Otk II
Otk II
Disusun Oleh :
Kelompok V
ADHA WIDONI
1407113105
ARINI RAHMASARI
1407110214
1407122194
1407119475
9.1
Kemudian
melalui
sirkulasi
pemanas,
pengering
udara
G
ambar 9.2-2 Pengeringan tunnel berkelanjutan : (a) tunnel dryer trucks dengan
aliran countercurrent, (b) sirkulasi sepanjang pengeringan sistem konveyor
Gambar 9.2-3 Skema gambaran pengeringan sistem rotary dengan paparan panas
secara langsung
9.2D Pengering Jenis Rotary
Pengering jenis ini terdiri dari hollow silinder yang diputar dan biasanya
sedikit cenderung keluar. Padatan granular basah diberi pada akhir tinggi seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 9.2-3 dan bergerak melalui shell seperti putaran.
Penghangat ruangan yang ditampilkan adalah kontak langsung melalui dinding
dipanaskan silinder.
Partikel granular bergerak maju perlahan-lahan jauh sebelum mereka adalah
ke bawah melalui gas panas seperti yang ditunjukkan. Variasi lain dari rotari dryer
ini tersedia, dan ini dibahas di tempat lain (P1).
9.2E Drum Pengering
Drum pengering terdiri dari logam roll berpemanas yang ditampilkan dalam
gambar 9.2-4, di luar yang lapisan tipis cair atau bubur dievaporasi kekeringan.
Padatan kering akhir adalah dikerik roll, yang bergulir perlahan-lahan.
Pengering drum cocok untuk menangani lumpur atau pasta padatan dalam
suspensi baik dan solusi. Fungsi drum sebagian sebagai evaporator dan juga
sebagai pengering. variasi lain dari jenis single-drum yang kembar memutar drum
dengan berenang makan atau dengan atas makan untuk dua drum. bubur kentang
dikeringkan dengan mempergunakan pengering drum, untuk memberikan serpih
kentang.
kering meninggalkan di bawah ruang melalui screw conveyor. gas buang mengalir
melalui pemisah topan untuk menghapus setiap denda. partikel-partikel yang
dihasilkan biasanya ringan dan cukup berpori. terbuat dari susu pengeringan
semprot kering susu bubuk.
9.2G Pengeringan Tanaman dan Biji-bijian
Pengeringan biji-bijian dari hasil panen, biji-bijian mengandung 30 sampai
35% moisture dan untuk penyimpanan aman selama 1 tahun harus dikeringkan
sampai sekitar 13% berat moisture. Pengeringan dengan aliran kontinu ditunjukan
pada gambar 9.2-6. Pada pengeringan bin dengan ketebalan lapisan biji-bijian
adalah 0.5 m atau kurang dari itu, dimana udara panas akan melewatinya. Udara
panas pada bagian bawah akan mengeringkan biji-bijian sebelum keluar. Jenis lain
penggeringan tanaman dan tempat penyimpanan digambarkan oleh Hall (H1).
Humidifikasi melibatkan transfer air dari fasa cair ke dalam campuran gas
uap air dan gas. Dehumidifikasi melibatkan transfer cadangan, dimana uap air
ditranfer dari keadaan uap ke keadaan cair. Humidifikasi dan dehumidifikasi juga
dapat merujuk kepada campuran uap bahan seperti benzene, tapi aplikasi yang
paling praktis terjadi pada air. Untuk lebih memahami kelembababn, pertamatama perlu untuk membahas tekanan uap air.
2. Tekanan Uap dan Sifat Fisik Dari Air
Air murni dapat eksis dalam tiga keadaan fisik yang berbeda : es padat, cai
dan uap. Dimana keadaan fisik tergantung pada tekanan dan suhu.
Gambar 9.3-1 menggambarkan berbagai keadaan fisik air dan hubungan
suhu dengan tekanan pada suatu kesetimbangan. Daerah padatan, cairan, dan
keadaan uap seperti ditujukan pada dalam gambar 9.3-1. Sepanjang garis AB, fasa
cair dan uap berada berdampingan. Sepanjang garis AC, fasa es dan cairan berada
berdampingan. Sepanjang garis AD, fasa es dan uap berada berdampingan. Jika es
pada titik 1 dipanaskan pada tekanan konstan, kenaikan suhu dan kondisi fisik
ditampilkan bergerak horizontal. Sebagian melintasi garis AC, padatan mencair
dan cairan menguap melintasi garis AB. Pindah dari titik 3 ke titik 4, es
tersublimasi menjadi uap tanpa melewati fasa cairan.
Cairan dan uap berada berdampingan pada kesetimbangan sepanjang garis
AB, yang merupakan garis tekanan uap air. Mendidih terjadi ketika tekanan uap
air sama dengan tekanan uap total diatas permukaan air. Untuk contoh, pada 100
o
C (212 F) tekanan uap air adalah 101.3 kPa (1.0 atm) dank arena itu akan
mendidih pada tekanan 1 atm. Pada 65.6 oC (150 F), dari appendix A.2 untuk table
steam, tekanan uap air adalah 25.7 kPa (3.27 psia), oleh karena itu, pada 25,7 kPa
dan 65.6 oC air akan mendidih.
Jika panci air diadakan pada 65.6 oC di sebuah ruangan dengan tekanan abs
101.3 kPa, tekanan uap air akan menjadi 25.7 kPa. Hal ini menggambarkan suatu
sifat penting dari tekanan uap air, yang tidak dipengaruhi oleh adanya gass inert
seperti udara. Yaitu, tekanan uap air pada dasarnya berbeda dari tekanan total
system.
( English)
Kg dry air p pa Kgmol udara Kg mol H 2 O 28.97 Kg udara/( Kgmol udara)
Udara jenuh adalah udara dimana uap air berada dalam kesetimbangan
dengan air cair pada kondisi temperatur dan tekanan yang diberikan. Dalam
campuran, tekanan parsial dari uap air dalam campuran udara-air adalah seimbang
dengan tekanan uap pASdari air murni pada temperatur yang diberikan. Maka,
kelembaban jenuh HS adalah
Hs=
18.02 Pas
28.97 PPas
2. Persentase Kelembaban
H
Hs
Pa
Pas
H
=
Hs
18.02 Pa
28.97 PPa Pa PPas
=
18.02 Pas
Pas PPa
28.97 PPas
( 100 )
H2O
18.02(2.76)
18.02 Pa
=
=0.01742 Kg
28.97 PPa 28.97(101.32.76)
Kg udara
H2 O
18.02(3.5)
18.02 Pa
=
=0.02226 Kg
28.97 PPa 28.97(101.33.5)
Kg udara
H 100 ( 0.01742 )
=
=78.3
Hs
0.02226
Untuk bagian (c), dari persamaan (9.3-4), persentase relatif kelembaban adalah :
Hr=( 100 )
Pa 100 ( 2.76 )
=
=78.9
Pas
3.5
kJ
=1.005+1.88 H ( SI )
Kgudara kering . K
cs
btu
=0.24+0.45 H ( EnglisUnit )
lbm udara kering . F
Volume kelembaban VH adalah total volume dalam m3 dari 1 Kg dari udara kering
ditambah uap yang terkandung pada 101.325 kPa (1 atm) dan temperatur gas yang
diberikan. Menggunakan hukum gas ideal,
Vh
m
22.41
1
1
=
TK
+
H
Kgudara kering 273
28.97 18.02
Vh
m3
=( 2.83 x 103 + 4.56 x 103 H ) T K
Kgudara kering
ft
359
1
1
Vh
=
TR
+
H
lbm udara kering 492
28.97 18.02
ft 3
Vh
=( 0.0252+0.0405 H ) T R
lbm udara kering
Untuk campuran uap udara-air, H=Hs dan VH adalah volume jenuh.
7. Total entalpi dari campuran uap udara-air
Total entalpi dari 1 Kg dari udara ditambah uap air adalah H yJ/Kg atau kJ/Kg
udara kering. Jika To adalah temperatur yang dipilih untuk seluruh komponen,
total entalpi adalah panas sensibel dari campuran udara-air ditambah panas laten
dalam J/Kg atau kJ/Kg uap air dari uap air pada To. Catatan bahwa (T-To ) C = (TTo ) K dan entalpi ini
Contoh 9.3-2 Menggunakan Grafik Kelembaban
Udara masuk sebuah pengering memiliki temperatur (temperatur kering bola)
pada 60 C (140F) dan sebuah titik cair dari 26.7 C (80F). Digunakan grafik
kelembaban, tentukan kelembaban aktual H, persentase kelemaban Hp, Panas
Kelembaban Cs dan volume kelembaban VH dalam SI dan Engglish Unit.
Penyelesaian :
Titik cair dari 26.7 C adalah temperatur ketika diberikan campuran adalah 100%
jenuh. Dimulai pada 26.7 C, Fig 9.3-2 dan gambarkan sebuah garis vertikal
sampai memotong garis untuk 100% kelembaban, sebuah kelembaban dari
H=0.0225 kg H2O/kg udara kering dibaca oleh plot off. Ini merupakan
kelembaban aktual dari udara pad 60 C. Dimulai di cara lain, jika udara pada 60
C dan memiliki sebuah kelembaban H=0.0225 didinginkan, ini merupakan titik
cair pada 26.7 C. Dalam Engglish Unit, H = 0.0225 lb H2O/lb udara kering.
Tentukan lokasi titik dari H=0.0225 dan T=60 C pada grafik , persentase
kelembaban HP ditemukan menuju ke 14% dengan interpolasi linear, vertikal
antara garis 10 dan 20%. Panas kelembaban untuk H = 0.0225 adalah dari
persamaan 9.3-6
Cs=1.005+1.88 ( 0.0225 ) =1.047
kj
Kg udara kering . K
btu
lbm udara kering F
m3
kg udara dry
ft 3
lbmudara dry
ketika air yg terhubung dengan gas masuk berjumlah besar. Suhu wet bulb dalam
kondisi steady-state nonequilibriun tercapai ketika jumlah airnya kecil yg
terhubung dibawah kondisi aliran gas yg bekerja secara terus menerus.karena
jumlah cairannya kecil,kelembaban suhu pada gas tidak bisa berubah,kebalikan
dari kasus adiabaik,dimana suhu dan kelembaban gas berubah.
Metode yang digunakan untuk melihat suhu pada peristiwa wet bulb bisa
dilihat pada gambar 9.3-4,dimana termometer ditutupi oleh sumbu atau
kain.sumbu yg disimpan tetap dalam keadaan basah , dan direndam dalam aliran
uap-air yang memiliki suhu T (dry bulb temperature)dan kelembaban H.pada
kondisi steady state ,air menguappada aliran gas .sumbu dan air yg didinginkan
Tw dan dan tinggal pada suuhu konstan. Penguapan panas latent yg
menyeimbangkan dengan panas konvektive mengikuti aliran gas T ke sumbu
pada suhu yg lebih rendah Tw.
(9.3-12)
Dimana q adalah kW (kJ/s), MA adalah berat molecular air, NAkg mol H2O
penguapan / s.m2 ,permukaan area m2, dan W panas latent penguapan pada TW
dalam kJ/kg H2O. Dalam english unit , q btu/h, NA Ib mol/h . ft2, dan W btu/Ibm
H2O . flux NA
NA =
Dimana
ky
k'y
( y y )=K y ( y w y )
X BM w
adalah koefisien transfer massa dalam kgmol/s .m2. mol frac, XBM
(9.3-13)
yw
H / MA
y= 1 + H
MB M A
(9.3-
14)
Dimana MB adalah berat molecular udara dan MA berat molecular H2O. Karena
perkiraan H kecil.
HM B
y
MA
(9.3-15)
(9.3-16)
Laju transfer panas konveksi dari aliran gas pada T sumbu padaTW adalah
q = h(TTW) A
(9.3-17)
H
MB KY
W
(9.3-17)
Percobaan data pada nilai h/MB KY, Disebut dengan rasio psychrometric,
ditujukan untuk campuran uap air udara,perkiraan nilainya 0.96-1.005.krena
nilainya mendekati nilai cs dalam persamaan.(9.3-11),di perkirakan 1.005,pada
persamaan (9.3-18) dan (9.3-11) hampir semuanya sama.ini berarti aliran saturasi
adiabatik juga bis digunakan untuk aliran wet bulb dengan tetap. (catatan hanya
untuk air uap cair dan tidak untuk yang lainnya,seperti benzene)karnanya
penentuan wet bulb sering digunakan untuk menentukan kelembaban udaracampuran uap air.
EXAMPLE 9.3-4. Wet Bulb Temperature and Humidity
Campuran uap air udara memiliki suhu dry bulb T = 60
bulb dilihat pada gambar 9.3-4, dan suhu wet bulb diperoleh dari TW =29.5 .
Berapan kelembaban pada campuran?
adiabatik Ts, seperti yyg dibahas pada kurva saturasi adiabatik 29.5 sampai
tercapai suhu dry wet bulb 60 ,kelembaban H = 0.0135 kg H2O/dry air.
9.4
9.4A
Introduction
Pada proses transfer lain,seperti perpindahan massa,proses pengeringan
bahan harus mendekati titik yg bisa dilihat dari hubungan equilibrium dan juga
hubungan laju.pengeringan paling dalam di bahas pada sesi 9.2, bhan kering
berhubungan dengan udara-campuran uap air.hubungan kesetimbangan antara
udara-uap cair dan bahan padat akan di bahas pada sesi ini.
Variable penting di dalam pengeringan material adalah kelembaban ketika
udara dikontakkan dengan solid yg memberi nilai kadar air. Padatan basah yg
mengandung air di kontakkan lagi dengan aliran udara yg memiliki konstanta
kelembaban H dan suhu.sejumlh besar excess air ,sehingg sisa kondisinya
konstan. Meskipun setelah terpapar padatan yg cukup lama untuk pencapaian
kesetimbangan padatan akan mencapai ambang batas kadar air.ini diketahui
sebagai kesetimbanagan kadar air material di bawah kelembaban spesifik dan
temperatur udara. Kadar air biasanya di tunjukkan dalam basis kering sebagai kg
air / kg kelembaban bebas padatan atau kg H2O /100 kg padatan kering ;dalam
english unit yaitu lb H2O/100 padatan kering.
Untuk beberapa padatan nilai kesetimbangan air berdasrkan pada perkiraan
petunjuk dari kesetimbangan. Perbedaan nilai kesetimbangan kadar air di dapat
berdasrkan sampel basah yg di keringkan dengan metode desorption atau sampel
kering yg menyerap kelembaban dengan metode adsorbsi. Untuk menghitung
kesetimbangan metode desorption dengan nilai yg besar dan memperhatikan
fakta.
9.4b
Untuk
menyerap
air
sampai
udara
memiliki
mencapai
kelembaban
nilai
0%,nilai
yg tidak
menurun
sekitar
range
temperature
Pada gambar 9.4-1 jika komponen campuran dengan jumlah yang sama
dari material yang diberikan dilanjutkan kepada bagian-bagiannya dengan
kelembapan 100%, campuran inilah yang disebut dengan ikatan air. Air dalam
padatan memiliki tekanan uap yang lebih rendah dari air dalam bentuk cairan
pada temperatur yang sama. Jika material tersebut terdiri dari air berlebih dari
bagian-bagian yang diindikasi dengan kelembapan 100%, ini tetap dapat
ditentukan hanya pada tekanan uap yang lebih tinggi dari air biasa pada
temperatur yang sama. Komponen campuran yang berlebih ini disebut bukan
ikatan air, dan ini berlangsung primer dalam ruang dalam padatan. Komponenkomponen tersebut terdiri dari ikatan air yang sering disebut material higroskopik.
Ikatan air dalam komponen tersebut dapat terjadi pada beberapa kondisi
yang berbeda. Campuran dalam sel atau dinding fiber dapat memiliki kandungan
padatan didalamnya dan memiliki tekanan uap yang lebih rendah. Air dalam pipa
kapiler yang memiliki diameter yang sangat kecil menghasilkan tekanan uap yang
rendah karena bentuk permukaan bagian dalam pipa. Air dalam material organik
alami adalah senyawa kimia dan kombinasi senyawa fisika kimia.
9.4D
komponen jumlah campuran yang sama. Campuran bebas ini adalah campuran
yang dapat dihilangkan dari pengeringan dengan persentase kelembapan yang
relatif. Sebagai contoh pada gambar 9.4-1, silk memiliki komponen campuran
yang setimbang dari 8,5 kg H2O /100 kg material kering yang dikontakkan dengan
kelembapan relatif 50% dan suhu 25C. Jika sampel terdiri dari 10 kg H 2O/100 kg
material kering hanya 10-8,5 atau 1,5 kg H 2O/100 kg material kering dihilangkan
melalui proses pengeringan, dan campuran bebas dari sampel berlangsung pada
kondisi pengeringan yang sama.
Banyak pernyataan dan referensi, bahawa komponen campuran diberikan
sebagai persentase campuran dalam basis material kering. Hal ini tepat sama
dengan kg H2O/100 kg material kering x 100.
9.5 TINGKAT PENGERINGAN KURVA
9.5a
Pengenalan Dan Percobaan Metode
1. Pengenalan
Dalam pengeringan berbagai jenis bahan proses dari satu kadar
kelembaban ke yang lain, biasanya diinginkan untuk perkiraaan ukuran pengering
yang dibutuhkan, berbagai kondisi operasi dari kelembaban dan suhu untuk udara
dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan jumlah pengeringan yang
dibutuhkan seperti yang dibahas dalam bagian 9.4 kadar air keseimbangan dari
berbagai bahan tidak dapat diprediksi dan harus ditentukan secara eksperimental.
Demikian pula, karena pengetahuan kita tentang mekanisme dasar tingkat
pengeringan tidak cukup lengkap, maka diperlukan dalam banyak kasus untuk
mendapatkan beberapa pengukuran percobaan tingkat pengeringan.
diperoleh sebagai total berat w dari basah padat (kering ditambah kelembaban
padat) pada waktu t yang berbeda pada periode pengeringan data ini dapat
dikonversi ke tingkat data pengeringan dengan cara berikut. Pertama, data
dihitung ulang. Jika w adalah berat padatan basah total air kg ditambah kering
yang solid dan Ws adalah berat padatan kering di kg.
Xs=
(9.5-1)
Untuk
kondisi
pengeringan
konstan
diberi
kadarkesetimbangan
(9.5-2)
R=
Ls dX
A dt
(9.5-3)
R=
Ls X
A t
R=21.5
0.3500.325
=1.493
2.041.68
This rate R is the average over the priod 1.68 to 2.04 h and sholud be
plotted at the average concentraion X=(3.50 + 0.325)/2 = 0.338
2.
constant-rate dan
tegangan
pengeringan tiba-tiba berkurang pada titik D. Berarti laju difusi uap air
dalam pori dan laju panas konduksi pada padatan merupakan factor utama
dalam pengeringan.
Pada padatan yang berpori halus, kurva laju pengeringan pada
periode falling-rate kedua sesuai dengan hukum difusi dan kurva cekung
keatas, sesuai fig. 9.5-2b. untuk padatan yang sangat berpori seperti
tumpukkan pasir yang berpori besar, kurva laju pengeringan pada periode
falling-rate kedua sering berbentuk lurus. Oleh Karena itu persamaan
difusi tidak bias digunakan.
3. Efek Penyusutan, faktor yang sering mempengaruhi laju pengeringan
adalah penyusutan padatan ketika uap lembab dihilangkan. Padatan keras
tidak banyak menyusut tetapi material yang kolodial dan berserat seperti
sayuran dan makanan sering mengalami penyusutan. Efek paling serius
adalah pengerasan lapisan pada permukaanyang tahan terhadap air dan
memperlambat laju pengeringan, contohnya tanah liat dan sabun. Pada
makanan, apabila pengeringan dilakukan dengan temperatur tinggi
lapisannya yang menyusut tertutup pada permukaan. Efek lain dari
penyusutan menyebabkab kelengkungan pada bahan dan perubahan
struktur, yang dapat terjadi pada proses pengeringan kayu.
Terkadang untuk menurunkan pengaruh penyusutan, disarankan
menggunakan banyak udara. Hal ini dapat menurunkan laju pengeringan
sehingga pengaruh penyusutan pada permukaan menjadi lebih berkurang.
Jika proses pengeringan termasuk dalam periode laju konstan maka X1 dan
X2 lebih besar dari pada kadar kritis XC, sehingga R= konstan =Rc.
Integrasi persamaan 9.6-1, menjadi
1.
Pengenalan
Pada periode tingkat konstan pengeringan, permukaan butir padat dalam
kontak dengan aliran udara pengeringan tetap sepenuhnya dalam kondisi dibasahi.
seperti yang dinyatakan sebelumnya, laju penguapan air di bawah himpunan
kondisi udara independen dari jenis padat dan pada dasarnya sama dengan laju
penguapan dari permukaan cairan bebas di bawah kondisi yang sama. Namun,
kekasaran permukaan dapat meningkatkan laju penguapan. Selama periode
konstan-tingkat ini, padat begitu basah bahwa ACS air seolah-olah padat tidak ada
di sana. Air menguap dari permukaan kemudian disuplai dari bagian dalam solid.
Laju penguapan dari bahan berpori terjadi dengan mekanisme yang sama seperti
yang terjadi pada termometer bola basah, yang pada dasarnya konstan dalam
pengeringan.
2.
material melalui film udara ke fase gas massal atau lingkungan. Laju gerakan air
dalam padat cukup untuk menjaga permukaan jenuh. Tingkat pemindahan dari
uap air (pengeringan) dikendalikan oleh laju perpindahan panas ke permukaan
menguap, yang melengkapi panas laten penguapan untuk cairan. Pada keadaan
steady state, laju perpindahan massa menyeimbangkan laju perpindahan panas.
Untuk menurunkan persamaan pengeringan, membutuhkan transfer panas
oleh radiasi ke permukaan padat dan juga menganggap tidak ada transfer panas
oleh konduksi dari panci mental atau permukaan. Pada bagian 9.8 konveksi dan
radiasi juga akan dipertimbangkan. Dengan asumsi hanya perpindahan panas ke
permukaan padat oleh konveksi dari gas panas ke permukaan transfer padat dan
massa dari permukaan ke gas panas (Fig 9,6-1), kita dapat menulis persamaan
yang sama untuk menurunkan suhu bola basah Tw di Persamaan (9.3-18).
Laju perpindahan panas konvektif q di W (J / s.btu / h) dari gas pada T oC
(oF) ke permukaan padat pada Tw oC, dimana (T Tw) oC = (T Tw)K adalah :
q=h ( T Tw ) A
(9.6-3)
di mana h adalah koefisien transfer W / m 2.K (btu / h.ft2.oF) dan A adalah daerah
pengeringan di m2 (ft2). Persamaan untuk uap air fluks dari permukaan adalah
sama dengan persamaan (9.3-13) yaitu :
(9.6-4)
(9.6-5)
(9.6-6)
(9.6-7)
Persamaan (9,6-7) identik dengan Persamaan (9,3-18) untuk suhu bola
basah. Oleh karena itu, dengan tidak adanya transefer panas oleh konduksi dan
radiasi, suhu padat pada suhu bola basah selama periode pengeringan konstantatingkat. Oleh karena itu, laju pengeringan Rc dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perpindahan panas h (T -Tw) / w atau persamaan perpindahan massa
Kf.Mb (Hw - H). Namun, itu telah ditemukan dan lebih dapat diandalkan untuk
menggunakan persamaan perpindahan panas (9,6-8), karena kesalahan dalam
menentukan suhu Tw di permukaan, kekuatan pendorong (T -Tw) jauh lebih
sedikit daripada yang mempengaruhi (Hw - H )
(9.6-8)
Untuk memprediksi Rc di Persamaan (9.6-8), koefisien perpindahan panas
harus diketahui. Untuk kasus di mana udara mengalir sejajar dengan permukaan
pengeringan, Persamaan (4.6-3) dapat digunakan untuk udara. Namun, karena
bentuk terdepan dari permukaan pengeringan menyebabkan lebih banyak
turbulensi, berikut ini dapat digunakan untuk suhu udara 45-150 drajat celcius dan
G kecepatan massa 2.450-29.300 kg / h.m2 (500-600 lbm / h.ft2) atau kecepatan
0,61 - 7,6 m / s (2 - 25 ft / s)
(9.6-9)
Dan untuk nilai G sebesar 3900-19500 kg/h.m2 dan kecepatan sebesar 0,9
4,6 m/s (3 15 ft/s)
(9.6-10)
(9.6-11)
Contoh Soal 9.6-3 :
Bahan granular basah larut dikeringkan dalam panci 0457 x 0457 m (1,5 x
1,5 ft) dan dengan kedalaman 25,4 mm. Bahan yang 25,4 mm dalam panci, dan
sisi bawah dapat dianggap terisolasi. Perpindahan panas dengan konveksi dari
arus udara yang mengalir sejajar dengan permukaan dengan kecepatan 0,61 m / s
(20 ft / s). Udara berada pada 65,6 oC (150 oF) dan memiliki kelembaban 0,010 kg
H2O / udara kg kering. Perkirakan laju pengeringan untuk periode laju konstan
menggunakan SI dan unit bahasa Inggris!
Penyelesaian :
H = 0,010
yang
dijelaskan
sebelumnya,
pengukuran
eksperimen
laju
jika kondisi original RC1, T1, TW1, H1 dan HW1, kemudian jika H1diganti ke H2
dan HW1 diganti ke HW2, RC2 menjadi
3. Pengaruh suhu gas. Jika suhu (T) gas di tingkatkan, (TW) juga meningkat, tapi
tidak sebanyak peningkatan (T). Oleh karena itu, (Rc) meningkat mengikuti
rumus
pengeringan, pada persamaan (9.6-1) bisa diintegrasi dengan memplot 1/R versus
X dan menentukan luas dibawah kurva.
EXAMPLE 9.7-1. Graphical Integration in Falling-Rate Drying Period
A batch of wet solid whose drying-rate curve is represented by Fig.9.5-1b is
to be dried from a free moisture content ofX1 = 0.38 kg H2O/ kg dry solid to
X2= 0.004 kg H2O/kg dry solid. The weight of the dry solid is Ls =399 kg
dry solid and A = 18.58 m2 of top drying surface. Calculate the time for
drying. Note that Ls/A = 399/18.58 = 21.5 kg/m2
Solution: From Fig. 9.5-1b, the critical free moisture contentis Xc = 0.195
kg H2O/kg dry solid. Hence, the drying is in the constant-rate and fallingrate period.
Dalam kasus tertentu dalam laju alir, persamaan untuk waktu pengeringan
digunakan persamaan (9.6-1) dan bisa diintegrasi.
1. Rate is a linear function of X. Jika X1 dan X2 kurang dari Xc dan laju R linear
dalam bagian X,
Dimana a adalah slope dari garis dan b konstan. Persamaan differensiasi (9.7-1)
diberikan pada persamaan dR = a dX. Substitusi ke persamaan (9.6-1),
2. Rate is a linear function through origin. Dalam beberapa kasus sebuah garis lurus
dari the critical moisture content melalui sumber yang cukup mewakili seluruh
periode laju. Dalam gambar. 9.5-1b ini akan menjadi garis lurus dari C ke E.
Sering berkurang lagi data yang mendetail, asumsi ini dapat dibuat. Kemudian,
untuk garis lurus yang memalui asal, dimana laju pengeringan langsung.
9.8 Gabungan
Sistem
Perpindahan
Panas
Secara
Pendahuluan
laju
pengeringan
pada
periode
laju
konstan.
sekitarnya
hingga
ke
permukaan
pengeringan.
Penurunan
Persamaan
untuk
Konveksi,
(9.8-1)
T ) K,
S
qC =hC (T T S ) A
(9.8-2)
hR sendiri
digunakan
(9.8-3)
sebagai
koefisien
radiasi
( ) ( )
(4.10-10)
(9.8-4)
1
1 ZM ZS
+
+
hC h C k S
(9.8-5)
U K=
persamaan
yang
digunakan
sebagai
laju
MB
( H SH )
MA
(9.8-6)
(9.87)
(9.8-8)
H
mengatur (T1) diperoleh :
( SH ) S
U
h
= 1+ K ( T T S ) + R ( T R T S )
h C /k y M B
hC
hC
(9.8-9)
Perbandingan antara hc/ky MB pada persamaan di atas
diperoleh dari penurunan persamaan (9.3-18) pada kondisi
temperatur bola basah sehingga menjadi cS dengan persamaan
sebagai berikut :
c S =( 1.005+1.88 H ) 103 J / Kg . K
(9.3-6)
Contoh 9.8-1. Pengeringan laju konstan dimana Radiasi
dan Konveksi terjadi
Material granular yang terlarut dicampurkan dengan air
yang selanjutnya dikeringkan dalam sebuah wadah logam
dengan dimensi 0.457 x 0.457 m dan kedalaman 25.4 mm.
Material
tersebut
memiliki
ketinggian
yang
sama
dengan
padat
bernilai
0.92.
Perkirakan
kecepatan
kM = 4.33,
ks
0.865
zM = 0.000610 m, = 0.92,
Kecepatan,
temperature,
dan
H = 0.010
kelembaban
udara
pada
100
100
W
h R=( 0.92 ) ( 5.676 )
=7.96 2 . K
366.5305.4
m
) (
1
1
=
1
0.00061 0.0254
1 ZM ZS
+
+
+
+
43.3
0.865
hC h C k S 62.45
U K =22.04
W
.K
m2
10 J
1.024 x
.K
kg
Nilai ini (hc/ky MB) dapat dimasukkan ke dalam persamaan
(9.8-9) melalui substitusi sehingga diperoleh,
H
( S0.01) S
3
1.024 x 10
=( 1+ 22.04/62.45 ) ( 65.6T S ) +(
7.96
) ( 93.3T S )
62.45
(9.89)
103
kJ/kg. Serta
103
4.83
kg 2
.m
h
Perbandingan hasil yang diperoleh dari nilai RC pada trial ke2 dengan 3.39 kg/h.m2 untuk contoh 9.6-3 merupakan suatu
peristiwa tanpa radiasi dan konduksi.
9.9 Pengeringan dalam periode falling rate melalui difusi dan aliran kapiler
9.9A
Pendahuluan
Dalam periode falling rate, permukaan padatan yang kering yang tidak
sepenuhnya basah, dan laju pengeringan dalam keadaan steady bergantung pada
waktu. Pada bagian 9.7 metode empiris digunakan untuk memperkirakan waktu
pengeringan. Salah satu metode laju aktual dari kurva pengeringan diintegrasikan
dengan grafik untuk menentukan waktu pengeringan.
Dalam metode yang lain sebuah perkiraan garis lurus dari kadar air pada
keadaan kritis diasumsikan. Dibawah ini adalah laju pengeringan yang
diasumsikan menjadi sebuah fungsi linear dari kelembaman dengan komponen
bebas.
Laju
pengeringan
ditunjukkan
oleh
(9.5-3)
R=
Ls dX
A dT
Ls dX
=aX
A dT
persamaan
Dalam banyak hal, seperti yang dijelaskan dengan ringkas pada bagian 9.5E, Laju
gerakan moisture pada periode falling rate ditentukan oleh laju gerakan internal
liquid dengan difusi liquid atau gerakan kapiler. Kedua gerakan moisture ini
dipertimbangkan secara lebih rinci dan teori teori yang berkaitan dengan data
eksperimen di daerah falling rate.
9.9B
X
X
=D L
t
X2
Dimana DL adalah koefisien difusi cairan dalam m2/h dan x adalah jarak dalam
padatan dalam m.
Jenis difusi ini sering mencirikan pengeringan yang relative lambat pada
material nongranularseperti sabun, gelatin, dan lem, dan tahap berikutnya dari
pengeringan pada air yang terikat seperti clay, kayu, tekstil, kulit, kertas,
makanan, pati, dan padatan hidrofilik lainnya.
Kesulitan utama dalam menganalisa data difusi pengeringan adalah bahwa
distribusi moisture mula mula adalah seluruh padatan tidak seragam di awal jika
periode pengeringan pada laju konstan mendahului periode falling rate ini.
Selama difusi- jenis pengeringan, resistensi terhadap perpindahan massa dari uap
air pada permukaan biasanya sangat kecil, dan difusi padatan mengontrol laju
pengeringan. Kemudian kadar air pada permukaan pada nilai X* yang setimbang.
Hal ini berarti bahwa kadar free moisture X pada permukaan pada dasarnya
adalah nol.
Asumsikan bahwa distribusi moisture mula-mula adalah seragam pada saat
t=0, persamaan 9.9-3 bissa diintegrasikan dengan metode dalam bab 7 sehingga
diperoleh sebagai berikut:
X t X X
8 D
= 2 [e
=
X t 1 X X 1
(2x ) + 1 e9 D t ( 2x ) + 1
L
25
25 D L t
( 2x ) + ]
1
Dimana X= rata rata kadar free moisture pada saat t h, Xt = kadar free moisture
mula mula pada saat t = 0, X* = kadar free moisture dalam keadaan setimbang, x 1
= ketebalan lempeng saat terjadi pengeringan dari atas dan bawah permukaan
parallel, dan x1 = total ketebalan lempeng jika pengeringan hanya dari permukaan
atas.
Persamaan (9.9-4) mengasumsikan bahwa DL adalah konstan, tetapi DL
jarang konstan; itu bervariasi dengan kadar air, suhu, dan humidity. Untuk waktu
pengeringan yang lama, hanya suku pertama dalam persaman (9.9-4) yang
signifikan, sehingga persamaan menjadi.
X
8 D
= 2e
X1
t(
)
2 xt
R=
LS dX D L X
=
X
2
A dt
4 x1
Karena persamaan (9.9-7) dan (9.9-8) menyatakan bahwa saat kontrol difusi
internal untuk waktu yang lama, laju pengeringan berbanding lurus dengan free
moisture X dan difusi cairan dan laju pengeringan berbanding terbalik dengan
kuadrat ketebalan.
Atau, dinyatakan sebagai waktu pengeringan diantara batas fixed moisture, waktu
bervariasi langsung dengan kuadrat ketebalan. Laju pengeringan harus bebas dari
kecepatan gas dan kelembaban.
Contoh 9.9-1. Pengeringan lempeng kayu saat kontrol difusi moisture
Koefisien difusi rata rata moisture dari kayu 2.97 x 10-6m2/h (3.20 x 10-5 ft2/h).
Large planks kayu 25.4 mm tebal dikeringkan dari kedua sisi dengan udara
mempunyai humidity kadar air dalam keadaan setimbang kayu adalah X* = 0.04
kg H2O/kg kayu kering. Kayu dikeringkan dari rata rata kadar air total X t1 = 0.29
sampai Xt = 0.09. Hitung waktu yang diperlukan.
Solusi:
Kadar air X1 = Xt1 X* = 0.29 0.04 = 0.25, X = X t X* = 0.09 0.04 = 0.05.
ketebalan setengah lempeng x1 = 25.4/(2 x 1000) = 0.0127 m. Substitusikan
kedalam persamaan (9.9-6),
2
0.0127
4
2
4 x1
8 X1
t= 2
ln 2 =
DL X
= 30.8 h
Atau dapat menggunakan, Gambar. 5.3-13 untuk konsentrasi rata rata dalam
lempeng. Ordinat Ea = X/X1 = 0.05/0.25 = 0.20. Baca plot nilai 0.56 = D L t/x12,
substitusi dan selesaikan t,
2
0.0127 (0.56)
2
x (0.56)
t= 1
=
DL
9.9C
Air dapat mengalir dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi rendah
sehingga tindak kapiler lebih baik daripada difusi jika ukuran pori material butiran
cocok.
Teori kapiler (P1) mengasumsikan bahwa seebuah packed bed dari bola
tak berpori yang memiliki ruang kosongdiantara boladisebut pori pori. Seperti air
yang dievaporasi, gaya kapiler ditentukan oleh tegangan permukaan antara air dan
padatan. Gaya ini memberikan gaya geser perpindahan air melalui pori untuk
permukaan yang kering.
Persamaan Poiseuille dimodifikasi untuk aliran laminer dapat digunakan
untuk menghubungkan persamaan gaya kapiler untuk memperoleh persamaan
laju pengeringan saat aliran melalui gerakan kapiler. Jika gerakan moisture
mengikuti pesamaan aliran kapiler, laju pengeringan R divariasikan secara linear
dengan X. Karena mekanisme evaporasi selama periode ini sama dengan periode
laju yang konstan, akibat variabel pengeringan gas dari keceptaan gas, temperatur
gas, kelembaban gas dan sebagainya, akan sama seperti periode pengeringan
dengan laju yang konstan.
Persamaan untuk laju pengeringan:
R=
LS dX
A dt
t=
X
XC
LS XC XC
ln
AR C
X2
x 1 S X C X C
ln
RC
X
x 1 S W X C X C
ln
h(T T W )
X
Karena persamaan (9.9-10) dan (9.9-11) menyatakan bahwa aliran kapiler
ketebalan. Waktu pengeringan antara batas moisture tetap secara langsung sebagai
ketebalan dan tergantung pada kecepatan gas, temperatur dan kelembaban.
9.9D
DL
)
x2
theor
x 12
t
Apakah terjadi untuk berbagai nilai X/Xc. - DL diperoleh untuk X/Xc > 0, 6
karena batas A.
EXAMPLE 9.9-2. Koefisien difusi akar di tapioka
Tepung tapioka yang diperoleh dari pengeringan dan kemudian kisaran
yang tanaman singkong root. Percobaan data pengeringan irisan tipis dari tepung
ketela akar 3mm tebal di kedua belah pihak dalam falling-rate waktu terus
pengeringan kondisi tabulated di bawah. Waktu t=0 ini adalah mulai dari fallingrate.
X/Xc
1.0
0.80
0.63
t(h)
0
0.15
0.27
X/Xc
0.55
0.40
0.30
t(h)
0.40
0.60
0.80
X/Xc
0.23
0.18
t(h)
0.94
1.07
Sudah ditentuka bahwa data tidak mengikuti waktu capillary-flow persamaan tapi
tampaknya mengikuti penyebaran. Plot data sebagaimana X/Xc kita pada semilog
beserta menetapkan rata-rata diffusivity dari air hingga nilai X/Xc=0.20.
Solusi :
Gambar 9.9-2 data tersebut digambarkan sebagai X/Xc pada skala log
T (h)
dan linear ukuran dan halus kurva ditarik melalui data. X/Xc =.
0
1.0
0.2
0.4
0.6
1.2 1.4 1.4
0.8
1
0.8
0.6
0.4
X/xc
0.2
0.1
0.0
8
0.0
6
0.0
0
1.2
0.2
1.4
0.4
0.6
DL1/X
2
1
0.8
1.0
1.2
1
0.8
0.6
0.4
X/x
0.2
c
Time t (h)
area A m2 dimana alir gas dari G didalam satuan kg dry gas/h.m2 memasuki crosssection (penampang) (bed) dengan kelembapan H1. Dengan neraca massa pada
gas yang diberikan pada satuan waktu, gas akan meninggalkan bed dengan
kelembapan H2. Jumlah air yang hilang dari bed oleh gas sama dengan rate of
drying pada waktu tersebut
R=G ( H 2H 1 )
Dimana R = Kg H2O/h.m2 (Luas penampang bed) dan G = kg dry air/h.m2(luas
penampang bed)
Pada fig. 9-10.1 gas masuk pada T1 dan H1 dan meninggalkan bed pada T2
dan H2. Maka temperatur T dan humadity H memiliki nilai diantara nilai tersebut
disepanjang bed. Membuat heat balance pada short section dz (m) dari bed
dq=GxCsxAxdT
Dimana A = m2 cross-sectional area, q adalah heat transfer rate dalam
W(j/s) dan Cs adalah humid heat of the air-water vapor mixture dengan catatan G
didalam persamaan ini dalam satuan kg/s.m2. Persamaan heat transfer adalah
sebagai berikut.
dq=haxAxdz ( T Tw )
Dimana Tw = bulb temperatur solids kering, h adalah koefisien heat
transfer dalam W/m2K dan a adalah luas permukaan area (m2) dari solids setiap m3
volume dari bed. Persamaan 9.10-2 dan 9.10-3 disusun dan diintegralkan
menghasilkan
z
T2
ha
dT
dz =
GCs 0
T 1 T Tw
h az
T 1Tw
=ln
GCs
T 2Tw
Dimana z = bed thickness = x1m
Untuk period yang rerata konstan dari pengeringan udara ke permukaan, disajikan
persamaan 9.6-11
t=
LsAw ( X 1X 2 )
LS ( X 1X 2 )
=
A h(T Tw )
Aky . Mb( HwH)
a h (T Tw )
aktMb ( Hw H )
( T 1Tw ) ( T 2Tw )
T 1T 2
(T 1Tw)
=
ln
(T 1Tw)
( T 2Tw )
ln
( T 2Tw )
( T Tw ) saat log
( T 1Tw ) (1e G Cs )
mean=
h az /Gcs
( T Tw ) saat log
Substitusi persamaan 9.10-10 kedalam 9.10-7 selama periode rerata konstan dan
diatur x1=z
swx 1( X 1Xc )
t=
h az
( XcX )
h az
Untuk
Gt 0,59
h=0,151
(SI )
0,41
Dp
G t 0,59
h=0,11
( Englis h)
D p0,41
Dp
<350
Untuk
h=0,214
G t 0,49
(SI )
0,51
Dp
0,49
h=0,15
Gt
(Englis h)
D p 0,51
Untuk menghitung nilai dari a, m2 luas area/m3 dari bed, didalam packed bed
untuk spherical particles memiliki diameter Dp m,
a=
6 ( 1 )
Dp
Dimana
partikel)
a=
4 ( 1 ) (h+0,5 De)
Dp
Dimana Dc adalah diameter dari silinder dalam m dan h adalah length/
( 12 )
Dp=( Dch+0,5 D c 2 )
= 641 kgm3.
Udara yang masuk memiliki humidity (kelembapan) H1 = 0,04 kg H2O/kg dry air
dan temperatur = 121,1 oC. Kecepatan supervisial gas adalah 0,811 m/s dan gas
mengalir disepanjang bed. Total critical moisture konten adalah XtC = 0,5.
Hitunglah total waktu untu dry adatan ke Xt = 0,1 kg H2O/kg dry solid
Solution:
Untuk padatan :
X1 = Xt1 Xo = 1.00 0,01 = 0,99 kg H2O/kg dry solid
XC = XtC Xo = 0,50 0,01 = 0,49
X = Xt Xo = 0,1 0,01 = 0,09
Untuk gas, T1 = 121,1 oC dan H1 = 0,04 Kg H2O/kg dry air. Wet bulb
temperature, Tw = 47,2 oC dan Hw = 0,074. Temperatur padatan saat Tw, jika
radiasi dan konduksi diabaikan. Densitas dari udara masuk saat 121,1 oC dan 1
atm mengikuti :
V h=( 2,83103 + 4,561030,04 ) ( 273+121,1 ) ( 9,37 )
1,187
m3
dryair
kg
1,00+0,04
H 2O
=0,876 kgdryair +
1,187
m3
1
1
( 1,0+0,04
)=0,811 ( 3600) ( 0,876) ( 1,040
)=2459 kgdryair . h . m
Maka alir masuk H1 = 0,040 dan alir keluar akan lenih kecil dari 0,074
dengan rata-rata jangakaun H 0,05 yang digunakan untuk menghitung total ratarata kcepatan massa. Adapun rerata jangakauan G adalah
G1=2459+2459 ( 0,05 )=2852 Kg air + H2O/h.m2
Untuk packed bed, void fraction
1 m3 (termasuk void didalamnya). Total ada 641 kg dry solid yang disajikan.
Densitas dari dry solid adalah 1602 kg dry solid/m2. Volume solid didalam 1 m3
bed adalah 641/1602 atau 0,40 m3 solid. Maka, c = 1-0,40 = 0,60. Nilai h dari
solid cylinder = 0,0254 m. Dameter Dc = 0,00635 m. Digunakan eq (9.10-16) :
a=
Untuk menghitung diameter Dp dari sphere dengan area yang sama dengan
cylinder digunakan eq 9.10-17
1
2 2
1
2 2
()
=0,0135 m
Dp 0,0135 (2582 )
=
=450
7,74102
Gunakan eq 9.10-13
h=0,151
Untuk Tw = 47,2 oC, w = 2389 Kj/Kg or 2,389 * 106 J/Kg (1027 btu/lbm)
dari steam tabel. Rerata humid heat, eq (9.3-6) adalah
Cs 1,005+1,88 H =1,005+1,88 ( 0,05 )=1,099 kJ/kg dry air. K
1,099103 Jkg . K
Untuk menghitung waktu drying pada periode constant-rate digunakan
pers 9.10-11 dengan G = 2459/3600 = 0,6831 kg/s.m2
t=
swx 1( X 1Xc )
h az
90,9283,50,05081 ( 0,6831,09910 3 ))
))
850 s=0,236 h
Untuk menghitung waktu falling rate-period digunakan pers 9.10-12
swx 1Xcln
t=
( XcX )
h az
6
641 ( 2,38910 ) ( 0,0508 ) ( 0,49 ) ln ( 0,49 )( 0,09 )
90,9283,50,0508
(0,6831,09910 3)
1412 s=0,392 h
9.10B Mengeringkan Penampan Dengan Variasi Kondisi Udara
Untuk mengeringkan sebuah ruang terpisah atau pengering penampan
dimana udara lewat kedalam aliran parallel diatas pemukaan penampan. Kondisi
udara tidak konstan.panas dan keseimbangan material mirip ke sirkulasi dari
pertama sampai akhir harus dapat menentukan suhu gas yang keluar dan
kelembapan.
Dari gambar 9.10-2 dapat dilihat udara lewat diatas penampang. Udara
yang masuk memiliki suhu T1 dan kelembapan H1 , lembaran pada T2 dan H2 .
jarak diantara penampang adalah b m dan aliran udara kering adalah G kg udara
kering/ sm2 cross-sectional area. Menulis kelebihan keseimbangan panas dengan
panjang dl dari penampang untuk bagian lebar 1 m.
dq = Gcs (1 x b) dT
( 9.10-18)
(9.10-19)
(9.10-20)
x 1 sLtZw (X 1Xc )
h L
(9.10-21)
x 1 sLtZwXc ln (
t=
Xc
)
X
(9.10-22)
h L
b
T2, H2
WET SOLID
Lf
Untuk keseimbangan material pada uap,
GH1 + LsX1 = GH1 + LsX2
(9.10-23)
(9.10-24)
Dimana Z0 adalah panas laten dari air pada suhu T0 oC, 2501 kJ/ kg (1075.4
btu/lbm) pada 0oC dan cs adalah kelembapan panas, memberikan kJ/kg udara
kering K.
Cs = 1.005 + 1.88H
(9.3-6)
Entalphi dari padatan basah Hs dalam kJ/kg padatan kering, dimana (Ts
T0)oC = (Ts-T0)K, adalah
Hs = Cps (Ts T0) + XcpA (Ts T0)
(9.10-25)
Dimana Cps adalah kapasitas panas dari padatan kering dalam kJ/kg
padatan kering K dan cpA adalah kapasits panas dari uap cair dalam kJ/kg H 2O K.
panas dari pembasahan tau adsorbsi diabaikan.
Keseimbangan pada pengering adalah
GHG2 + LsHS1 = GHG1 + LSHS2 + Q
(9.10-26)
Dimana Q adalah panas yang hilang dala pengeringan dalam Kj/h. untuk
proses adiabatic Q = 0 dan jika panas ditambahkan Q adalah negative.
Contoh 9.10-2. Keseimbangna panas pada pengeringan
Sebuah pengering countercurrent berlanjut digunakan untuk mengeringkan 453.6
kg padatan kering h yang terdapat 0.04 kg uap total / kg padatan kering untuk
sebuah nilai 0.002 kg total uap / kg pdatan kering. Padatan granular dimasukkan
pada suhu 26.7 oC dan dihentikan pada suhu 62.8 oC. padatan keering memiliki
kapasitas panas 1.465 kJ/ kg K yang diasumsikan konstan. Udara yang panas
dimasukkan pada suhhu 93.3 oC, memiliki kelembapan 0.0010 H2O/ kg udara
kering dan diturnkan mencapai 37.8 oC. hitunglah kecepatan aliran udara dan
kelembapan yang keluar, asumsikan tidak ada panas yang hilang dalam pengering.
Jawab:
Diagram alir yang diberikan pada gambar 9.10-3 untuk padatan , Ls = 453.6 kg/h
padatan kering, cps = 1.465 kJ/kg padatan kering , K X1 = 0.040 kg H2O/ kg padatn
solid, cpA = 4.187 kJ/kg H2O K, Ts1 = 26.7 oC, Ts2 = 62.8 oC , X2 = 0.002 . untuk gas
Tg2 = 93.3 oC, H2 = 0,010 kg H2O/ kg udara kering dan TG1 = 37.8 oC.
Untuk keseimbangan material pada uap digunakan per. (9.10-23)
GH1 + LsX1 = GH1 + LsX2
G(0.010) + 453.6(0.040) = GH1 + 453.6 (0.002)
(9.10-27)
(9.10-
28)
Dari persamaan (9.10-27) dan (9.10-28) didapat,
G = 1166 kg udar kering /h
(3)
dryer
(4)
(2)
(5)
moistair
Dry solid
wet
X2, Ts2
X1, Ts1
solid
Mengikuti
keseimbangan
material
pada
air
dapat
didapatkan.
Untuk
(9.10-29)
(9.10-30)
Dalam berbagai macam cara yang sama keseimbangan panas dapat dicapai
pada pemanasan, pengeringan dan sistem secara keseluruhan.
untuk pengering yang berlawanan secara terus menerus. Di zona pemanasan awal,
bagian padat dipanaskan sampai ke bola basah atau suhu jenuh adiabatik. Sedikit
penguapan terjadi di sini, dan untuk pengeringan suhu rendah zona ini biasanya
diabaikan. di zona tingkat konstan, I, terikat dan permukaan air yang menguap dan
suhu yang solid pada dasarnya tetap konstan pada suhu saturasi adiabatik jika
panas ditransfer oleh konveksi. laju pengeringan akan konstan di sini tapi suhu
gas canging dan juga kelembaban. kadar air jatuh ke nilai Xc kritis pada ans
periode ini. permukaan jenuh dan kelembaban terikat yang menguap dan padat
dikeringkan dengan nilai X2 akhir. kelembaban gas memasuki zona masuk II
adalah H2 dan naik ke Hc. Persamaan keseimbangan material (9.10- 23) dapat
digunakan untuk menghitung Hc sebagai berikut:
Ls ( XcX 2 )=G( HcH 2)
(9.10-31)
2.
jika bukan karena kondisi gas yang bervariasi. tingkat pengeringan di bagian ini
diberikan oleh persamaan mirip dengan persamaan (9.6-7)
TcTw
R=K . Mb ( HwH )=
h
(9.10-32)
2w
Hc=H 2+
Ls
( XcX 2)
G
(9.10-38)
R=Rc
X
X
=k . Mb .( HwH )
Xc
Xc
(9.10-39)
k
(T T f ) Fluks panas di permukaan bahan pada
L s
Gambar 9.11-2 terjadi secara konveksi dan pada padatan keringsecara konduksi ke
permukaan sublimasi. Fluks panas ke permukaan setara dengan konduksi yang
melewati padatan kering, asumsi proses dalam keadaan steady-state.
(9.11-1)
Dimana q adalah fluks panas dalam W (J/s), h adalah koefisien perpindahan
panas eksternal dalam W/m2.K, Te adalah temperature gas eksternal dalam C, Ts
adalah temperature permukaan padatan kering dalam C, Tf adalah temperature
permukaan sublimasi atau lapisan es dalam C, k adalah konduktivitas termal
padatan kering dalam W/m.K, dan L adalah ketebalan lapisan kering dalam m.
perhatikan bahwa (Ts Tf) C = (Ts Tf) K.
N A=
D'
( sw ) =k s (sw ew) Dalam cara yang sama, fluks massa
R T L fw
1
(T T f ) Persamaan (9.11-1) dapat disusun menjadi
1 /h+ L/k e
(9.11-3)
N A=
1
( )
1/k g +RT L/ D ' fw ew Dan, persamaan (9.11-2) dapat disusun
menjadi
(9.11-4)
Koefisien h dan kg ditentukan oleh kecepatan gas dan karakteristik dari pengering
(dryer) dan karenanya konstan. Nilai Te dan ew diatur dengan kondisi operasi
eksternal. Nilai k dan D ditentukan oleh sifat bahan kering.
Fluks panas dan fluks massa pada kondisi steady state terkait dengan
q= H s N A
(9.11-5)
Dimana Hs adalah panas laten sublimasi es dalam J/kg.mol. juga, fw uniknya
ditentukan oleh Tf, karena itu adalah kesetimbangan tekanan uap es pada
temperature tertentu. Atau
fw =f (T f )
Subtitusi persamaan (9.11-3) dan (9.11-4) ke (9.11-5)
(9.11-6)
1
1
T e T f ) = H s
( fw ew)
(
1 /h+ L/k
1/k g+ RT L/D'
(9.11-7)
(9.11-8)
L
2 Guna menyelesaikan persamaan yang diberikan, L
L 1
dx
2 M A V s dt
(9.11-10)
Dimana, MA adalah berat molekul air, Vs adalah volume bahan padatan yaitu satu
unit awal kg air (Vs = 1/Xos), Xoadalah kadar air awal dalam kg H2O/kg padatan
kering, dan s adalah bulk densitas dari padatan kering dalam kg/m3.
Dengan menggabungkan persamaan (9.11-3), (9.11-5), (9.11-9), dan (9.1110), didapat untuk perpindahan panas.
( )
L H s dx
1
=
(T T f )
2 M A V s dt
1/h+ ( 1x ) L /2 k e
( )
(9.11-11)
( )
(9.11-12)
2
x x
L Hs 1
x 1x 2 1 + 2
4 k V s M A T e T f
2 2
(9.11-13)
Dimana, Hs/MA adalah panas sublimasi dalam J/kg H2O. Untuk x2 = 0, lembaran
sangat kering.
Asumsi bahwa propertis fisik dan koefisien perpindahan massa & panas
diketahui, persamaan (9.11-8) dapat digunakan untuk menghitung temperature
sublimasi es Tf saat temperature lingkungan Te dan tekanan parsial lingkungan ew
diatur. Karena h sangat luar, Te Ts. Lalu, persamaan (9.11-8) dapat diselesaikan
untuk Tf karena Tf dan fw berkaitan dengan hubungan kesetimbangan tekanan
uap, persamaan (9.11-6). Dalam persamaan (9.11-8) nilai T dapat diperkirakan
senilai (Tf + Ts)/2.
Model untuk pelelehan permukaan es yang seragam telah diuji oleh Sandall
et al. (S1) terhadap data pengeringan beku yang sebenarnya. Model memuaskan
telah memprediksi waktu pengeringan untuk menghilangkan 65-90% dari total
awal air (S1, K1). Temperatur antarmuka sublimasi Tf berlangsung konstan
seperti yang diasumsikan pada penurunan persamaan. Tetapi,selama penghilangan
akhir 10-35% air, laju pengeringan melambat dengan nyata dan waktu sebenarnya
lebih baik dibandingkan waktu yang diprediksi selama periode ini.
Konduktivitas termal efektif k pada bahan kering telah ditemukan bervariasi
secara signifikan dengan tekanan total dan tipe gas yang ada. Dan juga, tipe bahan
mempengaruhi nilai dari k (S1, K1). Difusivitas efektif D dari bahan kering
adalah fungsi dari struktur bahan, difusivitas Knudsen, dan difusivitas molekul.
9.12Proses Termal pada Kondisi Tidak Tunak dan Sterilisasi Material
Biologis
9.12A Pendahuluan
Asal material biologis biasanya tidak stabil seperti kebanyakan zat
anorganik maupun organik. Maka, perlu digunakan metode pengolahan tertentu
mempertahankan material tersebut, contohnya makanan. Metode pengolahan
fisika maupun kimia untukm mempertahankan kondisi tersebut bisa dengan cara
seperti pengerinagan, pengasapan, pemberian garam, pendinginan, pembekuan,
maupun pemanasan. Pembekuan dan pendinginan makanan telah didiskusikan
pada Sesi 5.5 dengan metode memperlambat pembusukan material biologis.
Begitupun pada Sesi 9.11 juga telah membahas tentang pembekuan kering
material biologis.
Sebuah metode penting dengan cara pemanasan atau pengolahan termal, di
mana kontaminasi mikroorganisme yang terjadi terutama pada permukaan luar
makanan yang menyebabkan pembusukan dan gangguan kesehatan dapat
dimusnahkan. Metode umum untuk mempertahankan dengan memanaskan kaleng
segel makanan. Pengolahan termal juga digunakan untuk mensterilkan media
fermentasi air agar dapat digunakan dalam proses fermentasi sehingga organisme
yang tidak dapat bertahan hidup terseleksi dengan organisme ang dijadikan
sebagai kultur.
Sterilisasi makanan dengan pemanasan dapat mematikan bakteri, ragi,
jamur dan sebagainya yang menyebabkan pembusukan dan juga organisme
patogen, yang mungkin menghasilkan racun mematikan bila tidak dimusnahkan.
Laju pemusnahan mikroorganisme bervariasi dengan jumlah pemanasan dan tipe
organismenya. Beberapa bakteri hidup dalam vegetasi dalam bentuk pertumbuhan
maupun dalam bentuk tidur (spora). Mikroorganisme dalam bentuk spora
biasanya lebih tahan panas. Mekanisme pertahanan panasnya tidak terlalu jelas.
Untuk makanan diinginkan semua spora dari Clostridium botulinum, yang
menghasilkan racun mematikan. Mensterilkan seluruh spora adalah tujuan
pengolahan termal. Karena Clostridium botulinum sangat berbahaya dan sulit
(9.12-1)
Dimana N adalah jumlah organisme yang hidup tiap waktu, t adalah waktu dalam
menit, dan k adalah konstanta laju reaksi dalam min -1. Konstanta laju reaksi
merupakan fungsi dari temperatur dan tipe mikroorganisme.
Setelah disusun, Pers. (9.12-1) dapat diintegrasikan sebagai berikut:
N
= k dt
dN
N N
t=0
(9.12-2)
ln
N0
=kt
N
(9.12-3)
(9.12-4)
(9.12-5)
2.303
k
(9.12-6)
N0
N
(9.12-7)
k =a e RT
(9.12-8)
Dimana a adalah konstanta empiris, R adalah konstanta gas dalam kJ/g mol K
(cal/g mol K), T adalah temperatur absolut dalam K, dan E adalah energi aktivasi
dalam kJ/g mol (cal/g mol). Nilai E pada rentang 210-418 kJ/g mol (50-100 kcal/g
mol) untuk sel vegetatif dan spora (A2) dan beberapa enzim dan vitamin.
Substitusikan Pers. (9.12-2) dan diintegrasikan,
t
E
N0
ln =a e RT dt
N
t=0
(9.12-9)
2.303
=12 D
k
(9.12-10)
Ini berarti bahwa waktu t sama dengan 12D (biasa disebut 12Dconcept). Waktu
dalam Pers. (9.12-10) mereduksi jumlah dengan 10-12 yang biasa disebut waktu
kematian termal. Biasanya, tingkatan sterilitas N memeliki nilai kurang dari satu
organisme. Waktu-waktu ini tidak menunjukkan bahwa sterilisasi selesai tetapi
konsep matematika yang ditemui secara empiris memberikan keefektivitas
sterilisasi.
Data eksperimen dari laju kematian termaldari Cl. Botulinum, ketika
digambarkan sebagai decimal reduction time DT pada T yang diberikan versus
suhu T dalam F pada pola semilog memberikan garis lurus pada rentang suhu ang
digunakan pada sterilisasi makanan (S2).
Pada kurva suhu kerusakan tertentu yang ditampilkan pada Gb. 9.12-1.
Sebenarnya, dengan mengkombinasikan Pers. (9.12-6) dan (9.12-8), dapat dilihat
pada plot log10DT versus 1/T (T dalam derajat absolut) adalah sebuah garis linier,
tetapi sedikit melebihi rentang suhu pada garis linier yang didapat ketika log 10 DT
digambarkan versus T F ataupun C.
Dalam Gb. 9.12-1, z menunjukkan rentang suhu dalam F untuk 10:1
perubahan DT. Bila digambarkan membentuk garis linier, yang persamaannya
dapat dituliskan sebagai
1
log 10 D T log 10 DT = (T 1T 2 )
2
2
1
log 10 D T log 10 DT = (T 1T 2 )
2
2
(9.12-11)
temperatur
dari
18F
(10C)
akan
meningkat
tingkat
(9.12-7)
(9.12-13)
Dimana F0 adalah nilai proses dengan waktu t dalam menit pada temperatur 250F
akan menghasilkan tingkat yang sama dari sterilisasi dan proses pada temperature
T. Gabungkan persamaan. (9.12-7), (9.12-12), (9.12-13), F0 yang dihasilkan pada
proses pada temperature T adalah
(Inggris)
(9.12-14)
Nilai F0 dalam menit untuk proses termal yang memberikan temperatur konstan
ToF dan waktu t dalam menit. Nilai F0 dan z untuk sterilisasi yang memadai
dengan Cl. Botulinum agak berbeda dengan jenis makanan. Data ditabulasikan
oleh Stumbo (S2) dan Charm (C2) untuk berbagai makanan dan mikroorganisme.
Perbedaan akan memberikan dampak tetapi proses sterilisasi berturut-turut
menghasilkan
material
aditif.
Maka,
untuk
beberapa
perbedaan
tahap
temperatureT1, T2, dan seterusnya, masing-masing pebedaan waktu t1, t2, nilai F0
untuk setiap tahappenambahan menghasilkan F0 total.
F0 = t1 10(T1 250)/z + t2 10(T2 250)/z+ .
(9.12-15)
Maka, proses termal ini memadai karena hanya 2.50 menit yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sterilisasi. Dicatat bahwa waktu periode
Fo =
10 (T F 250)/( z F)
t=0
dt (Inggris)
t=1
Fo =
10 (T C 121.1)/( z C)
t=0
dt (SI)
T (oF)
t (menit)
T (oF)
o
80 (26.7 C)
40
225 (107.2 oC)
165 (73.9 oC)
50
230.5 (110.3 oC)
201 (93.9 oC)
64
235 (112.8 oC)
o
212.5 (100.3 C)
Botulinum adalah 2.45 menit dan z = 18 oF. Hitung nilai Fo
250)/z
F,
10(T 250)/z = 10(80 250)/18= 3.6 x 10-10
(9.12-8)
=ln
Dimana
No
=a e-E/RT dt =
N
t=0
k dt
t=0
(9.12-17)
dan walaupun tingkat sterilitas N adalah tidak diketahui atau waktu sterilisasi pada
suhu tertentu tidak diketahui. Dalam kedua kasus integrasi grafis biasanya
dilakukan, di mana a.e-E/RT diplot terhadap t dan daerah di bawah kurva diperoleh
adalah tidak diketahui atau waktu sterilisasi pada suhu tertentu tidak diketahui.
Dalam kedua kasus integrasi grafis biasanya dilakukan, di mana -ae diplot
terhadap t dan daerah di bawah kurva diperoleh.
F9150
berarti
susu diadakan di 145F (62.8C) selama 30 menit dan di lain di 161F (71.7C)
selama 15 s.
Persamaan umum yang digunakan untuk Pasturisasi mirip dengan
sterilisasi dan dapat ditulis sebagai berikut. Menulis ulang Persamaan. (9,12-13),
No
N
(9.12-18)
FT 1 = t . 10(T-T1)/z
(9.12-19)
Dimana T1 adalah temperatur standar yang digunakan pada 150F, z adalah nilai z
dalam F untuk kenaikan sepuluh kali lipat dalam tingkat kematian, dan T adalah
temperatur untuk proses sebenarnya.
Contoh 9.12-3. Pasturisasi pada Susu
Tipikal nilai F diberikan untuk proses termal pada susu dalam sebuah heatF9150 = 9.0 menit dan D150=0.6 menit.
No
N
15
10
1
parameter kinetik seperti F0danz nilai-nilai dalam cara yang sama seperti
sterilisasi dan pasteurisasi. Contoh dan data yang diberikan oleh pesona (C2).
Metode kinetik ini sama dengan metode tingkat kematian termal yang juga
dapat diterapkan untuk memprediksi waktu untuk mendeteksi perubahan rasa
dalam produk makanan. Dietrich et al. (D1) ditentukan kurva untuk jumlah hari
untuk mendeteksi perubahan rasa bayam beku versus suhu penyimpanan. Data
mengikuti Persamaan. (9,12-8) dan orde pertama hubungan kinetik.