Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Sampai saat ini, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%,
sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar
14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.2
Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja
keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Otot jantung akan
menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi
terganggu, selanjutnya jantung akan berdilatasi dan kemampuan kontraksinya
berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi gagal jantung. Gagal jantung adalah
keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara
adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.4
Gagal jantung yang disebabkan oleh hipertensi dikenal pula sebagai penyakit
jantung hipertensi (Hypertension Heart Disease). Penyakit jantung hipertensi ditandai
dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri jantung sebagai akibat langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan tekanan diastolik. Pengaruh faktor genetik pada proses ini lebih
jelas. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi juga berhubungan erat dengan
hipertrofi ventrikel kiri. 4
Pada akhir abad 20, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab
utama kematian di negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah sakit
akibat penyakit jantung hipertensi pada tahun 2005 adalah sebesar 16,7%.3

BAB II
HIPERTENSIVE HEART DISEASE
2. 1. Definisi
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai
adanya hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan
darah tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi juga
dipengaruhi oleh faktor neurohormonal.8
2. 2. Epidemiologi
Jumlah penderita penyakit jantung hipertensi masih belum diketahui secara
pasti. Namun, berdasarkan hasil studi yang ada, kebanyakan kasus hipertensi akan
bermanifestasi sebagai penyakit jantung. Hasil studi tersebut di antaranya
menyebutkan angka kejadian hipertrofi ventrikel kiri menurut hasil EKG adalah
sebanyak 2.9% pada pasien pria dan 1.5% pada pasien wanita. Sedangkan menurut
hasil ekokardiogram, hipertrofi ventrikel kiri terjadi pada 15-20% pasien hipertensi.
Pada pasien tanpa HVK didapatkan 33% di antaranya mengalami disfungsi diastolik
ventrikel kiri yang asimtomatik. Secara umum, risiko kejadian HVK mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat pada pasien dengan obesitas. Sekitar 50-60%
penderita hipertensi akan mengalami risiko untuk gagal jantung dengan risiko
kejadian yang meningkat dua kali lipat pada pria dan tiga kali lipat pada wanita.8
2. 3. Etiologi
Sebab utama penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah yang
meningkat dan berlangsung kronik. Sedangkan penyebab hipertensi sendiri sangat
beragam, pada orang dewasa sebab-sebab tersebut antara lain8:

Hipertensi primer/esensial/idiopatik yang terjadi pada 90% kasus


hipertensi pada orang dewasa.

Hipertensi sekunder sebesar 10% dari kejadian hipertensi pada orang


dewasa yang disebabkan oleh:
Penyakit ginjal:
o Stenosis arteri renalis
o Polycystic kidney disease
o Chronic renal failure
o Vaskulitis intrarenal
Kelainan endokrin:
o

Hiperaldosteronisme primer

Feokromositoma

Chusing syndrome

Hiperplasia adrenal kongenital

Hipotiroidisme dan hipertiroidisme

Akromegali

Hormon

eksogen

(kortikosteroid,

estrogen),

simpatomimetik, monoamin oksidase inhibitor, tyramin


dalam makanan
Sebab lain:

Koarktasi aorta

Tekanan intrakranial yang meningkat

Sleep apnea

Hipertensi sistolik terisolasi

2. 4. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko penyakit jantung hipertensi antara lain adalah8:
1. Ras

Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena penyakit jantung hipertensi. Hal


ini bahkan menjadi etiologi umum untuk kasus gagal jantung di Amerika
Serikat.

2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria yang berusia di bawah 55 tahun,
namun pada wanita hipertensi lebih banyak ditemukan pada usia di atas 55
tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka
tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi setelah
menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih
tajam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada pria.
3. Usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin meningkat.
Hal ini sebanding dengan terjadinya penyakit jantung hipertensi yang lebih
banyak dialami oleh para lanjut usia.
2. 5. Patogenesis
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi berjalan cukup kompleks,
karena berhubungan dengan berbagai faktor, seperti hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, selular, dan molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut saling
berintegrasi dan akhirnya menyebabkan perkembangan dan komplikasi dari
hipertensi, sementara di sisi lain tingginya tekanan darah memodulasi faktor-faktor
tersebut. Meningkatnya tekanan darah menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
jantung melalui dua cara, yaitu secara langsung oleh peningkatan afterload atau beban
akhir jantung, dan secara tidak langsung oleh perubahan neurohormonal dan vaskuler
terkait.8
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh

penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai
terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA
memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi sistolik).3
HVK terjadi pada 15-20% pasien hipertensi dan angka kejadiannya meningkat
dua kali lipat pada pasien obesitas. HVK adalah peningkatan masa otot ventrikel kiri
yang disebabkan oleh respon miosit pada berbagai stimulus yang menyertai pada
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit timbul sebagai kompensasi dari beban
akhir (afterload) yang meningkat. Stimulus mekanis dan neurohormonal yang
menyertai hipertensi dapat mengaktivasi pertumbuhan sel miokardial dan ekspresi
gen yang berakhir pada HVK. Selain itu aktivasi sistem renin-angitensin-aldosteron
melalui aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin I menimbulkan pertumbuhan
interstitium dan komponen matriks sel. Intinya terjadinya HVK disebabkan oleh
hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara miosit dan interstitium struktur
miokard.8
Terdapat beberapa pola HVK, di antaranya remodeling konsentrik, HVK
konsentrik, dan HVK eksentrik. HVK konsentrik adalah penebalan ventrikel kiri dan
massa ventrikel kiri dengan peningkatan tekanan diastolik dan volume ventrikel kiri
yang umumnya terjadi pada pasien hipertensi. Sedangkan HVK eksentrik adalah
penebalan ventrikel kiri tapi lokasinya tidak beraturan, hanya meliputi beberapa
bagian saja. HVK konsentrik menunjukkan prognosis yang buruk untuk hipertensi.
Terjadinya HVK ini memiliki peran protektif pada respon peningkatan tekanan
dinding untuk mempertahankan cardiac output yang adekuat, yang kemudian akan
berkembang menjadi disfungsi miokardial diastolik disusul sistolik.8
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dan lain-lain)
dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.3

Evaluasi pasien hipertensi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk:

Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder

Menetapkan keadaan prapengobatan

Menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau faktor


yang akan berubah karena pengobatan

Menetapkan kerusakan organ target

Menetapkan faktor risiko PJK lainnya

2. 6. Diagnosis
Diagnosis penyakit jantung hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan 3:

Rasa berdebar, melayang, impotensi sebagai akibat dari peninggian


tekanan darah.

Rasa cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki atau
perut.

Terdapat gangguan vaskular seperti epistaksis, hematuria, pandangan


kabur karena perdarahan retina, transient cerebral ischemic.

Terdapat penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder, misalnya:


polidipsi, poliuria, kelemahan otot pada aldosteronisme primer,
peningkatan BB dengan emosi labil pada sindroma cushing. Pada
feokromositoma didapatkan keluhan episode sakit kepala, palpitasi,
banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan3:

Batas-batas jantung melebar

Impuls apeks prominen

Bunyi jantung S2 meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta

Kadang-kadang ditemukan murmur diastolik akbat regurgitasi aorta

Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat


peninggian tekanan atrium kiri

Bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik) ditemukan bila tekanan


akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dilatasi ventrikel kiri

Suara napas tambahan seperti ronkhi basah atau kering

Pemeriksaan perut untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa,


ginjal, dan ascites

Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilicus (renal artery stenosis)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis


penyakit jantung hipertensi antara lain:

Pemeriksaan laboratorium awal, yang mencakup3:


o

Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit, silinder

Hemoglobin/hematokrit

Elektrolit darah/kalium

Ureum/kreatinin

Gula darah puasa

Kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol

Kalsium dan fosfor

TSH

Analisis gas darah

Elektrokardiografi untuk menemukan adanya hipertrofi ventrikel kiri


jantung. Pemeriksaan dengan elektrokardiografi menunjukkan HVK
pada sekitar 20-50% kasus, dan metode pemeriksaan ini masih menjadi
metode standard.

Foto thorax untuk menemukan adanya pembesaran jantung atau tandatanda bendungan
Gambaran radiologis : 7

Tanda-tanda radiologis HHD pada foto thorax (PA) adalah seperti


berikut:

Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena

hipertrofi konsentrik ventrikel kiri.


Pada keadaan lanjut, apeks jantung membesar ke kiri dan ke

bawah.
Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi.
Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok, ini
disebut pemanjangan/elongatio aorta.

Gagal Jantung Kiri

Pada foto thorax gagal jantung, terlihat perubahan corakan

vaskuler paru
Distensi vena di lobus superior, bentuknya menyerupai huruf Y,

dengan cabang lurus mendatar ke lateral.


Batas hilus pulmo terlihat kabur.
Menunjukkan adanya edema pulmonum keadaan awal.
Terdapat tanda-tanda edema pulmonum, meliputi edema paru
interstisiel

Edema interstisiel
Edema ini menimbulkan septal lines yang dikenal sebagai
Kerleys lines,yang ada 4 jenis, yaitu:

Kerley A: garis panjang di lobus superior paru, berasal dari

daerah hilus menuju ke atas dan perifer.


Kerley B: garis-garis pendek dengan arah horizontal tegak
lurus pada dinding pleura dan letaknya di lobus inferior, paling
mudah

terlihat

karena

letaknya

tepat

di

atas

sinus

costophrenicus. Garis ini adalah yang paling mudah ditemukan


pada keadaan gagal jantung.

Kerley C: garis-garis pendek, bercabang, ada di lobus inferior.


Perlu pengalaman untuk melihatnya, karena hampir sama

dengan pembuluh darah.


Kerley D: garis-garis pendek, horizontal, letaknya retrosternal.
Hanya tampak pada foto lateral.

Edema alveolar

Terjadi pengurangan lusensi paru yang difus mulai dari hilus


sampai perifer bagian atas dan bawah. Gambaran ini
dinamakan butterfly appearance/butterfly pattern, atau bats

wing pattern.
Batas kedua hilus menjadi kabur.

Echocardiografi, dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini


dan lebih spesifik (spesifisitas sekitar 95-100%).
Indikasi Echocardiografi pada pasien hipertensi adalah3 :
-

Konfirmasi gangguan jantung atau murmur

Hipertensi dengan kelainan katup

Hipertensi pada anak atau remaja

Hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat istirahat

Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya


(gangguan fungsi diastolik atau sistolik)

o Echocardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik


(gangguan fungsi relaksasi ventrikel kiri, pseudonormal tipe restriktif)

2. 7. Penatalaksanaan

Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi


menjadi 2 kategori, yaitu5:
1. Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat
2. Pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi
Dalam menatalaksana peningkatan tekanan darah, target tekanan darah harus
<140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes atau gagal ginjal kronik (chronic kidney
disease) dan <130/90 mmHg pada pasien yang memiliki penyakit tersebut6.
Ada beragam strategi dalam tatalaksana penyakit jantung hipertensi, misalnya
modifikasi pola makan, aerobic exercise secara teratur, penurunan berat badan, atau
penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder disfungsi diastolik dan
sistolik ventrikel kiri, coronary artery disease, serta aritmia6.

Modifikasi pola makan5


Penelitian membuktikan bahwa diet dan gaya hidup yang sehat dengan
atau tanpa kombinasi dengan penggunaan obat dapat menurunkan tekanan
darah dan mengurangi simptom dari gagal jantung dan memperbaiki hipertrofi
vetrikel kiri (HVK). Diet khusus yang dianjurkan adalah diet sodium, tinggi
potasium (pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal), makan buahbuahan segar dan sayur-sayuran, rendah kolesterol dan rendah konsumsi
alkohol.
Diet rendah sodium dengan atau tanpa kombinasi dengan pengunaan
obat-obatan mengurangi tekanan darah pada kebanyakan African Americans.
Restriksi sodium tidak menstimulasi kompensasi dari renin-angiotensin
system dan dapat memiliki efek antihipertensi. Rekomendasi intake sodium
per hari adalah 50-100 mmol, setara dengan 3-6 g garam, yang rata-rata
mengurangi tekanan darah 2-8 mmHg.
Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan, asupan tinggi potasium
diasosiasikan dengan menurunnya tekanan darah. Potasium yang diberikan
secara intravena mengakibatkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh

10

nitric oxide pada dinding pembuluh darah. Buah dan sayuran segar
direkomendasikan untuk pasien yang memiliki fungsi ginjal yang normal.
Asupan rendah kolesterol adalah profilaksis untuk pasien dengan
penyakit jantung koroner.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah pada peningkatan massa dari ventrikel kiri.

Aerobic exercise secara teratur5


o Lakukan aerobic exercise secara teratur 30 menit sehari, 3-4 kali
seminggu.
o Olahraga yang teratur, seperti berjalan, berlari, berenang, atau
bersepeda menunjukkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan
kesehatan dari jantung dan pembuluh darah karena meningkatkan
fungsi endotelial, vasodilatasi perifer, menurunkan denyut nadi
istirahat, dan mengurangi level dari katekolamin.
o Isometric dan strenuous exercise harus dihindari.

Pengurangan berat badan5


Kegemukan banyak dihubungkan dengan hipertensi dan HVK.
Penurunan berat badan secara bertahap (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penggunaan obat-obatan untuk mengurangi berat badan harus dilakukan
dengan perhatian yang khusus.

Farmakoterapi5
o Penatalaksanaan dari hipertensi dan penyakit jantung hipertensi
dengan menggunakan diuretika tiazide, beta-blockers dan kombinasi
alpha dan beta-blockers, calcium channel blockers, ACE inhibitors,
angiotensin receptor blockers, dan direct vasodilators seperti
hydralazine.
o Kebanyakan pasien membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah.

11

o Diuretika tiazide adalah obat pilihan pertama pada pasien dengan


hipertensi tanpa komplikasi.
o Obat-obatan dari kelas yang lain diberikan atas indikasi.
Calcium channel blocke: selektif untuk hipertensi sistolik pada

pasien yang tua


ACE inhibitors: pilihan pertama untuk pasien dengan diabetes

dan/atau dengan disfungsi ventrikel kiri


Angiotensin receptor blockers: alternatif untuk pasien yang

memiliki efek samping dari ACE inhibitors.


Beta-blockers: pilihan pertama pada pasien dengan gagal
jantung karena disfungsi sistolik ventrikel kiri, pasien dengan
ischemic heart disease dengan atau tanpa riwayat myocardial

infarction, dan pasien dengan thyrotoxicosis.


Obat-obat intravena pada pasien hipertensi emergensi, yaitu
nitroprusside, labetalol, hydralazine, enalapril, dan betablockers (tidak digunakan untuk pasien dengan gagal jantung
akut ataupun dekompensata).

Tatalaksana untuk HVK5


o

HVK meningkatkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Obatobatan di atas dapat mengurangi HVK. Data dari metaanalisis yang
terbatas dikemukakan, ACE inhibitors memiliki keunggulan yang
lebih untuk menangani HVK.

Tatalaksana untuk LV diastolic dysfunction5


o

Kelas-kelas tertentu dari obat antihipertensi (ACE inhibitors, betablockers, dan nondihydropyridine calcium channel blockers) dapat
meningkatkan

echocardiographic

parameters

pada

disfungsi

diastolik yang simptomatik dan asimptomatik serta simptom dari


gagal jantung..

12

Penggunaan diuretik dan nitrat untuk pasien dengan gagal jantung


karena disfungsi diastolik harus dengan hati-hati. Obat ini dapat
menyebabkan hipotensi yang berat dengan menurunkan preload.

Tatalaksana untuk LV systolic dysfunction5


o

Diuretik (biasanya loop diuretics) digunakan untuk tatalaksana LV


systolic dysfunction.

ACE inhibitors untuk mengurangi preload dan afterload dan mencegah


kongesti paru maupun sistemik.

Beta-blockers (cardioselective atau mixed alpha and beta), seperti


carvedilol, metoprolol XL, dan bisoprolol, untuk meningkatkan
fungsi dari ventrikel kiri serta mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas dari gagal jantung.

Spironolakton dosis rendah mengurangi angka mortalitas dan


morbiditas NYHA grade III atau IV dari gagal jantung, yang
menggunakan ACE inhibitor.

Tatalaksana dari kardiak aritmia5


Tatalaksana disesuaikan dengan jenis aritmia dan penyebab LV

dysfunction.
o

Antikoagulan dapat digunakan pada pasien dengan atrial fibrilasi.

2. 8. Prognosis
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam sesuai
dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko komplikasi
bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri. Semakin besar
kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang akan timbul juga
akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.

13

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu seperti


ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi hipertropi
ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung
akibat penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi
adalah penyakit yang serius yang memiliki resiko kematian mendadak. 5

BAB III
KESIMPULAN

14

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai
adanya hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan
darah tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi juga
dipengaruhi oleh faktor neurohormonal.8
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh
penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai
terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA
memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi sistolik).3
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dan lain-lain)
dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.3
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu5: Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat dan
pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi.
Dalam menatalaksana peningkatan tekanan darah, target tekanan darah harus
<140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes atau gagal ginjal kronik (chronic kidney
disease) dan <130/90 mmHg pada pasien yang memiliki penyakit tersebut5.
Ada beragam strategi dalam tatalaksana penyakit jantung hipertensi, misalnya
modifikasi pola makan, aerobic exercise secara teratur, penurunan berat badan, atau

15

penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder disfungsi diastolik dan
sistolik ventrikel kiri, coronary artery disease, serta aritmia5.
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam sesuai
dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko komplikasi
bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri. Semakin besar
kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang akan timbul juga
akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.

DAFTAR PUSTAKA

16

1. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2006
2. Miftah, Suryadipraja. Prevalensi Congestive Hearth Failure (CHF). Available
from URL: library.usu.ac.id./download/fkm-hiswani12.pdf.
3. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2006
4. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2006..
5. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius FK UI: 2001.
6. Ramachandran, S. Varsan dkk. Impact of High-Normal Blood Pressure on the
Risk

of

Cardiovascular

Disease.

2001.

Available

fromURL:

http://content.nejm.org/cgi/content/full/345/18/1291.
7. Medical. Hypertensive Heart disease. Available from URL : http://
www.medical.go.id
8. Anonym. Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi. Available from URL :
http://www.badungkab.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=485&Itemid=95.

17

Anda mungkin juga menyukai