Anda di halaman 1dari 13

NASIONALISME INDONESIA

Oleh :

BRYAN GIGIH MISIONARIS

1506759080

FATIMAH NURUL IHSANI

1506759036

FISIOTERAPI
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................3

I.1.

Latar Belakang.............................................................................................................3

I.2.

Rumusan Masalah.......................................................................................................3

BAB II ISI................................................................................................................................4
II.1.

Pengertian Nasionalisme.............................................................................................4

II.2.

Unsur-Unsur Nasionalisme..........................................................................................5

II.3.

Nasionalisme Indonesia Sebelum Kemerdekaan.........................................................6

II.4.

Pentingnya Rasa Nasionalisme....................................................................................9

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................11


DAFTAR PUSTAKA...12

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pada masa penjajahan, Indonesia berada di puncak kejayaan rasa
nasionalisme. Pejuang - pejuang terdahulu kita bersatu dari sabang sampai
merauke untuk membebaskan diri dari tirani. Seluruh rakyat Indonesia berjuang
sebagai satu kesatuan dengan satu tujuan yaitu kemerdekaan. Hingga pada
akhirnya mimpi dan cita-cita rakyat Indonesia dapat terwujud dengan terlaksananya
proklamasi kemerdekaan Indonesia tepatnya pada 17 Agustus 1945.
Nasionalisme
Indonesia
adalah
nasionalisme
berfondasi
Pancasila.
Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno
disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki
penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain.
Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama, kesadaran
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam
menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia.
Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah
Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.
Saat ini, bangsa kita memang sudah tidak dijajah lagi, namun rasa
nasionalisme kita tidak boleh ikut berkurang. Rasa nasionalisme bangsa tetap kita
perlukan untuk menjaga keutuhan kita sebagai satu bangsa. Semangat
nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa
Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional baik dari
dalam maupun luar negeri. Terutama dengan globalisasi yang semakin meluas dan
mendunia, seharusnya menambah rasa nasionalisme dan rasa bangga kita sebagai
bangsa Indonesia. Disinilah peran kita sebagai penerus bangsa untuk dapat
mempertahankan identitas dan harga diri bangsa. Rasa nasionalisme sangat
penting bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang
modern , bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.

I.2. Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Apa pengertian Nasionalisme?


Apa saja unsure-unsur pembentuk nasionalisme?
Bagaimana nasionalisme Indonesia sebelum kemerdekaan?
Pentingnya rasa nasionalisme bagi mahasiswa saat ini?

BAB II
ISI
II.1. Pengertian Nasionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme didefinisikan sebagai
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan.
Dalam arti sederhana, nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku
individu atau masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian
yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Loyalitas dan pengabdian itu didorong
oleh suatu tekad untuk hidup sebagai suatu bangsa di bawah satu negara yang
sama, terlepas dari perbedaan etnis, agama, ataupun golongan.
Adolf Heuken (1988) menyebut nasionalisme sebagai pandangan yang berpusat
pada bangsanya. Menurutnya, kata nasionalisme mempunyai arti:
1. Dalam arti nasionalistis. Ini dimaksudkan sebagai sikap yang keterlaluan, sempit,
dan sombong. Sikap ini tidak menghargai orang dan bangsa lain seperti semestinya.
Apa yang menguntungkan bangsa sendiri begitu saja dianggap benar, meskipun hal
itu mungkin menginjak-injak hak dan kepentingan bangsa lain. Dengan demikian,
nasionalisme ini justru menceraiberaikan bangsa satu dengan bangsa lainnya.
2. Nasionalisme dapat juga menunjuk sikap nasional yang positif, yakni sikap
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan serta harga diri bangsa
sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme ini berguna untuk membina rasa
bersatu antarpenduduk negara yang heterogen (karena perbedaan suku, agama,
asal usul). Ini juga berfungsi untuk membina rasa identitas, kebersamaan dalam
negara serta bermanfaat untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperoleh.
Nasionalisme dalam arti yang kedua itulah yang perlu diwujudkan, sesuai
dengan keadaan. Pada masa penjajahan, misalnya, perwujudannya berupa
perjuangan mendirikan negara sekaligus berarti menentang penjajahan asing.
Sementara ketika negara telah berdiri, dengan bangsa yang sudah mulai merasa
satu, nasionalisme diwujudkan dalam bentuk mengisi kemerdekaan nasional
menuju kehidupan yang lebih baik.

Berikut ragam definisi nasionalisme dari berbagai seumber:


1. Nasionalisme adalah sikap politik dan social dari kelompok masyarakat yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, wilayah, serta cita-cita dan
tujuan. Ini sering dihubungkan dengan setiap hasrat untuk persatuan atau
kemerdekaan nasional. (Ensiklopedia Indonesia, 1980: 2338).
2. Nasionalisme adalah filsafat politik dan social yang menganggap kebaikan
bangsa paling utama. Ini ditandai oleh patriotism dan keyakinan nilai-nilai
politik dan cultural suatu bangsa dalam nasib yang akan dicapainya.
(Ensiklopedia Umum, 1977: 732).
3. Nasionalisme adalah perasaan mengikat atas dasar persamaan ras, etnik,
rasa kekeluargaan, memiliki hubungan yang lebih erat dengan sekelompok
orang daripada dengan orang lain, dan mempunyai perasaan berada di
bawah satu kekuasaan. Hal ini diperkuat dengan tradisi, adat istiadat,
dongeng, mitos, dan bahasa yang sama. (Kamus Politik Indonesia, 1933:
105)
4. Nasionalisme adalah suatu ungkapan perasaan yang kuat dan merupakan
usaha pembelaan daerah atau bangsa melawan penguasa luar. Identitas
yang menjadi cirri khasnya adalah identitas masa lalu, suatu sejarah, nenek
moyang, akar yang menempatkan diri dalam suatu tradisi (sebagai suatu
proses peleburan, perpaduan) dari suatu daerah, sejarah, bahasa dan
agama. (Lyman Tower Sargent, 1987 : 19)
5. Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Kebangsaan
adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan
bahwa bangsa adalah sumber semua tenaga kebudayaan kreatif dan
kesejahteraan ekonomi. (Hans Kohn, 1976: 12).

II.2. Unsur-Unsur Nasionalisme


Unsur-unsur yang membentuk Nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Kesatuan Sejarah
Kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan sejarah Indonesia yang
panjang sejak zaman Sriwijaya, Majapahit dan munculnya kerajaankerajaan Islam hingga akhirnya muncul penjajahan VOC dan Belanda.
Secara terbuka nasionalisme mula pertama dicetuskan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada
Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
2. Kesatuan Nasib
Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib, yaitu
penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut

kemerdekaan secara terpisah dan bersama-sama, sehingga berkat


rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat memproklamasikan kemerdekaan
menjelang berakhirnya masa pendudukan tentara Jepang.
3. Kesatuan Kebudayaan
Walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan
menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu
merupakan satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan
dengan agama-agama besar yang dianut bangsa Indonesia,
khususnya Hindu dan Islam.
4. Kesatuan Wilayah
Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama
yaitu tumpah darah Indonesia.
5. Kesatuan Asas Kerohanian
Bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan
falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.

II.3. Nasionalisme Indonesia Sebelum Kemerdekaan


1. BUDI UTOMO
Politik etis awal abad ke-20 membawa dampak munculnya "priyayi
jawa baru" atau priyayi rendahan, mereka memiliki pandangan bahwa
pendidikan adalah kunci kemajuan. Dilatar belakangi situasi ekonomi yang
buruk di pulau Jawa karena eksploitasi penjajah Belanda, menyebabkan
banyak anak priyayi rendahan yang pandai tapi tidak dapat meneruskan
sekolah karena tidak ada biaya. Sang priyayi baru, Dr Wahidin Sudirohusodo
berusaha mencari dana untuk memberi bantuan kepada anak-anak yang
tidak dapat sekolah. Propagandanya disambut antara lain oleh salah seorang
mahasiswa kedokteran sekolah Dokter Jawa, School Taf Opleiding Van
Indische Arsten (Stovia) yaitu Sutomo. Semangat nasionalisme Indonesia
sudah mulai terasa sejak berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20
Mei 1908 yang berawal dari keprihatinan Dr Wahidin Sudirohusodo yang
dikembangkan oleh Sutomo mahasiswa Stovia serta rekan-rekannya untuk
mendirikan Budi Utomo. Ini menampilkan fase pertama dari Nasionalisme
Indonesia dan menunjuk pada etno nasionalisme dan proses penyadaran diri
terhadap identitas diri bangsa Indonesia. Walaupun di kemudian hari
kegiatan Budi Utomo lebih bersifat sosial cultural, kelahiran Budi Utomo
merupakan pelopor pergerakan nasional Indonesia pertama, sehingga
tanggal berdirinya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia.
Secara politik dapat dikatakan Budi Utomo kurang begitu pentingnya akan

tetapi pergerakan inilah yang menyebar lebih semangat nasionalisme untuk


pertama kalinya.

2. SAREKAT ISLAM (SI)


Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh R.M. Tirtoadisuryo
pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang
pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagangpedagang besar Tionghoa. Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji
Samanhudi didirikan organisasi dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI).
Tujuan perkumpulan ini adalah untuk menghimpun para pedagang Islam
agar dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang
Tionghoa, India dan Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu
pedagang-pedagang tersebut lebih maju usahanya daripada pedagang
Indonesia dan keadaan itu sengaja diciptakan oleh Belanda. Adanya
perubahan sosial menimbulkan kesadaran kaum pribumi. Sebagai ikatan
solidaritas dan lambang kelompok, perlu ada ideologi gerakan. SDI
merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan
perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H.
Samanhudi perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan
yang berpengaruh dan akhirnya pada tahun 1912 oleh pimpinannya yang
baru yaitu Haji Omar Said Cokroaminoto namanya diubah menjadi Sarekat
Islam.
Sarekat Islam (SI) mengalami percepatan kemajuan yang merata hampir di
seluruh Indonesia. Akan tetapi, sifat keterbukaan organisasi ini telah memicu
terjadinya perpecahan di tubuh SI. SI sebagai organisasi besar akhirnya
terpecah setelah disusupi oleh orang-orang yang telah dipengaruhi oleh
paham sosialis. Paham sosialis ini disebarkan oleh Sneevlet yang mendirikan
organisasi ISDV (Indische Sosialistische Democratische Vereeniging). Mereka
menyebar luaskan ajaran sosialis dan terang-terangan menentang kebijakankebijakan pimpinan Sarekat Islam. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi SI
putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto dan SI merah yang dipimpin
Semaun. Si merah berlandaskan Sosialisme Komunisme. Pecahnya SI terjadi
setelah Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada
kaitannya dengan kongres SI ke-6 tahun 1921 tentang perlunya disiplin
partai, seorang harus memilih antara SI atau organisasi lain tujuannya agar
Si bersih dari unsur-unsur komunis. SI berubah nama menjadi Partai Sarekat
Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927 menyatakan bahwa tujuan
perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang
jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi
Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII

menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik


Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

3. PARTAI NASIONAL INDONESIA


Sejarah mencatat bahwa PKI berhasil menempatkan diri sebagai partai
terbesar sehingga mendorongnya melakukan pemberontakan kepada
pemerintah Belanda pada 13 November 1926. Pemberontakan PKI ini telah
meyebabkan banyak tokoh pergerakan nasional harus dibuang ke Tanah
Merah, Digul Atas, dan Irian Jaya.
Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah
Belanda, Soekarno merasakan perlunya bangsa Indonesia memiliki partai
sebagai wadah baru yang mampu menampung gerakan nasionalisme
modern yang radikal. Pada 4 Juli 1927, lahirlah Partai Nasional Indonesia
(PNI) yang diawali oleh berdirinya Algeemene Study Club (1925). Ideologi
partai ini adalah nasionalisme radikal, sebagaimana tuisan Soekarno
dalam Nasionalisme, Islamisme, dan marxisme (1926). Tulisan tersebut
merupakan
respons
Soekarno
atau
tulisan
H.O.S
Tjokroaminoto
tentang Islam dan Sosialisme. Ketiga kekutan ideologi tersebut, yakni
Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, merupakan landasan pergerakan
nasional secara garis besar, dan oleh Soekarno dianggap sebagai alat
pemersatu bangsa Indonesia. Ketiga tersebut kemudian terkenal dengan
singkatan NASAKOM.

4. INDISCHE PARTIJ (IP)

IP adalah organisasi campuran yang menginginkan kerjasama orang


Indo dengan orang Bumiputra. Organisasi ini didirikan oleh E.F.E Douwes
Dekker alias setyabudi di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Organisasi ini pada mulanya disebut juga Partai Hindia. Tuntutan utamanya
adalah penghapusan kolonialisme yang mengeksploitasi rakyat dan Hindia
Belanda. Indische Partij memiliki semboyan Hindia untuk Hindia, artinya
adalah Hindia untuk orang Hindia bukan untuk orang Belanda. Dari
tuntutannya kita tahu bahwa pergerakan ini bercorak organisasi politik.
Hindia adalah sebutan untuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan. Dengan cita-cita
mencapai Indonesia merdeka, Indische Partij merupakan organisasi politik

pertama di Indonesia. Perkembangan yang sangat cepat dan pernyataanpernyataannya yang mengkritik Belanda menyebabkan tokoh-tokoh
Indischer Partij mulai diawasi dan dicurigai oleh Belanda sehingga
pemerintah menolak ketika pengurusnya mengajukan permohonan untuk
memperoleh badan hukum. Salah satu pernyataan yang mengkritik Belanda
adalah tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander
Was (Seandainya saya seorang Belanda), tulisan yang dimuat dalam surat
kabar de Express itu berisi kritikan terhadap Belanda ketika bermaksud
mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri
Belanda lepas dari penjajahan Perancis tahun 1814. Akibat tulisan itu ketiga
pemimpin Indische Partij ditangkap dan dihukum dan dibuang ke negeri
Belanda. Tahun 1913 IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Douwes Dekker
tetap berjuang dijalur politik, Suwardi Suryaninggrat lebih dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantoro bergerak di lapangan pendidikan dan Tjipto Mangunkusumo
tetap dengan perjuangan radikalnya.

4. MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan, seorang muslim yang berpikiran modern. Tujuan yang ingin dicapai adalah
memajukan pengajaran modern berdasarkan Islam yang benar dan memberikan
pengertian ilmu agama dan cara hidup yang benar menurut peraturan agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah
sebagai pusat pendidikan dan membantu sekolah-sekolah Islam yang memerlukan
bantuan. Dalam bidang sosial, Muhammadiyah banyak mendirikan rumah sakit,
rumah yatim piatu dan meningkatkan dakwah bagi masyarakat Islam.
Muhammadiyah mendapat surat Keputusan badan hukum dari pemerintah pada
tanggal 22 Agustus 1914. Setelah berbadan hukum, organisasi ini mulai mendapat
sambutan kalangan Islam sehingga mulai berkembang. Muhammadiyah adalah
organisasi yang bercorak kooperatif (bekerjasama) dengan pemerintah Belanda.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia bentuk gerakan nasionalisme


adalah dalam wujud perlawanan fisik dan upaya diplomasi bangsa Indonesia
dalam upaya untuk mempertahankan kedaulatan RI. Peristiwa-peristiwa yang
dapat dicatat yaitu: Pertempuran tanggal 10 November 1945, di Surabaya,
Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, Konferensi Linggarjati, Konferensi
Renville, serta KMB, termasuk didalamnya upaya penanggulangan
pemberontakan dari dalam negeri sendiri (DI/TII, PRRI/Permesta, RMS) baik
Belanda maupun para pemberotak adalah sama-sama musuh bersama
bangsa Indonesia yang harus dilawan demi menegakkan kedaulatan negera

RI. Pada tahun 1963, Soekarno menentang pembentukan Negara Federasi


Malaysia, karena mengangap itu sebagai proyek neo-kolonialisme Inggris
yang dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Maka
pada saat itu bangsa Indonesia dikondisikan untuk kemudian menganggap
Malaysia sebagai musuh bersama bangsa Indonesia dan mesti dilawan, yang
kemudian melahirkan ultimatum Ganyang Malaysia.

II.4. Pentingnya Rasa Nasionalisme


Nasionalisme Indonesia pada hakekatnya adalah ruh dan semangat
yang menggerakkan untuk bangkit melawan penindasan ekonomi, politik,
social-budaya serta hankam dari cengkraman penguasa colonial. Dengan
merdekanya Indonesia, Indonesia seharusnya berdaulat penuh secara politik,
ekonomi, social-budaya serta hankam. Namun sayangnya hal tersebut masih
belum terwujud. Pemimpin-pemimpin Indonesia dari masa ke masa selalu
menghianati amanat penderitaan rakyat. Negeri ini dipecundangi oleh
pemimpinnya
yang
berkolaborasi
dengan
badan-badan
keuangan
internasional,
korporasi-korporasi
asing,
perusahaan-perusahaan
multinasional yang merampok kekayaan alam kita, merusak ekosistem kita,
menjajah buruh-buruh kita dengan upah yang rendah. Pemimpin dan elit
politik nasional masih banyak yang merelakan menjadi komperador neoimperialisme.
Walaupun globalisasi adalah suatu era yang menjanjikan pertumbuhan
ekonomi untuk mencapai kemakmuran global, tetapi pada kenyataannya,
globalisasi merupakan kelanjutan dari kolonialisme dan developmentalisme.
Kolonialisme klasik yang dulu kini digantikan oleh imperialism modern yang
bertema globalisasi. Imperialisme bertujuan menguasai dan mengendalikan
negara lain dengan mendominasi politik, ekonomi, militer, dan budaya. Jika
dilihat dari kaca imperialism modern, Indonesia belum merdeka. Bahkan
imperialisme berhasil menguasai dan menghegemoni Indonesia dengan
berbagai usaha demi mempertahankan kekuasaannya atas negara ini.
Sebab, kekuasaan itu member keuntungan besar kepada mereka, terutama
secara ekonomi.
Sesungguhnya nilai-nilai nasionalisme (faham tentang kebangsaan) itu
bersumber dari sosio-kultural bangsa dan bumi Indonesia. Sekalipun akan
mengalami interaksi dengan dunia luar dalam era globalisasi, tetapi
hakekatnya tidak boleh berubah.
Upaya memupuk nasionalisme agar tidak rentan, mudah pudar dan
bahkan terkikis habis dari dada bangsa Indonesia tentu perlu keseriusan
dan optimisme. Ada sasanti di beberapa lembaga pendidikan yang mungkin

pernah kita dengar atau dilihat, bahwa dalam rangka kaderisasi calon-calon
pemimpin bangsa, hendaknya terus dimantapkan dwi warnapurwa
cendekia wusana. Secara sepintas inti maksudnya adalah untuk
menciptakan kader-kader pemimpin bangsa ini, agar memiliki rasa dan jiwa
nasionalisme yang tinggi dan serta berpikir cerdas dan patriotik. Merah putih
lebih dulu, baru kecakapan intelektualitas dan kecendikiawanan yang tinggi
untuk melengkapinya. Tidak kita inginkan dimasa datang banyak pemimpin
kita cakap dan cerdas tetapi tidak memiliki jiwa kejuangan atau mentalnya
lemah.
Walaupun pengaruh globalisasi mendera dan melarutkan apa saja
yang ada dimuka bumi ini, tentu tidak boleh larut dan tersapu semua nilainilai nasionalisme dan patriotisme tersebut. Oleh sebab itu yang perlu
dipupuk pada dasarnya adalah jati diri. Terutama bagi kita mahasiswamahasiswa Indonesia. Mengapa? Karena mahasiswa adalah entitas yang
memiliki kelebihan tersendiri karena pendidikan yang diperoleh mampu
menjadikan dirinya sebagai segmen yang lebih maju dibanding dengan
masyarakat lainnya sehingga berpotensi menggerakkan kondisi menuju
terciptanya perubahan. Munculnya gerakan mahasiswa dalam konteks
perilaku kolektif tidak lepas dari fluktuasi kondisi social, ekonomi, politik, dan
aspek spontanitas. Juga ketika infrastruktur dan suprastruktur politik negara
tidak berfungsi secara maksimal, mendorong mahasiswa tampil sebagai
kekuatan responsif terhadap kondisi. Misalnya, terjadi penindasan structural
yang diikuti oleh krisis sistematik di bawah suatu rezim pemerintahan.
Karena itulah, mahasiswa bagaikan ujung tombak dari suatu negara perlu
memupuk dan menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa ini. Karena
mahasiswa-mahasiswalah yang dalam 10 atau 20 tahun lagi akan
menggantikan pemimpin-pemimpin yang sekarang berkuasa. Dengan
mahasiswa-mahasiswa
Indonesia
yang
menjunjung
tinggi
rasa
nasionalismenya terhadap Indonesia, maka bukan mustahil bagi bangsa ini
untuk terlepas dari jeratan imperialism yang berkedok globalisasi serta akan
terwujud cita-cita para pemimpin terdahulu Indonesia yang menginginkan
Indonesia dapat berdaulat penuh dan berdiri diatas kakinya sendiri.

BAB IV
KESIMPULAN
Nasionalisme
Indonesia
adalah
nasionalisme
berfondasi
Pancasila.
Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno
disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki
penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain.
Nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat
yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa
dan negaranya. Loyalitas dan pengabdian itu didorong oleh suatu tekad untuk hidup
sebagai suatu bangsa di bawah satu negara yang sama, terlepas dari perbedaan
etnis, agama, ataupun golongan.

Unsur-unsur yang membentuk Nasionalisme Indonesia adalah:


Kesatuan Sejarah, Kesatuan Nasib, Kesatuan Kebudayaan, Kesatuan Wilayah,
dan Kesatuan Asas Kerohanian.
Nasionalisme Indonesia mencapai puncaknya pada masa penjajahan.
Nasionalisme juga yang mendorong terbentuknya organisasi-organisasi

pergerakan di Indonesia sebelum kemerdekaan diantaranya : Budi Utomo,


Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, Indische Partij, dan Muhammadiyah.
Dimasa sekarang ini, walaupun sudah merdeka, namun bangsa ini
belum sepenuhnya terlepas dari penajajahan yang lebih modern yaitu
imperialisme. Karena itulah, mahasiswa-mahasiswa sebagai ujung tombak
dan penerus bangsa ini perlu menanamkan rasa nasionalisme terhadap
Indonesia. Mahasiswalah yang diharapkan dikemudian hari menjadi pemutus
imperialisme bangsa lain terhadap Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. (2004). Pendidikan Pancasila, Ed. Reformasi 2004. Paradigma, Yogyakarta.
Bambang Suteng, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Erlangga,
Jakarta.
Soepriyanto. (2008). Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi. Inside Press,
Jakarta.
Suhawi, Achmad. (2009). Gymnastik Politik Nasionalis Radikal Fluktuasi
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. RajaGrafindo Persada, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai