengaplikasikannya dalam berbagai rangkaian elektronika.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Dioda
Dioda merupakan komponen semikonduktor yang paling sederhana. Kata dioda
berasal dari pendekatan kata yaitu dua elektroda yang mana (di berarti dua)
mempunyai dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda (Adi, 2010).
Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan
dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis vacuum tube yang memiliki
dua buah elektroda (terminal). Karena itu, dioda dapat dimanfaatkan sebagai
penyearah arus listrik, yaitu piranti elektronik yang mengubah arus atau tegangan
bolak-balik (AC) menjadi arus atau tegangan searah (DC). Dioda jenis vacuum
tube pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir
J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun 1904 (Malvino, 1992).
Dioda terbentuk dari bahan semikonduktor tipe P dan N yang digabungkan.
Dengan demikian dioda sering disebut PN junction. Dioda adalah gabungan bahan
semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan kelebihan elektron dan tipe
P adalah kekurangan satu elektron sehingga membentuk Hole. Hole dalam hal ini
berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda (anoda)
dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus
listrik dimana elektron bebas pada sisi N (katoda) akan berpindah mengisi hole
sehingga terjadi pengaliran arus. Sebaliknya apabila sisi P dihubungkan dengan
negatif baterai/sumber, maka elektron akan berpindah ke arah terminal positif
sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi perpindahan electron (Malvino, 1992).

Gambar II.1 Simbol Dioda

Gambar II.2 Kontruksi Dioda

Gambar II.3 Fisik Dioda


Sisi Positif (P) disebut Anoda dan sisi Negatif (N) disebut Katoda. Lambang dioda
seperti anak panah yang arahnya dari sisi P ke sisi N. Karenanya ini mengingatkan
kita pada arus konvensional dimana arus mudah mengalir dari sisi P ke sisi N
(Malvino, 1992).
II.2 Karakteristik Dioda
Karakteristik dasar dioda dikenal dengan karakteristik V-I. Karakterisik ini
penting untuk dipahami agar tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi dioda. Dalam
karakteristik ini dapat diketahui keadaan-keadaan yang terjadi pada dioda ketika
mendapat tegangan bias maju dan tegangan bias mundur. Jika kedua terminal
dioda disambungkan ke sumber tegangan dimana tegangan anoda lebih positif
dibandingkan dengan tegangan katoda, maka dioda dikatakan dalam keadaan bias
maju. Sebaliknya, bila tegangan anoda lebih negatif dari katoda, dioda dikatakan
dalam keadaan bias mundur. dapat dilihat pada kurva karakteristik dioda (gambar
1.4). Gambar 1.4 menunjukan dua macam kurva, yakni dioda germanium (Ge)
dan dioda silikon (Si). Pada saat dioda diberi bias maju, yakni bila VA-K positif,
maka arus ID akan naik dengan cepat setelah VA-K mencapai tegangan cut-in
(V). Tegangan cut-in (V) ini kira-kira sebesar 0.2 Volt untuk dioda germanium
dan 0.6 Volt untuk dioda silikon. Dengan pemberian tegangan baterai sebesar ini,

maka potensial penghalang (barrier potential) pada persambungan akan teratasi,


sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat (Millman, 1997).
Bagian kiri bawah dari grafik pada gambar 1.4 merupakan kurva karakteristik
dioda saat mendapatkan bias mundur. Disini juga terdapat dua kurva, yaitu untuk
dioda germanium dan silikon. Besarnya arus jenuh mundur (reverse saturation
current) Is untuk dioda germanium adalah dalam orde mikro amper dalam contoh
ini adalah 1 A. Sedangkan untuk dioda silikon Is adalah dalam orde nano amper
dalam hal ini adalah 10 nA (Millman, 1997).
Apabila tegangan VA-K yang berpolaritas negatip tersebut dinaikkan terus, maka
suatu saat akan mencapai tegangan patah (break-down) dimana arus Is akan naik
dengan tibatiba. Pada saat mencapai tegangan break-down ini, pembawa minoritas
dipercepat hingga mencapai kecepatan yang cukup tinggi untuk mengeluarkan
elektron valensi dari atom. Kemudian elektron ini juga dipercepat untuk
membebaskan yang lainnya sehingga arusnya semakin besar. Pada dioda biasa
pencapaian tegangan break-down ini selalu dihindari karena dioda bisa rusak
(Malvino, 1992).

Gambar II.4 Kurva Karakteristik Dioda


Hubungan arus dioda (ID) dengan tegangan dioda (VD) dapat dinyatakan dalam
persamaan matematis yang dikembangkan oleh W. Shockley, yaitu (Malvino,
1992) :

VD

ID=Is e n .VT 1 (2.1)

Dimana :
ID

= arus dioda (Ampere)

Is

= arus jenuh mundur (Ampere)

= bilangan natural,n=2.72828

VD

= beda tegangan pada dioda (Volt)

= Konstanta, 1 untuk Ge dan 2 untuk Si

VT

= tegangan ekivalen temperatur (Volt)

Harga Is suatu dioda dipengaruhi oleh temperatur, tingkat doping dan geometri
dioda. Dan konstanta n tergantung pada sifat konstruksi dan parameter fisik
dioda. Sedangkan harga VT ditentukan dengan persamaan (Malvino, 1992):
VT=

kT
(2.2)
q

Dimana :
k

= konstanta Boltszman, 1.381x10-23 J/K

= temperatur mutlak (Kelvin)

= muatan sebuah elektron, 1.602x10-19 C

Pada temperatur ruang, 25 derajat C atau 273 + 25 = 298 K, dapat dihitung


besarnya VT yaitu:
VT=

( 1.381 x 1023 J / K ) ( 298 K )


19

1.602 x 10

= 0.02569 J/C = 26 mV

Harga VT adalah 26 mV ini perlu diingat untuk pembicaraan selanjutnya.


Sebagaimana telah disebutkan bahwa arus jenuh mundur, Is, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: doping, persambungan, dan temperatur. Namun karena
dalam pemakaian suatu komponen dioda, faktor doping dan persambungan adalah
tetap, maka yang perlu mendapat perhatian serius adalah pengaruh temperatur.

Gambar 2 menunjukan kurva bias maju untuk beberapa macam temperatur


(Malvino, 1992).

Gambar II .5 Pengaruh temperatur terhadap bias maju dioda


Apabila temperatur dioda dinaikkan, maka tegangan cut-in (V) turun.
Sebaliknya bila temperatur turun, maka V naik. Dengan asumsi bahwa ID tetap,
hubungan antara temperatur dengan tegangan cut-in (V) dapat dinyatakan dengan
persamaan (Malvino, 1992) :
V ( T 1 )=V ( T 0 )k ( T 1T 0 ) (2.3)
Dimana :
T0

= temperatur ruang, atau 25C

T1

= temperatur dioda yang baru (C)

V (T1)

= tegangan cut-in pada temperatur ruang (volt)

V (T0)

= tegangan cut-in yang baru (volt)

= konstanta temperatur dalam (V/ C)

Harga k umumnya oleh para ahli dianggap tetap, yaitu:


k

= -2.5 mV/C

untuk dioda germainium

= 2.5 mV/C

untuk dioda silikon

Selain mempengaruhi tegangan cut-in (V), temperatur dioda juga mempengaruhi


arus jenuh mundur, Is. Arus Is kira-kira naik dua kali lipat apabila temperatur
dioda naik 10 derajat C. Gambar 3 menunjukkan perubahan kurva bias mundur
untuk beberapa macam temperatur. Secara matematis pengaruh temperatur
terhadap arus Is dapat dinyatakan ( Malvino, 1992):
T
( 2T 1) /10( 2.4)
I s ( T 2 ) =I s ( T 1 ) .2

Gambar II.6 Pengaruh temperatur terhadap bias mundur


Karena kurva karakteristik dioda tidak linier, maka resistansi dioda berbeda-beda
antara satu titik operasi ke titik operasi lainnya. Pemberian tegangan dc kepada
suatu rangkaian yang ada dioda semikonduktornya akan menentukan titik kerja
dioda tersebut pada kurva karakteristik. Apabila tegangan dc yang diberikan tidak
berubah maka titik kerja dioda juga tidak berubah. Perbandingan antara tegangan

pada titik kerja dengan arus yang mengalir pada dioda disebut dengan Resistansi
DC atau Resistansi Statis (Malvino, 1992).
R D=

VD
(2.5)
ID

Resistansi dc pada daerah bias maju akan lebih kecil dibanding dengan resistansi
pada daerah bias mundur.
II.3 Dioda Kristal (Semikonduktor)
Sebagian besar diode saat ini berdasarkan pada teknologi pertemuan p-n
semikonduktor. Pada diode p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anode) menuju sisi
tipe-n (katode), tetapi tidak mengalir dalam arah sebaliknya.Tipe lain dari diode
semikonduktor adalah diode Schottky. yang dibentuk dari pertemuan antara logam
dan semikonduktor (sawar Schottky) sebagai ganti pertemuan p-n konvensional.
Dioda Schottky adalah sebuah penghalang potensial yang terbentuk pada
pertemuan logam-semikonduktor yang

mempunyai

karakteristik penyearahan,

cocok untuk penggunaan sebagai dioda. Perbedaan paling nyata antara


penghalang Schottky dengan sambungan p-n adalah tegangan pertemuannya yang
biasanya lebih rendah dan pengurangan lebar pemiskinan pada logam. Tidak
semua pertemuan logam-semikonduktor membentuk penghalang Schottky. Semua
pertemuan logam-semikonduktor yang tidak menyearahkan arus dinamakan
sambungan ohmik. Karakteristik penyearahan bergantung pada fungsi kerja
logam, renggang jalur pada semikonduktor intrinsik, jenis dan konsentrasi
pengotor pada semikonduktor dan faktor-faktor lainnya. Desain dari peranti
semikonduktor membutuhkan keakraban dengan efek Schottky untuk meyakinkan
bahwa penghalang Schottky tidak terbentuk dengan tak disengaja ketika
diinginkan sambungan ohmik (Ahmad, 2007).
Karakteristik arustegangan dari diode, atau kurva IV, berhubungan dengan
perpindahan dari pembawa melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau daerah
pengosongan (hole) yang terdapat pada pertemuan p-n di antara semikonduktor.
Ketika pertemuan p-n dibuat, elektron pita konduksi dari daerah N menyebar ke

daerah P dimana terdapat banyak lubang yang menyebabkan elektron bergabung


dan mengisi lubang yang ada, baik lubang dan elektron bebas yang ada lenyap,
meninggalkan donor bermuatan positif pada sisi-N dan akseptor bermuatan
negatif pada sisi-P. Daerah disekitar pertemuan p-n menjadi dikosongkan (hole)
dari pembawa muatan dan karenanya berlaku sebagai isolator ( Tombak, 2015).
Walaupun begitu, lebar dari daerah pengosongan tidak dapat tumbuh tanpa batas.
Untuk setiap pasangan elektron-lubang yang bergabung, ion pengotor bermuatan
positif ditinggalkan pada daerah terkotori-n dan ion pengotor bermuatan negatif
ditinggalkan pada daerah terkotori-p. Saat penggabungan berlangsung dan lebih
banyak ion ditimbulkan, sebuah medan listrik terbentuk di dalam daerah
pegosongan yang memperlambat penggabungan dan akhirnya menghentikannya.
Medan listrik ini menghasilkan tegangan tetap dalam pertemuan (Ahmad, 2007).
II.4 Prinsip kerja dioda
Prinsip kerja dioda berbeda dengan prinsip atau teori elektron yang menyebutkan
bahwa arus listrik yang terjadi dikarenakan oleh pergerakan elektron dari kutub
positif menuju ke kutub negatif, tetapi dioda ini hanya mengalirkan arus satu arah
saja, yaitu DC. Oleh karena jika dioda dialiri oleh tegangan P yang lebih besar
dari muatan N, maka elektron yang terdapat pada muatan N akan mengalir ke
muatan P yang disebut sebagai Forward Bias, bila terjadi sebaliknya, yaitu jika
dioda tersebut dialiri dengan tegangan N yang lebih besar daripada tegangan P,
maka elektron yang ada di dalamnya tidak akan bergerak, sehingga dioda tidak
mengaliri muatan apapun, pada kondisi seperti ini sering disebut sebagai reverse
bias. Dengan begini, arus listrik bisa menjadi searah. Pada rangkaian dioda
sendiri, memiliki ujung dengan gelang berwarna putih dan pada ujung lainnya
memiliki gelang hitam. Keduanya adalah sambungan dengan satu output dan
input. Sehingga, dioda tidak akan bekerja jika sambungan ini terbalik. Tapi, bagi
yang telah bekerja di dunia elektro sejak lama, tentu tidak akan kesusahan
membedakan mana sisi output dan input dari diode (Millman, 1997).

gambar II.7 (a) arus bisa mengalir dan (b) arus tidak bisa mengalir
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja dioda merupakan salah
satu alat yang sangat unik karena mampu memanipulasi muatan hingga menjadi
muatan yang searah atau DC. Sambungan antara muatan anoda (P) dengan muatan
katoda (N) dinamakan sebagai depletion layer (lapisan deplesi) dimana terjadi
keseimbangan muatan elektron dan hole. Biasanya pada sisi P banyak terbentuk
hole-hole yang siap menerima muatan elektron, sedangkan pada sisi N banyak
elektron yang siap untuk membebaskan diri, dengan kata lain jika sisi P diberi
muatan potensial yang lebih, maka elektron dari sisi N akan langsung mengisi
setiap hole-hole yang ada di sisi P (Millman, 1997).

II.4.1 Bias mundur ( revers bias)


Bias mundur adalah pemberian tegangan negatip baterai ke terminal (A) dan
tegangan positip keterminal katoda (K) dari suatu diode. Dengan kata lain,
tegangan anoda katoda Va-k adalah negatip ( Va-k < 0 ) (Millman, 1997).

gambar II.8 dioda diberi bias mundur


Karena pada ujung anoda (A) yang berupa bahan tipe p dibei tegangan negative,
maka hole-hole (pembawa mayoritas) akan tertarik ke tutup negative bateri
menjauhi persambungan. Demikian juga karena pada ujung katoda (K) yang
berupa bahan tipe n diberi tegangan positip, maka electron elektron (pembaea
mayoritas) akan tertarik ke kutup positop baterai menjuhi sambungan. Sehingga
daerah pengosongan semakin lebar, dan arus yang disebabkan oleh pembawa
mayoritas tidak ada yang mengalir (Millman, 1997).

Sedangkan pembawa minoritas yang berupa electron (bahan tipe p) dan hole
(bahan tipe n) akan berkombinasi sehingga mengalir arus jenuh mundur (revers
saturaction current) dan Is. Arus ini dikatakan jenuh karena dengan cepat
mencapai harga maksimal tanpa dipengaruhi besarnya tegangan baterai. Besarnya
arus ini dipengaruhi oleh temperature. Makin tinggi temperature, makin besar
harga Is. Pada suhuruang, besarnya Is ini dalam skala mikro-amper untuk diode
germanium, dan dalm skala nano amper untuk diode silicon (Millman, 1997).

II.4.2 bias maju (forward bias)


Apabila tegangan positip baterai dihubungkan ke terminal anoda (A) dan
negativenya ke terminal katoda (K), maka dioda disebut mendapatkan bias maju

(forward bias). Dengan demikian Va-k adalalh positif atau Vak > 0 (Millman,
1997).

gambar II.9 Dioda diberi bias maju


Dengan pemberian polaritas tegangan seperti pada gambar diatas maka pembawa
mayoritas dari bahan tipe p (hole) akan tertarik oleh kutup negative baterai lewati
persambungan dua berkombinasi dengan electron (pembawa mayoritass bahan
tipe N).demikian juga elektronnya akan tertarik oleh kutup positif baterai untuk
melewati persambungan. Oleh karena itu daerah pengosongan terlihat semakin
menyempit dioda saat diode diberi bias maju. Dan arus diode yang disebabkan
oleh pembawa mayoritas akan mengalir yaitu arus ID (Millman, 1997).

Sedangkan pembawa minoritas dari bahan tipe p (elektron) dan dari bahan tipe n
(hole) akan berkombinasi dan mengalirkan Is jauh lebih kecil dari pada ID, maka
secara praktis besarnya arus yang mengalir pada diode ditentukan oleh ID
(Millman, 1997).

II.5. Dioda Zener

Dioda Zener (Zener Diode) adalah komponen elektronika yang terbuat dari
semikonduktor dan merupakan jenis dioda yang dirancang khusus untuk dapat
beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada
rangkaian Forward Bias (Bias Maju), Dioda Zener akan memiliki karakteristik
dan fungsi sebagaimana dioda normal pada umumnya. Efek dioda jenis ini
ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika yang bernama Clarence Melvin Zener
pada tahun 1934 sehingga nama Diodanya juga diambil dari nama penemunya
yaitu Dioda Zener. Berikut adalah bentuk dan simbol pada diode Zener (Adi,
2010).

Gambar II.10 Bentuk dan Simbol Dioda Zener


Pada dasarnya, dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah
yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas Breakdown
Voltage atau Tegangan Tembus dioda Zenernya. Karakteristik ini berbeda dengan
dioda biasa yang hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah. Tegangan
Tembus (Breakdown Voltage) ini disebut juga dengan Tegangan Zener. Untuk
lebih jelas mengenai dioda Zener, mari kita lihat rangkaian dasar Dioda Zener
dibawah ini (Adi, 2010) :

Gambar II.11 Rangkaian Dasar Dioda Zener


Dalam rangkaian diatas, dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse
Bias). Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan dioda Zener.
Dalam rangkaian tersebut, tegangan input (masuk) yang diberikan adalah 12V
tetapi multimeter menunjukan tegangan yang melewati dioda Zener adalah 2,8V.
Ini artinya tegangan akan turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara
Bias Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam rangkaian tersebut
adalah untuk pembatas arus listrik. Untuk menghitung arus listrik (Ampere)
tersebut, kita dapat menggunakan Hukum Ohm seperti dibawah ini (Adi, 2010):
Vinput Vzener
R

=I

(122,8)
460

= 19,6 mA

Jika menggunakan tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik
yang mengalir dalam rangkaian tersebut akan semakin besar :
(242,8)
460

= 45 Ma

Akan tetapi, tegangan yang melewati dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh
karena itu, Dioda Zener merupakan komponen elektronika yang cocok untuk
digunakan sebagai Voltage Regulator (Pengatur Tegangan), Dioda Zener akan
memberikan tegangan tetap dan sesuai dengan tegangan Zenernya terhadap
tegangan input yang diberikan (Adi, 2010).
Pada umumnya tegangan dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara
2V sampai 70V dengan daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W. Untuk
menghitung disipasi daya Dioda Zener, kita dapat menggunakan rumus (Adi,
2010):
P = Vzener x I

(2.6)

Contoh :
P = 2,8V x 19,6A
P = 54,9 mW
Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)
dan Over Voltage Protection (Perlindungan terhadap kelebihan tegangan). Fungsi
dioda Zener dalam rangkaian-rangkaian tersebut adalah untuk menstabilkan arus
dan tegangan (Adi, 2010).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat
Percobaan Dioda Semikonduktor dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11
November 2015, pukul 13.30 s/d 16.00 WITA. Percobaan ini berlangsung di
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2 .1 Alat beserta fungsinya
1. Catu Daya AC

Gambar. III.1 Catu Daya AC


Catu daya AC berfungsi sebagai sumber tegangan AC.
2. Catu Daya DC

Gambar III.2 Catu Daya DC


Catu daya DC berfungsi sebagai sumber tegangan DC.

3. Multimeter Digital

Gambar. III.3 Multimeter Digital


Multimeter berfungsi untuk mengukur resistansi, kapasitansi, kuat arus listrik,
tegangan listrik AC maupun DC.
4. Papan Rangkaian

Gambar. III.4 Papan

Rangkaian

Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai segala komponenkomponen listrik.

5. Kabel Jumper

Gambar. III.5 Kabel jumper


Kabel jumper berfungsi sebagai kabel penghubung.
6. Signal generator

Gambar. III.6 Signal Generator


Signal generator berfungsi sebagai pembangkit signal pada rangkaian.
7. Osiloskop

Gambar. III.7 Osiloskop


Osiloskop berfungsi untuk memproyeksikan signal listrik dari rangkaian.
8. Kabel penghubung

Gambar III.8 Kabel penghubung

Kabel penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa komponen


dan alat elektronik lainnya.
III.2.2 Bahan beserta fungsinya
1. Resistor

Gambar. III.9 Resistor


Resistor berfungsi sebagai penghambat gerak arus listrik yang nilainya tidak dapat
berubah-ubah (konstan).

2. Kapasitor

(a)

(b)

Gambar. III.10 Kapasitor (a) Elco, (b) Mica


Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan.
3. Dioda silikon (Rectifier)

Gambar. III.11 Dioda silikon

Dioda Silikon berfungsi sebagai penyearah.

4. Dioda Zener

Gambar. III.12 Dioda zener


Dioda Zener digunakan sebagai penstabil tegangan.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Karakteristik dioda biasa
1.Untuk R yang berubah
Adapun langkah langkah dalam melakukan praktikum ini, yaitu ;
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat rangkaian pengukuran karakteristik statik dioda dengan dioda biasa
dan resistor pada papan rangkaian seperti pada gambar berikut:R= 1 k

Gambar III.11 Rangkaian pengukuran karakteristik statik dioda biasa


3. Menghitung besarnya tegangan VR dan VD dan arus saturasi Isat pada
rangkaian tersebut dengan menggunakan multimeter.
4. Mengulangi langkah 2-3 dengan menggunakan Resistor 10 k dan 100 k
5. Mencatat hasil yang diperoleh
2.Untuk Tegangan masukan yang berubah

1. Membuat rangkaian pengukuran karakteristik statik dioda dengan dioda biasa,


resistor dan potensiometer pada papan rangkaian seperti pada gambar
berikut:
R= 1 k

Gambar III.12 Rangkaian pengukuran karakteristik statik dioda biasa


menggunakan potensiometer
2. Menghitung besarnya tegangan VR dan VD dan arus saturasi Isat pada
rangkaian tersebut dengan menggunakan multimeter, dan menggunakan VDD
10,08 V.
3. Mengulangi langkah 1-2 dengan menggunakan VDD 4,93 V , 2,01 V dan 0.
4. Mencatat hasil yang diperoleh
III.3.2 Krakteristik dioda zener
1. Membuat rangkaian pengukuran karakteristik statik dioda dengan dioda zener
dan resistor pada papan rangkaian seperti pada gambar berikut: R= 560 k

Gambar III.13 Karakteristik dioda zener


2. Menghitung besarnya tegangan VR dan

VD

dan arus saturasi Isat pada

rangkaian tersebut dengan menggunakan multimeter.


3. Mengulangi langkah 1-2 dengan menggunakan Resistor 1000 k dan 1500
k
4. Mencatat hasil yang diperoleh

III.3.3 Memproses bentuk gelombang


1) Clipper Tipe Seri
1. Membuat rangkaian clipper dengan dioda biasa dan resistor pada papan
rangkaian seperti pada gambar berikut: R= 1 k

Gambar III.14 Clipper dioda seri


2. Mengaktifkan dan mengkalibrasi osiloskop.
3. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
4. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel 2
2) Clipper positif
1. Membuat rangkaian clipper dengan dioda biasa dan resistor pada papan
rangkaian seperti pada gambar berikut: R= 1 k

Gambar III.15 Clipper positif


2. Mengaktifkan dan mengkalibrasi osiloskop.
3. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
3) Clipper negatif
1. Membuat rangkaian clipper dengan dioda biasa dan resistor pada papan
rangkaian seperti pada gambar berikut: R= 1 k

Gambar III.16 Clipper dioda negatif


2. Mengaktifkan dan mengkalibrasi osiloskop.
3. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
4. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan 2
4) Clipper Positif Negatif
a. Dioda Biasa
1. Membuat rangkaian clipper dengan resistor dan dioda biasa secara paralel
pada papan rangkaian seperti pada gambar berikut:

R= 1 k

Gambar III.17 cliper dioda biasa


2. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
3. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel 2
b. Dioda Zener
1. Membuat rangkaian clipper dengan resistor dan dioda zener secara seri pada
papan rangkaian seperti pada gambar berikut:

R= 1 k

Gambar 1II.18 clipper dioda zener


2. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
3. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel
5) Slicer
1. Membuat rangkaian slicer dengan dioda biasa dan resistor pada papan
rangkaian seperti pada gambar berikut: R= 1 k

Gambar III.19 rangkaian slicer


2. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator
3. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1
4. Menghubungkan kabel penghubung catu daya pada rangkaian
5. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 2
6) Clamper
1. Membuat rangkaian clamper dengan kapasitor dan dioda biasa pada papan
rangkaian seperti pada gambar berikut: C= 0,1 F

Gambar III.20 rangkaian clamper


2. Menghubungkan kabel kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel
penghubung sinyal generator.
3. Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel 2
III.3.4 Prosedur Percobaan Rangkaian Dioda Pelipat Tegangan
1

Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan, antara lain dioda silikon,

resistor, kabel jumper, papan PCB, multimeter dan catu daya.


Merangkai komponen sesuai dengan gambar (III.21) untuk rangkaian
penguat tegangan doubler bagian (a), untuk rangkaian penguat tegangan
tripler sesuai bagian (b), dan penguat tegangan quadraplet bagian (c).

(b)

(c)
Gambar III.21 Rangkaian pelipat tegangan (a) Doubler (b) Tripler (c) Quadraplet
3 Menyambungkan rangkaian dengan catu daya yang telah ditentukan besar
tegangan masukannya (VIN) dimana untuk rangkaian doubler 5 V, tripler 4 V,
4
5

dan quadraplet 3 V.
Menghitung besar tegangan masukan menggunakan multimeter.
Menghitung tegangan yang lewat pada rangkaian menggunakan multimeter

(VD).
Mencatat semua nilai data yang didapatkan kedalam tabel yang telah
ditentukan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1 Hasil
VI.1.1 Tabel Data
VI.1.1.1 Karakteristik dioda biasa untuk R yang berubah
No.
R ()
1
1K
2
10 K
3
100 K
Keterangan : VDD = 10,09 V

VR (V)
9,41
9,53
9,63

VD (V)
0,65
0,54
0,44

ISAT (mA)
9,54
0,96
0,096

VI.1.1.2 Karakteristik dioda biasa untuk tegangan masukan yang berubah


No.
VDD (V)
1
10,08
2
4,930
3
2,010
4
0
Keterangan : R= 1 k

VR (V)
9,400
4,320
0,011
0

VD (V)
0,64
0,59
0,34
0

ISAT (mA)
9,550
4,370
0,012
0

IV.1.1.3 karakteristik dioda zener untuk R yang berubah


No.
R ()
1
560 K
2
1,0 M
3
1,5 M
Keterangan: VDD = -10,07 V

VR (V)
-0,059
-0,200
-0,160

VD (V)
-6,44
-4,86
-3,78

ISAT (mA)
0
0
0

IV.1.1.4 Tabel Pelipat Tegangan


No.
Rangkaian
1
Doubler
2
Tripler
3
Quadraplet
Keterangan : C = 1 F
IV.1.2

VIN (V)
5
4
2,9

VD (V)
12,95
16,01
14,73

Pengolahan Data

IV.1.2.1 Karakteristik dioda biasa untuk R yang berubah


I saturasi=

V DD V D
R

I saturasi=

10,090,65
=9,44 103 A=9,44 mA
1000

I saturasi=

10,090,54
=0,955 103 A=0,955 mA 0,96 mA
10.000

I saturasi=

10,090,44
=0,0965 103 A=0,0965mA 0,096 mA
100.000

IV.1.2.2 Karakteristik dioda biasa untuk tegangan masukan yang berubah


I saturasi=

V DD V D
R

I saturasi=

10,080,64
=9,44 103 A=9,44 mA
1000

I saturasi=

4,930,59
=4,34 103 A=4,34 mA
1000

I saturasi=

2,010,34
=1,67 103 A=1,67 mA
1000

V.1.2.3 karakteristik dioda zener


I saturasi=

V DD V D
R

I saturasi=

(10,07)(6,44 )
=6,48 106 A=0,00648 mA 0 mA
560.000

I saturasi=

(10,07)(4,86)
=5,21 106 A=0,00521 mA 0 mA
1.000.000

I saturasi=

(10,07)(3,78)
=4,19 106 A=0,00419mA 0 mA
1.500 .000

IV.1.3 Gambar dan Grafik


IV.1.3.1 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk R yang
berubah

Gambar IV.1 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk R yang berubah

Karakteristi dioda biasa untuk R yang berubah


12
10
8
Arus (I) (mA)

Arus (I)
beban1

beban2

beban3

2
0
0

10

12

Tegangan (V)

Grafik IV.1 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk R yang berubah


IV.1.3.2 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk tegangan yang berubah

Gambar IV.2 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk tegangan yang berubah
Karakteristi dioda biasa untuk tegangan yang berubah
20
10
Arus (I) (mA) 0

Arus (I)
beban1
10
020

beban2
beban3

Tegangan (V)

Grafik IV.2 Rangkaian Karakteristik Dioda biasa untuk tegangan yang berubah

IV.1.3.3 Rangkaian Karakteristik Dioda Zener

Gambar VI.3 Rangkaian karakteristik dioda zenner

Karakteristi diod a Zener


Arus
Arus ( I) (mA)
(I)
Tegangan ( V)

Grafik VI.3 Rangkaian karakteristik dioda zenner


IV.1.3.4 Gambar Rangkaian Penguat Tegangan Dioda
IV.1.3.4.1 Rangkaian Penguat Tegangan Doubler

Gambar IV.4 Rangkaian Penguat Tegangan Doubler


IV.1.3.4.2 Rangkaian Penguat Tegangan Tripler

Gambar IV.5 Rangkaian Penguat Tegangan tripler


IV.1.3.4.3 Rangkaian Penguat Tegangan Quadraplet

Gambar IV.6 Rangkaian Penguat Tegangan Quadraplet


IV.1.3.5 Gambar Rangkaian Clipping, Slincing, dan Clamping
1. Rangkaian Clipping
a) Rangkaian Clipping Tipe Seri

Gambar IV.7 Rangkaian Clipping seri

(a)

(b)

Gambar IV.8 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping seri

b) Rangkaian Clipping Sejajar Dioda Silikon

Gambar IV.9 Rangkaian clipping sejajar

(a)
(b)
Gambar IV.10 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping
sejajar positif
c) Rangkaian Clipping Positif Negatif Dioda Silikon

Gambar IV.11 Rangkaian clipping positif negatif pada dioda silikon

(a)

(b)

Gambar VI.12 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping positif
negatif dioda silikon
d) Rangkaian Clipping Positif Negatif Dioda Zenner

Gambar IV.13 Rangkaian clipping dioda zenner

(a)

(b)

Gambar VI.14 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping dioda
zenner
2. Rangkaian Slicing

Gambar IV.15 Rangkaian Slicing Positif

(a)

(b)

Gambar IV.16 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian Slincing positif
dioda silikon

Gambar IV.17 Rangkaian Sliccing Negatif

Gambar IV.18 (a) Signal masukan (b) Signal Keluaran rangkaian Slicing negatif
dioda silikon
3. Rangkaian Clamping

Gambar IV.19 Rangkaian clamping positif

(a)

(b)

Gambar IV.20 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian Clamping positif

Gambar IV.21 Rangkaian clamping negatif

Gambar VI.22 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian Clamping negatif
VI.2 Pembahasan
Karakteristik static diode biasa maupun diode zener dapat diselidiki dengan cara
memasang diode seri dengan sebuah catu daya DC dan sebuah resistor
sebagaimana yang telah dipraktikumkan. Pada praktikum ini, dilakukan dua jenis
pengukuran untuk diode biasa yang seri, yakni pertama dengan nilai resistor R
yang berubah-ubah mulai dari 1 K, 10 K, dan 100 K untuk VDD tetap senilai 10,09
V. yang kedua dengan nilai tegangan yang berubah-ubah dimulai dari 10,08 V,
3,93 V, 2,01 V, sampai 0 V untuk nilai resistor tetap 1 K. karakteristik static
diode dapat diperoleh dengan menggukur tegangan diode VD dan arus yang
melewati diode Isat.
Berdasarkan praktikum , besar Isat untuk ketiga nilai resistor yang berbeda-beda
didapatkan nilai yang berbeda pula. Dapat dilihat bahwa hubungan antara I sat dan
R berbanding terbalik, yaitu semakin besar nilai resistor R maka semakin kecil
nilai arus Isat. hal ini juga berlaku untuk hubungan R dan VD. Pada rangkaian diode
seri untuk tegangan yang berubah, terlihat jelas perbedaannya dengan rangkaian
sebelumnya. Dimana nilai VDD yang berubah-ubah berbanding lurus dengan nilai
tegangan resistor VR, tegangan diode VD, dan Isat, yaitu semakin kecil nilai VDD
maka semakin kecil pula nilai tegangan resistor VR, tegangan diode VD, dan Isat
begitupun sebaliknya.

Untuk rangkaian diode zener, dimana nilai R berubah-ubah dari 560 K, 1000 K,
dan 1500 K, pada tegangan VDD tetap, nilai arus Isat semuanya bernilai nol. Hal ini
dikarenakan VR dan VD bernilai negatif. Hubungan antara R dan VD sendiri
berbanding lurus dimana semakin besar nilai resistornya maka semakin besar pula
nilai tegangan diode VD.
Pada rangkaian clipper, clamper, dan slicer untuk proses pembentukan keluaran
gelombang. Berdasarkan gambar keluaran bentukan gelombang yang diperoleh,
untuk rangkaian clipper diode seri terbagi atas positif dan negatif. Untuk clipper
seri negatif menghasilkan keluaran gelombang positif karena negatifnya dipotong,
sedangkan pada clipper seri positif menghasilkan keluaran yang sebaliknya.
Untuk clipper positif dan negatif diode biasa.
Pada pengali dua tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang dua kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 5 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah 10 V , tetapi dapat dilihat
pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar 12, 95 V.
Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat dikatakan pada
rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai

10 V 3 V .

Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 3 V. Batas toleransi ini


sangatlah besar hal ini karena tegangan-tegangan yang ada dalam rangkaian
terakumulasi.
Pada pengali tiga tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang tiga kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 4 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah

12 V , tetapi dapat dilihat

pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar 16,01 V.
Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat dikatakan pada

rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai

12V 4 V .

Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 4 V. Batas toleransi ini


sangatlah besar hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi dioda yang kurang
baik dan hambatan internal yang dihasilkan oleh rangkaian secara keseluruhan.
Pada pengali empat tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang empat kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 2,9 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah

11,6 V , tetapi dapat

dilihat pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar
14,73 V. Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat
dikatakan pada rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai
11,6 V 3,13 V . Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 3,13 V.
Batas toleransi ini sangatlah besar hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi
dioda yang kurang baik dan hambatan internal yang dihasilkan oleh rangkaian
secara keseluruhan.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

1. hubungan hambatan dan arus berbanding terbalik dimana semakin besar


hambatan pada dioda biasa, maka arusnya semakin kecil. Sedangkan pada
dioda zener jumlah arus bernilai nol. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.
2. Untuk isyarat keluaran bentukan gelombang pada diode sendiri, digunakan
tiga jenis yaitu, clipper yang berfungsi sebagai pemotong, clamper berfungsi
mengiris, dan slicer berfungsi sebagai penggeser.
3. Pada pengali tegangan, nilai tegangan keluaran bergantung pada nilai pengali
tegangan masukan yang diberikan. Misalnya pada pengali tegangan doubler,
nilai tegangan keluaran yang dihasilkan dua kali lebih besar dari nilai
tegangan masukan. Begitupun dengan pengali tegangan tripler dan pengali
tegangan quardapler.
V.2. Saran
V.2.1. Saran untuk Laboratorium
Sarana dan prasarana di Laboratorium sudah cukup memadai, hanya saja mohon
ditambahkan kipas angin karena udara sangat panas ketika di dalam ruangan.
V.2.2.Saran untuk Asisten
Asisten sudah sangat profesional dalam menjalankan amanah sebagai asisten dan
penjelasan yang diberikan mudah ditangkap oleh praktikan. Pertahankan Kak!.
untuk kedepannya kak, kalau bisa tegas-tegas sedikit. Hehehehe

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Agung Nugroho. 2010. Mekatronika. Yogyakarta : Graha Ilmu


Fali Oklilas,Ahmad. 2007.Bahan Ajar Elektronika Dasar.Palembang:Universitas
Sriwijaya.

Malvino. 1992. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta : Erlangga.


Millman, Halkias.1997.Elektronika Terpadu:Rangkaian dan Sistem Analog
Digital.Jakarta : Erlangga.
Tombak, A., dkk. 2015. The novel transparent sputtered p-type CuO thin films4
and Ag/p-CuO/n-Si Schottky diode applications.Batman University,Turki.
Vol.2. no. 4. p. 5.

Anda mungkin juga menyukai