Oleh
Duwi Hariyanto
1217041014
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PERANCANGAN ALAT DETEKSI LETAK KEBOCORAN PIPA PVC
MENGGUNAKAN SENSOR FLOWMETER MODEL FS300A
BERBASIS TCP/IP
Oleh
Duwi Hariyanto
Kebocoran jaringan pipa air dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar
bagi pihak pengguna sistem perpipaan. PDAM umumnya menggunakan metode
manual untuk mendeteksi letak kebocoran pipa, seperti dengan melihat secara
kasat mata jika terjadi genangan air yang berada diatas jaringan pipa. Penelitian
bertujuan untuk menghasilkan metode guna merancang alat yang dapat
mendeteksi letak kebocoran pipa secara cepat dan akurat. Metode dilakukan
dengan menggunakan dua buah sensor flowmeter yang ditempatkan sebelum dan
sesudah titik kebocoran pipa untuk merekam data selisih debit air masuk dan
keluar (Q). Data hasil ditransmisikan ke komputer menggunakan jaringan
berbasis TCP/IP. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil nilai
selisih debit air masuk dan keluar (Q) maka akan semakin jauh letak kebocoran
pipa (X). Penurunan besar diameter lubang bocor (D) sebesar 43% mengakibatkan
penurunan nilai selisih debit air masuk dan keluar (Q) sebesar 21%. Berdasarkan
hasil tersebut disimpulkan bahwa alat deteksi letak kebocoran pipa menggunakan
teknologi sensor flowmeter dapat membedakan letak titik kebocoran pada pipa air
secara akurat dan efektif.
Kata kunci: kebocoran, debit air, sensor flowmeter, TCP/IP, WIZ110SR
ABSTRACT
DESIGN OF DEVICE FOR DETECTING PIPELINE LEAK LOCATION
USE WATER FLOW SENSOR FS300A AND TCP/IP
By
Duwi Hariyanto
Pipeline leaks can cause major financial losses for the users of pipeline system.
PDAM generally uses manual methods to detect leak location, such as by looking
puddle above the pipeline. The research proposed to produce a method to design
device that can detect pipeline leak location quickly and accurately. The method
use water flow sensors that are placed before and after the leak. The water flow
sensors are used to record data of the difference between incoming and outgoing
water flow (Q). The data are transmitted to a computer using a network based
on TCP/IP. The results showed that the smaller value of the difference between
incoming and outgoing water flow (Q), the farther distance leak location (X). If
diameter hole (D) had decreased by 43%, the value of the difference between
incoming and outgoing water flow (Q) would have decreased by 21%. Based on
these results, the device for detecting pipeline leak location with technology water
flow sensor can distinguish pipeline leak location accurately and effectively.
Keywords:
ii
Oleh
DUWI HARIYANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR lAMPUNG
2016
iii
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
: Duwi Hariyanto
: 1217041014
Jurusan
: Fisika
Fakultas
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
........................
Sekretaris
........................
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Warsito, S.Si., D.E.A.
........................
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini terdapat karya yang pernah
dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya atau
pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka. Selain itu, saya
menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dikenakan sangsi sesuai
dengan hukum yang berlaku.
Duwi Hariyanto
NPM.1217041014
vi
PERSEMBAHAN
Dari hati yang terdalam, skripsi ini sepenuhnya aku persembahkan untuk
Keluarga Besarku
yang selalu mendukung untuk kesuksesanku
Universitas Lampung
Almamaterku tercinta
viii
MOTTO
Alloh will rise up, to suitable ranks and degrees, those of you
who believe and who have been granted knowledge
(Q.S. Al-Mujadalah: 11)
Is there any reward for good other than good (Q.S. Ar-Rahman: 60)
Hasil itu penting, namun parameter sukses itu dinilai dari proses
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan
kemurahan, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul Perancangan Alat Deteksi Letak Kebocoran Pipa
PVC Menggunakan Sensor Flowmeter Model FS300A Berbasis TCP/IP.
Skripsi ini menyajikan metode perancangan alat deteksi letak kebocoran pipa
berdasarkan analisis debit air menggunakan dua buah sensor flowmeter yang
ditempatkan sebelum dan sesudah titik kebocoran. Sensor flowmeter digunakan
untuk merekam data selisih debit air sebelum dan sesudah titik kebocoran. Data
hasil ditransmisikan ke komputer menggunakan jaringan berbasis TCP/IP untuk
mendeteksi letak kebocoran pipa secara efisien dan akurat.
Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian berikutnya agar lebih
sempurna dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Alloh SWT Yang Maha Kuasa lagi Maha Berkehendak, atas
segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Rosululloh Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya
yang tanpa perjuangan beliau penulis mungkin masih terjerat tali kebodohan.
Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak pernah lepas dari bantuan semua pihak.
Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada.
1. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) melalui programnya, yaitu
bantuan biaya pendidikan BIDIK MISI, penulis dapat menyelesaikan
pendidikan S1 di Universitas Lampung.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan
pengorbanan dengan ikhlas sampai saat ini.
3. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. selaku pembimbing akademik dan
pembimbing 2 yang telah memberikan ilmu, motivasi, bimbingan dan
arahannya kepada penulis dalam menjalani proses perkuliahan dan skripsi.
xi
5. Bapak Prof. Dr. Warsito, S.Si., D.E.A. selaku penguji dan Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu, waktu, dan bimbingannya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr.Yanti Yulianti, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. sebagai Sekretaris Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Fatia Ulfah as my zing, yang memberi semangat dan motivasi penulis dalam
menyelesaikan perkulihan, memenangkan perlombaan, dan penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman 9 BIT, Masum, Jovi, Kuswanto, Irsan, Giri, Iqbal, Randha, Tri,
dan teman-teman yang lainnya fisika 2012 yang belum disebutkan satu persatu
yang telah berbagi keceriaan, kebersamaan, kebahagiaan, dan kisah hidup
yang penulis dapatkan selama kuliah.
10. Kakak-kakak dan adik-adik Kak Fathul Bari, Kak Sammy, Mbak Nawira,
Agung, Arta, Yulian adik-adik HIMAFI, dan PIC Fisika FMIPA Unila tercinta
yang memberikan kepercayaan diri kepada penulis serta telah sangat
membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini.
Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta
mencatat kebaikan kita menjadi suatu nilai ibadah, Amin.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................
i
ABSTRACT .................................................................................................
ii
iii
iv
PERNYATAAN ...........................................................................................
vi
ix
SANWACANA .............................................................................................
xi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
E. Batasan Penelitian . ...........................................................................
1
4
5
5
6
xiii
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
18
19
21
22
24
26
28
29
32
34
55
60
67
73
84
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Sketsa Pengujian Kebocoran Pipa dengan DPT ................................. 7
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
13
2.10 Pemodelan Aliran Tunak Masuk, dan Keluar Sebuah Tangki ........... 18
2.11 Fluida dalam Aliran Laminar Melewati Pipa yang Tertutup .............. 19
2.12 Aliran Melalui Sebuah Lubang Bebas .............................................. 21
2.13 Skema Aliran dalam Pipa ................................................................. 22
2.14 Bentuk Fisik Water Flow Sensor Model FS300A G3/4 ..................... 24
2.15 Grafik Debit Air Terhadap Keluaran Sensor Flow Meter Berupa
Frekuensi ........................................................................................ 25
2.16 Aturan Dasar Routing 1 .................................................................... 26
2.17 Aturan Dasar Routing 2 .................................................................... 27
2.18 WIZ110SR ....................................................................................... 28
xv
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
xvi
4.8
4.9
4.10 Penurunan Debit Air yang Dideteksi Sensor 2 dengan Diameter Lubang
Bocor 21 mm ................................................................................... 75
4.11 Grafik Hubungan Selisih Debit Air Masuk dan Debit Air Keluar
Terhadap Letak Kebocoran Pipa dengan Diameter Lubang Bocor
21 mm ............................................................................................... 77
4.12 Kenaikan Debit Air yang Dideteksi Sensor 1 dengan Diameter Lubang
Bocor 12 mm ................................................................................... 78
4.13 Penurunan Debit Air yang Dideteksi Sensor 2 dengan Diameter Lubang
Bocor 12 mm ................................................................................... 78
4.14 Grafik Hubungan Selisih Debit Air Masuk dan Debit Air Keluar
Terhadap Letak Kebocoran Pipa dengan Diameter Lubang Bocor
12 mm ............................................................................................... 81
4.15 Kenaikan Debit Air yang Dideteksi Sensor 1 dengan Diameter Lubang
Bocor 8 mm ..................................................................................... 82
4.16 Penurunan Debit Air yang Dideteksi Sensor 2 dengan Diameter Lubang
Bocor 8 mm ..................................................................................... 82
4.17 Grafik Hubungan Selisih Debit Air Masuk dan Debit Air Keluar
Terhadap Letak Kebocoran Pipa dengan Diameter Lubang Bocor 21
dan 12 mm ........................................................................................ 85
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Densitas, Viskositas Kinematika dan Viskositas Dinamika Air ......... 23
2.2 Skala Clock Timer/Counter .............................................................. 32
3.1 Rancangan Data Pengujian Water Flow Sensor ................................ 49
3.2 Rancangan Data Pengujian Rangkaian dan Program Mikrokontroler
50
xviii
xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rilau
Bandarlampung.
Berdasarkan
data
PDAM
Way
Rilau
jika
tidak
terjadi
akumulasi
penambahan
maupun
pengurangan fluida dalam suatu volume (wadah), laju aliran fluida yang masuk
ke dalam volume tersebut harus sama dengan laju aliran yang keluar dari
volume (Munson, dan Young, 2004). Oleh sebab itu, jika terjadi suatu
kebocoran dalam sistem distribusi fluida maka akan terjadi perbedaan antara
debit fluida masuk, dan debit fluida keluar.
B. Rumusan Masalah
bagaimana pengaruh selisih debit air masuk dan keluar terhadap letak
kebocoran pipa ?
C. Tujuan Penelitian
mengetahui pengaruh selisih debit air masuk dan keluar terhadap letak
kebocoran pipa;
D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Penelitian
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kebocoran buatan hanya satu titik pada jarak yang diukur dari sensor
flowmeter sesudah titik kebocoran.
A. Penelitian Terkait
(a)
(b)
Gambar 2.2 Hasil Analisis Beda Tekanan (a) Upstream (b) Downstream
(Santoso, dkk., 2013).
Pada upstream, kondisi bocor tidak menghasilkan perubahan beda tekanan.
Pada downstream, kondisi bocor menghasilkan beda tekanan lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan kondisi tidak bocor. Hal ini diakibatkan
perubahan tekanan pada titik kebocoran (menjadi tekanan atmosfer).
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa pada kondisi pipa bocor
menghasilkan beda tekanan lebih tinggi dibandingkan kondisi pipa tidak
bocor.
Sadeghioon, et al. (2014) melakukan pengujian dengan mengembangkan
jaringan sensor wireless bawah tanah (Underground Wireless Sensor
Network/UWSN) berbasis Force Sensitive Resistor (FSR) untuk memantau
kebocoran pipa menggunakan jaringan nirkabel. Prinsip pengujian ini
hampir sama dengan penelitian Santoso, dkk. tersebut diatas, perbedaannya
pada deteksi beda tekanan sebelum dan sesudah titik kebocoran digunakan
teknologi Force Sensitive Resistor (FSR) dan pemantauan kondisi
kebocoran pipa menggunakan jaringan nirkabel.
10
...................... (2.1)
dalam hal ini P (Pa) adalah tekanan internal pipa, rp(m) adalah jari-jari pipa,
rj(m) adalah jari-jari klip, Ep(Pa) adalah modulus Young dari pipa, Ej(Pa)
adalah modulus Young dari klip, tp(m) dan tj(m) adalah ketebalan pipa dan
klip masing-masing. Gaya kontak pada sensor Fc (N) kemudian dapat
dihitung dari Persamaan 2.2, di mana As (m2) adalah daerah sensor dan K
adalah konstanta antara 0 dan 1 yang menunjukkan fraksi kontak tekanan
yang diterapkan ke sensor.
=
...................... (2.2)
Dari Persamaan 2.1 dan 2.2 dapat disimpulkan bahwa perubahan tekanan
akan menyebabkan perubahan gaya kontak pada sensor. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan resistansi FSR. Perubahan resistansi tersebut
kemudian diukur dan diubah menjadi sinyal analog (tegangan) melalui
pembagi tegangan.
11
12
pada titik sebelum kebocoran. Dari hasil tersebut dapat ditentukan perkiraan
letak kebocoran pipa, yaitu di suatu tempat diantara sensor 3 dan 4.
berbasis
TCP/IP.
Untuk
mentransmisikan
data
dari
13
dilakukan
dengan
menggunakan
pipa
PVC
yang
Letak
14
a.
b.
c.
Di lokasi lubang
Qx = debit semburan dari lubang
hx1 = ketinggian statis bagian hulu dari lokasi lubang
hx2 = ketinggian statis bagian hilir dari lokasi lubang
(cdAx)* = debit luasan efektif melewati lubang (hasil kali dari luasan
sebenarnya dari lubang Ax dan koefisien debit cd)
X
Variabel E pada Gambar 2.8 menunjukkan total energi per unit berat, yaitu
jumlah ketinggian statis dan ketinggian dinamis:
= +
...................... (2.3)
dalam hal ini, i sama dengan 1 pada bagian masukan, 2 pada bagian
keluaran, X1 sebelum lubang, dan X2 setelah lubang. Dari daftar variabel
tersebut, diketahui terdapat sembilan variabel. Jika salah satu diukur baik
debit ataupun tekanan pada bagian masuk dan bagian keluar pipa, maka
diperlukan lima persamaan berikut untuk memecahkan masalah penentuan
letak kebocoran pipa.
1.
Persamaan kontinuitas
...................... (2.4)
15
2.
...................... (2.5)
3.
f1
( )
................. (2.6)
5.
Akhirnya,
dengan
2gE
menerapkan
...................... (2.7).
keseimbangan
energi
secara
) .................... (2.8).
16
dikurangi jumlah energi luar total ditambah energi hilang total dalam
bagian pipa sebelum dan setelah lubang. Setelah manipulasi aljabar
kita mendapatkan
=
...................... (2.9)
...................... (2.10)
...................... (2.11)
1
2 (
= (
...................... (2.12).
=(
)[( )
= (
(2 + )
+( )
...................... (2.13)
(2 + )
+( )
...................... (2.14).
17
yang diukur pada bagian masukan dan bagian keluaran pipa, terutama h1, Q1,
h2, dan Q2. Untuk mencapai tujuan ini, dapat disubtitusikan dalam
persamaan (2.13) nilai-nilai hx1 dan hx2 dari persamaan (2.5) dan (2.6),
sehingga diperoleh persamaan letak kebocoran pipa yaitu
)
...................... (2.15)
dalam hal ini, Xc adalah nilai X hasil perhitungan (m), L adalah panjang pipa
total (m), h1 adalah ketinggian statis alat ukur sebelum titik kebocoran (m),
h2 adalah ketinggian statis alat ukur setelah titik kebocoran (m), k1 adalah
resistansi hidrolik per satuan panjang sebelum titik kebocoran (s2/m6), k2
adalah resistansi hidrolik per satuan panjang setelah titik kebocoran (s2/m6),
Q1 adalah debit masuk ke pipa (m3/s), Q2 adalah debit keluar dari pipa (m3/s),
dan adalah konstanta yang diperoleh dari Persamaan 2.14 (m).
18
letak lubang yang sebenarnya dan letak lubang yang diperoleh dengan
menggunakan
Persamaan
2.15
menegaskan
keabsahan
formulasi
matematika tersebut.
B. Persamaan Kontinuitas
Suatu fluida yang sedang mengalir melalui suatu volume yang tetap (misalnya
sebuah tangki) yang mempunyai satu sisi masuk, dan satu sisi keluar seperti
yang ditunjukkan Gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.10 Pemodelan Aliran Tunak Masuk, dan Keluar Sebuah Tangki
(Munson dan Young, 2004).
Jika alirannya tunak sehingga tidak terjadi akumulasi tambahan fluida dalam
volume tersebut, laju aliran fluida yang masuk ke dalam volume harus sama
dengan laju aliran yang keluar dari volume (karena kalau tidak massa-nya tidak
kekal). Laju aliran massa dari sebuah sisi keluar, m (slug/s atau kg/s), diberikan
oleh m = Q, dimana Q (ft3/s atau m3/s) adalah laju aliran volume. Jika luas
sisi keluar A dan fluida mengalir melintasi luas ini (tegak lurus/normal
terhadap luas) dengan kecepatan rata-rata v, maka volume dari fluida yang
melintasi sisi keluar ini dalam selang waktu
dengan sebuah volume dengan panjang
adalah
19
laju aliran volume (volume per satuan waktu) adalah Q = vA. Sehingga, m =
vA. Untuk massa yang kekal, laju aliran masuk harus sama dengan laju aliran
keluar. Jika sisi masuk ditandai dengan (1), dan sisi keluar (2), maka m1 = m2.
Jadi kekalan massa membutuhkan:
1v1A1 = 2v2A2....................................... (2.16).
Jika kerapatan tetap konstan, maka 1 = 2, dan persamaan di atas menjadi
persamaan kontinuitas untuk aliran tak mampu-mampat
A1v1 = A2v2, atau Q1 = Q2 ................................. (2.17).
Sebagai contoh, jika luas aliran sisi keluar separuh dari luas aliran sisi masuk,
maka kecepatan di sisi keluar adalah dua kali dari kecepatan masuk, hal ini
karena v2= A1v1/A2 = 2 v1 (Munson dan Young, 2004).
C. Persamaan Bernoulli
Aliran dari suatu segmen fluida ideal yang melewati pipa tidak beraturan dalam
selang waktu t ditunjukkan Gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.11 Fluida dalam Aliran Laminar Melewati Pipa yang Tertutup
(Serway dan Jewett, 2009).
20
Pada awal selang waktu tersebut, segmen dari fluida terdiri atas bagian yang
diarsir (bagian 1) di sebelah kiri dan bagian yang tidak diarsir. Selama selang
waktu tersebut, ujung sebelah kirinya bergerak ke kanan sejauh jarak x1, yang
merupakan panjang dari bagian yang diarsir di sebelah kiri. Sedangkan ujung
sebelah kanannya bergerak ke kanan sejauh jarak x2, yang merupakan panjang
dari bagian abu-abu yang diarsir (bagian 2) di bagian kanan atas Gambar 2.11.
Oleh karena itu, pada akhir dari selang waktu tersebut, segmen fluida terdiri
dari bagian yang tidak diarsir dan bagian abu-abu yang diarsir di sebelah kanan
atas.
Usaha total yang dilakukan pada sistem oleh fluida di luar segmen sama
dengan perubahan energi mekanik sistem W = K + U. Dengan melakukan
subtitusi untuk setiap suku dalam persamaan ini, diperoleh:
(P1 P2) V = m v22 mv12 + mgy2 mgy1 .................. (2.18).
Jika setiap sukunya dibagi dengan volume bagian V dan mengingat bahwa
=m/V, maka persamaan ini akan menjadi:
P1+ v12+gy1= P2 + v22 + gy2 ....................... (2.19).
Persamaan 2.18 merupakan persamaan Bernoulii sebagaimana dapat diterapkan
pada fluida ideal. Persamaan ini juga dapat ditulis:
P + v2+gy = konstan ................................ (2.20).
Persamaan ini menunjukkan bahwa tekanan fluida berkurang ketika kelajuan
fluida bertambah. Selain itu, tekanan juga berkurang ketika ketinggiannya
bertambah (Serway dan Jewett, 2009).
21
Gambar 2.12
Kecepatan di titik 1 pada hakikatnya nol, dan tekanan pada 1 dan 2 adalah
tekanan atmosfer. Jadi persamaan Bernoulli dalam hal ini, adalah:
=
.............................................. (2.21)
sehingga
=
2 .......................................... (2.22)
dan
=
2 ........................................ (2.23).
22
2 ........................................ (2.24)
dalam hal ini, A0 sebagai luas lubang pancar, dan Cd adalah koefisien debit ,
yang bergantung pada kontraksi pancaran dari lubang pancar ke potongan 2
(Olson, 1993).
............................................... (2.25)
diameter pipa (m), dan = viskositas kinematika fluida (m /s) (White, 1986).
23
Aliran fluida dalam pipa yang berbentuk lingkaran terbagi menjadi dua, yaitu
aliran laminar dan aliran turbulen. Karakteristik antara kedua aliran tersebut
berbedabeda dari segi kecepatan, debit dan massa jenisnya. Bilangan
Reynolds dapat mendefinisikan kedua aliran campuran air-udara tersebut
dengan persamaan berikut:
................................. (2.26).
Pola aliran pada pipa horizontal, ada efek kekuatan gravitasi untuk
menggantikan cairan yang lebih berat mendekati pipa bagian bawah. Bentuk
lain dari pola aliran dapat bertambah karena efek ini, dimana aliran tersebut
dibagi menjadi dua lapisan (Biksono, 2006).
Tabel 2.1 menunjukkan densitas, viskositas kinematika dan viskositas
dinamika air pada rentang suhu 0C sampai 100C.
Tabel 2.1 Densitas, Viskositas Kinematika dan Viskositas Dinamika Air
(Munson dan Young, 2004).
Viskositas
Viskositas
Suhu (C)
Densitas (kg/m3)
Kinematika
Dinamika (N
(m2/s)
s/m2)
-6
0
999.9
1.787 x 10
1.787 x 10-3
5
1000.0
1.519 x 10-6
1.519 x 10-3
-6
10
999.7
1.307 x 10
1.307 x 10-3
-6
20
998.2
1.004 x 10
1.002 x 10-3
-6
30
995.7
8.009 x 10
7.975 x 10-4
40
992.2
6.580 x 10-7
6.529 x 10-4
-7
50
988.1
5.534 x 10
5.468 x 10-4
-7
60
983.2
4.745 x 10
4.665 x 10-4
-7
70
977.8
4.134 x 10
4.042 x 10-4
-7
80
971.8
3.650 x 10
3.547 x 10-4
90
965.3
3.260 x 10-7
3.147 x 10-4
-7
100
958.4
2.940 x 10
2.818 x 10-4
Perbedaan karakteristik antara aliran laminar dan turbulen juga terdapat pada
persamaan faktor gesekan pipa (f). Aliran laminar memiliki nilai faktor gesekan
24
yang tidak bergantung pada tingkat kekerasan pipa dan diameter pipa. Faktor
gesekan pipa (f) pada aliran laminar yaitu:
......................................................... (2.27)
dalam hal ini Re merupakan bilangan Reynolds kurang dari 2000 (Re < 2000).
Aliran turbulen memiliki nilai faktor gesekan pipa yang bergantung pada
tingkat kekerasan pipa dan diameter pipa sehingga perumusannya menjadi
lebih komplek. Pada pipa halus, faktor gesekan yang dirumuskan Blasius yaitu:
.
.
.................................................. (2.28)
dalam hal ini Re merupakan bilangan Reynolds kurang dari 105 (Re < 105)
(Munson dan Young, 2004).
Water flow sensor terdiri dari badan katup plastik, rotor air, dan sensor efek
hall. Keunggulan sensor flowmeter berbasis sensor effect hall yaitu sistem
deteksinya non-kontak sehingga tahan lama dan keluarannya berupa sinyal
digital sehingga mudah diproses dan kebal terhadap noise (Sood, et al., 2013).
Berikut bentuk fisik water flow sensor G3/4 model FS300A.
Gambar 2.14 Bentuk Fisik Water Flow Sensor Model FS300A G3/4
(www.seeedstudio.com)
25
Ketika air mengalir melalui rotor, rotor berputar. Perubahan kecepatan air
mengalir dengan tingkat debit berbeda-beda. Keluaran sensor efek hall berupa
sinyal pulsa. Kelebihan sensor ini adalah hanya membutuhkan satu sinyal
(SIG) selain jalur 5V DC dan Ground. Spesifikasi water flow sensor model
FS300A G3/4 adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Gambar 2.15 Grafik Debit Air Terhadap Keluaran Sensor Flow Meter
Berupa Frekuensi (www.seeedstudio.com).
Prinsip kerja water flow sensor adalah dengan memanfaatkan fenomena efek
hall. Efek hall ini didasarkan pada efek medan magnet terhadap partikel
bermuatan yang bergerak. Ketika ada arus listrik yang mengalir pada divais
efek hall yang ditempatkan dalam medan magnet yang arahnya tegak lurus
26
arus listrik, pergerakan pembawa muatan akan berbelok ke salah satu sisi dan
menghasilkan medan listrik. Medan listrik terus membesar hingga gaya
Lorentz yang bekerja pada partikel menjadi nol. Perbedaan potensial antara
kedua sisi divais tersebut disebut potensial hall. Potensial hall ini sebanding
dengan medan magnet dan arus listrik yang melalui divais. Proses
pengkonversian berlangsung dalam sensor. Adanya fluida yang mengalir pada
sensor mengakibatkan rotor pada sensor berputar. Putaran pada rotor akan
menimbulkan medan magnet pada kumparan yang terdapat pada water flow
sensor. Medan magnet tersebut yang akan dikonversikan oleh efek hall
menjadi pulsa (Siregar, dkk., 2013).
27
Berikut beberapa aturan dasar routing, saat subnetting tidak digunakan, dua
host yang terhubung ke segmen jaringan yang sama dapat berkomunikasi
langsung hanya jika mereka memiliki netid yang sama. Dalam Gambar 2.16
host A dan B dapat berkomunikasi langsung, tetapi baik A maupun B tidak
dapat berkomunikasi dengan C, karena mereka memiliki netid yang berbeda
(diasumsikan subnet mask setidaknya 255.255.255.0).
28
H. WIZ110SR
29
dan dikirim ke port serial oleh MCU. MCU dapat dikonfigurasi oleh pengguna
menggunakan software WIZ110SR configurasi tools (Wiznet Co, 2008).
I. Mikrokontroler ATmega 16
1. Fitur ATmega 16
Berikut ini beberapa fitur yang dimiliki oleh ATmega 16.
a. 131 macam instruksi, yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu
siklus clock.
b. 32 x 8-bit register serba guna.
c. Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.
d. 16 Kbyte Flash Memori yang memiliki fasilitas In-System Programming.
e. 512 Byte internal EEPROM.
f. 1 Kbyte internal SRAM.
g. 2 buah timer/counter 8-bit dan 1 buah timer/counter 16-bit.
h. 4 channel output PWM.
i. 8 channel ADC 10-bit.
j. Serial USART.
k. Master/Slave SPI serial interface.
l. Two-wire serial interface (Atmel Co, 2010).
2. Konfigurasi Pin
Konfigurasi pin ATmega16 dengan kemasan 40 pin Dual In-Line Package
(DIP) dapat dilihat pada Gambar 2.19 berikut.
30
6-TOIE2
digunakan
untuk
mengaktifkan
interupsi
overflowtimer/counter 2.
3. Bit 5-TICIE1 digunakan untuk mengaktifkan interupsi input
capturetimer/counter1.
31
2-TOIE1
digunakan
untuk
mengaktifkan
interupsi
overflowtimer/counter 1.
7. Bit 1-OCIE0 digunakan untuk mengaktifkan interupsi output
compare matchtimer/counter 0.
8. Bit
0-TOIE0
digunakan
untuk
mengaktifkan
interupsi
overflowtimer/counter 0.
b.
32
c.
CS12
CS11
CS10
Deskripsi
Tidak ada clock, timer/counter berhenti
Skala clock = 1
(Clocktimer = clock osilator)
Skala clock = 8
(Clocktimer = 1/8 clock osilator)
Skala clock = 64
(Clocktimer = 1/64 clock osilator)
Skala clock = 256
(Clocktimer = 1/256 clock osilator)
Skala clock = 1024
(Clocktimer = 1/1024 clock osilator)
Sumber clock eksternal pada pin T0,
Clock pada transisi turun.
Sumber clock eksternal pada pin T0,
Clock pada transisi naik.
33
menyediakan informasi mengenai detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan dan
tahun. Format penghitungan tanggal dalam satu bulan juga telah disesuaikan
dengan kalender masehi, termasuk juga untuk tahun kabisat. DS1307 juga
memiliki built-in power-sense circuit yang dapat mendeteksi apabila terjadi
kesalahan supply dan secara otomatis mengubah pada sistem catu daya
cadangan (Rachmat, dkk., 2011).
34
35
36
7. Ambang
Jika masukan ke instrumen secara bertahap meningkat dari nol, masukan
harus mencapai tingkat minimum tertentu sebelum mengalami perubahan
pada hasil pembacaan dari besaran yang dideteksi. Tingkat minimum pada
masukan ini disebut sebagai ambang dari alat ukur.
8. Resolusi
Ketika suatu instrumen menunjukkan pembacaan keluaran tertentu, terdapat
batas bawah pada besarnya perubahan nilai masukan yang menghasilkan
perubahan dalam pengamatan pada keluaran alat ukur. Batas bawah pada
besarnya perubahan nilai masukan atau perubahan terkecil dalam nilai yang
diukur yang dapat direspon oleh alat ukur disebut resolusi (Morris, 2001).
37
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Maret 2016.
Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika Dasar
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Penyambung letter T dan plug pipa PVC berdiameter 21 mm, 12 mm, dan
8 mm digunakan untuk membuat kebocoran buatan.
4.
5.
Pengontrol tinggi muka air untuk mengatur nyala dan matinya pompa air.
6.
38
7.
8.
9.
10. Hub/Switch digunakan sebagai kotak sambungan yang menerima data dari
WIZ110SR dan mentransmisikannya ke PC.
11. Kabel Unshielded Twisted Pair (UTP) sebagai media transmisi data.
12. Personal Computer (PC) digunakan untuk memproses dan menampilkan
hasil debit air.
13. Code Vision AVR (CVAVR) digunakan sebagai software pemrograman
mikrokontroler.
14. USB
downloader
digunakan
untuk
men-download
program
ke
mikrokontroler.
15. WIZ110SR Configuration Tool Ver 2.1.0 sebagai software pengaturan
pada WIZ110SR agar dapat digunakan.
39
16. Hyperterminal
sebagai
software
interface
penerima
data
dari
mikrokontroler.
C. Prosedur Penelitian
Dalam teori fisika mengenai persamaan kontinuitas untuk aliran tak mampumampat, jika tidak terjadi akumulasi penambahan maupun pengurangan fluida
dalam suatu volume (wadah), laju aliran fluida yang masuk ke dalam volume
tersebut harus sama dengan laju aliran yang keluar dari volume. Oleh sebab itu,
jika terjadi suatu kebocoran dalam sistem distribusi fluida maka akan terjadi
perbedaan antara debit fluida masuk, dan debit fluida keluar. Dalam penelitian
ini, digunakan dua buah sensor flowmeter yang ditempatkan sebelum dan
sesudah titik kebocoran pipa untuk merekam perbedaan debit air. Dalam hal
ini, sensor flowmeter dihubungkan dengan mikrokontroler ATmega 16 yang
digunakan untuk mengubah hasil keluaran sensor flowmeter yang berupa
sinyal pulsa menjadi data debit air, kemudian hasil tersebut ditransmisikan ke
komputer menggunakan jaringan berbasis TCP/IP melalui modul WIZ110SR
untuk mendeteksi letak kebocoran pipa.
Dalam perancangan sistem deteksi letak kebocoran pipa PVC menggunakan
sensor flowmeter berbasis TCP/IP dilakukan dengan prosedur kerja sebagai
berikut.
1.
40
Mulai
Perancangan Model Sistem
Pengujian Sensor Flowmeter
Data
Tidak
Benar
Ya
Merancang dan Membuat
Rangkaian
Pengujian Rangkaian
Tidak
Berhasil
Ya
Pembuatan Program
Tidak
Berhasil
Ya
Penyatuan dan Pengujian
Model Sistem
Sistem
Bekerja
Ya
Analisis Data Hasil
Pengujian Sistem
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.
Tidak
41
2.
dalam hal ini, A0 sebagai luas lubang pancar (2.85x10-4 m2) dan Cd sebagai
koefisien aliran. Untuk menjaga kecepatan aliran air tetap konstan,
ketinggian permukaan air pada penampung dijaga agar tetap pada nilai y5
cm dengan menggunakan pengontrol tinggi muka air yang berfungsi untuk
mengatur nyala dan matinya pompa air. Dalam hal ini, jika ketinggian air
kurang dari y maka pompa air dinyalakan dan jika ketinggian air lebih dari
y maka pompa air dimatikan.
42
Jarak antara kedua sensor yaitu X+p (cm), dalam hal ini p bernilai 80 cm.
Sensor 1 berada pada ketinggian h1 dan sensor 2 berada pada ketinggian
h2, dalam hal ini pipa diletakkan dengan kemiringan sebesar 1. Kebocoran
pipa buatan menggunakan penyambung letter T dan plug pipa PVC
berdiameter 21 mm, 12 mm, dan 8 mm yang berada pada jarak X (cm) dari
sensor 2. Data debit air hasil keluaran sensor 1 dan sensor 2 diolah oleh
mikrokontroler ATmega 16, kemudian hasil tersebut ditransmisikan ke
komputer menggunakan jaringan berbasis TCP/IP melalui modul
WIZ110SR untuk dianalisa.
3.
43
antarmuka
komunikasi
serial
merupakan
gerbang
44
45
4.
Selesai
46
47
5.
48
ketinggian permukaan air lebih dari y maka pompa air akan dimatikan.
Ketinggian permukaan air dijaga agar debit air yang akan mengalir pada
pipa tetap konstan, hal ini berdasarkan Persamaan 2.24 bahwa debit air
berbanding lurus dengan akar ketinggian permukaan air
(
(
)
)
.................................. (3.1)
49
Rangkaian
dan
Program
50
Tabel 3.2
51
penelitian.
Water
flow
sensor
dihubungkan
dengan
52
Tabel 3.3
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
53
pengujian,
kebocoran
buatan
dilakukan dengan
melepas
plug
6.
54
sensor 1 (Qsensor1) dan sensor 2 (Qsensor2) terhadap letak titik kebocoran pipa
X seperti ditunjukkan Gambar 3.12.
600
500
X (cm)
400
300
200
100
0
50
60
70
80
90
100
Q (cm3/s)
Gambar 3.12 Grafik Hubungan Debit yang Dideteksi Terhadap Letak
Titik Kebocoran Pipa X.
Hasil plot dari hubungan selisih debit air yang dideteksi terhadap letak titik
kebocoran pipa X dihampiri dengan suatu trendline, persamaan trendline
tersebut akan dijadikan sebagai fungsi untuk mengubah selisih debit air
masuk dan keluar (Q) menjadi letak kebocoran pipa (X). Data hasil
persamaan garis dari hubungan debit yang dideteksi terhadap letak titik
kebocoran pipa X pada Gambar 3.12 diklasifikasikan berdasarkan diameter
lubang kebocoran yaitu 21 mm, 12 mm, dan 8 mm. Kemudian, data-data
tersebut saling dibandingkan untuk mendapatkan persamaan matematis
yang tepat dalam menentukan letak titik kebocoran pipa menggunakan
data hasil debit yang dideteksi oleh sensor 1 (Qsensor1) dan sensor 2
(Qsensor2) pada penelitian ini.
90
A. Kesimpulan
91
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atmel Co. 2010. ATmega16. Copyright 2010 Atmel Co., Ltd. All Rights
Reserved.
Baghdadi, A. H. A. and Mansy. 1988. A Mathematical Model For Leak Location
In Pipelines. Application Mathematical Modeling. Vol. 12. Pp 25-30.
Bejo, A. 2008. C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler
ATmega8535. Yogyakarta: Graha Ilmu. 27-44 hlm.
Biksono, D. 2006. Karakteristik dan Visualisasi Aliran Dua Fasa pada Pipa Spiral.
Jurnal Teknik Mesin. Vol. 8, No. 2. 69-74 hlm.
Heywood, D. 1996. Konsep dan Penerapan TCP/IP. Yogyakarta: Andi. 259-261
hlm.
Kirom, H. I., Sumardi, dan Sudjadi. 2013. Sistem Monitoring Kebocoran Gas
LPG (Liquefied Petroleum Gas) Pada Smart Building Berbasis
TCP/IP. Transient. Vol. 2, No. 2. 1-7 hlm.
Morris, A. S. 2001. Measurement and Instrumentation Principles. Oxford:
Butterworth-Heinemann. Pp 16-20.
Munson, B., dan D. Young. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga. 140-141 hlm.
Olson, R. M. 1993. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik Edisi Kelima. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 558-562 hlm.
Rachmat, H. H., A. N. Indrawan, dan N. Syafitri. 2011. Pengembangan Sistem
Remote Control Untuk Setting Waktu Pada Sistem Automatic Time
Switch (ATS) Berbasis Real Time Clock (RTC) DS1307 Untuk Saklar
Lampu. Jurnal Rekayasa. Vol 15, No. 1. 4-7 hlm.
Sadeghioon, A. M., N. Metje, D. N. Chapman, and C. J. Anthony. 2014.
SmartPipes: Smart Wireless Sensor Networks for Leak Detection in
Water Pipelines. Journal of Sensor and Actuator Networks. Vol. 3. Pp
64-78.