merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme,
misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi,
bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan
lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut
semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah
sel mikroba itu sendiri. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang
irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya.
Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan
jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri
atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik,
fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan
digunakan untuk menentukan waktu generasi (Yudhabuntara, 2003)
Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat
disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang
hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berharihari (Sumarsih,2003).
Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada
periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan. Kemudian akan
memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan diperoleh kurva
pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan, yaitu (Admin,
2008):
Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering
sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner,yaitu dari
satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya
jumlah sel. . Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali
jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu
penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai
beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan
perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu (Sumarsih, 2003).
Waktu generasi juga dapat dihitung dari slope garis dalam plot semilogaritma kurva
pertumbuhan eksponensial, yaitu dengan rumus, slope = 0,301/ waktu generasi. Dari
grafik pertumbuhan tersebut diketahui bahwa slope = 0,15, sehingga juga diperoleh
waktu generasi = 2 jam
Bakteri heterotrofik:
Bacillus megatarium
Escherichia coli
Rhizobium meliloti
Treponema pallidum
Bakteri fotosintetik:
Chloropseupdomonas
Ethylicum
Rhodopseudomonas spheroids
Rhodospirillum rubrum
Ragi:
Saccharomyces cerevisiae
0,58
0,28
1,80
34,0
7,0
2,4
5,0
2,0
PertumbuhanselMikrobia :
-
Pertumbuhanselmikrobia : bertambahnyajumlahselataumassasel
Kapang : 4 8 jam
Ragi, seperti ragi untuk membuat kue atau roti Saccharomyces cerevisiae pembelahan
ada yang seperti bakteri (dari satu sel menjadi dua dst.) tetapi ada pula yang membentuk
kuncup, dimana tiap kuncup akan membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup
Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain, perbanyakan
individunya terjadi secara pembelahan atau replikasi DNA(gambar 47) Perkembang-biakan
aseksual dapat juga terjadi secara fragmentasi, yaitu pemotongan serat atau hifa atau filamen.
Misal yang terjadi pada jamur atau mikroalge. Filamen yang terpotong menjadi beberapa
bagian, tiap potongannya akan tumbuh dan berkembang pula seperti induknya.
Perkembang-biakan aseksual yang paling umum lagi adalah melalui spora. Spora
yang dapat diumpamakan seperti biji tanaman tinggi, dihasilkan dalam berbagai bentuk
mikroorganisme. Untuk bakteri, spora terbentuk didalam sel, sehingga dinamakan endospora.
Sedang untuk jamur misalnya, spora terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakan
eksospora. Kalau spora jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah dan tumbuh
menjadi individu baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan
mikro alga serta secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.
3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.
Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau sel telur yang telah di
buahi oleh sel jantan atau sel sperma), yang kemudian zigot akan berkecambah membentuk
individu baru setelah mengalami pembelahan. Rangkaian kehidupan mikroorganisme yang
dimulai dari spora, spora berkecambah, membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian
menghasilkan alat perkembang biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup. Pada bacteria
siklus hidup kurang jelas rangkaianya, berbeda pada jamur dan mikro alga. Pada jamur
kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang sudah dibudidayakan dan bernilai
ekonomi dengan nama mushroom atau champignon, siklus hidupnya sangat jelas mulai dari
spora yang berkecambah, membentuk massa hifa atau misellia, membentuk tubuh buah stadia
awal sampai membentuk tubuh buah yang nyata terlihat. Juga pada alga hijau
(Chlamydomonas) jenis alag yang banyak kita temukan pada bak aquarium ataupun pada
kolam ikan, serta pada protozoa (Trypanosoma gambiense) penyebab penyakit tidur yang
ditularkan melalui lalat tsese.
A. Bakteri
Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif yaitu dengan cara
membelah diri. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, bakteri akan membelah diri
dengan cepat. Pembelahan terjadi setiap 15-20 menit. Sehingga dalam waktu kurang lebih 7-8
jam bakteri sudah menjadi jutaan.
Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:
1.
Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada arah
memanjang.
2.
Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak selalu
Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah, yaitu yang
satu terlepas sama sekali dari pada yang lain, setelah dinding melintang menyekat secara
sempurna. Bakteri yang semacam ini merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada
medium yang padat. Sebaliknya, bakteri-bakteri yang dindingnya lebih kokoh tetap
bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini merupakan koloni yang kasar
permukaannya.
B. Jamur
Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan seksual.
1. Secara aseksual
Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang bersel satu. Tunas yang
dihasilkan disebut blastospora.
Dengan fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.
Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu membagi-bagi diri membentuk:
- bentuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur (oidiospora)
- bentuk empat persegi panjang ( artispora )
- spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora
2. Secara seksual
Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang cocok. Untuk kecocokan
ini diberikan tanda + dan Proses perkawinannya terdiri atas persatuan 2 protoplas (
plasmogami ) kemudian diikuti persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada yang menghasilkan
alat kelamin jantan saja atau hanya alat kelamin betina saja,sehingga jamur yang seperti ini
disebut jamur berumah dua (diesi).jamur yang dapat menghasilkan alat kelamin jantan dan
alat kelamin betina disebut hermaprodit atu disebut berumah satu (monoesi).
Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l kelamin jantan disebut
anteridium, sedangkan gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina disebut
oogonium. Gamet jantan dan betina yang tidak dapat dibedakan disebut isogamet. Jika jelas
berbeda disebut anisogamet yang berciri besar dan kecil,atau heterogamet (bila beda jenis
kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet gamet yang dapat bergerak
(planogamet). Sel telur adalah suatu aplanogamet, sedangkan anterozoida adalah planogamet.
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Persatuan planogamet
Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu disebut planogametogami.
Kalau persatuan terjadi antara dua gamet yang berbeda ukuran, atau planogamet yang satu
dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu disebut anisogametogami.
b. Kontak antara gametangium
Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung
antara dua gametangium yang kompatiabel, sedang masing-masing gametangium selama
plasmogami terjadi tidak mengalami perubahan. Lewat suatu lubang atau saluran kecil yang
terjadi antara kedua gametangium yang mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti
dari anteridium ke oogonium.
c. Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami
Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke oogonium,dalam hal ini
ada dua cara : Pertama, antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran,
sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah ke oogonium lewat lubang atau saluran
tersebut. Kedua, gametangium luluh menjadi satu tubuh baru.
1) Spermatisasi
Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia kecil berinti satu disebut
spermatia.spermatia dapat dibawa angin, air, serangga yang berguna untuk membuahi
gametangium betina.
2) Somatogami
Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin maupun sel kelamin dan
persatuan antara protoplas antara dua jenis yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap
hifa dari jenis yang satu dengan hifa jenis yang lainnya. Somatogami terdiri dari peristiwa.
a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik
b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-inti haploid dalam miselium
yang heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang homo kariotik, kemudian
tumbuh menjadi miselium baru.
d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya inti- inti haploid lagi.
SyaratMikrobiatumbuh
-
Ada selhidup
Ada Sumberenergy
Ada nutrisidanfaktorpertumbuhan
Setiapjenismikrobiamemelikikekhasantersendiri
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase
pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (batch culture), yaitu fase
adaptasi (lag phase), fase perbanyakkan (exponential phase), fase statis (stationer phase), dan
fase kematian (death phase) (Purwoko, 2007).
1.
piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokolum
(Dwidjuseputro, 1998).
Sel akan membelah dengan laju yang konstan massa menjadi dua kali lipat dengan laju
yang sama, aktivitas metabolit konstan dan keadaan pertumbuhan yang seimbang (Pelczar,
2005).
Setelah memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan.
Karena pembelahan sel merupakan persamaan ekponensial, maka fase itu disebut juga fase
eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel meningkat pada batas tertentu (tidak terdapat
pertumbuhan bersih jumlah sel), sehingga memasuki fase statis. Pada fase perbanyakan sel
melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pada fase itu produk senyawa
yang di inginkan oleh manusia terbentuk, karena senyawa terbentuk merupakan senyawa
yang di inginkan pada fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam organik lainnya
(Purwoko, 2007).
3.
Fase Statis/Konstan
Pada fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan nutrien. Beberapa
sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah. Jumlah sel hidup menjadi tetap
(Pelczar, 2005).
Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati,
sehingga kurva menunjukan garis yang hampir horizontal (Dwidjoseputro, 1998).
Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-macam. Beberapa
alasan yang dapat dikemukan akan adalah :
a. Nutrien habis
b. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c. Penurunan kadar oksigen
d. Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
Bentuk kasus kedua dijumpai pada fase fermentasi alkohol dan asam laktat, untuk kasus
ketiga dijumpai pada bakteri aerob dan untuk kasus keempat dijumpai pada fungi/jamur
(Purwoko, 2007).
Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang
menguntungkan. Adaptasi ini dapat menghasilkan senyawa yang di inginkan manusia
misalnya antibiotika dan antioksidan (Purwoko, 2007).
4.
Fase Kematian
Pada fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel baru, laju
PENGUKURAN SEL
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel
per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur). Dua
parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap
berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua para meter tersebut juga tidak bermakna sama
dalam penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel
adalah kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas
mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna (Pratiwi, 2008).
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat
dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :
1.
2.
Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan
bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan
media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang
lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer
(Hadioetomo, 1993).
Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan
(turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar
metode turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan
sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding lurus dengan
jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan
jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan.
Metode ini memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup
(Purwoko, 2007).
Faktor intrinsik
Faktor intrinsik meliputi
- pH : Ukuran keasaman atau pH adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya
bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 7,5) sedangkan kapang dan ragi
pada pH 4,0-6,5.
pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Umumnya
asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri. Lebih baik
hidup dalam suasana netral ( pH 7,0 ) atau sedikit basa ( pH 7,2-7,4), tetapi
pada umumnya dapat hidup pada pH 6,6 7,5. Bakteri-bakteri yang patogen
pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8-7,4, yaitu sama dengan pH darah.
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas pH
bagi kegiatan enzim. Untuk itu jasad dikenal nilai pH minimum, optimum, dan
maksimum. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5,
sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas.
Aktivitas air (aw) adalah jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan
mikrobia dalam pangan
Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu
penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh
atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar
ultraviolet.Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak
tergantung pada cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat
membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet.
Umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisme terletak antara 0-90oC.
Temperatur minimum adalah suhu paling rendah dimana kegiatan mikroorganisme masih
dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat
digunakan untuk aktifitas mikroorganisme, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling
minimal. Sedang temparatur yang paling baik bagi aktivitas hidup disebut temperatur
optimum.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga
golongan utama yaitu:
Minimum
Optimum
Maksimum
Psychrophil
0oC
10o-15oC
Mesophil
15o-25oC
25o-37oC
40o-55oC
Thermophil
24o-45oC
50o-60oC
60o-90oC
30oC
Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri Mesophil. Suhu optimumnya sama
dengan suhu tubuh manusia ( 37oC ). Titik kematian termal suatu jenis mikroorganisme ialah
nilai temparatur yang dapat mematikan jenis tersebut didalam waktu 10 menit pada kondisi
tertentu. Sedang waktu kematian termal adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh
suatu jenis mikroorganisme pada suatu temperatur yang tetap. Kedua istilah tersebut
mempunyai arti yang penting di dalam praktek, terutama di dalam industri pengawetan bahan
makanan dan obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal
antara lain: waktu, temperature, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikroorganisme,
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil
makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media
yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering.
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan
aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam
larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air
murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk
waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista.
Seperti halnya dalam pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat
pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup membutuhkan O2 yang diambil dari udara
melalui pernafasan. Fungsi O2 ini sudah jelas yaitu untuk pembakaran zat-zat jaringan,
sehingga dihasilkan panas dan tenaga. Hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 dalam
jumlah yang normal disebut hidup secara aerob. Organisme yang tidak hidup dalam
lingkungan yang mengandung O2 bebas disebut organisme anaerob.
Berdasarkan responnya terhadap O2 bebas, maka bakteri dibagi dalam tiga golongan yaitu :
Bakteri aerob ( obligate aerob )
Yaitu bakteri yang hanya hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas. Misalnya :
Air keluar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan osmotik
antara cairan yang ada di dalam dengan sel yang ada di luar bakteri.Protoplasma selalu
mengandung zat yang terlarut di dalamnya, karena itu tekanan osmotiknya selalu tinggi dari
air murni. Bila bakteri dimasukkan dalam aquades, maka air akan masuk ke dalam sel
bakteri. Hal ini menyebabkan bakteri menggembung, mungkin pecah dan mati. Peristiwa ini
disebut Plasmoptysis.
Sebaliknya bila bakteri dimasukkan ke dalam cairan hipertonis akan menyebabkan plasma
dari dinding sel dan kematian bakteri. Peristiwa ini disebut Plasmolisa.
Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat menyebabkan
plasmolisa. Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan di dalam praktek untuk pengawetan
bahan-bahan makanan, seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, untuk
pengawetan buah-buahan dengan penambahan gula. Beberapa mikroorganisme dapat
menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi, antara lain ragi yang
osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikroorganisme dapat
tahan di dalam substrat dengan kadar garam sampai 30%,golongan ini bersifat halodurik.
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti
halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme
di alam ini berada dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis
Faktor proses
Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah lingkungan mikro bahan
makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan, modifikasi pH,
penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan
Faktor implisit
Faktor lain yang berperan adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme atau antagonisme di
antara mikroorganisme yang ada dalam lingkungan bahan makanan. Ketika
mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang
dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda.
Interaksi ini dapat saling mendukung maupun saling menghambat (terjadi sinergisme atau
antagonisme).
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan
berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang
beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu
dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap
suhu lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin,
dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada
suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu
yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat
hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini
dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam
sumber air panas bersuhu 93-94oC
Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suihu tersebut
pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu
mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu.
Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu
metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan
jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan
jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung
dan metode tidak langsung. Dalam menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan
penghitungan langsung sel secara mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat
sebar, pelat tuang dan most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total
sel dapat menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer.
Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang
menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu atau lebih
produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan dengan metode
Kjeldahl (Iqbalali, 2008).