Oleh :
1506759080
1506759036
FISIOTERAPI
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................3
I.1.
Latar Belakang.............................................................................................................3
I.2.
Rumusan Masalah.......................................................................................................3
BAB II ISI................................................................................................................................4
II.1.
Pengertian Nasionalisme.............................................................................................4
II.2.
Unsur-Unsur Nasionalisme..........................................................................................5
II.3.
II.4.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pada masa penjajahan, Indonesia berada di puncak kejayaan rasa
nasionalisme. Pejuang - pejuang terdahulu kita bersatu dari sabang sampai
merauke untuk membebaskan diri dari tirani. Seluruh rakyat Indonesia berjuang
sebagai satu kesatuan dengan satu tujuan yaitu kemerdekaan. Hingga pada
akhirnya mimpi dan cita-cita rakyat Indonesia dapat terwujud dengan terlaksananya
proklamasi kemerdekaan Indonesia tepatnya pada 17 Agustus 1945.
Nasionalisme
Indonesia
adalah
nasionalisme
berfondasi
Pancasila.
Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno
disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki
penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain.
Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama, kesadaran
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam
menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia.
Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah
Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.
Saat ini, bangsa kita memang sudah tidak dijajah lagi, namun rasa
nasionalisme kita tidak boleh ikut berkurang. Rasa nasionalisme bangsa tetap kita
perlukan untuk menjaga keutuhan kita sebagai satu bangsa. Semangat
nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa
Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional baik dari
dalam maupun luar negeri. Terutama dengan globalisasi yang semakin meluas dan
mendunia, seharusnya menambah rasa nasionalisme dan rasa bangga kita sebagai
bangsa Indonesia. Disinilah peran kita sebagai penerus bangsa untuk dapat
mempertahankan identitas dan harga diri bangsa. Rasa nasionalisme sangat
penting bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang
modern , bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.
BAB II
ISI
II.1. Pengertian Nasionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme didefinisikan sebagai
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan.
Dalam arti sederhana, nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku
individu atau masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian
yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Loyalitas dan pengabdian itu didorong
oleh suatu tekad untuk hidup sebagai suatu bangsa di bawah satu negara yang
sama, terlepas dari perbedaan etnis, agama, ataupun golongan.
Adolf Heuken (1988) menyebut nasionalisme sebagai pandangan yang berpusat
pada bangsanya. Menurutnya, kata nasionalisme mempunyai arti:
1. Dalam arti nasionalistis. Ini dimaksudkan sebagai sikap yang keterlaluan, sempit,
dan sombong. Sikap ini tidak menghargai orang dan bangsa lain seperti semestinya.
Apa yang menguntungkan bangsa sendiri begitu saja dianggap benar, meskipun hal
itu mungkin menginjak-injak hak dan kepentingan bangsa lain. Dengan demikian,
nasionalisme ini justru menceraiberaikan bangsa satu dengan bangsa lainnya.
2. Nasionalisme dapat juga menunjuk sikap nasional yang positif, yakni sikap
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan serta harga diri bangsa
sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme ini berguna untuk membina rasa
bersatu antarpenduduk negara yang heterogen (karena perbedaan suku, agama,
asal usul). Ini juga berfungsi untuk membina rasa identitas, kebersamaan dalam
negara serta bermanfaat untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperoleh.
Nasionalisme dalam arti yang kedua itulah yang perlu diwujudkan, sesuai
dengan keadaan. Pada masa penjajahan, misalnya, perwujudannya berupa
perjuangan mendirikan negara sekaligus berarti menentang penjajahan asing.
Sementara ketika negara telah berdiri, dengan bangsa yang sudah mulai merasa
satu, nasionalisme diwujudkan dalam bentuk mengisi kemerdekaan nasional
menuju kehidupan yang lebih baik.
pertama di Indonesia. Perkembangan yang sangat cepat dan pernyataanpernyataannya yang mengkritik Belanda menyebabkan tokoh-tokoh
Indischer Partij mulai diawasi dan dicurigai oleh Belanda sehingga
pemerintah menolak ketika pengurusnya mengajukan permohonan untuk
memperoleh badan hukum. Salah satu pernyataan yang mengkritik Belanda
adalah tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander
Was (Seandainya saya seorang Belanda), tulisan yang dimuat dalam surat
kabar de Express itu berisi kritikan terhadap Belanda ketika bermaksud
mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri
Belanda lepas dari penjajahan Perancis tahun 1814. Akibat tulisan itu ketiga
pemimpin Indische Partij ditangkap dan dihukum dan dibuang ke negeri
Belanda. Tahun 1913 IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Douwes Dekker
tetap berjuang dijalur politik, Suwardi Suryaninggrat lebih dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantoro bergerak di lapangan pendidikan dan Tjipto Mangunkusumo
tetap dengan perjuangan radikalnya.
4. MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan, seorang muslim yang berpikiran modern. Tujuan yang ingin dicapai adalah
memajukan pengajaran modern berdasarkan Islam yang benar dan memberikan
pengertian ilmu agama dan cara hidup yang benar menurut peraturan agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah
sebagai pusat pendidikan dan membantu sekolah-sekolah Islam yang memerlukan
bantuan. Dalam bidang sosial, Muhammadiyah banyak mendirikan rumah sakit,
rumah yatim piatu dan meningkatkan dakwah bagi masyarakat Islam.
Muhammadiyah mendapat surat Keputusan badan hukum dari pemerintah pada
tanggal 22 Agustus 1914. Setelah berbadan hukum, organisasi ini mulai mendapat
sambutan kalangan Islam sehingga mulai berkembang. Muhammadiyah adalah
organisasi yang bercorak kooperatif (bekerjasama) dengan pemerintah Belanda.
pernah kita dengar atau dilihat, bahwa dalam rangka kaderisasi calon-calon
pemimpin bangsa, hendaknya terus dimantapkan dwi warnapurwa
cendekia wusana. Secara sepintas inti maksudnya adalah untuk
menciptakan kader-kader pemimpin bangsa ini, agar memiliki rasa dan jiwa
nasionalisme yang tinggi dan serta berpikir cerdas dan patriotik. Merah putih
lebih dulu, baru kecakapan intelektualitas dan kecendikiawanan yang tinggi
untuk melengkapinya. Tidak kita inginkan dimasa datang banyak pemimpin
kita cakap dan cerdas tetapi tidak memiliki jiwa kejuangan atau mentalnya
lemah.
Walaupun pengaruh globalisasi mendera dan melarutkan apa saja
yang ada dimuka bumi ini, tentu tidak boleh larut dan tersapu semua nilainilai nasionalisme dan patriotisme tersebut. Oleh sebab itu yang perlu
dipupuk pada dasarnya adalah jati diri. Terutama bagi kita mahasiswamahasiswa Indonesia. Mengapa? Karena mahasiswa adalah entitas yang
memiliki kelebihan tersendiri karena pendidikan yang diperoleh mampu
menjadikan dirinya sebagai segmen yang lebih maju dibanding dengan
masyarakat lainnya sehingga berpotensi menggerakkan kondisi menuju
terciptanya perubahan. Munculnya gerakan mahasiswa dalam konteks
perilaku kolektif tidak lepas dari fluktuasi kondisi social, ekonomi, politik, dan
aspek spontanitas. Juga ketika infrastruktur dan suprastruktur politik negara
tidak berfungsi secara maksimal, mendorong mahasiswa tampil sebagai
kekuatan responsif terhadap kondisi. Misalnya, terjadi penindasan structural
yang diikuti oleh krisis sistematik di bawah suatu rezim pemerintahan.
Karena itulah, mahasiswa bagaikan ujung tombak dari suatu negara perlu
memupuk dan menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa ini. Karena
mahasiswa-mahasiswalah yang dalam 10 atau 20 tahun lagi akan
menggantikan pemimpin-pemimpin yang sekarang berkuasa. Dengan
mahasiswa-mahasiswa
Indonesia
yang
menjunjung
tinggi
rasa
nasionalismenya terhadap Indonesia, maka bukan mustahil bagi bangsa ini
untuk terlepas dari jeratan imperialism yang berkedok globalisasi serta akan
terwujud cita-cita para pemimpin terdahulu Indonesia yang menginginkan
Indonesia dapat berdaulat penuh dan berdiri diatas kakinya sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN
Nasionalisme
Indonesia
adalah
nasionalisme
berfondasi
Pancasila.
Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno
disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki
penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain.
Nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat
yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa
dan negaranya. Loyalitas dan pengabdian itu didorong oleh suatu tekad untuk hidup
sebagai suatu bangsa di bawah satu negara yang sama, terlepas dari perbedaan
etnis, agama, ataupun golongan.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. (2004). Pendidikan Pancasila, Ed. Reformasi 2004. Paradigma, Yogyakarta.
Bambang Suteng, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Erlangga,
Jakarta.
Soepriyanto. (2008). Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi. Inside Press,
Jakarta.
Suhawi, Achmad. (2009). Gymnastik Politik Nasionalis Radikal Fluktuasi
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. RajaGrafindo Persada, Jakarta