BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia kedokteran mengenal pembagian dua kelompok penyakit
berdasarkan epidemiologinya, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Menurut WHO, seiring dengan perkembangan zaman ternyata
penyakit tidak menular akan menjadi penyebab paling umum dari kematian
yang ada, dan diperkirakan jumlahnya akan melebihi kematian akibat
penyakit menular.1,2
Salah satu penyakit tidak menular, adalah stevens johnson syndrome
(SJS). Penyakit ini merupakan bentuk kegawatdaruratan dibidang kulit yang
menimbulkan variasi dari yang ringan sampai yang berat. Prevalensi kejadian
SJS memang jarang ditemui, namun seiring dengan perkembangan zaman,
diperkirakan insidensi terjadinya sindrom ini akan semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan, berdasarkan hasil penelitian ternyata 50% penyebab SJS
adalah alergi terhadap suatu obat, dan saat ini masyarakat dapat dengan
mudah memperoleh suatu obat tanpa adanya resep dari dokter. Dengan kata
lain, semua obat dapat diperoleh secara bebas dipasaran.3
Pada tahun 1996, tercatat bahwa insidensi SJS yang terjadi adalah
sebanyak 1,89 kasus per satu juta orang per tahun.4 Angka kejadian SJS
karena alergi obat disebutkan sebanyak tujuh per satu juta orang. 5 Di Eropa
dan Amerika Serikat, kasus SJS diperkirakan mencapai 2-3% per juta
populasi setiap tahunnya.6,7 Penelitian di Republik Federal Jerman pada tahun
1981-1985, menunjukkan bahwa telah ditemukan 315 kasus SJS walaupun
hanya sebesar 1% yang menyebabkan kematian. Usia penderita rata-rata
25 tahun, dan jarang terjadi pada umur di bawah tiga tahun. 8 Sementara itu,
pengumpulan data yang dilakukan pada tahun 1980-1984 di tiga tempat
berbeda menunjukkan rata-rata insidensi yang berbeda pula, yakni Michigan
7,1%, Minnesota 2,6%, dan Florida 6,8%. Berkaitan dengan jenis kelamin,
negara
yang
memiliki
keanekaragaman
hayati
yang
besar
masyarakat
Indonesia,
sudah
mulai
banyak
hanya
menstimulasi
mencegah
pertumbuhan
infeksi,
jaringan
propolis
baru.
ternyata
Suatu
hasil
juga
dapat
penelitian
Manfaat Teoritis :
2.
Manfaat Praktis :
Diharapkan
dapat
menggugah
kesadaran
masyarakat
dalam
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Propolis
Propolis adalah substansi bergetah yang dikumpulkan oleh lebah pekerja
dari batang pohon, tunas daun, dan beberapa bagian pohon. 18 Istilah propolis
berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro yang berarti di depan dan polis yang
berarti kota. Singkatnya, propolis bermakna substasnsi yang dipakai lebah
untuk melindungi dan mengisi sarang mereka (Jabde). Lebah yang sudah
mengambil bahan dari tumbuhan tersebut kemudian meletakkan propolis di
kaki belakang mereka dan kemudian dibawa untuk dicampur bersama dengan
lilin lebah.18 Selama pengumpulan propolis dan proses pengolahannya, lebah
mengeluarkan enzim dari saliva mereka sebagai campuran, misalnya glucosidase yang ternyata juga meningkatkan sifat farmakologi produk
akhirnya.19,20 Sumber botani alami penghasil propolis, antara lain adalah
poplar (Populus spp.), birches (Betula spp.), willows (Salix spp.), pohon
cokelat (Aesculus hippicastanum I.), pohon hujan (Ulmus spp.), pohon pinus
(Pinus spp.), pohon eik (Quercus spp.), sejenis pohon cemara (Picea spp.),
dan kayu ash (Fraxinus spp.). Namun sesuai dengan perkembangan jaman,
saat ini tidak kurang dari 67 spesies tanaman bisa menyediakan bahan
propolis.18,19
Sifat fisik propolis bisa berubah atau tidak sama pada kondisi yang
berlainan. Warna propolis bervariasi dari kuning hingga cokelat gelap sesuai
dengan daerah asal penghasil. Suhu juga mempengaruhi struktur propolis,
yakni pada suhu 25C-45C bentuk propolis lebih lunak, lentur, dan sangat
lengket. Pada suhu dibawah 15C akan membeku dan rapuh. Diatas suhu
45C, bentuknya akan lebih lengket dan bergetah. Sedangkan pada suhu
60C-70C atau 100C, propolis akan meleleh.18,20
10
tetrasiklin,
analgetik
(misalnya
pirazolon,
metamizol,
parasetamol), allopurinol, dan antipirin. Suatu hasil analis di Eropa dan Israel
selama tahun 1997-2001 menyatakan bahwa allopurinol adalah obat yang
berisiko paling tinggi jika diasosiasikan dengan SJS, seperti halnya hasil riset
yang dilakukan di Singapura dan Taiwan.16,32 Ada pula yang menyebutkan
golongan sulfonamid adalah agen penyebab utama SJS.33 Selain obat secara
sistemik, SJS pernah dilaporkan timbul setelah pemakaian obat topikal, yaitu
11
(a)
(b)
12
13
14
BAB III
METODE PENULISAN
A.
Jenis Penulisan
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini bersifat kajian pustaka (library
research). Dimana dalam penulisannya, data yang diperoleh disajikan dalam
bentuk deskriptif yang disertai dengan analisis sehingga menunjukkan suatu
kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.
B. Objek Penulisan
Objek dalam penulisan ini, adalah potensi dari propolis sebagai terapi
mutakhir dalam mengobati stevens johnson syndrome. Dengan adanya
alternatif terapi ini, diharapkan dapat menambah nilai guna dari propolis serta
mampu memberikan konstribusi terhadap pemkembangan IPTEK, khususnya
dibidang kedokteran.
C. Teknik Pengambilan Data
Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan
kandungan dalam propolis, manfaat propolis, mekanisme terjadinya stevens
johnson syndrome, dan mekanisme kerja propolis terhadap penyakit tersebut.
Informasi ini diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa jurnal ilmiah,
buku, internet, maupun majalah yang relevan dengan objek yang akan dikaji.
D. Prosedur Penulisan
Setelah dilakukan pengumpulan data informasi, semua hasil akan diseleksi
untuk mengambil data dan informasi yang relevan dengan masalah yang
dikaji. Untuk menyajikan masalah yang akan dibahas, maka dalam tulisan ini
penyajian dibagi atas tiga pokok bahasan, yaitu :
1. Mekanisme kerja senyawa yang terkandung dalam propolis hubungannya
dengan Stevens Johnson Syndrome.
15
MULAI
LATAR BELAKANG
16
X
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme kerja senyawa yang terkandung dalam propolis
hubungannya dengan Stevens Johnson Syndrome ?
2. Bagaimana manfaat propolis di dunia medis hubungannya dengan Stevens
Johnson Syndrome ?
3. Bagaimana potensi propolis sebagai alternatif terapi Stevens Johnson
Syndrome ?
STUDI LITERATUR
Tinjauan tentang stevens johnson syndrome
Tinjauan tentang propolis
PEMBAHASAN
SELESAI
17
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
Dalam
Propolis
In vitro / In vivo
Konsentrasi Propolis
Anti inflamasi
In vivo
In vitro
200 mg/kg
3300 g/100 l
Anti tumor
In vivo
In vitro
Anti mikroba
Anti bakteri
Anti fungal
Anti viral
In vitro
0.414.0% v/v
0.414.0% v/v
5100 g/100 l
Anti ulcer
In vivo
Dari hasil penelitian tersebut di atas, maka terlihat jelas bahwa propolis
mempunyai mekanisme kerja sebagai anti inflamasi, anti tumor, anti
mikroba, dan anti ulcer. Di sisi lain, steven johnson syndrome adalah suatu
penyakit yang memiliki mekanisme kerja, antara lain adanya proses
inflamasi, infeksi, dan adanya lesi pada kulit.
Dalam hal ini, meninjau dari kandungan senyawa yang terdapat dalam
propolis, tentu propolis dimungkinkan dapat menghambat mekanisme kerja
dari stevens johnson syndrome. Berdasarkan alasan tersebut, maka propolis
dapat dijadikan sebagai alternatif terapi untuk stevens johnson syndrome.
18
dengan
penggunaan
korikosteroid
pada
pasien
SJS,
19
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Propolis adalah bahan alami yang memiliki komposisi kimia, seperti
getah dan balsem (55%), minyak aromatik esensial (10%), lilin (30%),
tepung sari (5%), dan beberapa bahan mineral, serta organik. Kandungan
senyawa tersebut memiliki mekanisme kerja sebagai anti inflamasi, anti
tumor, anti mikroba, dan anti ulcer.
2. Propolis memiliki manfaat terhadap terapi pengobatan berbagai
penyakit.
3. Stevens Johnson Syndrome adalah bentuk kegawatdaruratan kulit yang
jarang ditemui. Namun seiring dengan perkembangan zaman, insidensi
penyakit ini akan semakin meningkat.
4. Propolis dapat dijadikan sebagai alternatif terapi pengobatan stevens
johnson syndrome. Hal ini didukung dengan mekanisme kerja propolis
yang dapat menghambat patofisiologi dari stevens johnson syndrome
yang berupa adanya proses inflamasi, infeksi, dan adanya lesi pada kulit.
B.
Saran
Hal-hal yang dapat disarankan dari kesimpulan tersebut diatas, adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian mengenai hubungan propolis dengan stevens johnson
syndrome masih perlu digalakkan.
2. Mengoptimalkan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sebagai
alternatif terapi pengobatan terhadap suatu penyakit.
21