Permanganometri
Permanganometri
PERMANGANOMETRI
DISUSUN OLEH :
Kel IV
Dahlia
081304028
Yuliyta Samara
081304038
081304014
Arianto
081304074
081304058
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah Kimia Analitik I yang berjudul Permanganometri
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Makassar, 04 Desember 2009
Kel IV
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi ... 2
Bab I Pendahuluan ..3
Bab II Pembahasan
A. Reagen-reagen yang Dipergunakan untuk
Reaksi-reaksi Redoks ...4
B. Analisa Permanganometri .5
C. Penentuan-Penentuan dengan Permanganat 10
Bab III Penutup
Kesimpulan ...13
Daftar Pustaka 14
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi
syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu
reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit
dengan titran.
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi
redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam
analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Dikenal
bermacam-macam
titrasi
redoks,
yaitu
Permanganometri,
BAB II
PEMABAHASAN
A. Reagen-reagen yang Dipergunakan untuk Reaksi-reaksi Redoks
Dalam banyak prosedur analitis, analitnya memiliki lebih dari satu
kondisi oksidasi sehingga harus dikonversi menjadi satu kondisi oksidasi
tunggal sebelum titrasi. Sebuah contoh sering kita jumpai adalah penentuan
besi dalam bijih besi. Begitu bijih besi tersebut dilarutkan, besi akan hadir
baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun keadaan oksidasi +3. Besi tersebut
harus direduksi seluruhnya ke kondisi +2 sebelum penititrasian dengan
sebuah larutan standar dari sebuah agen pengoksidasi. Reagen redoks yang
dipergunakan dalam langkah pendahuluan ini harus dapat mengkonversi
analit dengan cepat dan sempurna ke dalam kondisi oksidasi yang diinginkan.
Kelebihan dari reagen ini biasanya ditambahkan, dan kita harus dapat
membuang kelebihan tersebut sehingga kelebihan tersebut tidak beraksi
dengan titrannya dalam titrasi selanjutnya (Underwood, 2002).
Berikut ini adalah beberapa jenis reagen yang biasa dipergunakan dalam
langkah-langkah pendahuluan
1. Agen-Agen Pengoksidasi :
a. Natrium dan Hidrogen Peroksida
b. Kalium dan Amonium Peroksodisulfat
c. Natrium Bismutat
2. Agen-Agen Pereduksi :
a. Sulfur Dioksida dan Hidrogen Sulfida
b. Timah(II) Klorida
c. Metal dan Alloy
(Underwood, 2002).
B. Analisa Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Anonim,
2009).
1. Sifat-sifat Kalium Permanganat
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen
pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer.
Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas
pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi.
Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.
Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan hadir
dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah
reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1 N
atau lebih besar. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen
pereduksi
berdasarkan
reaksi
ini,
namun
beberapa
substansi
melalui
asbestos
atau
gelas
yang
disinter
untuk
Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan terkecuali sebuah katalis
ditambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO 3, dan iodin
monoklorida, ICl, telah dipergunakan sebagai katalis.
Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4, juga merupakan standar primer yang baik
untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh
dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan
nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit, dan
meskipun banyak penyelidikan telah dilakukan, mekanisme tapatnya tidak
pernah jelas. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga
larutan biasanya dipanaskan sampai 60oC. Bahkan pada suhu tinggi
reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika
ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam
reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan
cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk
mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana ada
gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi
divalen
persamaan reaksi yamg terjadi :
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini
tidak menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida
dapat terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor
dan reaksi ini mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam
jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi dengan arsen (II)
oksida, antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam
sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan.
Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada
dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan terbentuknya
gas klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada
medium asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau
katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak
lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan
reagensia ini (Annisanfushie, 2008).
Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan
sebagai sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer,
dan semua besi (III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksi
menjadi besi (II). Jika larutannya kemudian dititrasi dengan permanganat,
cukup banyak ion klorida yang dioksidasi selain besi (II). Oksida dari ion
klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun
demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat.
Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion
klorida, ion yang belakangan ini disebut ini teroksidasi secara bersamaan
dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan di dalam oksidasi
dari As2O3 atau pun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan(II) sulfat, asam sulfat, dan asam
fosfat, disebut larutan pencegah, atau larutan Zimmerman-Reinhardt,
dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum
dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari
ion besi(III) dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa
reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi(III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini
tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas (Underwood, 2002).
10
11
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak
langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan
Hg(I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan
dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat
secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi
dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan
Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4 (Anonim, 2009).
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air :
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2 (Anonim , 2009).
12
BAB III
KESIMPULAN
Dikenal bermacam-macam titrasi redoks, yaitu Permanganometri, Dikromatometri,
Serimetri, Iodo-iodimetri, dan Bromatometri. Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai titrasi redoks Permanganometri. Permanganometri merupakan titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen
pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N
permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan
yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Pereaksi kalium permanganat bukan
merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu
Natrium Oksalat, Na2C2O4, merupakan standar primer yang baik untuk permanganat
dalam larutan asam
persamaan reaksi yamg terjadi :
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting
dari titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk
adalah asam klorida, dan timah(II) klorida sering ditambahkan untuk membantu
proses pelarutan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Permanganometri. http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri
Diakses pada tanggal 05 November 2009.
Annisanfushie. 2008. Permanganometri. http://id.wordpress.com/tag/kimia-analitik-ii/
Diakses pada tanggal 05 November 2009.
Dinda. 2008. Permanganometri.
http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/permanganometri.html
14